Stasiun Gambir (GMR) (atau juga disebut Stasiun Jakarta Gambir) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Gambir, Gambir, Jakarta Pusat, tepatnya di timur Monumen Nasional (Monas), serta terhubung dengan akses jalan menuju Monas. Stasiun yang terletak pada ketinggian +16 meter ini termasuk ke dalam Daerah Operasi 1 Jakarta. Lokasi stasiun juga terletak di sebelah barat Gedung Kwartir Nasional Pramuka serta Gereja Immanuel Gambir.
| ||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tampak depan Stasiun Gambir, 2019 | ||||||||||||||||||||||||
Lokasi | Jalan Medan Merdeka Timur No. 1 Gambir, Gambir, Jakarta Pusat, 10110 Indonesia | |||||||||||||||||||||||
Ketinggian | +16 m | |||||||||||||||||||||||
Operator | Kereta Api Indonesia Daerah Operasi I Jakarta KAI Wisata | |||||||||||||||||||||||
Letak dari pangkal |
| |||||||||||||||||||||||
Jumlah peron | Dua peron pulau antara jalur 1 dan 2 maupun jalur 3 dan 4 yang sama-sama tinggi | |||||||||||||||||||||||
Jumlah jalur | 4 (jalur 2 dan 3: sepur lurus) | |||||||||||||||||||||||
Konstruksi | ||||||||||||||||||||||||
Akses difabel | Ya | |||||||||||||||||||||||
Informasi lain | ||||||||||||||||||||||||
Kode stasiun |
| |||||||||||||||||||||||
Klasifikasi | Besar tipe A | |||||||||||||||||||||||
Sejarah | ||||||||||||||||||||||||
Dibuka | 15 September 1871 | |||||||||||||||||||||||
Dibangun kembali | 1992 | |||||||||||||||||||||||
Nama sebelumnya |
| |||||||||||||||||||||||
Operasi layanan | ||||||||||||||||||||||||
Lintas barat Jawa: Argo Parahyangan (reguler dan tambahan) Lintas selatan Jawa: Pangandaran Lintas tengah Jawa: Purwojaya, Taksaka, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Manahan, Argo Semeru, Bima, dan Gajayana Lintas timur Jawa: Pandalungan Lintas utara Jawa: Argo Cheribon (reguler dan fakultatif), Argo Sindoro, Argo Muria, Argo Merbabu, Argo Bromo Anggrek, Sembrani, dan Brawijaya | ||||||||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||||||||
Fasilitas dan teknis | ||||||||||||||||||||||||
Fasilitas | ||||||||||||||||||||||||
Tipe persinyalan |
| |||||||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||||||||
Lokasi pada peta | ||||||||||||||||||||||||
Pada masa Hindia Belanda, nama stasiun ini adalah Stasiun Weltevreden, yang kemudian berganti nama menjadi Stasiun Batavia Koningsplein setelah dilakukan perbaikan pada dasawarsa 1930-an. Pada dasawarsa 1950-an, nama stasiun ini kembali mengalami perubahan menjadi Stasiun Gambir dan kemudian dilakukan perbaikan besar-besaran menjadi stasiun jalur layang pada tahun 1988 hingga tahun 1992.
Stasiun Gambir adalah stasiun ujung bagi kereta api antarkota kelas eksekutif dan sebagian kecil kelas campuran (KA Argo Parahyangan dan Argo Cheribon) menghubungkan Jabodetabek dengan berbagai kota utama di Pulau Jawa seperti Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang.
Pasca hari raya Idulfitri tahun 2012, stasiun ini tidak melayani pemberhentian KRL Commuter Line, sedangkan untuk sebagian kereta api kelas campuran dan kelas ekonomi, serta sebagian perjalanan KRL Commuter Line dilayani di Stasiun Pasar Senen. Di Stasiun Gambir tersedia layanan bus DAMRI yang mana salah satu rute yang dimilikinya menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Sejarah
Stasiun atas tanah (1884–1992)
Stasiun ini merupakan stasiun kereta api yang terletak di ruas pertama jalur kereta api Batavia–Buitenzorg yang diresmikan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yaitu ruas Batavia–Weltevreden. Pada awalnya, stasiun ini diperkirakan merupakan stasiun kecil (halte) yang diresmikan pada 15 September 1871, bersamaan dengan pembukaan ruas pertama jalur tersebut. Halte ini dulu sangat kecil dan sederhana.
Perhentian ini kemudian digantikan dengan Stasiun Weltevreden yang lebih menetap, dibuka pada 4 Oktober 1884 di tempat Stasiun Gambir kini berada. Sampai tahun 1906, stasiun ini merupakan stasiun pemberangkatan untuk tujuan Bandung dan Surabaya. Pada bangunan stasiun ini mempunyai atap yang bertumpu pada bantalan besi cor menurut rancangan Staatsspoorwegen (SS), demikian keterangan pada tahun 1881. NIS hingga saat itu tidak menempatkan atap-atap jenis tersebut, sementara SS telah menempatkannya di beberapa tempat. Pada tahun 1928, setelah pengambilalihan SS pada tahun 1913, stasiun tersebut diperbesar dan pada satu tahun kemudian mengalami perubahan besar-besaran sehingga memiliki gaya bangunan Art Deco. Atap penutup diperpanjang pada tahun 1928 hingga ke sisi utara sepanjang 55 meter. Pada 16 November 1937, stasiun tersebut diresmikan sebagai Stasiun Batavia Koningsplein dan nama stasiun pun kemudian diubah menjadi Stasiun Gambir per tahun 1950.
Stasiun ini tidak mengalami perubahan bentuk setelah kemerdekaan Indonesia hingga pada pertengahan dasawarsa 1980-an.
Jalur layang dan masa depan (1992-sekarang)
Pada Februari 1988, bersamaan dengan pembangunan jalur layang Jakarta Kota–Manggarai, stasiun lama yang berlanggam Art Deco peninggalan Hindia Belanda dibongkar dan diganti dengan bangunan baru yang masih ada hingga saat ini. Pada 5 Juni 1992, Presiden Soeharto beserta ibu negara Siti Hartinah dan jajaran pemerintahan meresmikan Stasiun Gambir baru dengan menaiki KRL dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Jakarta Kota. Terdapat 4 jalur di Stasiun Gambir saat sudah menjadi jalur layang, dan bangunan stasiun ini sepenuhnya modern dengan sentuhan panel berwarna hijau pupus yang sampai hari ini masih dipertahankan. Warna cat tidak mengalami perubahan, hanya tiang peron saja yang mengalami pewarnaan ulang menjadi hijau lumut. Proyek ini telah menghabiskan dana sebesar Rp432,5 miliar rupiah dan belum sepenuhnya selesai pada saat diresmikan, hingga akhirnya bisa beroperasi penuh setahun kemudian. Setelah pembangunan stasiun layang selesai, jalur kereta di bawah mulai dicabut dan kawasan yang pada awalnya merupakan emplasemen Stasiun Gambir lama sudah beralih menjadi halaman parkir mobil mulai tahun 1994.
Berdasarkan rencana induk yang dibuat oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, stasiun ini direncanakan untuk digunakan sebagai stasiun khusus pemberhentian KRL saja. Rencana induk tersebut kembali muncul ketika Stasiun Manggarai direncanakan untuk digunakan sebagai stasiun pemberhentian akhir kereta api penumpang non-KRL, yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan antrean kereta api penumpang di jalur layang yang terkadang mengganggu perjalanan KRL Commuter Line. Sebagai akibat dari rencana tersebut, maka Kemenhub memutuskan untuk memisahkan jalur kereta api non-KRL dan KRL Commuter Line setelah pembangunan stasiun tersebut selesai. Dengan selesainya pembangunan stasiun tersebut sebagai stasiun sentral, nantinya semua kereta penumpang antarkota yang memiliki stasiun ujung di Stasiun Gambir akan dipindahkan ke Stasiun Manggarai.
Mulai Februari 2022 sistem persinyalan elektrik lama produksi Siemens tipe SSI di sepanjang jalur layang tersebut sudah digantikan dengan yang terbaru produksi PT Len Industri.
Bangunan dan tata letak
Stasiun Gambir memiliki empat jalur kereta api, dengan jalur 2 dan 3 merupakan sepur lurus.
Pasca hari raya Idulfitri tahun 2012, stasiun ini tidak lagi dijadikan sebagai stasiun pemberhentian bagi KRL Commuter Line, tetapi dialihkan ke stasiun terdekatnya, yaitu Stasiun Gondangdia dan Stasiun Juanda.
Stasiun ini terdiri dari tiga tingkat. Aula utama, loket, restoran, toko, serta mesin ATM terdapat pada tingkat pertama. Tingkat kedua adalah ruang tunggu dengan beberapa restoran cepat saji dan kafetaria, sedangkan peron dan jalur kereta berada pada tingkat ketiga. Karena stasiun ini termasuk stasiun besar, maka pengumuman diberitahukan dengan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris.
Saat Ignasius Jonan menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, sempat direncanakan untuk membuat sebuah restoran dengan menggunakan unit kereta asli di area parkiran Stasiun Gambir. Calon rel pun sudah selesai dipasang, dan rencananya akan menggunakan unit bekas KRL Rheostatik angkatan tahun 1978 dari Stasiun Purwakarta sebagai restorannya. Calon unit KRL Rheostatik yang akan dipakai ini sempat dipisahkan dengan tumpukan-tumpukan KRL afkir lainnya dan disimpan di dalam depo lokomotif Purwakarta, karena rencananya akan dibawa ke Stasiun Gambir. Namun, rencana restoran ini tidak pernah terealisasikan, hanya relnya saja yang sempat dipasang. Calon unit KRL Rheostatik yang sudah disimpan di dalam depo lokomotif Purwakarta pun juga tidak pernah dibawa kesini, dan berakhir dirucat seperti unit-unit KRL Rheostatik afkir lainnya. Bekas calon rel untuk restoran ini masih terlihat pada tahun 2018, hingga akhirnya dibongkar pada suatu waktu.
Stasiun ini kini dilengkapi dengan Rail Transit Suite, yaitu hotel transit dikelola KAI Wisata khusus untuk para penumpang kereta api yang hendak beristirahat serta kamar mandi untuk para penumpang kereta api yang hendak mandi setelah kereta api sampai di tujuan.
Pada 28 September 2022, PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah melakukan uji coba sistem pengenalan wajah pada proses keberangkatan kereta api antarkota di Stasiun Bandung dan per 10 Juli 2023, Stasiun Gambir sudah menerapkan sistem tersebut bersama tujuh stasiun KA utama Pulau Jawa lainnya seperti Stasiun Cirebon, Semarang Tawang, dan Surabaya Pasarturi di lintas utara, sedangkan di jalur tengah seperti Stasiun Yogyakarta, Solo Balapan, Surabaya Gubeng, dan Malang.
Ciri khas
Stasiun Gambir memiliki ciri khas berupa bel bersuara lagu instrumental "Kicir-Kicir" yang sering diputar pada setiap kedatangan kereta api antarkota.
Layanan kereta api
Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023.
Nama kereta api | Kelas | Relasi perjalanan | Keterangan | |
---|---|---|---|---|
Lintas barat Jawa | ||||
Argo Parahyangan | Eksekutif-Ekonomi Premium | Gambir | Bandung | KA 34 mengarah ke Bandung berhenti di Cikarang KA 36 dan 38 menuju Bandung berhenti di Jatinegara |
Eksekutif-Luxury | KA 51-52 hanya beroperasi pada jadwal pagi | |||
Argo Parahyangan Tambahan | Eksekutif | Hanya jadwal malam. Dijalankan pada hari tertentu | ||
Lintas selatan Jawa | ||||
Pangandaran | Eksekutif-Ekonomi Premium | Gambir | Banjar | Via Bandung–Tasikmalaya Dihentikan sementara |
Lintas tengah Jawa | ||||
Purwojaya | Eksekutif | Gambir | Cilacap | Via Purwokerto–Kroya |
Taksaka | Eksekutif-Luxury | Yogyakarta | Via Purwokerto | |
Argo Lawu | Solo Balapan | |||
Argo Dwipangga | ||||
Manahan | Eksekutif | Via Purwokerto Beroperasi pada hari Kamis–Minggu dan hari libur nasional dengan dua kali keberangkatan | ||
Argo Semeru | Surabaya Gubeng | Via Purwokerto–Yogyakarta | ||
Bima | ||||
Gajayana | Eksekutif-Luxury | Malang | ||
Lintas timur Jawa | ||||
Pandalungan | Eksekutif | Gambir | Jember | Via Semarang Tawang–Surabaya Pasarturi |
Lintas utara Jawa | ||||
Argo Cheribon | Eksekutif-Ekonomi | Gambir | Cirebon | KA 24 menuju Cirebon hanya berhenti di Cikampek dan Arjawinangun |
KA 22 menuju Cirebon hanya berhenti di Terisi | ||||
Argo Cheribon Fakultatif | Eksekutif-Luxury | KA 29F–32F hanya beroperasi pada hari tertentu | ||
Eksekutif-Bisnis | ||||
Argo Cheribon | Eksekutif-Ekonomi | Tegal | Hanya jadwal pagi dan petang KA 26 menuju Tegal hanya berhenti di Terisi | |
Argo Sindoro | Eksekutif | Semarang Tawang | Via Cirebon–Tegal | |
Argo Muria | ||||
Argo Merbabu | Via Cirebon–Tegal Perjalanan kereta api menuju Semarang hanya pada jadwal siang, sedangkan sebaliknya hanya pada pagi hari. | |||
Argo Bromo Anggrek | Eksekutif-Luxury | Surabaya Pasarturi | Via Cirebon–Semarang Tawang | |
Sembrani | ||||
Brawijaya | Eksekutif | Malang | Via Semarang Tawang–Solo Jebres |
Antarmoda pendukung
Jenis angkutan umum | Trayek | Tujuan |
---|---|---|
BRT Transjakarta | 2 | Harmoni-Pulo Gadung 1 (di halte Gambir 1 dan Gambir 2) |
2A | Rawa Buaya-Pulo Gadung 1 (di halte Gambir 1 dan Gambir 2) | |
2D | Kalideres-ASMI (di halte Gambir 1 dan Gambir 2) | |
5C | Monas-PGC 1 (di halte Gambir 2) | |
7F | Kampung Rambutan-Harmoni (di halte Gambir 1 dan Gambir 2) | |
Bus kota Transjakarta | 6H | Terminal Pasar Senen-Lebak Bulus (di halte Gambir 1) |
1P | Terminal Pasar Senen-Bundaran Senayan | |
2P | Terminal Pasar Senen-Stasiun Gondangdia | |
Mikrotrans Transjakarta | JAK 10B | Stasiun Cikini-Stasiun Gondangdia (via Kramat Raya–Kwitang) |
DAMRI Bandara Soekarno-Hatta | Stasiun Gambir–Bandara Soekarno-Hatta | |
DAMRI (JR Connexion) | Stasiun Gambir–Halte Kemang Pratama |
Akses jalan tol
Jalan tol | Gerbang tol | km |
---|---|---|
Jalan Tol Lingkar Dalam Kota Jakarta | Rawamangun | 4,8 |
Cempaka Putih | 7,2 |
Galeri
Referensi
- Jarak Antar Stasiun pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Jawa (PDF). Bandung: PT Kereta Api Indonesia (Persero). 14 April 2023. hlm. 135. Diakses tanggal 12 Mei 2023 – via Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
- Jarak Antar Stasiun pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Jawa (PDF). Bandung: PT Kereta Api Indonesia (Persero). 14 April 2023. hlm. 136. Diakses tanggal 12 Mei 2023 – via Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
- Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
- ^ (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020.
- Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF) (46). Korean Society for Railways. (PDF) dari versi asli tanggal 2020-02-27. Diakses tanggal 2020-05-09.
- ^ "KRL tak Berhenti di Gambir dan Pasar Senen | Republika Online". Republika Online. dari versi asli tanggal 2018-05-25. Diakses tanggal 2018-05-24.
- Lohanda, Mona. (2007). Sejarah para pembesar mengatur Batavia (edisi ke-Cet. 1). Depok: Masup Jakarta. ISBN 978-979-25-7295-7. OCLC 225750927.
- Burgerlijke Openbare Werken (1896). Statistiek van het vervoer op de spoorwegen en tramwegen met machinale beweegkracht in Nederlandsch-Indië. Batavia: Landsdrukkerij.
- "Bekendmaking Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij". Java-bode. 1884-10-04. hlm. 3. dari versi asli tanggal 2020-06-07.
- Ensikopedi Jakarta. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, DKI Jakarta. 2005. hlm. 417.
- ^ Tjandrasasmita, Uka (2000). Sejarah Perkembangan Kota Jakarta. Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran, DKI Jakarta. hlm. 50.
- "Kroniek der Indische Spoorwegen 1–15 September 1937: Naamsverandering van twee stations te Batavia". Spoor en Tramwegen (dalam bahasa Belanda). Vol. 21. 12 Oktober 1937. hlm. 483. dari versi asli tanggal 2020-12-06. Diakses tanggal 2020-05-03.
- Buku Djarak Singkat. Djawatan Kereta Api. 1950.
- Rudi, Alsadad (30 Agustus 2013). Syatiri, Ana Shofiana, ed. "Setelah 22 Tahun, Proyek Jalur Layang Kereta Jakarta Dilanjutkan". Kompas.com. Kompas.com. dari versi asli tanggal 2017-08-30. Diakses tanggal 30 Agustus 2017.
- Kayang, U. (2019). Keping-keping Kota. Bantul: Basabasi. hlm. 92.
- "Kereta Layang: Melayang di Atas Jalur Kumuh". Majalah Tempo. 22: 32. 1992.
- Kusuma, Hendra. "Gambir Hanya Layani KRL dan Kereta Khusus Mulai 2021". detikcom. dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08.
- Anwar, Muhammad Choirul. "Mulai 2021, Naik KRL Bisa Berhenti di Stasiun Gambir". CNBC Indonesia. dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08.
- Anwar, Muhammad Choirul. "Meraba Masa Depan Stasiun Gambir & Manggarai, Sekeren Apa Ya?". CNBC Indonesia. dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08.
- Hamdani, Trio. "Mengintip Suasana Stasiun Manggarai yang Bakal Gantikan Gambir". detikcom. dari versi asli tanggal 2019-10-08. Diakses tanggal 2019-10-08.
- "Ini Penampakan Hotel Transit Berbintang di Stasiun Gambir". detikcom. Detikcom.[pranala nonaktif permanen]
- Sri Rahayu, Isna (9 Juni 2023). "Boarding Kereta Api Hanya dengan "Face Recognition", Registrasinya Kurang dari 1 Menit". Kompas.com. Jakarta: KG Media. Diakses tanggal 10 Juli 2023.
- Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Jawa Tahun 2023 (PDF). Bandung: PT Kereta Api Indonesia (Persero). 14 April 2023. hlm. 56. Diakses tanggal 12 Mei 2023 – via Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero)
- (Indonesia) Situs resmi PT Kereta Api Pariwisata
Stasiun sebelumnya | Lintas Kereta Api Indonesia | Stasiun berikutnya |
---|---|---|
Juanda ke arah Jakarta Kota | Lintas Jakarta Jakarta Kota–Manggarai | Gondangdia ke arah Manggarai |