www.wikidata.id-id.nina.az
Ini adalah nama Batak Angkola marganya adalah Harahap Burhanuddin Harahap ejaan lama Boerhanoeddin Harahap 12 Februari 1917 14 Juni 1987 merupakan politikus Indonesia dari Partai Masyumi yang menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia ke 9 Ia memimpin kabinet yang memerintah antara 12 Agustus 1955 sampai 24 Maret 1956 Ia turut serta dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia PRRI antara 1958 sampai 1961 Burhanuddin HarahapBurhanuddin Harahap pada tahun 1956Perdana Menteri Indonesia ke 9Masa jabatan 11 Agustus 1955 20 Maret 1956PresidenSoekarnoWakilDjanoe IsmailHarsono TjokroaminotoPendahuluAli SastroamidjojoPenggantiAli SastroamidjojoMenteri Pertahanan Indonesia ke 8Masa jabatan 12 Agustus 1955 24 Maret 1956PresidenSoekarnoPerdana MenteriDirinya sendiriPendahuluIwa KoesoemasoemantriPenggantiAli SastroamidjojoInformasi pribadiLahir 1917 02 12 12 Februari 1917Medan Hindia BelandaMeninggal14 Juni 1987 1987 06 14 umur 70 Jakarta IndonesiaKebangsaanIndonesiaPartai politikMasyumiProfesiPolitikusLahir di Medan Burhanuddin berasal dari keluarga Batak dan ayahnya merupakan pegawai pemerintah kolonial Ia pindah ke pulau Jawa untuk melanjutkan studi dan mulai aktif dalam pergerakan nasional sebelum berkuliah di Sekolah Tinggi Hukum Batavia meskipun tidak selesai karena mulainya pendudukan Jepang Setelah Indonesia merdeka Burhanuddin menjadi anggota Masyumi dan mulai aktif berpolitik Sebagai ketua fraksi Masyumi di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara Burhanuddin turut menjatuhkan Kabinet Wilopo karena persoalan hubungan bilateral dengan Uni Soviet dan ia pernah ditunjuk sebagai formatur pemegang tugas penyusunan pemerintah meskipun gagal membentuk kabinet Ia kembali ditunjuk sebagai formatur pada 1955 dan berhasil membentuk kabinet hasil koalisi partai partai kecil dan Nahdlatul Ulama NU setelah jatuhnya Kabinet Ali Sastroamidjojo I Kebijakan Burhanuddin sebagai perdana menteri banyak yang berlawanan dengan kebijakan pendahulunya Ali Sastroamidjojo Selama tujuh bulan pemerintahannya Burhanuddin menjalankan kebijakan ekonomi berhaluan liberal sembari mengeluarkan simpatisan Partai Nasional Indonesia dan Partai Komunis Indonesia dari struktur birokratis pemerintah Setelah Masyumi gagal memenangkan pemilihan umum 1955 pemerintahan Burhanuddin melemah sampai akhirnya jatuh karena NU yang tidak sepakat dengan pilihan Burhanuddin untuk bernegosiasi dengan Belanda dalam penyelesaian sengketa Irian Barat mundur dari koalisi Begitu tak lagi menjabat sebagai perdana menteri beredar rumor bahwa dirinya akan ditangkap sehingga ia melarikan diri ke Sumatra pada 1957 Di Sumatra ia bergabung dengan PRRI bersama pemimpin Masyumi lainnya Seiring dengan penumpasan PRRI Burhanuddin ditangkap pada Maret 1962 dan dipenjara sampai Juli 1966 Selepas dari penjara ia meninggalkan dunia politik meskipun ia sempat menandatangani Petisi 50 pada 1980 sebelum meninggal pada 1987 Daftar isi 1 Masa muda 2 Awal karier 3 Perdana Menteri 3 1 Pembentukan kabinet 3 2 Pemilu 1955 3 3 Kebijakan 4 Pemberontakan PRRI 5 Orde Baru dan kematian 6 Kehidupan pribadi 7 Catatan kaki 8 Referensi 9 Daftar pustakaMasa mudaBurhanuddin dilahirkan di Medan pada tanggal 12 Februari 1917 a Ia merupakan anak kedua dari Mohammad Yunus dan Siti Nurfiah Saat Burhanuddin lahir Mohammad Yunus bekerja sebagai pegawai kejaksaan 1 4 Yunus merupakan keturunan Batak dari wilayah Tapanuli Selatan 5 tetapi sering berpindah pindah ke sekeliling pulau Sumatra karena pekerjaannya 1 4 Burhanuddin yang ikut mengiringi ayahnya memulai pendidikan di Hollandsch Inlandsche School setara SD di Bagansiapiapi 6 Setelah lulus ia melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs setara SMP di Padang 7 dan Algemene Middelbare School setara SMA di Yogyakarta Pada 1938 studinya berlanjut ke ke Rechtshoogeschool te Batavia Sekolah Tinggi Hukum Batavia tetapi tidak selesai karena serbuan Jepang ke Indonesia 2 Belakangan Burhanuddin menerima gelar sarjana hukum dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1951 8 Pada 1936 sewaktu belajar di Yogyakarta ia menjadi anggota Jong Islamieten Bond JIB Lewat JIB Burhanuddin mulai aktif dalam organisasi nasionalis dan ia mengetuai ranting JIB di Yogyakarta Begitu pindah ke Batavia Burhanuddin juga bergabung dengan organisasi organisasi lain seperti Studenten Islam Studie Club Kelompok Belajar Pelajar Islam dan Perhimpoenan Peladjar Peladjar Indonesia 2 9 Ia sempat aktif dalam jurnalistik dengan menerbitkan majalah berbahasa Belanda Moslim Reveil bersama sesama pelajar Jusuf Wibisono dan Mohammad Roem Majalah tersebut isinya mendukung nasionalisme yang berlandaskan Islam 10 Awal karierSelama masa pendudukan Jepang dan sepanjang perang kemerdekaan sampai 1948 Burhanuddin bekerja sebagai jaksa Semula ia ditempatkan di Pengadilan Tinggi Jakarta sebelum berpindah ke Pengadilan Tinggi Yogyakarta 2 Untuk menyalurkan pandangan politiknya ia bergabung dengan Partai Masyumi Semula ia berstatus anggota biasa Terjadinya konflik kepemimpinan dalam partai tersebut memberikan peluang bagi Burhanuddin untuk mengambil peranan lebih dalam struktur internal partai Pada 1949 ia sudah menjadi anggota dewan pimpinan partai Sebelumnya ia sudah ditunjuk menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat oleh Sutan Sjahrir pada tahun 1946 11 Selama perang kemerdekaan Burhanuddin beserta Kasman Singodimedjo politikus Masyumi lainnya mencoba meyakinkan pihak Angkatan Darat untuk bekerja sama dengan kelompok militan Darul Islam melawan Belanda 12 Setelah penyerahan kedaulatan Burhanuddin ditunjuk menjadi Ketua Fraksi Masyumi di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara DPRS 11 Meskipun saat itu perdana menteri dijabat oleh Mohammad Natsir dari Masyumi Burhanuddin beserta sejumlah anggota Masyumi lainnya sering berseberangan dengan Natsir dan Burhanuddin sendiri memutuskan untuk abstain dalam mosi tidak percaya Natsir pada Oktober 1950 13 Burhanuddin menjadi anggota Komite Eksekutif Masyumi pada tahun 1952 9 Pada masa Kabinet Wilopo Burhanuddin sempat ditunjuk menjadi anggota Panitia Pusat Pemilihan pada bulan April 1953 tetapi karena ketidaksetujuan Partai Nasional Indonesia PNI pembentukan panitia tersebut dibatalkan 14 Pada akhir 1953 Burhanuddin beserta Masyumi berseberangan dengan Kabinet Wilopo dan PNI dalam hal pembukaan hubungan diplomatis dengan Uni Soviet hingga Burhanuddin mengancam untuk menarik Masyumi dari koalisi pemerintahan Burhanuddin memberikan ancaman ini karena kekhawatiran dalam Masyumi bahwa Kedutaan Besar Uni Soviet di Jakarta dapat dijadikan kuda troya untuk paham komunisme 15 Setelah jatuhnya Wilopo tokoh tokoh politik dari PNI dan Masyumi dua kali gagal mencoba membentuk pemerintahan baru Pada tanggal 8 Juli 1953 Burhanuddin ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk membentuk kabinet Meskipun awalnya PNI bisa berkompromi dengan Burhanuddin keputusan Burhanuddin untuk memilih Soemitro Djojohadikoesoemo dari Partai Sosialis Indonesia PSI tidak bisa diterima oleh PNI Di sisi lain PNI ingin menempatkan kader partai sebagai perdana menteri Burhanuddin sempat mencoba untuk membentuk koalisi dengan Parkindo dan Partai Katolik tetapi kedua partai tersebut menolak bergabung apabila PNI tidak ikut dalam koalisi Akibat kegagalan tersebut Burhanuddin mengembalikan mandat formatur ke Soekarno sebelum batas waktu mandatnya 16 17 Formatur berikutnya Wongsonegoro berhasil menyusun Kabinet Ali Sastroamidjojo I tanpa mengikutsertakan Masyumi dalam koalisi pemerintah 18 Perdana MenteriPembentukan kabinet Kabinet Ali I jatuh pada bulan Juli 1955 karena permasalahan dengan Angkatan Darat mengenai penggantian perwira tinggi setelah mundurnya Kepala Staf TNI Angkatan Darat KSAD Bambang Soegeng 19 Kali ini Wakil Presiden Mohammad Hatta menunjuk trio Sukiman Wilopo dan Assaat sebagai formatur Ketiga tokoh tersebut mengusulkan Hatta dinonaktifkan sebagai Wakil Presiden agar dapat menjabat sebagai Perdana Menteri Para tokoh Masyumi tidak setuju dengan usulan tersebut sehingga kabinet yang diusulkan ketiga tokoh tersebut ditolak 20 Burhanuddin yang masih berkerabat dengan Pelaksana Tugas KSAD Zulkifli Lubis ditunjuk sebagai formatur berikutnya Sekali lagi Burhanuddin berusaha berunding dengan PNI dan berhasil mencapai kompromi dalam alokasi kursi menteri namun tidak mencapai mufakat dalam pemilihan tokoh tokoh menteri Burhanuddin kali ini mengundang partai partai kecil di DPRS untuk membentuk koalisi PSI Partai Syarikat Islam Indonesia PSII Parkindo Partai Katolik Partai Rakyat Nasional Partai Buruh Partai Indonesia Raya dan Parindra 21 Koalisi ini cukup untuk membentuk pemerintahan dan Kabinet Burhanuddin Harahap disumpah pada tanggal 12 Agustus 1955 Dalam kabinet ini Burhanuddin merangkap sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan 21 Secara keseluruhan ada 23 menteri dalam kabinet ini lebih banyak dari kabinet kabinet sebelumnya 22 Kecuali Menteri Keuangan Soemitro Djojohadikoesoemo dan Menteri Pertanian Mohammad Sardjan para menteri kabinet itu belum pernah menjabat sebagai menteri sebelumnya 23 Pemilu 1955 nbsp Pamflet kampanye Partai Masyumi nbsp Masyumi hitam dan NU hijau muda ditambah sejumlah partai kecil masih menguasai mayoritas DPR setelah pemilu 1955 Pada masa jabatannya Burhanuddin berhasil mengesahkan Undang Undang Pemilu sehingga memungkinkan dilangsungkannya Pemilu 1955 24 Meskipun beberapa menteri dalam kabinetnya menginginkan pengunduran tanggal Burhanuddin menetapkan tanggal yang sudah dijadwalkan 29 September 1955 tetap berlaku 25 Kabinet Burhanuddin sejak awal memang direncanakan untuk dibubarkan setelah hasil pemilihan umum diumumkan dan anggota DPR baru dilantik Oleh karena itu Burhanuddin kesulitan menentukan kebijakan jangka panjang 26 Selain itu partai partai di dalam koalisi pemerintah mempunyai agenda masing masing Masyumi dan PSI bertekad mengurangi pengaruh PNI dan Partai Komunis Indonesia PKI dalam struktur pemerintah sementara partai partai kecil yang tidak yakin masih akan ada di DPR setelah Pemilu 1955 fokus menggalang dukungan politik 22 Meskipun sesama partai Islam Nahdlatul Ulama NU dan PSII beragenda lain lagi dan menentang sejumlah kebijakan politik Burhanuddin 27 b Menjelang hari pemungutan suara kabinet Burhanuddin menurunkan harga bensin sebesar hampir 50 persen dan melonggarkan ketentuan impor sehingga menekan harga pasaran 28 Awalnya banyak yang berasumsi bahwa Masyumi akan memenangkan pemilu 29 Namun begitu hasil pemilu diumumkan PNI berhasil memenangkan suara terbanyak baru disusul Masyumi Selain itu NU berhasil merebut banyak kursi berkebalikan dengan PSI yang kursinya turun drastis Sejumlah partai kecil yang berkoalisi dengan Masyumi tidak lagi memiliki perwakilan di DPR setelah pemilu 30 Meskipun koalisi Masyumi NU masih memegang mayoritas kursi posisi NU PSII jauh menguat di dalam koalisi tersebut Selama September dan Oktober 1955 Kabinet Burhanuddin mencoba untuk mengesahkan suatu undang undang antikorupsi yang kontroversial karena isinya membentuk pengadilan khusus yang berhak menginterogasi tersangka korupsi apabila ada tidak cukup bukti untuk mendakwa Pihak NU menentang UU tersebut karena sejumlah anggotanya telah dituduh sebagai pelaku korupsi oleh media dan PNI juga menentangnya karena banyak tersangka merupakan mantan pegawai pemerintah yang juga anggota PNI Presiden Sukarno juga memveto UU tersebut begitu Burhanuddin mencoba untuk menjadikannya sebagai UU darurat yang tidak langsung membutuhkan persetujuan DPRS Burhanuddin akhirnya memutuskan untuk mengalah untuk menghindari konflik sekaligus dengan NU PNI dan Sukarno 31 32 NU juga mendesak Burhanuddin untuk menunjuk Abdul Haris Nasution kembali menjadi KSAD 33 Kebijakan Selama memerintah Burhanuddin mencabut sejumlah kebijakan kabinet Ali 22 Pemerintahan di bawah Burhanuddin melakukan restrukturisasi birokrasi dan mengganti sejumlah pejabat Selain itu Burhanuddin juga meluncurkan program amnesti untuk anggota pemberontakan DI TII di Jawa Barat Pemerintahan di bawah Ali Sastroamidjojo cenderung menggunakan kekerasan dalam menumpas DI TII 34 c Setelah hasil pemilihan umum diumumkan Burhanuddin melanjutkan restrukturisasi birokrasi dan pencopotan pegawai negeri pro PNI PKI meskipun terkadang tindakan ini mengganggu kinerja institusi pemerintah 36 Pada Desember 1955 Burhanuddin menunjuk Komodor Sujono menjadi anggota komando tinggi TNI Angkatan Udara Kepala Staf TNI Angkatan Udara Soerjadi Soerjadarma tidak setuju dengan keputusan tersebut dan memutuskan untuk mengundurkan diri Saat upacara penyumpahan sejumlah perwira muda TNI AU menyerbu upacara dan memukuli Sujono Setelah peristiwa ini Burhanuddin memerintahkan agar Soerjadarma dijadikan tahanan rumah Presiden Soekarno melakukan intervensi dan akhirnya penunjukan Sujono dan pengunduran diri Soerjadarma dibatalkan 37 Selain itu sejumlah menteri dalam kabinet Ali ditahan atas tuduhan korupsi Menteri Perdagangan Iskak Tjokroadisurjo dan Menteri Kehakiman Djody Gondokusumo 38 Dalam bidang ekonomi kabinet Burhanuddin cenderung menerima investor dan modal asing karena alasan pragmatis sehingga sejumlah kebijakan ekonomi kabinet Ali dicabut Impor barang yang sebelumnya dibatasi untuk menekan defisit dilonggarkan demi melawan inflasi 39 Hasil kebijakan ini tidak langsung terlihat karena banjir yang melanda wilayah pertanian pada tahun 1955 tetapi inflasi mulai terkendali pada tahun 1956 40 Program Benteng yang memihak pengusaha pribumi dalam impor barang juga dihapuskan Kabinet Burhanuddin juga memutuskan untuk tidak lagi membayar utang Indonesia yang ditentukan dalam Konferensi Meja Bundar yang saat itu tersisa 3 miliar gulden 41 Aceh disetujui sebagai daerah otonomi selama pemerintahan Burhanuddin meskipun status tersebut baru diberikan oleh pemerintahan berikutnya 42 Kebijakan luar negeri Burhanuddin berfokus untuk menggalang dukungan internasional khususnya Amerika Serikat dan Blok Barat dalam sengketa Irian Barat 43 Karena Masyumi cenderung anti komunis pihak AS lebih terbuka selama masa pemerintahan Burhanuddin dan cenderung mendukung pemerintahannya 44 Menteri Luar Negeri Mohammad Roem berhasil meyakinkan Australia untuk tidak mendukung Belanda dan mendorong agar sengketa Irian dibahas dalam sidang umum Perserikatan Bangsa Bangsa PBB 45 Upaya diplomatis ini dilakukan sembari proses negosiasi dengan Belanda dan pemerintah memutuskan untuk melepaskan sejumlah tawanan Belanda di Indonesia untuk menunjukkan niat baik Sebelum pemilihan umum selesai kabinet Burhanuddin lebih berhati hati dalam melangsungkan kebijakan luar negeri karena adanya resiko politik dalam negeri 46 Setelah pemilu Soekarno dan PNI mendorong Burhanuddin agar mundur dari perundingan dengan Belanda tetapi Burhanuddin memutuskan untuk melanjutkan proses negosiasi 47 Karena keputusan Burhanuddin ini NU dan PSII memutuskan untuk mundur dari koalisi pemerintah sehingga kalaupun persetujuan dapat dicapai dengan pihak Belanda DPR tidak akan meratifikasi perjanjian tersebut 48 49 Negosiasi pun gagal dan Burhanuddin memutuskan untuk menarik Indonesia dari Uni Indonesia Belanda pada 12 Februari 1956 50 Awalnya kabinet Burhanuddin direncanakan akan dibubarkan pada bulan April 1956 sebelum dipercepat ke bulan Maret Sepanjang Februari banyak terjadi mutasi staf dan peminjaman dana pemerintah ke pihak swasta Hal hal ini menyebabkan terjadinya walk out anggota DPRS termasuk ketua DPRS Sartono pada 28 Februari Burhanuddin mengembalikan mandat sebagai perdana menteri ke Soekarno pada 3 Maret meskipun ia masih menjabat perdana menteri selama tiga minggu berikutnya sembari pemerintahan baru dibentuk 51 52 Pemerintahan berikutnya di bawah Kabinet Ali Sastroamidjojo II mencakup Masyumi dan NU tetapi hampir semua menteri dalam kabinet Burhanuddin tidak diperbolehkan menjadi menteri kembali 53 Pemberontakan PRRIPada bulan Januari 1957 Masyumi mundur dari koalisi pemerintah karena gesekan dengan partai partai lainnya Sebelum jatuhnya kabinet Ali II pada bulan Maret Burhanuddin sempat mencoba mencari kompromi dengan mengusulkan agar Soekarno lebih aktif turun dalam pemerintahan sehari hari 54 Pada akhir tahun itu juga sidang umum PBB memutuskan untuk tidak membahas urusan Irian Barat sehingga Soekarno memerintahkan nasionalisasi perusahaan perusahaan milik Belanda Hal ini diikuti percobaan pembunuhan Soekarno Peristiwa Cikini oleh sejumlah pemuda yang merupakan anggota organisasi Gerakan Anti Komunis GAK Beberapa pemuda yang terlibat juga merupakan anggota Gerakan Pemuda Islam Indonesia sayap organisasi pemuda Masyumi 55 56 Karena hubungan para tersangka dengan Masyumi ditambah kebijakan Masyumi yang mendukung investasi asing Burhanuddin dan tokoh tokoh Masyumi lainnya seperti Mohammad Natsir dan Syafruddin Prawiranegara menjadi sorotan media Sejumlah koran pro PNI dan pro PKI mulai menuding bahwa Burhanuddin dan rekan rekannya terlibat dalam Peristiwa Cikini dan para tokoh Masyumi mulai menerima teror psikologis Burhanuddin didesas desuskan telah meninggal dan bahkan sejumlah anggota keluarganya dari Sumatra melayat Burhanuddin di Jakarta 55 56 Pada Desember 1957 Burhanuddin memutuskan untuk melarikan diri ke Sumatra begitu ia mendengar bahwa ia akan ditangkap Tak lama kemudian para tokoh Masyumi lainnya juga ikut mengungsi 55 57 Burhanuddin sudah berada di Padang pada pertengahan Januari 1958 dan ia turut menghadiri pertemuan dengan sejumlah perwira militer yang berniat memberontak di Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya Sumatra Barat 58 Burhanuddin belakangan menulis bahwa para perwira tersebut berniat memisahkan Sumatra sebagai negara sendiri sementara Burhanuddin beserta para pemimpin Masyumi lainnya ingin Sumatra tetap menjadi bagian Indonesia 59 60 Soekarno sedang berada di luar negeri pada waktu itu dan Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja mencoba berunding dengan pihak pihak di Sumatra Tokoh Masyumi yang masih berada di Jakarta seperti Mohammad Roem juga mencoba membujuk Burhanuddin dan rekan rekannya untuk tidak membentuk pemerintah tandingan 61 62 Meskipun begitu pihak militer di Sumatra di bawah Kolonel Ahmad Husein mengirimkan ultimatum ke pemerintah pusat pada tanggal 10 Februari 1958 yang isinya menuntut pembubaran Kabinet Djuanda dan pembentukan kabinet baru di bawah Mohammad Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX 62 63 Setelah ultimatum tersebut ditolak pemerintah pusat Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958 di Padang Dalam struktur kabinet PRRI Burhanuddin ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan dan Menteri Keadilan 62 63 Menurut Burhanuddin ia tadinya setuju menjadi Menteri Dalam Negeri dan masih ragu ragu untuk membentuk pemerintah tandingan tetapi sayap militer PRRI melakukan perombakan kabinet tanpa berbicara dengan Burhanuddin 64 65 Tidak lama setelah deklarasi PRRI operasi militer TNI mendesak PRRI ke luar dari kota kota besar di Sumatra Pada bulan Mei 1958 Padang Medan dan Pekanbaru sudah direbut kembali oleh pemerintah Kinerja militer PRRI yang mengecewakan juga menyebabkan dukungan asing khususnya Amerika Serikat surut 66 67 PRRI mulai meluncurkan perang gerilya dan Burhanuddin mendampingi Kolonel Dahlan Djambek di basisnya sekitar Kabupaten Agam 68 Operasi militer pemerintah pusat perlahan lahan memaksa Burhanuddin dan Dahlan untuk mundur lebih lanjut ke hutan sampai markas terakhir PRRI di Koto Tinggi direbut pemerintah pada bulan Juli 1960 Setelah tidak lagi bermarkas tetap para pemimpin sipil PRRI tidak lagi mengendalikan pergerakan tersebut 69 Mulai tahun 1961 KSAD Abdul Haris Nasution meluncurkan program amnesti sembari berunding dengan para perwira militer PRRI Ahmad Husein menyerah pada tanggal 21 Juni 1961 dan setelah itu para pemimpin sipil menyadari bahwa PRRI sudah kalah Pada peringatan hari kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1961 Soekarno menawarkan amnesti untuk semua anggota PRRI yang menyerah sebelum tanggal 5 Oktober Setelah mendengar tawaran tersebut Burhanuddin bersama Syafruddin Prawiranegara dan Assaat memutuskan untuk menyerah Pada akhir bulan Agustus ketiga tokoh tersebut meminta pasukan PRRI untuk menyerah melalui siaran radio sebelum mereka sendiri turun gunung dan menyerahkan diri ke pihak pemerintah di Padangsidempuan 70 71 Pemberontakan PRRI berakhir tidak lama kemudian setelah tewasnya Dahlan Djambek dan menyerahnya Mohammad Natsir pada bulan September 72 Setelah PRRI berakhir Burhanuddin awalnya tinggal di Medan sebagai warga bebas Meskipun begitu pada bulan Maret 1962 Burhanuddin beserta pemimpin sipil PRRI lainnya ditangkap dan dibawa ke Jakarta Para pemimpin tersebut kemudian dipisahkan dan dipenjara masing masing Burhanuddin mendekam di penjara selama dua tahun di Kabupaten Pati Ia kemudian dipindahkan ke Jakarta pada tahun 1964 dan baru dilepaskan setelah Soeharto berkuasa di bulan Juli 1966 73 Orde Baru dan kematianSetelah Burhanuddin dan para pemimpin Masyumi dibebaskan beberapa pihak mencoba untuk membentuk kembali Partai Masyumi yang telah dibubarkan sebelumnya Bersama mereka Burhanuddin turut serta dalam pertemuan Partai Muslimin Indonesia Parmusi pada bulan Agustus 1968 Namun Soeharto tidak memperbolehkan tokoh tokoh pemimpin Masyumi menjadi pemimpin di Parmusi 74 Burhanuddin sendiri kurang berminat menjadi pemimpin di struktur Parmusi karena ia lebih fokus ke bidang lain seperti jurnalisme dan dakwah Ia berhasil mendirikan kembali surat kabar Abadi dan Burhanuddin menjadi pemimpin Abadi sampai surat kabar tersebut dibredel tahun 1974 Ia juga aktif di Dewan Da wah Islamiyah Indonesia 75 76 Selain itu setelah Soeharto memaksakan Pancasila menjadi dasar ideologis semua organisasi di Indonesia termasuk organisasi keagamaan Burhanuddin ikut menandatangani Petisi 50 beserta banyak tokoh Muslim dan ABRI lainnya 77 Burhanuddin meninggal pada tanggal 14 Juni 1987 di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta Barat Sebelum meninggal Burhanuddin sudah menderita penyakit jantung sejak tahun 1976 Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta Selatan 3 Kehidupan pribadiBurhanuddin dikenal sebagai seorang tokoh yang gemar makan sambal dan berhobi bermain tenis sejak masa sekolah di Yogyakarta 76 78 Burhanuddin menikah dengan Siti Bariyah yang merupakan putri dari pegawai negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta 79 80 Saat Burhanuddin meninggal ia telah mempunyai seorang putra dan putri 80 Catatan kaki Sesuai dengan tanggal yang tercantum di biografi 1 dan biodata resmi 2 Di batu nisan Burhanuddin tercantum tanggal 12 Maret 1917 3 Basis suara Masyumi pada waktu itu berada di Jawa Barat etnis Sunda dan luar Jawa sementara basis NU PSII merupakan etnis Jawa 27 Burhanuddin dan Zulkifli Lubis sudah berunding melalui surat menyurat dengan Kartosoewirjo pemimpin DI TII sejak 1952 35 Referensi a b c Busyairi 1989 hlm 6 a b c d Kami perkenalkan Kementerian Penerangan Republik Indonesia 1952 hlm 94 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan a b Menjelajahi Rumah Terakhir 10 Mantan Perdana Menteri detikcom 16 Agustus 2006 Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 November 2021 Diakses tanggal 5 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan a b Fogg 2019 hlm 173 Kahin 2012 hlm 126 Busyairi 1989 hlm 8 Busyairi 1989 hlm 9 Busyairi 1989 hlm 14 a b Madinier 2015 hlm 47 48 Ardanareswari Indira Pemilu Pertama Indonesia Terlaksana Berkat Burhanuddin Harahap Tirto id Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Maret 2021 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan a b Fogg 2019 hlm 176 177 Fogg 2019 hlm 118 119 Feith 2006 hlm 152 Feith 2006 hlm 280 281 Feith 2006 hlm 291 292 Feith 2006 hlm 331 336 Karma 1987 hlm 16 Feith 2006 hlm 336 339 Feith 2006 hlm 398 402 Feith 2006 hlm 416 417 a b Feith 2006 hlm 417 419 a b c Lucius 2003 hlm 130 131 Thuỷ 2019 hlm 126 Kahin 2012 hlm 85 Feith 2006 hlm 424 425 Feith 2006 hlm 421 422 a b Lucius 2003 hlm 133 135 Feith 2006 hlm 426 Kahin 1999 hlm 177 Feith 2006 hlm 434 436 Feith 2006 hlm 437 439 Lucius 2003 hlm 136 Feith 2006 hlm 442 443 Formichi 2012 hlm 163 Madinier 2015 hlm 174 Feith 2006 hlm 446 Feith 2006 hlm 447 448 Feith 2006 hlm 422 423 Thuỷ 2019 hlm 135 136 Feith 2006 hlm 461 Thuỷ 2019 hlm 147 148 Madinier 2015 hlm 160 161 Lucius 2003 hlm 131 132 Lucius 2003 hlm 148 Madinier 2015 hlm 182 183 Penders 2021 hlm 251 Penders 2021 hlm 253 254 Madinier 2015 hlm 141 142 Penders 2021 hlm 256 Feith 2006 hlm 455 Feith 2006 hlm 456 459 Busyairi 1989 hlm 186 Feith 2006 hlm 467 Madinier 2015 hlm 232 237 a b c Kahin 1999 hlm 204 205 a b Madinier 2015 hlm 248 249 Madinier 2015 hlm 249 Madinier 2015 hlm 250 Busyairi 1989 hlm 145 Madinier 2015 hlm 251 Kahin 1999 hlm 208 a b c Madinier 2015 hlm 252 a b Kahin 1999 hlm 210 211 Busyairi 1989 hlm 153 Madinier 2015 hlm 253 Kahin 1999 hlm 214 216 Madinier 2015 hlm 257 Kahin 1999 hlm 218 Kahin 1999 hlm 225 Madinier 2015 hlm 260 Kahin 1999 hlm 226 Kahin 1999 hlm 227 Orde Lama Syahrir Natsir Hamka Penjara Tanpa Proses Hukum Republika 19 Januari 2019 Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 November 2021 Diakses tanggal 5 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Ward 2010 hlm 62 68 Ward 2010 hlm 64 a b Karma 1987 hlm 17 Kahin 2012 hlm 198 199 Busyairi 1989 hlm 11 Busyairi 1989 hlm 30 31 a b Karma 1987 hlm 18 Daftar pustakaBusyairi Badruzzaman 1989 Boerhanoeddin Harahap pilar demokrasi Bulan Bintang ISBN 978 979 418 207 9 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Feith Herbert 2006 The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia dalam bahasa Inggris Equinox Publishing ISBN 978 979 3780 45 0 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Fogg Kevin W 2019 Indonesia s Islamic Revolution dalam bahasa Inggris Cambridge University Press ISBN 978 1 108 48787 0 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Formichi Chiara 2012 Islam and the Making of the Nation Kartosuwiryo and Political Islam in 20th Century Indonesia dalam bahasa Inggris BRILL ISBN 978 90 04 26046 7 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Kahin Audrey 1999 Rebellion to Integration West Sumatra and the Indonesian Polity 1926 1998 dalam bahasa Inggris Amsterdam University Press ISBN 978 90 5356 395 3 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Kahin Audrey 2012 Islam Nationalism and Democracy a Political Biography of Mohammad Natsir dalam bahasa Inggris NUS Press ISBN 978 9971 69 571 2 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Karma D S 1987 Perdana Menteri Tanpa Dasi Melihat Pembentukan Dewan Dakwah Islam Indonesia DDDI dan Kontribusinya Tempo Publishing ISBN 978 623 339 495 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Lucius Robert E 2003 A House Divided The Decline and Fall of Masyumi 1950 1956 PDF dalam bahasa Inggris Naval Postgraduate School Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 2022 04 06 Diakses tanggal 6 April 2022 Madinier Remy 2015 Islam and Politics in Indonesia The Masyumi Party between Democracy and Integralism dalam bahasa Inggris NUS Press ISBN 978 9971 69 843 0 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Penders C L M 2021 The West New Guinea Debacle Dutch Decolonisation and Indonesia 1945 1962 dalam bahasa Inggris BRILL ISBN 978 90 04 48723 9 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Thuỷ Phạm Văn 2019 Beyond Political Skin Colonial to National Economies in Indonesia and Vietnam 1910s 1960s dalam bahasa Inggris Springer ISBN 978 981 13 3711 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 Januari 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Ward Ken 2010 The Foundation of the Partai Muslimin Indonesia dalam bahasa Inggris Equinox Publishing ISBN 978 602 8397 01 8 Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2022 Diakses tanggal 6 April 2022 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Jabatan politikDidahului oleh Ali Sastroamidjojo Perdana Menteri Indonesia1955 1956 Diteruskan oleh Ali SastroamidjojoDidahului oleh Hamengkubuwana IX Menteri Pertahanan Indonesia1955 1956 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Burhanuddin Harahap amp oldid 24079257