www.wikidata.id-id.nina.az
Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di wilayah Banten Indonesia Berawal sekitar tahun 1526 ketika kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara kerajaan Sunda dan Portugis tahun 1522 m 6 Kesultanan Bantenᮊᮞ ᮜ ᮒᮔᮔ ᮘᮔ ᮒ ᮔ Aksara Sunda ꦏꦱ ꦭ ꦠꦤꦤ ꦧꦤ ꦠ ꦤ Cacarakan 1527 1813Bendera LambangWilayah Banten pada masa Maulana Hasanuddin yang menguasai Selat Sunda pada kedua sisinyaIbu kotaSurosowan Banten Lama Kota SerangBahasa yang umum digunakanBahasa Sunda Banten 1 Bahasa Jawa Serang1 Melayu Arab 2 AgamaIslamPemerintahanKesultananSultan 1552 1570Sultan Maulana Hasanuddin2 1651 1683Sultan Ageng Tirtayasa 1809 1813Sultan Muhammad ShafiuddinSejarah Didirikan sebagai kadipaten di bawah Kesultanan Cirebon 1526 Sebagai kesultanan berdaulat1552 Vasal VOC Perusahaan Hindia Timur Belanda 1684 1800 Vasal Republik Batavia Belanda amp dilanjuti Kerajaan Hollandia Belanda 1800 1806 amp 1806 1810 Diserap ke dalam Hindia Belanda secara sepihak oleh Daendels22 November 1808 1811 Vasal Kekaisaran Prancis saat menguasai Belanda 1810 1811 Vasal EIC Perusahaan Hindia Timur Inggris dan berakhir dengan dianeksasi oleh Inggris1811 1813 Kesultanan kembali dihidupkan dengan status simbolis di bawah Provinsi Banten Indonesia sekarangDidahului oleh Digantikan olehKerajaan SundaKesultanan Cirebon Hindia BelandaSekarang bagian dari Indonesia1 Bahasa Jawa Serang adalah bahasa yang dipergunakan di wilayah Banten bagian utara yang merupakan percampuran bentuk bentuk tertentu dari bahasa Sunda bahasa Jawa serta elemen lainya Bahasa Jawa Banten ini banyak dipengaruhi oleh Bahasa Cirebon dan Sunda dialek Barat 1 tetapi terdapat pula pengaruh Bahasa Arab Melayu Belanda dan Inggris 2 3 2 8 Oktober 1526 M 1 Muharam 933 H 1552 M 4 status Kesultanan Banten adalah sebagai Kadipaten Provinsi di bawah kesultanan Cirebon 5 Maulana Hasanuddin putra Sunan Gunung Jati 7 berperan dalam penaklukan tersebut Setelah penaklukan tersebut Maulana Hasanuddin mengembangkan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan dibangun 1600 M menjadi kawasan kota pesisir yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri Pernah menjadi pusat perdagangan besar di Asia Tenggara terutama lada kerajaan ini mencapai puncaknya pada akhir abad ke 16 dan pertengahan abad ke 17 Pada akhir abad ke 17 pentingnya dibayangi oleh Batavia dan akhirnya dianeksasi ke Hindia Belanda pada tahun 1813 Wilayah intinya sekarang membentuk provinsi Indonesia dari Banten Saat ini di Banten Lama Masjid Agung Banten menjadi tujuan penting bagi wisatawan dan peziarah dari seluruh Indonesia dan dari luar negeri hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa yang di waktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya Perang saudara dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan dan pada masa masa akhir pemerintahannya para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda Daftar isi 1 Pembentukan awal 1 1 Penguasaan Banten 1 2 Penyatuan Banten 1 3 Penguasaan Lampung 1 3 1 Perluasan dakwah di Lampung 1 3 2 Pembagian kerajaan Pugung 2 Banten sebagai kesultanan 2 1 Pembagian wilayah taklukan antara kesultanan Banten dengan kesultanan Cirebon 2 2 Perluasan wilayah ke Lampung 2 2 1 Masyarakat Lampung Abung seba ke Banten 2 3 Hubungan erat kesultanan Banten dan Inggris 2 3 1 Blokade Vereenigde Oostindische Compagnie dan Peristiwa Pabaranang 2 3 2 Penyerangan kapal dagang kesultanan Banten oleh Vereenigde Oostindische Compagnie 2 3 3 Penjajakan perdamaian dengan Belanda 3 Puncak kejayaan 3 1 Perintah penanaman lada dan perlawanan dari masyarakat 3 2 Penguasaan Sukadana 3 3 Pengaturan lada di Bengkulu 3 4 Banten dalam Kasus Perwalian kesultanan Cirebon dan perjuangan Raden Trunajaya 3 4 1 Lepasnya Karawang kepada Belanda dari Cirebon dan pembebasan para pangeran Cirebon 3 4 2 Penyerangan Banten atas loji Belanda dan disingkirkannya wakil Mataram di Cirebon 3 4 3 Penobatan anak anak Sultan Cirebon Abdul Karim 3 4 4 Misi Rijckloff van Goens menghancurkan kesultanan Banten 3 4 5 Pribawa dan masuknya Belanda pada Perjanjian 1681 3 4 6 Kesultanan Banten menyerang loji Belanda di Indramayu 3 4 7 Jacob van Dyck dan surat Belanda 1680 3 4 8 Pangeran Haji dan kekalahan pasukan gerilya kesultanan Banten di Cirebon 3 4 9 Perjanjian 1681 4 Perang saudara 5 Penurunan 6 Penghapusan kesultanan Banten dan lepasnya Lampung 7 Agama 8 Kependudukan 9 Perekonomian 10 Pemerintahan 11 Warisan sejarah 12 Daftar Sultan Banten 12 1 Kesultanan Banten sebagai Negara Berdaulat 13 Lihat pula 14 Bacaan lanjut 15 Pranala luar 16 Catatan kakiPembentukan awal Sunting Palangka Sriman Sriwacana Sang Susuktunggal inyana nu nyieuna palangka Sriman Sriwacana Sri Baduga Maharajadiraja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran nu mikadatwan Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati inyana Pakwan Sanghiyang Sri Ratu Dewata Artinya Sang Susuktunggal ialah yang membuat takhta Sriman Sriwacana untuk Sri Baduga Maharaja ratu penguasa di Pakuan Pajajaran yang bersemayam di keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati yaitu istana Sanghiyang Sri Ratu Dewata Penguasaan Banten Sunting Pada tahun 1522 8 Maulana Hasanuddin membangun kompleks istana yang diberi nama keraton Surosowan pada masa tersebut dia juga membangun alun alun pasar masjid agung serta masjid di kawasan Pacitan 9 Sementara yang menjadi pucuk umum penguasa di Wahanten Pasisir adalah Arya Surajaya putra dari Sang Surosowan dan paman dari Maulana Hasanuddin setelah meninggalnya Sang Surosowan pada 1519 M Arya Surajaya diperkirakan masih memegang pemerintahan Wahanten Pasisir hingga tahun 1526 M 10 Pada tahun 1524 M Sunan Gunung Jati bersama pasukan gabungan dari kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak mendarat di pelabuhan Banten 11 Pada masa ini tidak ada pernyataan yang menyatakan bahwa Wahanten Pasisir menghalangi kedatangan pasukan gabungan Sunan Gunung Jati sehingga pasukan difokuskan untuk merebut Wahanten GirangDalam Carita Sajarah Banten dikatakan ketika pasukan gabungan kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak mencapai Wahanten Girang Banten Girang adalah pusat kekuasaan kerajaan Banten pra Islam Di sini terdapat watu gigilang batu yang bersinar yang merupakan tahta Prabu Pucuk Umun Ratu Pandita Hindu yang terakhir Di sana juga terdapat dua makam keramat kakak beradik Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju yang merupakan penduduk Banten Girang pertama yang memeluk Islam dan berpihak kepada Maulana Hasanuddin Ki Mas Jong sendiri menurut Sajarah Banten adalah seorang Ponggawa penting dari Pakuan Pajajaran yang ditempatkan di Banten Girang Ki Mas Jong adalah pendukung utama Maulana Hasanuddin dan kemudian diangkat sebagai Mahapatih atau Tumenggung Ki Mas Jong memainkan peranan penting dalam penaklukan Pakuan Pajajaran pada pertengahan abad ke 16 Dalam sumber sumber lisan dan tradisional diceritakan bahwa pucuk umum penguasa Banten Girang yang terusik dengan banyaknya aktivitas dakwah Maulana Hasanuddin yang berhasil menarik simpati masyarakat termasuk masyarakat pedalaman Wahanten yang merupakan wilayah kekuasaan Wahanten Girang sehingga pucuk umum Arya Suranggana meminta Maulana Hasanuddin untuk menghentikan aktivitas dakwahnya dan menantangnya sabung ayam adu ayam dengan syarat jika sabung ayam dimenangkan Arya Suranggana maka Maulana Hasanuddin harus menghentikan aktivitas dakwahnya Sabung Ayam pun dimenangkan oleh Maulana Hasanuddin dan dia berhak melanjutkan aktivitas dakwahnya 12 Arya Suranggana dan masyarakat yang menolak untuk masuk Islam kemudian memilih masuk hutan di wilayah Selatan Sepeninggal Arya Suranggana kompleks Banten Girang digunakan sebagai pesanggrahan bagi para penguasa Islam paling tidak sampai di penghujung abad ke 17 13 Penyatuan Banten Sunting Atas petunjuk ayahnya yaitu Sunan Gunung Jati Maulana Hasanuddin kemudian memindahkan pusat pemerintahan Wahanten Girang ke pesisir di kompleks Surosowan sekaligus membangun kota pesisir 14 Kompleks istana Surosowan tersebut akhirnya selesai pada tahun 1526 8 Pada tahun yang sama juga Arya Surajaya pucuk umum penguasa Wahanten Pasisir dengan sukarela menyerahkan kekuasaannya atas wilayah Wahanten Pasisir kepada Sunan Gunung Jati akhirnya kedua wilayah Wahanten Girang dan Wahanten Pasisir disatukan menjadi Wahanten yang kemudian disebut sebagai Banten dengan status sebagai depaten provinsi dari kesultanan Cirebon pada tanggal 1 Muharram 933 Hijriah sekitar tanggal 8 Oktober 1526 M 4 kemudian Sunan Gunung Jati kembali ke kesultanan Cirebon dan pengurusan wilayah Banten diserahkan kepada Maulana Hasanuddin dari kejadian tersebut sebagian ahli berpendapat bahwa Sunan Gunung Jati adalah Sultan pertama di Banten 15 meskipun demikian Sunan Gunung Jati tidak menahbiskan dirinya menjadi penguasa sultan di Banten 16 Alasan alasan demikianlah yang membuat pakar sejarah seperti Hoesein Djajadiningrat berpendapat bahwa Sunan Gunung Jatilah yang menjadi pendiri Banten dan bukannya Maulana Hasanuddin Menurut catatan dari Joao de Barros semenjak Banten dan Sunda Kelapa dikuasai oleh kesultanan Islam Banten lah yang lebih ramai dikunjungi oleh kapal dari berbagai negara 14 Penguasaan Lampung Sunting Pada tahun 1525 Syarief Hidayatullah memasuki wilayah Labuhan Meringgai di Kerajaan Pugung 17 Menurut Nurhalim Raja Adat Melinting Lampung Timur kedatangan Syarief Hidayatullah ke Pugung pada awalnya dikarenakan oleh surat yang dikirimkan Ratu Galuh penguasa Pugung istri dari Anak Dalem Kesuma Ratu melalui burung merpati yang bermaksud meminta pertolongan kepada penguasa diluar pulau untuk membantu Pugung menghadapi perampok dan bajak laut yang telah meresahkan 18 Menurut Budiman Yaqub Radin Kusuma Yuda seorang budayawan dan sejarawan daerah Lampung Selatan Syarief Hidayatullah ketika akan memasuki wilayah Pugung beliau melihat cahaya kilat yang tegak dari langit 19 Sesampainya Syarief Hidayatullah di kerajaan Pugung beliau bersedia membantu Ratu Galuh menangani perampokan dengan satu syarat yaitu jika perampokan berhasil diatasi maka Ratu Galuh dan pengikutnya bersedia untuk memeluk agama Islam 20 Pasca berhasil diatasinya para perampok tersebut Syarief Hidayatullah kemudian mulai menyebarkan dakwah Islam di wilayah kerajaan Pugung Ratu Galuh beserta pengikutnya bersedia menerima ajaran Islam dengan dibimbing oleh Syarief Hidayatullah 20 Syarief Hidayatullah kemudian mengajukan lamaran kepada Ratu Galuh untuk menikahi anaknya yaitu putri Sinar Alam namun dikarenakan ada peraturan adat di kerajaan Pugung di mana putri pertama harus menikah dengan keluarga yang masih kerabat kerajaan Pugung maka lamaran tersebut ditolak menurut Budiman Yaqub Ratu Galuh kemudian menawarkan putri Kandang Rarang anak dari Minak Raja Jalan 20 agar menjadi istri Syarief Hidayatullah dan disetujui dari pernikahan dengan putri Kandangan Rarang Syarief Hidayatullah memiliki seorang putera yang diberi nama Muhammad Sholeh atau masyarakat Lampung mengenalnya dengan nama Minak Gejala Ratu 20 Syarief Hidayatullah kemudian pergi meninggalkan istrinya dan anaknya untuk kembali berdakwah dan pulang ke Cirebon Syarief Hidayatullah menitipkan sebuah cincin kepada istrinya Kandang Rarang yang kelak harus diberikan kepada putera mereka Muhammad Sholeh 20 Beberapa lama setelah kepergiannya Syarief Hidayatullah kembali ke kerajaan Pugung untuk menengok istrinya Kandang Rarang dan anaknya Muhammad Sholeh di sana Syarief Hidayatullah mengetahui jika putri Sinar Alam anak dari Dalem Kesuma Ratu dengan Ratu Galuh belum juga menikah Syarief Hidayatullah kemudian mengajukan lamaran kembali untuk menikahinya dan disetujui dari pernikahannya dengan putri Sinar Alam Syarief Hidayatullah dikaruniai seorang putera yang diberi nama Muhammad Aji Saka 21 atau yang menurut Nurhalim Raja Adat Melinting namanya adalah Minak Gejala Bidin 20 dari keturunan Muhammad Aji Saka inilah kemudian lahir pahlawan nasional asal Lampung yang bernama Radin Inten II 21 Perluasan dakwah di Lampung Sunting Dengan masuknya masyarakat adat Pugung ke dalam Islam maka secara berangsur angsur masyarakat Lampung dalam rumpun adat Lampung Peminggir yang berada di pantai selatan Lampung memeluk agama Islam 17 Wilayah wilayah di Lampung secara berangsur angsur berada di bawah kendali kesultanan Cirebon 22 hingga pada sekitar tahun 1530 Cirebon berhasil menguasai Lampung dan menempatkannya di bawah kendali Depati Banten 23 Depati Banten gubernur Banten pada masa itu Maulana Hasanuddin sangat tertarik dengan wilayah Lampung dikarenakan wilayah ini dianggap menguntungkan untuk menghasilkan lada Pada masa itu para penguasa di Lampung suka menjual lada dengan harga tinggi guna mendapatkan berbagai barang komoditas 22 Pembagian kerajaan Pugung Sunting Pembagian terhadap kerajaan Pugung dimulai ketika Muhammad Sholeh dan Muhammad Aji Saka datang ke kesultanan Cirebon untuk menemui ayahnya Syarief Hidayatullah di Cirebon mereka didik dengan ilmu syariat agama Islam dan keahlian bela diri setelah keilmuan dan kemampuan anak anaknya dirasa cukup Syarief Hidayatullah menyuruh mereka kembali ke Pugung kepada Muhammad Sholeh dia diberikan sebuah kotak kayu yang pada sisinya bertuliskan bacaan surat al Fatihah shalawat nariyah dan ayat kursi dan kotak tersebut hanya boleh dibuka di saat penobatannya sebagai penguasa di Pugung sementara kepada Muhammad Aji Saka Syarief Hidayatullah memerintahkannya untuk mencari gunung tinggi di wilayahnya yang memiliki batu putih Muhammad Aji Saka kemudian menemukan gunung yang sesuai dengan deskripsi ayahnya yaitu gunung Rajabasa 24 Di Labuhan Meringgai kemudian diadakan musyawarah untuk membagi dua kerajaan Pugung Muhammad Sholeh kemudian naik takhta menjadi penguasa di Labuhan Meringgai dan membuka kotak dari ayahnya di dalam kotak berisi selembar kain yang bertuliskan ratu darah putih menurut Nurhalim Raja Adat Melinting arti dari ratu darah putih adalah pemimpin yang adil dan bijaksana bersih dari segala sikap yang tercela 24 kerajaan yang dipimpin oleh Muhammad Sholeh kemudian dikenal dengan nama keratuan kerajaan darah putih Melinting atau kerajaan Melinting sementara Muhammad Aji Saka memilih untuk menetap di wilayah gunung Rajabasa wilayah kekuasaannya kemudian dikenal dengan nama keratuan kerajaan darah putih Rajabasa 24 Kerajaan kerajaan darah putih ini kemudian menjadi wilayah penyebaran agama Islam yang di Lampung sekaligus mampu membawa masyarakat rumpun adat Lampung Peminggir untuk memeluk Islam 17 Banten sebagai kesultanan SuntingKesultanan Demak menggelar musyawarah dalam menyikapi peristiwa meninggalnya Pati Unus depati Banten sekaligus putera mahkota Kesultanan demak di Demak Maulana Yusuf atau Raden Abdullah selaku anak dari penguasa depati Banten pada saat armada demak Mendaratkan pasukan Banten di teluk Banten Yusuf atau Raden Abdullah diajak pula untuk turun di Banten untuk tidak melanjutkan perjalanan pulang ke Demak Para komandan dan penasehat armada yang masih saling berkerabat satu sama lain sangat khawatir kalau Yusuf atau Raden Abdullah akan dibunuh dalam perebutan tahta mengingat sepeninggal Pati Unus Pembagian wilayah taklukan antara kesultanan Banten dengan kesultanan Cirebon Sunting Pasca perjanjian damai Cirebon dengan kerajaan Pajajaran pada tahun 1531 dan setelah kesultanan Banten berdiri pada tahun 1552 maka wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara dibagi dua Menurut Carita Sajarah Banten Sunan Gunung Jati 25 pada abad ke 15 26 membagi wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara menjadi dua bagian dengan sungai Citarum sebagai pembatasnya sebelah timur sungai Citarum hingga sungai Cipunegara masuk wilayah Kesultanan Cirebon yang sekarang menjadi Kabupaten Karawang Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dan sebelah barat sungai Citarum hingga sungai Angke menjadi wilayah bawahan Kesultanan Banten dengan nama Jayakarta 2 27 Pada tahun 1568 28 Maulana Hasanuddin sebagai penguasa Banten yang juga membawahi wilayah Jayakarta mengangkat menantunya yaitu Kawis Adimarta Tubagus Angke suami dari Ratu Ayu Fatimah anak ke enam dari Maulana Hasanuddin 29 sebagai penguasa Jayakarta sebelumnya sejak peristiwa penaklukan Kelapa pada tahun 1527 hingga diangkatnya Kawis Adimarta pada tahun 1568 wilayah ini berada di bawah kekuasaan Fadillah Khan 30 Perluasan wilayah ke Lampung Sunting Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke Lampung Pada tahun 1530 ketika wilayah adat Lampung Peminggir telah memeluk agama Islam dan berada di bawah kekuasaan Syarief Hidayatullah 17 wilayah adat Lampung Abung Pepadun belum ada yang berada di bawah kekuasaan Syarief Hidayatullah bahkan pada masa kekuasaan Maulana Hasanuddin sebagai Sultan Banten masyarakat adat Lampung Abung Pepadun belum ada yang melakukan seba menghadap Sultan ke Banten masyarakat Lampung Abung Pepadun pada masa itu masih mempertahankan adat istiadatnya yang bercorak animisme 17 Pada sekitar awal abad ke 16 memang ada seorang minak dari kalangan masyarakat adat Lampung Abung Pepadun yang telah memeluk Islam seperti Minak Sangaji dari kalangan Tulang Bawang yang merupakan suami dari Bolan namun Minak Sangaji diperkirakan menerima Islam bukan dari kesultanan Banten melainkan dari Melaka 17 Maulana Hasanuddin berperan dalam penyebaran Islam di kawasan Lampung selain itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan raja Malangkabu Minangkabau Kerajaan Inderapura Sultan Munawar Syah dan dianugerahi keris oleh raja tersebut 2 Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin naik takhta pada tahun 1570 31 melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun 1579 Kemudian ia digantikan anaknya Maulana Muhammad yang mencoba menguasai Palembang tahun 1596 sebagai bagian dari usaha Banten dalam mempersempit gerakan Portugal di Nusantara tetapi gagal karena ia meninggal dalam penaklukan tersebut 32 Masyarakat Lampung Abung seba ke Banten Sunting Pasca meninggalnya Sultan Banten Maulana Muhammad pada tahun 1596 pada penyerangan ke Palembang atas bujukan Pangeran Mas putera Arya Penggiri cucu Sunan Prawoto dari kesultanan Demak yang berambisi menjadi penguasa Palembang 33 dan pasca meninggalnya Unyai terjadilah perselisihan di antara anak cucu Minak Paduka Begeduh perselisihan tersebut berkenaan dengan persoalan seba menghadap sultan seba ke Banten atau ke Palembang 34 hingga salah satu dari mereka bergabung mengikuti kekuasaan kesultanan Banten 17 dan yang satunya lagi seba ke Palembang dan meninggalkan wilayah adat Lampung Abung Minak Paduka Begeduh memiliki 4 orang anak yaitu Unyi Nunyai Nuban perempuan dan Subing Minak Paduka Begeduh merupakan anak dari Minak Rio Begeduh cucu dari Indra Gajah dan cicit dari Umpu Serunting yang mendirikan keratuan kerajaan Pemanggilan 17 Minak Paduka Begeduh memiliki dua orang istri yaitu Minak Majeu Lemaweng dari keratuan kerajaan Pogung dan Minak Munggah di Abung dari Selebar 34 Perwakilan dari masyarakat adat Abung yang seba menghadap sultan ke Banten adalah Minak Semelesem cucu Unyai 17 sementara dari kalangan masyarakat adat Lampung Abung Pepadun yang memilih untuk seba menghadap sultan ke Palembang adalah Mukodum muter alam beliau kemudian tidak kembali lagi ke wilayah adat Lampung Abung dan memilih untuk membentuk masyarakat Kayu Agung dan menetap di sana 34 Hubungan erat kesultanan Banten dan Inggris Sunting Pada masa Pangeran Ratu anak dari Maulana Muhammad ia menjadi raja pertama di Pulau Jawa yang mengambil gelar Sultan pada tahun 1638 dengan nama Arab Abu al Mafakhir Mahmud Abdulkadir Pada masa ini Sultan Banten telah mulai secara intensif melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada waktu itu salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada Raja Inggris James I tahun 1605 dan tahun 1629 kepada Charles I 2 Pada tahun 1629 Sultan Banten Abu al Mafakir Mahmud Abdul Kadir mengirimkan surat kepada penguasa Inggris Raja Charles I menyatakan kegembiraannya karena orang orang Inggris mau membuka lagi kantor dagangnya di Banten selain itu Sultan Abu al Mafakir Mahmud Abdul Kadir juga meminta bantuan persenjataan dan mesiu kepada Inggris hal tersebut berguna untuk memperkuat pertahanan kesultanan Banten 2 35 Permintaan kesultanan Banten akan senjata dan mesiu sangat dimungkinkan untuk menghindari peristiwa penyerangan wilayah Banten pada 1626 terulang saat itu dua tahun setelah serah terima kuasa mutlak dari wali Sultan Banten yaitu Pangeran Ranamanggala Mataram pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma melakukan penyerangan kembali kepada kesultanan Banten yang kali ini dibantu oleh Palembang namun penyerangan ini juga tidak berhasil 25 Blokade Vereenigde Oostindische Compagnie dan Peristiwa Pabaranang Sunting Sikap Bersahabat kesultanan Banten dengan Inggris ini bertolak belakang dengan sikap yang diambil kesultanan Banten kepada Belanda Pada tahun 1633 Vereenigde Oostindische Compagnie melakukan penyerangan ke wilayah kesultanan Banten di antaranya Tanahara Anyer dan Lampung hal tersebut dikarenakan menurut Vereenigde Oostindische Compagnie orang Banten banyak yang melalukan pengrusakan dan perampokan kepada aset dan barang milik Vereenigde Oostindische Compagnie pada bulan November terjadi peperangan besar antara kesultanan Banten dengan Vereenigde Oostindische Compagnie pihak kesultanan Banten berhasil mengalahkan pasukan Vereenigde Oostindische Compagnie yang pada masa itu sedang lemah akibat berperang dengan Mataram 36 Pada tanggal 5 Januari 1634 Vereenigde Oostindische Compagnie mengirimkan lagi pasukan laut yang lebih kuat untuk mengepung Surosowan maka diadakanlah blokade menyeluruh atas wilayah perairan teluk Banten Pengepungan Vereenigde Oostindische Compagnie di perairan Tanahara dapat digagalkan oleh pasukan yang dipimpin Tubagus Singaraja pejabat kesultanan Banten di Tanahara sedangkan pengepungan di perairan pelabuhan Banten baru dapat digagalkan setelah digunakan taktik yang baru 36 yaitu dengan melakukan pembakaran blokade Vereenigde Oostindische Compagnie dengan kapal besar yang disebut Barungut kapal Barungut yang sebelumnya diperbaiki di Batavia pada malam harinya dibakar atas usul Wangsadipa 2 peristiwa pembakaran blokade ini dikenal dengan nama Pabaranang 37 Pembakaran blokade laut Vereenigde Oostindische Compagnie oleh kesultanan Banten terbagi dalam dua sesi sesi pertama terjadi pada malam hari di tanggal 4 dan 5 Januari 1634 dan sesi kedua terjadi pada malam hari di tanggal 10 dan 11 Januari 1634 25 35 Penyerangan kapal dagang kesultanan Banten oleh Vereenigde Oostindische Compagnie Sunting Satu tahun setelah peristiwa Pabaranang yaitu pada tahun 1635 Belanda kembali melakukan penyerangan terhadap Banten kali ini yang menjadi sasarannya adalah kapal dagang Banten yang mengangkut cengkeh dari Ambon 35 Pangeran Anom Abu al Ma ali Ahmad yang merupakan anak dari Sultan Banten Abu al Mafakir Mahmud Abdul Kadir sekaligus wakilnya lantas mengirimkan surat kepada Raja Charles I dari Inggis untuk meminta bantuan menghadapi Vereenigde Oostindische Compagnie di Batavia Pangeran Abu al Ma ali Ahmad meminta agar Inggris mau mengirimkan prajuritnya dalam membantu kesultanan Banten menghadapi Vereenigde Oostindische Compagnie namun jika Inggris berkeberatan atau tidak bersedia dengan alasan apapun maka Pangeran hanya akan meminta bantuan persenjataan saja yakni meriam dan mesiu 2 35 Penjajakan perdamaian dengan Belanda Sunting Pada tahun 1636 kesultanan Banten melakukan penjajakan perdamaian dengan Belanda pada masa ini situasi keamanan cenderung kondusif Hindia Belanda pada saat itu ada di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Antonio van Diemen yang mulai menjabat sejak 1 Januari 1636 Pada masa penjajakan perdamaian ini kesultanan Banten pun mulai mengimbau kepada seluruh masyarakat di wilayah kesultanan Banten agar mulai menanam lada Pada tahun 1639 perjanjian perdamaian berhasil dicapai 35 Puncak kejayaan Sunting De Stad Bantam lukisan cukilan lempeng logam engraving karya Francois Valentijn Amsterdam 1726 38 Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritim dan mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya Monopoli atas perdagangan lada di Lampung menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara dan Kesultanan Banten berkembang pesat menjadi salah satu pusat niaga yang penting pada masa itu 39 Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara Banten menjadi kawasan multi etnis Dibantu orang Inggris Denmark dan Tionghoa Banten berdagang dengan Persia India Siam Vietnam Filipina Tiongkok dan Jepang 40 Perintah penanaman lada dan perlawanan dari masyarakat Sunting Imbauan penanaman kembali lada yang telah dimulai sejak 1636 menemui perlawanan masyarakat di daerah Lampung dan Bengkulu masyarakat kerajaan kerajaan di Bengkulu yang berada di bawah kendali kesultanan Banten seperti Selebar misalnya melawan imbauan penanaman lada yang mulai terkesan memaksa 35 Penguasaan Sukadana Sunting Masa Sultan Ageng Tirtayasa bertakhta 1651 1682 dipandang sebagai masa kejayaan Banten 41 Di bawah dia Banten memiliki armada yang mengesankan dibangun atas contoh Eropa serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten 31 Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura Kalimantan Barat sekarang dan menaklukkannya tahun 1661 42 Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal kapal dagang menuju Banten 31 Pengaturan lada di Bengkulu Sunting Pada tanggal 12 Februari 1663 Sultan Banten Abdul Fatah mengeluarkan keputusan membolehkan komoditas lada dijual kepada siapa saja namun lada yang hendak tersebut harus terlebih dahulu dibawa ke Banten jika keputusan pengaturan penjualan lada ini dilanggar maka sebagai hukumannya istri dan anaknya akan dibawa ke Banten 43 Banten dalam Kasus Perwalian kesultanan Cirebon dan perjuangan Raden Trunajaya Sunting Pada saat Pangeran Girilaya dan kedua anak tertuanya yaitu Martawijaya dan Kartawijaya diundang ke Mataram untuk menerima upacara penghormatan atas naiknya Pangeran Girilaya menjadi penguasa Cirebon namun ternyata tidak kunjung kembali kesultanan Cirebon mengalami perguncangan karena tidak adanya pemimpin di kesultanan Cirebon Pada masa tersebut untuk menghindari kesultanan Cirebon dari kekacauan dikarenakan di keraton Cirebon Pangeran Girilaya masih memiliki keturunan dari istri istrinya yang lain seperti Pangeran Ketimang dan Pangeran Giyanti anak Pangeran Girilaya dari istrinya yang merupakan keturunan bangsawan Cirebon dan Bagus Jaka anak Pangeran Girilaya dengan istrinya yang merupakan rakyat biasa maka Sultan Ageng Tirtayasa dari kesultanan Banten menunjuk pangeran Wangsakerta adik pangeran Martawijaya dan Kartawijaya untuk menjadi wali sultan sampai ayahnya kembali 44 Keluarga akhirnya menyetujui pangeran Wangsakerta menjadi Wali sampai kembalinya ayahnya pangeran Girilaya dari Mataram Lepasnya Karawang kepada Belanda dari Cirebon dan pembebasan para pangeran Cirebon Sunting Sepeninggal sultan Agung Hanyaraka Kusuma dari Mataram penerusnya yaitu Amangkurat I bersikap lebih lunak kepada Belanda perjanjian antara keduanya untuk saling membantu pun dilakukan pada masa pemberontakan Trunojoyo Mataram meminta bantuan Belanda untuk memadamkannya Belanda yang diwakili Admiral Speelman yang dikemudian hari menjadi Gubernur Jendral Cornelis Speelman melalui Syahbandar Jepara yaitu Wangsadipa mengajukan syarat yaitu perluasan wilayah kekuasaan Belanda hingga sungai Cipunegara di bagian utara terus menyusuri ke selatan hingga bertemu laut Syarat tersebut dibawa oleh residen James Cooper pada tanggal 4 Maret 1677 dan diterima oleh sultan Mataram Amangkurat I dan putranya beberapa bulan sebelum Trunojoyo merebut ibu kota Mataram tanggal 28 Juni 1677 dan membebaskan putra putra pangeran Girilaya yang ditahan oleh Mataram yaitu Martawijaya dan Kartawijaya 45 Syarat tersebut kemudian disetujui oleh Amangkurat I walau wilayah yang diminta sebagiannya adalah milik kesultanan Cirebon yaitu wilayah Karawang atau sebagian masyarakat mengenalnya dengan Rangkas Sumedang wilayah antara sungai Citarum dan Cibeet hingga sungai Cipunegara yang sekarang menjadi kabupaten Karawang kabupaten Purwakarta dan kabupaten Subang para pangeran Cirebon ditahan sebagai garansi Cirebon mau melepaskan wilayah pesisir bagian baratnya untuk Belanda 45 Pangeran Wangsakerta yang berada di Cirebon dan menjadi wali setelah ayahnya pangeran Girilaya tidak kunjung kembali dari Mataram akibat ditahan oleh Amangkurat I kemudian meminta bantuan kesultanan Banten sultan Ageng Tirtayasa kemudian mengirimkan bantuan persenjataan kepada Trunojoyo dengan memintanya untuk membebaskan para pangeran Cirebon yang ditahan oleh Mataram ketika Trunojoyo berhasil merebut keraton Mataram orang orang yang ada di dalamnya kemudian ditawan dan dibawa ke Kediri 46 awalnya Tronojoyo tidak mengetahui bahwa para pangeran Cirebon ada di antara para tahanan yang dibawa ke Kediri setelah memeriksa para tahanan yang berasal dari Mataram dan menemukan para pangeran Cirebon Trunojoyo kemudian membebaskan mereka dengan hormat dan mengirimnya ke kesultanan Banten 45 Posisi Cirebon yang sedang lemah pada saat itu ditambah dengan kosongnya kursi sultan dan hanya diisi oleh seorang wali sultan saja membuat kesultanan Cirebon belum bisa merebut kembali wilayah Karawang yang direbut Belanda secara ilegal dan paksa dengan bantuan Amangkurat I dari Mataram sehingga ketika kedua pangeran Cirebon kembali dari Banten dan mewarisi kesultanan Cirebon dengan nama Kasepuhan dan Kanoman mereka mewarisi wilayahnya yang telah dikurangi wilayah Karawang yang diambil paksa tersebut sehingga wilayah kekuasaan kesultanan Cirebon paling barat ialah wilayah Kandang Haur dan sekitarnya hingga batas sungai Cipunegara Penyerangan Banten atas loji Belanda dan disingkirkannya wakil Mataram di Cirebon Sunting Pada akhir tahun 1676 sebuah kapal dari Cirebon yang berlabuh di Banten memberitahu bahwa Pekalongan sudah berhasil dikuasai pasukan Trunajaya pada sekitar 25 Desember 1676 penguasa daerah pesisir pada masa itu Singawangsa diberitakan ikut dengan para pasukan Trunajaya 47 Pada tanggal 2 Januari 1677 Tegal berhasil dikuasai pasukan Trunajaya tanpa kekerasan 47 Pada tanggal 5 Januari 1677 pasukan Trunajaya yang dipimpin oleh Ngabehi Sindukarti paman Trunajaya dan Ngabehi Langlang Pasir sampai di pelabuhan Cirebon dengan 12 kapal berisi 150 pasukan mereka menuntut agar wakil Mataram yang ditempatkan di Cirebon sebagai Syahbandar yaitu Martadipa menyerah dan menyetujui syarat syaratnya yaitu 48 1 Cirebon tidak lagi membayar pajak kepada Mataram 2 Tentara Madura harus melindungi anak anak dan wanita 3 Sandera Cirebon tidak ada lagi yang dikirim ke Mataram 4 Selanjutnya Cirebon berada di bawah pemerintahan rajanya sendiri 5 Cirebon berada di bawah pertanggungan hak hak Sultan Banten 6 Orang Cirebon menyokong Banten dengan senjata serta mengakui Sultan Banten sebagai pelindungSyarat syarat tersebut disertai peringatan dengan ancaman seandainya tidak diterima 48 Martadipa yang pada saat itu telah berusia lanjut akhirnya menerima syarat yang disodorkan kepadanya atas nama Raden Trunajaya 47 dan bersedia menyerahkan kekuasaannya kepada keturunan atau kerabat dekat Sultan Abdul Karim Sultan Cirebon yang ditawan Mataram 49 Penobatan anak anak Sultan Cirebon Abdul Karim Sunting Pembagian terhadap kesultanan Cirebon secara resmi terjadi pada tahun 1679 saat Pangeran Martawijaya dan Kartawijaya dinobatkan menjadi sultan di keraton Pakungwati kesultanan Cirebon sebelum kedua pangeran kembali ke Cirebon setelah diselamatkan oleh Tronojoyo dari Mataram dengan bantuan persenjataan dari kesultanan Banten pada tahun 1677 Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten terpaksa membagi kesultanan Cirebon menjadi dua kesultanan dan satu peguron dikarenakan untuk menghindari perpecahan keluarga kesultanan Cirebon karena adanya perbedaan pendapat di kalangan keluarga besar mengenai penerus kesultanan Cirebon pendapat keluarga besar terbelah dan mendukung ketiganya Martawijaya Kartawijaya dan Wangsakerta untuk menjadi penguasa maka Sultan Ageng Tirtayasa menobatkan ketiganya menjadi penguasa Cirebon di Banten pada tahun yang sama setelah mereka tiba di kesultanan Banten dari Mataram yaitu pada tahun 1677 dua orang menjadi sultan dan memiliki wilayahnya masing masing walaupun belum bersifat mengikat atau tetap 48 yaitu Pangeran Martawijaya dan Kartawijaya sementara satu orang yaitu Pangeran Wangsakerta menjadi Panembahan tanpa wilayah kekuasaan namun memegang kekuasaan atas kepustakaan keraton 44 Hal tersebut merupakan babak baru bagi kesultanan Cirebon di mana kesultanan terpecah menjadi tiga dan masing masing berkuasa dan menurunkan para penguasa berikutnya berikut gelar ketiganya setelah resmi dinobatkan Sultan Kasepuhan Pangeran Martawijaya dengan gelar Sultan Sepuh Abil Makarimi Muhammad Samsudin 1679 1697 Sultan Kanoman Pangeran Kartawijaya dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi Muhammad Badrudin 1679 1723 Panembahan Cirebon Pangeran Wangsakerta dengan gelar Pangeran Abdul Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati 1679 1713 Perubahan gelar dari Panembahan menjadi Sultan bagi dua putra tertua Pangeran Girilaya ini dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa karena keduanya dilantik menjadi Sultan Cirebon di Banten Sebagai sultan mereka mempunyai wilayah kekuasaan penuh rakyat dan keraton masing masing Pangeran Wangsakerta tidak diangkat menjadi sultan melainkan hanya Panembahan Ia tidak memiliki wilayah kekuasaan atau keraton sendiri akan tetapi berdiri sebagai Kaprabon Paguron yaitu tempat belajar para intelektual keraton Misi Rijckloff van Goens menghancurkan kesultanan Banten Sunting Pada 4 Januari 1678 Rijckloff van Goens ditunjuk sebagai pengganti Gubernur Jenderal Joan Maetsuycker kemudian pada 31 Januari 1679 Rijckloff van Goens menulis surat kepada pemerintah Belanda dia menuliskan bahwa yang amat perlu untuk pembinaan negeri kita Belanda ialah penghancuran dan penghapusan Banten Banten harus ditaklukkan atau kompeni akan lenyap 50 Pribawa dan masuknya Belanda pada Perjanjian 1681 Sunting Penobatan ketiga putra Sultan Cirebon Abdul Karim sebagai penguasa wilayah dan penguasa peguron pada tahun 1677 di Banten oleh Sultan Abdul Fatah dan dilanjutkan dengan deklarasi ketiganya di keraton Pakungwati pada 1679 ternyata masih menyisakan ketidakpuasan Pangeran Martawijaya yang sudah dinobatkan menjadi Sultan Sepuh Syamsuddin dan berkuasa di kesultanan Kasepuhan masih beranggapan bahwa dia adalah pewaris takhta yang sah karena dia adalah putera tertua dari Sultan Cirebon Abdul Karim yang meninggal ketika dalam penawanan Mataram konflik internal keturunan Sultan Abdul Karim diperkirakan bermula ketika Sultan Abdul Fatah dari Banten hanya memediasi ketiganya dengan cara menobatkan mereka bertiga sebagai penguasa wilayah dan penguasa peguron namun tidak membagi wilayah kekuasaan kepada masing masingnya secara tetap dan mengikat 48 Pangeran Martawijaya yang telah dinobatkan menjadi Sultan Sepuh Syamsuddin kemudian menyampaikan keinginannya kepada utusan Vereenigde Oostindische Compagnie yang bernama Jacob van Dyck agar Vereenigde Oostindische Compagnie Belanda mau membantunya mendapatkan takhta kesultanan Cirebon hal ini kemudian mendapatkan penentangan oleh Pangeran Kartawijaya yang telah dinobatkan menjadi Sultan Anom Badriddin dan Pangeran Wangsakerta yang telah dinobatkan menjadi Panembahan Nasiruddin Pangeran Kartawijaya Sultan Anom Badruddin berpendapat bahwa mereka telah sama sama dinobatkan sebagai penguasa wilayah di Cirebon menyikapi hal ini kemudian Pangeran Kartawijaya meminta perlindungan kepada kesultanan Banten sementara Pangeran Wangsakerta Panembahan Nasiruddin menuntut agar dirinya juga dapat berkuasa di Cirebon karena selama terjadi kekosongan akibat ayah dan saudaranya ditawan oleh Mataram dialah yang menjadi Wali dan menjalankan pemerintahan kesultanan Cirebon 48 Kesultanan Banten menyerang loji Belanda di Indramayu Sunting Pada bulan April tahun 1679 kesultanan Banten menyerang Loji bahasa Indonesia gudang Vereenigde Oostindische Compagnie di Indramayu di bawah pimpinan Arya Surya dan Ratu Bagus Abdul Qadir 51 penyerangan kesultanan Banten ini adalah bagian dari perang gerilya kesultanan Banten terhadap Vereenigde Oostindische Compagnie dan sekutunya di pulau Jawa Jacob van Dyck dan surat Belanda 1680 Sunting Pada bulan September 1680 ketika pasukan gerilya kesultanan Banten di Cirebon di ambang kehancuran oleh Vereenigde Oostindische Compagnie Jacob van Dyck yang sebelumnya adalah utusan Vereenigde Oostindische Compagnie yang diminta bantuan oleh Pangeran Martawijaya Sultan Sepuh Syamsuddin agar menyampaikan keinginannya supaya Vereenigde Oostindische Compagnie mau membantunya dalam mendapatkan takhta kesultanan Cirebon telah diutus ke Cirebon sebagai seorang Commissaris 48 bahasa Indonesia mediator atau penengah perjanjian untuk menyerahkan surat keputusan pemerintahan tertinggi Belanda yang menyatakan bahwa pemerintahan tertinggi Belanda sudah menganggap para penguasa Cirebon sebagai raja raja yang bebas tidak terikat oleh pihak manapun dan pemerintahan tertinggi Belanda berjanji akan melindungi para penguasa Cirebon dengan cara menempatkannya sebagai protektorat wilayah dalam perlindungan Belanda 48 Pada saat yang sama Gubernur Jenderal Rijckloff van Goens dan para penasihatnya yang diketuai oleh Cornelis Janzoon Speelman menjabat sejak 18 Januari 1678 52 sudah menyusun teks perjanjian yang akan diserahkan kepada tiga penguasa Cirebon teks perjanjian tersebut disusun sendiri oleh Cornelis Janzoon Speelman yang kemudian pada tanggal 29 Oktober 1680 ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda 53 Penunjukan Cornelis Janzoon Speelman sebagai Gubernur Jenderal dikarenakan Gubernur Jenderal Rijckloff van Goens menyatakan keinginannya untuk mengundurkan diri keinginan Gubernur Jenderal Rijckloff van Goens untuk mengundurkan diri dikarenakan merasa tidak mampu lagi menghadapi penentangan demi penentangan yang dilakukan oleh Cornelis Janzoon Speelman dan rekan rekannya di pemerintahan tinggi 53 Pengajuan pengunduran diri yang dilakukan oleh Gubernur Jenderal Rijckloff van Goens sebenarnya telah dilakukan sejak 1679 namun baru mendapatkan respon dari Heeren XVII tujuh belas orang pemimpin tinggi Vereenigde Oostindische Compagnie melalui surat tertanggal 29 Oktober 1680 di dalam surat tersebut Heeren XVII menerima pengunduran dirinya dengan hormat dan sebagai penghargaan atas jasa jasanya selama ini kepada Vereenigde Oostindische Compagnie Heeren XVII menawarkan kepada anaknya yang bernama Rijckloff van Goens Jr yang pada masa itu menjabat sebagai Gubernur wilayah jajahan Belanda di Srilanka sebuah posisi di pemerintahan tinggi 53 Pangeran Haji dan kekalahan pasukan gerilya kesultanan Banten di Cirebon Sunting Pada masa gerilya ini Sultan Abdul Fatah dari kesultanan Banten menghadapi konflik internal yang dipicu oleh kekhawatiran Pangeran Haji akan takhta kesultanan Banten yang mungkin tidak akan jatuh kepadanya konflik internal ini memulai puncaknya ketika Cornelis Janzoon Speelman ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk menggantikan Rijckloff van Goens pada 29 Oktober 1680 53 Pangeran Haji kemudian pada tanggal 25 November 1680 mengirimkan surat ucapan selamat kepada Cornelis Janzoon Speelman atas penunjukan dirinya sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda Pengiriman surat ucapan selamat oleh Pangeran Haji kepada Cornelis Janzoon Speelman memicu kekecewaan Sultan Abdul Fatah dikarenakan pada masa itu Vereenigde Oostindische Compagnie baru saja menghancurkan pasukan gerilya kesultanan Banten di Cirebon 36 yang berimbas pada berhasil dikuasai sepenuhnya wilayah kesultanan Cirebon oleh Vereenigde Oostindische Compagnie Belanda 54 Perjanjian 1681 Sunting Pada akhir tahun 1680 pemerintahan tertinggi Belanda menyetujui isi teks perjanjian yang ditujukan kepada para penguasa Cirebon kemudian pada saat tahun baru 1681 tujuh orang utusan dari tiga penguasa Cirebon yang tinggal di Batavia menghadiri upacara kenegaraan di rumah Rijckloff van Goens Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang baru saja mengundurkan diri pada 29 Oktober 1680 yang dipimpin oleh Jacob van Dyck setelah bersulang untuk keselamatan Raja Belanda dengan anggur spanyol maka diserahkan surat keputusan pemerintah tertinggi Belanda untuk ketiga penguasa Cirebon disertai dengan hadiah hadiah kepada mereka dan atasan mereka para penguasa Cirebon menjelang malam harinya Jacob van Dyck berlayar dengan dua buah kapal diikuti oleh perahu perahu yang membawa para utusan Cirebon menuju ke Cirebon iringan Jacob van Dyck sampai di pelabuhan Cirebon empat hari kemudian tanggal 5 Januari 1681 iring iringan Jacob van Dyck disambut oleh tembakan meriam dan kapten Joachim Michiefs yang telah terlebih dahulu ada di Cirebon 48 55 Pada keesokan harinya tanggal 6 Januari 1681 diadakanlah upacara yang dihadiri oleh para penguasa Cirebon di alun alun yang disertai tembakan meriam sebagai bentuk penghormatan kemudian surat keputusan pemerintahan tertinggi Belanda yang dibawa dari Batavia pada tanggal 1 Januari 1681 tersebut dibacakan 48 55 Pada tanggal 7 Januari 1681 dimulailah perundingan di antara para penguasa Cirebon dan pada malam harinya dicapailah kesepakatan untuk memberlakukan perjanjian antara Belanda dan Cirebon Perjanjian tersebut kemudian ditandatangani oleh ketiga penguasa Cirebon 56 57 Pada perjanjian tersebut Belanda diwakili oleh komisioner Jacob van Dijk dan kapten Joachim Michiefs 58 perjanjian persahabatan yang dimaksud adalah untuk memonopoli perdagangan di wilayah Cirebon di antaranya perdagangan komoditas kayu beras gula 58 lada serta Jati sekaligus menjadikan kesultanan kesultanan di Cirebon protektorat Belanda wilayah di bawah naungan Belanda 59 Perjanjian Belanda Cirebon 1681 tersebut juga membatasi perdagangan membatasi pelayaran penduduk dan memastikan Vereenigde Oostindische Compagnie memperoleh hak di sana 54 Perang saudara SuntingSekitar tahun 1680 muncul perselisihan dalam Kesultanan Banten akibat perebutan kekuasaan dan pertentangan antara Sultan Ageng dengan putranya Sultan Haji Perpecahan ini dimanfaatkan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie VOC yang memberikan dukungan kepada Sultan Haji sehingga perang saudara tidak dapat dielakkan Sementara dalam memperkuat posisinya Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar juga sempat mengirimkan 2 orang utusannya menemui Raja Inggris di London tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan serta bantuan persenjataan 2 Dalam perang ini Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke kawasan yang disebut dengan Tirtayasa tetapi pada 28 Desember 1682 kawasan ini juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC Sultan Ageng bersama putranya yang lain Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari Makasar mundur ke arah selatan pedalaman Sunda Namun pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng tertangkap kemudian ditahan di Batavia Sementara VOC terus mengejar dan mematahkan perlawanan pengikut Sultan Ageng yang masih berada dalam pimpinan Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf Pada 5 Mei 1683 VOC mengirim Untung Surapati yang berpangkat letnan beserta pasukan Balinya bergabung dengan pasukan pimpinan Letnan Johannes Maurits van Happel menundukkan kawasan Pamotan dan Dayeuh Luhur di mana pada 14 Desember 1683 mereka berhasil menawan Syekh Yusuf 60 Sementara setelah terdesak akhirnya Pangeran Purbaya menyatakan menyerahkan diri Kemudian Untung Surapati disuruh oleh Kapten Johan Ruisj untuk menjemput Pangeran Purbaya dan dalam perjalanan membawa Pangeran Purbaya ke Batavia mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang dipimpin oleh Willem Kuffeler tetapi terjadi pertikaian di antara mereka puncaknya pada 28 Januari 1684 pos pasukan Willem Kuffeler dihancurkan dan berikutnya Untung Surapati beserta pengikutnya menjadi buronan VOC Sedangkan Pangeran Purbaya sendiri baru pada 7 Februari 1684 sampai di Batavia 61 Penurunan SuntingBantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti dibayar dengan memberikan kompensasi kepada VOC di antaranya pada 12 Maret 1682 wilayah Lampung diserahkan kepada VOC seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin Laksamana kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung 62 Selain itu berdasarkan perjanjian tanggal 17 April 1684 Sultan Haji juga mesti mengganti kerugian akibat perang tersebut kepada VOC 63 Setelah meninggalnya Sultan Haji tahun 1687 VOC mulai mencengkeramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten sehingga pengangkatan para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya diangkat menggantikan Sultan Haji namun hanya berkuasa sekitar tiga tahun selanjutnya digantikan oleh saudaranya Pangeran Adipati dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan kemudian dikenal juga dengan gelar Kang Sinuhun ing Nagari Banten Perang saudara yang berlangsung di Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya Konfik antara keturunan penguasa Banten 64 maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat Banten atas ikut campurnya VOC dalam urusan Banten Perlawanan rakyat kembali memuncak pada masa akhir pemerintahan Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin di antaranya perlawanan Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali meminta bantuan VOC dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten telah menjadi vasal dari VOC 42 Penghapusan kesultanan Banten dan lepasnya Lampung Sunting Keris Naga Sasra yang digunakan oleh Pangeran Kornel Pangeran Kusumahdinata IX saat bersalaman menggunakan tangan kiri pertanda adanya perlawanan terhadap kebijakan Belanda dalam pembangunan Jalan Raya Pos dengan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada peristiwa Cadas Pangeran Reruntuhan Keraton Sultan pada tahun 1859 gambar oleh C Buddingh dari Geschiedenis van Nederlandsch Indie atau Sejarah Hindia Belanda Reruntuhan Keraton Kaibon bekas istana kediaman Ibu Suri Sultan Banten pada tahun 1933 Pada tahun 1808 Herman Willem Daendels Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1808 1810 memerintahkan pembangunan Jalan Raya Pos untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris 65 Daendels memerintahkan Sultan Banten untuk memindahkan ibu kotanya ke Anyer dan menyediakan tenaga kerja untuk membangun pelabuhan yang direncanakan akan dibangun di Ujung Kulon Sultan menolak perintah Daendels sebagai jawabannya Daendels memerintahkan penyerangan atas Banten dan penghancuran Istana Surosowan Sultan beserta keluarganya disekap di Puri Intan Istana Surosowan dan kemudian dipenjarakan di Benteng Speelwijk Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin kemudian diasingkan dan dibuang ke Batavia Pada 22 November 1808 Daendels mengumumkan dari markasnya di Serang bahwa wilayah Kesultanan Banten telah diserap ke dalam wilayah Hindia Belanda 66 Selain itu Gubernur Jendral Herman Willem Daendels mengeluarkan surat keputusan pada tanggal 22 November 1808 untuk melepaskan Lampung dari wilayah kesultanan Banten dan keterkaitannya dengan Vereenigde Oostindische Compagnie VOC wilayah Lampung dalam surat keputusan tersebut langsung berada di bawah pengawasan Gubernur Jenderal 67 Kesultanan Banten resmi dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris 68 Pada tahun itu Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles Peristiwa ini merupakan pukulan pamungkas yang mengakhiri riwayat Kesultanan Banten Agama Sunting Lukisan litograf Masjid Agung Banten pada kurun 1882 1889 Berdasarkan data arkeologis masa awal masyarakat Banten dipengaruhi oleh beberapa kerajaan yang membawa keyakinan Hindu Buddha seperti Tarumanagara Sriwijaya dan Kerajaan Sunda Dalam Babad Banten menceritakan bagaimana Sunan Gunung Jati bersama Maulana Hasanuddin melakukan penyebaran agama Islam secara intensif kepada penguasa Banten Girang beserta penduduknya Beberapa cerita mistis juga mengiringi proses islamisasi di Banten termasuk ketika pada masa Maulana Yusuf mulai menyebarkan dakwah kepada penduduk pedalaman Sunda yang ditandai dengan penaklukan Pakuan Pajajaran Islam menjadi pilar pendirian Kesultanan Banten Sultan Banten dirujuk memiliki silsilah sampai kepada Nabi Muhammad dan menempatkan para ulama memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakatnya seiring itu tarekat maupun tasawuf juga berkembang di Banten Sementara budaya masyarakat menyerap Islam sebagai bagian yang tidak terpisahkan Beberapa tradisi yang ada dipengaruhi oleh perkembangan Islam di masyarakat seperti terlihat pada kesenian bela diri Debus Kadi memainkan peranan penting dalam pemerintahan Kesultanan Banten selain bertanggungjawab dalam penyelesaian sengketa rakyat di pengadilan agama juga dalam penegakan hukum Islam seperti hudud 69 Toleransi umat beragama di Banten berkembang dengan baik Walau didominasi oleh muslim tetapi komunitas tertentu diperkenankan membangun sarana peribadatan mereka di mana sekitar tahun 1673 telah berdiri beberapa klenteng pada kawasan sekitar pelabuhan Banten Kependudukan SuntingKemajuan Kesultanan Banten ditopang oleh jumlah penduduk yang banyak serta multi etnis Mulai dari Sunda Jawa dan Melayu Sementara kelompok etnis Nusantara lain dengan jumlah signifikan antara lain Makasar Bugis dan Bali Dari beberapa sumber Eropa disebutkan sekitar tahun 1672 di Banten diperkirakan terdapat antara 100 000 sampai 200 000 orang lelaki yang siap untuk berperang sumber lain menyebutkan bahwa di Banten dapat direkrut sebanyak 10 000 orang yang siap memanggul senjata Namun dari sumber yang paling dapat diandalkan pada Dagh Register 16 1 1673 menyebutkan dari sensus yang dilakukan VOC pada tahun 1673 diperkirakan penduduk di kota Banten yang mampu menggunakan tombak atau senapan berjumlah sekitar 55 000 orang Jika keseluruhan penduduk dihitung apa pun kewarganegaraan mereka diperkirakan berjumlah sekitar 150 000 penduduk termasuk perempuan anak anak dan lansia 70 Sekitar tahun 1676 ribuan masyarakat Tiongkok mencari suaka dan bekerja di Banten Gelombang migrasi ini akibat berkecamuknya perang di Fujian serta pada kawasan Tiongkok Selatan lainnya Masyarakat ini umumnya membangun pemukiman sekitar pinggiran pantai dan sungai serta memiliki proporsi jumlah yang signifikan dibandingkan masyarakat India dan Arab Sementara di Banten beberapa kelompok masyarakat Eropa seperti Inggris Belanda Prancis Denmark dan Portugal juga telah membangun pemondokan dan gudang di sekitar Ci Banten Perekonomian SuntingDalam meletakkan dasar pembangunan ekonomi Banten selain di bidang perdagangan untuk daerah pesisir pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyang siksakanda ng karesian yang menceritakan adanya istilah pahuma peladang panggerek pemburu dan panyadap penyadap Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang begitu juga dengan nama peralatannya seperti kujang patik baliung kored dan sadap Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang Di sepanjang kanal tersebut antara 30 dan 40 000 ribu hektare sawah baru dan ribuan hektare perkebunan kelapa ditanam 30 000 an petani ditempatkan di atas tanah tersebut termasuk orang Bugis dan Makasar Perkebunan tebu yang didatangkan saudagar Tiongkok pada tahun 1620 an dikembangkan Di bawah Sultan Ageng perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan 42 Tak dapat dimungkiri sampai pada tahun 1678 Banten telah menjadi kota metropolitan dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia pada masa tersebut 70 Pemerintahan Sunting Bendera Kesultanan Banten versi pelat Jepang tahun 1876 Setelah Banten muncul sebagai kerajaan yang mandiri penguasanya menggunakan gelar Sultan sementara dalam lingkaran istana terdapat gelar Pangeran Ratu Pangeran Adipati Pangeran Gusti dan Pangeran Anom yang disandang oleh para pewaris Pada pemerintahan Banten terdapat seseorang dengan gelar Mangkubumi Kadi Patih serta Syahbandar yang memiliki peran dalam administrasi pemerintahan Sementara pada masyarakat Banten terdapat kelompok bangsawan yang digelari dengan tubagus Ratu Bagus ratu atau sayyid dan golongan khusus lainnya yang mendapat kedudukan istimewa adalah terdiri atas kaum ulama pamong praja serta kaum jawara Pusat pemerintahan Banten berada antara dua buah sungai yaitu Ci Banten dan Ci Karangantu Di kawasan tersebut dahulunya juga didirikan pasar alun alun dan Istana Surosowan yang dikelilingi oleh tembok beserta parit sementara di sebelah utara dari istana dibangun Masjid Agung Banten dengan menara berbentuk mercusuar yang kemungkinan dahulunya juga berfungsi sebagai menara pengawas untuk melihat kedatangan kapal di Banten Berdasarkan Sejarah Banten lokasi pasar utama di Banten berada antara Masjid Agung Banten dan Ci Banten yang dikenal dengan nama Kapalembangan Sementara pada kawasan alun alun terdapat paseban yang digunakan oleh Sultan Banten sebagai tempat untuk menyampaikan maklumat kepada rakyatnya Secara keseluruhan rancangan kota Banten berbentuk segi empat yang dipengaruhi oleh konsep Hindu Buddha atau representasi yang dikenal dengan nama mandala 42 Selain itu pada kawasan kota terdapat beberapa kampung yang mewakili etnis tertentu seperti Kampung Pekojan Persia dan Kampung Pecinan Kesultanan Banten telah menerapkan cukai atas kapal kapal yang singgah ke Banten pemungutan cukai ini dilakukan oleh Syahbandar yang berada di kawasan yang dinamakan Pabean Salah seorang syahbandar yang terkenal pada masa Sultan Ageng bernama Syahbandar Kaytsu Warisan sejarah SuntingSetelah dihapuskannya Kesultanan Banten wilayah Banten menjadi bagian dari kawasan kolonialisasi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1817 Banten dijadikan keresidenan dan sejak tahun 1926 wilayah tersebut menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat Kejayaan masa lalu Kesultanan Banten menginspirasikan masyarakatnya untuk menjadikan kawasan Banten kembali menjadi satu kawasan otonomi reformasi pemerintahan Indonesia berperan mendorong kawasan Banten sebagai provinsi tersendiri yang kemudian ditetapkan melalui Undang Undang Nomor 23 Tahun 2000 Selain itu masyarakat Banten telah menjadi satu kumpulan etnik tersendiri yang diwarnai oleh perpaduan antar etnis yang pernah ada pada masa kejayaan Kesultanan Banten dan keberagaman ini pernah menjadikan masyarakat Banten sebagai salah satu kekuatan yang dominan di Nusantara Daftar Sultan Banten SuntingArtikel utama Daftar Sultan BantenBerikut adalah daftar sultan Banten 71 72 Kesultanan Banten sebagai Negara Berdaulat Sunting No Masa Tahun Nama Sultan Nama Lain KeteranganSultan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Sultan ke 2 Kesultanan Cirebon1 1552 1570 Sultan Maulana Hasanuddin Pangeran Sabakinking 8 Oktober 1526 M 1 Muharam 933 H 1552 M sebagai kadipaten di bawah Kesultanan Cirebon2 1570 1585 Sultan Maulana Yusuf Pangeran Pasareyan3 1585 1596 Sultan Maulana Muhammad Pangeran Sedangrana Prabu Seda ing Palembang4 1596 1647 Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir Pangeran Ratu Sultan Agung5 1647 1651 Sultan Abu al Ma ali Ahmad Pangeran Anom Sultan Kilen6 1651 1683 Sultan Ageng Tirtayasa 73 Abu al Fath Abdul Fattah Pangeran Dipati Pangeran Surya7 1683 1687 Sultan Abu Nashar Abdul Qahar Sultan Haji Pangeran Dakar Catatan 18 1687 1690 Sultan Abu al Fadhl Muhammad Yahya9 1690 1733 Sultan Abu al Mahasin Muhammad Zainulabidin Pangeran Adipadi Kang Sinihun ing Nagari Banten10 1733 1750 Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin1750 1752 Sultan Syarifuddin Ratu Wakil2 Pangeran Syarifuddin dalam pengaruh Ratu Syarifah Fatima 74 75 11 1752 1753 Sultan Abu al Ma ali Muhammad Wasi Pangeran Arya Adisantika12 1753 1773 Sultan Abu al Nasr Muhammad Arif Zainulasyiqin13 1773 1799 Sultan Aliyuddin I Abu al Mafakhir Muhammad Aliyuddin14 1799 1801 Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin15 1801 1802 Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin1802 1803 Caretaker Sultan Wakil Pangeran Natawijaya Untuk sementara administrasi Kesultanan Banten dipegang oleh seorang Caretaker Sultan Wakil Pangeran Natawijaya16 1803 1808 Sultan Aliyuddin II Abu al Mafakhir Muhammad Aqiluddin1808 1809 Caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramenggala Untuk sementara administrasi Kesultanan Banten dipegang oleh seorang Caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramenggala17 1809 1813 Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin Muhammad bin Muhammad Muhyiddin ZainussalihinCatatan 1 Penobatan ini disertai beberapa persyaratan Persyaratan tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah perjanjian yang ditandatangani pada 17 April 1684 yang meminimalkan kedaulatan Banten karena dengan perjanjian itu segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan dalam dan luar negeri harus atas persetujuan VOC 2 Ketika Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin dibuang ke Ambon istrinya Ratu Syarifah Fatima berhasil membujuk Belanda Baron van Inhoff untuk menobatkan putranya dari suami terdahulu sebagai Sultan Banten Pangeran Syarifuddin naik takhta dengan gelar Sultan Syarifuddin Ratu Wakil tetapi pada kenyataannya yang berkuasa adalah Ratu Syarifah Fatima 76 Hal tersebut yang menyebabkan tidak diakuinya Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin maupun Ratu Syarifah Fatima sebagai Sultan Banten ke 11 Lihat pula SuntingUndhang Undhang Banten Kesultanan Aceh Kesultanan Bolango Kesultanan Gorontalo Kesultanan Kutai Kesultanan Tidore Kesultanan Ternate Kesultanan Palembang Kesultanan LinggaBacaan lanjut SuntingHussein Jayadiningrat Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten Disertasi Doktor 3 Mei 1913 Universitas Leiden Guillot Claude Lukman Nurhakim Sonny Wibisono Banten avant l Islam Etude archeologique de Banten Girang Java Indonesie 932 1526 Banten sebelum Islam Studi arkeologis tentang Banten Girang 932 1526 Ecole francaise d Extreme Orient 1994 ISBN 2 85539 773 1 Darsa Undang A 2004 Kropak 406 Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah Kuno yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga Bandung Jatinangor Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran hlm 1 23 Ekadjati Edi S 1995 Sunda Nusantara dan Indonesia Suatu Tinjauan Sejarah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pada Hari Sabtu 16 Desember 1995 Bandung Universitas Padjadjaran Ekadjati Edi S 1981 Historiografi Priangan Bandung Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran Ekadjati Edi S Koordinator 1993 Sejarah Pemerintahan di Jawa Barat Bandung Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Raffles Thomas Stamford 1817 The History of Java 2 vols London Block Parbury and Allen and John Murry Raffles Thomas Stamford 2008 The History of Java Terjemahan Eko Prasetaningrum Nuryati Agustin dan Idda Qoryati Mahbubah Yogyakarta Narasi Z Mumuh Muhsin Sunda Priangan dan Jawa Barat Makalah disampaikan dalam Diskusi Hari Jadi Jawa Barat diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada Selasa 3 November 2009 di Aula Redaksi HU Pikiran Rakyat Uka Tjandrasasmita 2009 Arkeologi Islam Nusantara Kepustakaan Populer Gramedia E Rokajat Asura September 2011 Harisbaya bersuami 2 raja Kemelut cinta di antara dua kerajaan Sumedang Larang dan Cirebon Penerbit Edelweiss Atja Drs 1970 Ratu Pakuan Lembaga Bahasa dan Sedjarah Unpad Bandung Atmamihardja Mamun Drs Raden 1958 Sadjarah Sunda Bandung Ganaco Nv Joedawikarta 1933 Sadjarah Soekapoera Parakan Moencang sareng Gadjah Pengharepan Bandoeng Lubis Nina Herlina Dr MSi dkk 2003 Sejarah Tatar Sunda jilid I dan II CV Satya Historica Bandung Herman Soemantri Emuch 1979 Sajarah Sukapura sebuah telaah filologis Universitas Indonesia Jakarta Guillot Claude Lukman Nurhakim Sonny Wibisono La principaute de Banten Girang Kerajaan Banten Girang Archipel Tahun 1995 Volume 50 halaman 13 24 Ricklefs M C A History of Modern Indonesia since c 1200 2008 terbitan ke 4 Zamhir Drs 1996 Mengenal Museum Prabu Geusan Ulun serta Riwayat Leluhur Sumedang Yayasan Pangeran Sumedang Sumedang Sukardja Djadja 2003 Kanjeng Prebu R A A Kusumadiningrat Bupati Galuh Ciamis th 1839 s d 1886 Sanggar SGB Ciamis Sulendraningrat P S 1975 Sejarah Cirebon dan Silsilah Sunan Gunung Jati Maulana Syarif Hidayatullah Lembaga Kebudayaan Wilayah III Cirebon Cirebon Sunardjo Unang R H Drs 1983 Kerajaan Carbon 1479 1809 PT Tarsito Bandung Suparman Tjetje R H 1981 Sajarah Sukapura Bandung Surianingrat Bayu Drs 1983 Sajarah Kabupatian I Bhumi Sumedang 1550 1950 CV Rapico Bandung Soekardi Yuliadi 2004 Kian Santang CV Pustaka Setia Soekardi Yuliadi 2004 Prabu Siliwangi CV Pustaka Setia Tjangker Soedradjat Ade 1996 Silsilah Wargi Pangeran Sumedang Turunan Pangeran Santri alias Pangeran Koesoemadinata I Penguasa Sumedang Larang 1530 1578 Yayasan Pangeran Sumedang Sumedang Widjajakusuma Djenal Asikin Raden Dr 1960 Babad Pasundan Riwajat Kamerdikaan Bangsa Sunda Saruntagna Karadjaan Pdjadjaran Dina Taun 1580 Kujang Bandung Winarno F G 1990 Bogor Hari Esok Masa Lampau PT Bina Hati Bogor Olthof W L cetakan IV 2008 Babad Tanah Jawi mulai dari Nabi Adam sampai tahun 1647 PT Buku Kita Yogyakarta Bagikan A Sobana Hardjasaputra H D Bastaman Edi S Ekadjati Ajip Rosidi Wim van Zanten Undang A Darsa 2004 Bupati di Priangan dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda Pusat Studi Sunda A Sobana Hardjasaputra Ed 2008 Sejarah Purwakarta Nina H Lubis Kunto Sofianto Taufik Abdullah pengantar Ietje Marlina A Sobana Hardjasaputra Reiza D Dienaputra Mumuh Muhsin Z 2000 Sejarah Kota kota Lama di di Jawa Barat Alqaprint ISBN 979 95652 4 3 Pranala luar Sunting Wikimedia Commons memiliki media mengenai Banten Indonesia Kompas Sia sia Kalau Bangkitkan Sosok Sultan Banten Indonesia Republika Menunggu Kembalinya Sultan Banten Indonesia Tempo Interaktif Ribuan Peziarah Serbu Masjid Agung Banten Diarsipkan 2007 09 30 di Wayback Machine Catatan kaki Sunting a b Taufiqurokhman Widodo Hari Gunawan Muhammad Lambe Sulaeman 2014 Banten dari Masa ke Masa PDF Serang Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Banten ISBN 9786027140400 Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2017 08 01 Diakses tanggal 2017 06 14 a b c d e f g h i Pudjiastuti Titik 2007 Perang Dagang Persahabatan Surat surat Sultan Banten Jakarta Yayasan Obor Indonesia Facal Gabriel 2016 Keyakinan dan Kekuatan Seni Bela Diri Silat Banten Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia a b Lubis Nina Herlina 2004 Banten dalam pergumulan sejarah sultan ulama jawara Jakarta LP3ES Wildan Dadan 2003 Sunan Gunung Jati antara fiksi dan fakta pembumian Islam dengan pendekatan struktural dan kultural Bandung Humaniora Thohir Ajid 2021 07 08 Establishing the Historiography of Islamic Sultanate in Nusantara Academic Journal of Interdisciplinary Studies 10 4 81 doi 10 36941 ajis 2021 0100 ISSN 2281 4612 Uka Tjandrasasmita 2009 Arkeologi Islam Nusantara Kepustakaan Populer Gramedia ISBN 979 9102 12 X a b Pudjiastuti Titik 2000 Sadjarah Banten suntingan teks dan terjemahan disertai tinjauan aksara dan amanat Depok Universitas Indonesia Untoro Heriyanti Ongkodharma 2007 Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten 1522 1684 Depok Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Effendy Khasan Sumanang Rana Dipaprana 1994 Pertalian keluarga raja raja Jawa Kulon dengan Keraton Pakungwati Sunan Gunung Djati muara terakhir keluarga raja raja Jawa Kulon kota Bandung Indra Prahasta Hendarsyah Amir 2010 Cerita Kerajaan Nusantara Yogyakarta Great Publisher Sariyun Yugo 1991 Nilai Budaya dalam Permainan Rakyat Jawa Barat Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Syahdana Darussalam Jagad 2015 Gunung Pulasari Kunci Penaklukkan Banten Girang oleh Sunan Gunung Jati kota Tangerang Tangerang Banten Hits Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 08 08 Diakses tanggal 2016 06 16 a b Tim Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1997 Kongres Nasional Sejarah 1996 Sub tema dinamika sosial ekonomi Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Ruhimat Mamat Nana Supriatna Kosim 2006 Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Sosiologi Geografi Ekonomi Sejarah Bandung Grafindo Media Pratama Adhyatman Sumarah 1981 Antique ceramics found in Indonesia Jakarta Himpunan Keramik Indonesia a b c d e f g h i Tim Pusat Penelitian dan Sejarah Budaya 1980 Adat Istiadat Daerah Lampung Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tim Radarcom id 2018 Asal Usul dan Hubungan Keratuan Darah Putih dengan Syarief Hidayatullah 1 Bandar Lampung Radar Komunikasi Digital Asikin Zainal 2018 Jejak Sejarah Keratuan Ratu Darah Putih di Desa Kuripan Lampung Selatan Bandar Lampung Teras Lampung a b c d e f Tim Radarcom id 2018 Asal Usul dan Hubungan Keratuan Darah Putih dengan Syarief Hidayatullah II pranala nonaktif permanen Bandar Lampung Radar Komunikasi Digital a b al Fadillah Nizar 2018 Radin Inten II Pahlawan dari Lampung Selatan Bandung Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat a b van Dijk Toos Nico de Jonge 1980 Ship Cloths of the Lampung South Sumatera A Research of Their Design Meaning and Use in Their Cultural Context Amsterdam Galerie Mabuhay Yulianto Kresno 2008 Dinamika permukiman dalam budaya Indonesia Bandung Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia a b c 2016 Asal Usul dan Hubungan Keratuan Darah Putih dengan Syarief Hidayatullah III Lampung harianlampung com a b c Djajadiningrat Hoesein 1983 Tinjauan kritis tentang sajarah Banten sumbangan bagi pengenalan sifat sifat penulisan sejarah Jawa Jakarta Djambatan Staf Citarum org 2001 Sungai Citarum Sekilas Sejarah Banjir Dulu hingga Sekarang Menuju Tujuan Bersama Bandung Citarum org 1 Diarsipkan 2014 11 21 di Wayback Machine jayakarta Shahab Yasmine Zaki 1997 Betawi dalam perspektif kontemporer perkembangan potensi dan tantangannya Jakarta Lembaga Kebudayaan Betawi Adi Windoro 2010 Batavia 1740 menyisir jejak Betawi Jakarta Gramedia Pustaka Utama Aziz Abdul 2002 Islam amp masyarakat Betawi Ciputat Logos Wacana Ilmu a b c Hasan Muarif Ambary Jacques Dumarcay 1990 The Sultanate of Banten Gramedia Book Pub Division ISBN 979 403 922 5 Keat Gin Ooi 2004 Southeast Asia a historical encyclopedia from Angkor Wat to East Timor Volume 1 ABC CLIO ISBN 1 57607 770 5 Mukarrom Ahwan 2014 Sejarah Islam Indonesia I Dari Awal Islamisasi sampai Periode Kerajaan Kerajaan Islam Nusantara Surabaya Universitas Islam Negeri UIN Sunan Ampel a b c Hadikusuma Hilman 1989 Masyarakat dan adat budaya Lampung Bandung Mandar Maju a b c d e f Prasetyo Agus 2019 Raja Sufi dari Kesultanan Banten Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir 1596 1651 M Jakarta Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah a b c Michrob Drs Halwani Drs A Mudjahid Chudori 1993 Catatan Masa Lalu Banten Serang Penerbit Saudara Pudjiastuti Titik 2015 Menyusuri jejak Kesultanan Banten Jakarta Wedatama Widya Sastra From Valentijn Beschrijving van Groot Djava ofte Java Major Amsterdam 1796 Ludwig Bachhofer India Antiqua 1947 280 notes that Valentijn had been in Banten in 1694 Heriyanti Ongkodharma Untoro 2007 Kapitalisme pribumi awal kesultanan Banten 1522 1684 kajian arkeologi ekonomi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI ISBN 979 8184 85 8 Yoneo Ishii 1998 The junk trade from Southeast Asia translations from the Tosen fusetsu gaki 1674 1723 Institute of Southeast Asian Studies ISBN 981 230 022 8 Nana Supriatna Sejarah PT Grafindo Media Pratama ISBN 979 758 601 4 a b c d Atsushi Ota 2006 Changes of regime and social dynamics in West Java society state and the outer world of Banten 1750 1830 BRILL ISBN 90 04 15091 9 Tim Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1977 Sejarah Daerah Bengkulu Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan a b Ekajati Edi Suherdi 2005 Polemik naskah Pangeran Wangsakerta Pustaka Jaya Bandung a b c Tim Dinas Pemuda Olah Raga Budaya dan Pariwisata Kota Cirebon 2015 Riwayat Berdirinya Keraton Keraton di Cirebon Cirebon Dinas Pemuda Olah Raga Budaya dan Pariwisata Kota Cirebon Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 08 11 Diakses tanggal 2020 04 11 lt Noer Nurdin M 2015 Awal Pecahnya Kerajaan Cirebon Kasepuhan dan Kanoman Cirebon Cirebon Trust Diarsipkan 2020 04 11 di Wayback Machine a b c de Graaf Hermanus Johannes 1987 Runtuhnya istana Mataram Bogor Grafiti Pers a b c d e f g h i Deviani Firlianna Tiya 2016 Perjanjian 7 Januari 1681 Dan Implikasinya Terhadap Kehidupan Sosial Politik Ekonomi di Kerajaan Cirebon 1681 M 1755 M Cirebon Institut Agama Islam Negeri IAIN Syekh Nurjati Sunardjo R H Unang 1996 Selayang Pandang Sejarah Masa Kejayaan Kerajaan Cirebon kajian dari aspek politik dan pemerintahan Cirebon Yayasan Keraton Kasepuhan Cirebon Mansyur Khatib 2001 Perjuangan rakyat Banten menuju provinsi catatan kesaksian seorang wartawan Serang Kamar Dagang Indonesia Kadin Provinsi Banten Suparman Sulasman Dadan Firdaus 2017 Tawarikh Political Dynamics in Cirebon from the 17th to 19th Century Bandung Universitas Islam Negeri UIN Sunan Gunung Jati de Jonge Johan Karel Jakob 1873 De opkomst van het Nederlandsch gezag over Java verzameling van onuitgegeven stukken uit het oud koloniaal archief Volume 4 s Gravenhague The Hague Martinus Nijhoff a b c d Heniger J 2017 Hendrik Adriaan Van Reed Tot Drakestein 1636 1691 and Hortus Malabaricus Abingdon on Thames Routledge a b Blink Hendrik 1907 Nederlandsch Oost en West Indie geographisch ethnographisch en economisch beschreven Volume 2 Leiden Evert Jan Brill a b Molsbergen Everhardus Cornelis Godee 1931 Uit Cheribon s geschiedenis en Gedenkboek der Gemeente Cheribon 1906 1931 Bandung Nix Kartodihardjo Sartono 1988 Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500 1900 dari Emporium sampai Imperium Jakarta Gramedia Roseno Edi 1993 Perang Kedondong 1818 Depok Universitas Indonesia a b Chambert Loir Henri Hasan Muarif Ambary 1999 Panggung sejarah persembahan kepada Prof Dr Denys Lombard Jakarta Yayasan Obor Indonesia Tim Direktorat Jenderal Kebudayaan 1982 Sejarah Daerah Jawa Barat Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Azyumardi Azra 2004 The origins of Islamic reformism in Southeast Asia networks of Malay Indonesian and Middle Eastern Ulama in the seventeenth and eighteenth centuries University of Hawaii Press ISBN 0 8248 2848 8 Ann Kumar 1976 Surapati man and legend a study of three Babad traditions Brill Archive ISBN 90 04 04364 0 Amir Hendarsah Cerita Kerajaan Nusantara Great Publisher ISBN 602 8696 14 5 Marwati Djoened Poesponegoro Nugroho Notosusanto 1992 Sejarah nasional Indonesia Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan kerajaan Islam di Indonesia PT Balai Pustaka ISBN 979 407 409 8 Atsushi Ota Banten Rebellion 1750 1752 Factors behind the Mass Participation Modern Asian Studies 2003 37 613 651 DOI 10 1017 S0026749X03003044 Ekspedisi Anjer Panaroekan Laporan Jurnalistik Kompas Penerbit Buku Kompas PT Kompas Media Nusantara Jakarta Indonesia 2008 November hlm 1 2 ISBN 978 979 709 391 4 Periksa nilai tanggal di date bantuan Sartono Kartodirdjo 1966 The peasants revolt of Banten in 1888 Its conditions course and sequel A case study of social movements in Indonesia Martinus Nijhoff Komandoko Gamal 2010 Ensiklopedia Pelajar dan Umum Yogyakarta Pustaka Widyatama R B Cribb A Kahin 2004 Historical dictionary of Indonesia Scarecrow Press ISBN 0 8108 4935 6 Euis Nurlaelawati 2010 Modernization tradition and identity the Kompilasi hukum Islam and legal practice in the Indonesian religious courts Amsterdam University Press ISBN 90 8964 088 6 a b Claude Guillot Banten in 1678 Indonesia Volume 57 1994 89 114 Silsilah Sultan Sultan Banten dan Keturunannya Ranji Sarkub Ranji Sarkub 2015 06 18 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 02 02 Diakses tanggal 2017 04 14 Drs H Tri Hatmadji 2005 Ragam Pusaka Budaya Banten Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang ISBN 979 99324 0 8 Sejak masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa gelar gelar kebangsawanan Banten ditertibkan Sultan untuk raja Pangeran Ratu untuk putra mahkota atau pewaris takhta pertama Pangeran Adipati untuk pewaris takhta kedua atau adik Pangeeran Ratu Djajadiningrat 1983 209 10 Arsadam Ingin Kuasai Banten Ratu Syarifah Fatimah Malah Dibuang ke Pulau Edam Ditulis ID Diakses tanggal 2022 10 10 Jejak Kyai Tapa Awal Konflik Internal Banten Penyusupan Agen Wanita VOC ke Jantung Keraton Sportourism id Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 05 04 Diakses tanggal 2017 04 14 Ratu yang Dibenci Rakyat Banten Republika Online Republika Online Diakses tanggal 2017 04 14 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Kesultanan Banten amp oldid 23141181