www.wikidata.id-id.nina.az
Penyuntingan Artikel oleh pengguna baru atau anonim untuk saat ini tidak diizinkan Lihat kebijakan pelindungan dan log pelindungan untuk informasi selengkapnya Jika Anda tidak dapat menyunting Artikel ini dan Anda ingin melakukannya Anda dapat memohon permintaan penyuntingan diskusikan perubahan yang ingin dilakukan di halaman pembicaraan memohon untuk melepaskan pelindungan masuk atau buatlah sebuah akun Bahasa Jawa Basa Jawa Hanacaraka ꦧꦱꦗꦮ Pegon باسا جاوا adalah bahasa Austronesia yang utamanya dituturkan oleh penduduk bersuku Jawa di wilayah bagian tengah dan timur pulau Jawa Bahasa Jawa juga dituturkan oleh diaspora Jawa di wilayah lain di Indonesia seperti di Sumatra dan Kalimantan serta di luar Indonesia seperti di Suriname Belanda dan Malaysia Jumlah total penutur bahasa Jawa diperkirakan mencapai sekitar 75 5 juta pada tahun 2006 Sebagai bahasa Austronesia dari subkelompok Melayu Polinesia bahasa Jawa juga berkerabat dengan bahasa Melayu Sunda Bali dan banyak bahasa lainnya di Indonesia meskipun para ahli masih memperdebatkan mengenai posisi pastinya dalam rumpun Melayu Polinesia Bahasa Jawa berstatus bahasa resmi di Daerah Istimewa Yogyakarta di samping bahasa Indonesia Bahasa JawaBasa Jawaꦧꦱꦗꦮ باسا جاواBasa Bahasa ditulis dalam aksara JawaDituturkan diIndonesia Belanda Malaysia Suriname Kaledonia Baru serta negara negara dengan diaspora Jawa lainnyaWilayahJawa Tengah Jawa Timur Lampung dan wilayah transmigrasi lainnya di Indonesia daerah dengan diaspora Jawa yang signifikan di Belanda Suriname Malaysia dan Kaledonia BaruEtnisJawaPenutur bahasa86 juta penutur jati 2010 1 Rumpun bahasaAustronesia Melayu PolinesiaBahasa JawaBentuk awalBahasa Jawa Kuno Bahasa Jawa PertengahanBahasa JawaBentuk bakuBahasa Jawa Surakarta YogyakartaDialekLihat bagian dialekSistem penulisanAlfabet LatinAksara JawaAbjad PegonStatus resmiBahasa resmi diDaerah Istimewa Yogyakarta 2 Diatur olehBalai Bahasa Provinsi Jawa TengahBalai Bahasa DI YogyakartaBalai Bahasa Provinsi Jawa TimurKode bahasaISO 639 1jvISO 639 2 a href https iso639 3 sil org code jav class extiw title iso639 3 jav jav a ISO 639 3Mencakup a href http www 01 sil org iso639 3 documentation asp id jav jav a bahasa Jawa a href http www 01 sil org iso639 3 documentation asp id jvn jvn a bahasa Jawa Karibia a href http www 01 sil org iso639 3 documentation asp id jas jas a bahasa Jawa Kaledonia Baru a href http www 01 sil org iso639 3 documentation asp id osi osi a bahasa Osing a href http www 01 sil org iso639 3 documentation asp id tes tes a bahasa Tengger a href http www 01 sil org iso639 3 documentation asp id kaw kaw a bahasa Jawa KunoGlottolog a href http glottolog org resource languoid id java1253 java1253 a 3 Lokasi penuturan Wilayah tempat bahasa Jawa sebagai bahasa mayoritas Wilayah tempat bahasa Jawa sebagai bahasa minoritasSampelContoh teks ꦱꦧ ꦤ ꦲ ꦮ ꦏꦭꦲ ꦫꦏ ꦏꦤ ꦛ ꦩ ꦢ ꦏ ꦭꦤ ꦢ ꦧ ꦩ ꦠꦧꦠ ꦭꦤ ꦲꦏ ꦲꦏ ꦏ ꦥꦝ ꦏꦧ ꦥ ꦤꦫ ꦔꦤ ꦲꦏꦭ ꦭꦤ ꦏꦭ ꦧ ꦱ ꦠ ꦏꦲꦗꦧ ꦥꦱ ꦮ ꦔꦤ ꦲ ꦒ ꦤ ꦤ ꦩ ꦩ ꦠ ꦤ ꦱ ꦗ ꦭꦤ ꦱ ꦗ ꦤ ꦏꦤ ꦛ ꦗ ꦮ ꦱ ꦩ ꦢ ꦭ ساب ين أور وڠ كالائيراك ي كانڟي ألوو ار لان دارب ي مرتبة لان حق كاڠ ڤاڎا كاب يه ڤيناريڠان أكال لان كالبو سارتا كاأجاب ڤاسراو ونڠان أڠڮ ون ي م يميتران سيجي لان كانڟي جيوا سومادولور Alih aksara Saben uwong kalairake kanthi mardika lan darbe martabat lan hak hak kang padha Kabeh pinaringan akal lan kalbu sarta kaajab pasrawungan anggone memitran siji lan sijine kanthi jiwa sumadulur Sampel suara source source Bantuan Berkas Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA Tanpa bantuan render yang baik Anda akan melihat tanda tanya kotak atau simbol lain bukan karakter Unicode Untuk pengenalan mengenai simbol IPA lihat Bantuan IPA Portal Bahasa L B PWArtikel ini mengandung aksara Jawa Tanpa dukungan perenderan yang baik Anda mungkin akan melihat tanda tanya kotak atau simbol lain bukan aksara Jawa Sejarah tulisan bahasa Jawa bermula sejak abad ke 9 dalam bentuk bahasa Jawa Kuno yang kemudian berevolusi hingga menjadi bahasa Jawa Baru sekitar abad ke 15 Bahasa Jawa awalnya ditulis dengan sistem aksara dari India yang kemudian diadaptasi menjadi aksara Jawa walaupun bahasa Jawa masa kini lebih sering ditulis dengan alfabet Latin Bahasa Jawa memiliki tradisi sastra kedua tertua di antara bahasa bahasa Austronesia setelah bahasa Melayu Nomina dalam bahasa Jawa umumnya diletakkan sebelum atribut yang memodifikasinya Verba dapat dibedakan menjadi bentuk transitif dan intransitif bentuk aktif dan pasif atau dibedakan berdasarkan modusnya indikatif irealis subjungtif imperatif dan propositif Bahasa Jawa mengenal pembedaan antara beberapa tingkat tutur yang penggunaannya ditentukan oleh derajat kedekatan hubungan atau perbedaan status sosial antara pembicara dan lawan bicara atau orang yang dibicarakan Daftar isi 1 Klasifikasi 2 Sejarah 2 1 Bahasa Jawa Kuno 2 2 Bahasa Jawa Baru 3 Demografi dan persebaran 3 1 Status hukum 4 Fonologi 4 1 Vokal 4 2 Konsonan 4 3 Fonotaktik 5 Tata bahasa 5 1 Pronomina persona 5 2 Demonstrativa 5 3 Nomina 5 4 Numeralia 5 5 Verba 6 Sistem penulisan 6 1 Aksara Jawa 6 2 Abjad Pegon 6 3 Alfabet Latin 6 4 Aksara lain 7 Sastra 8 Dialek 9 Tingkat tutur 10 Keterangan 11 Rujukan 11 1 Catatan kaki 11 2 Daftar pustaka 12 Bacaan lanjutan 13 Pranala luarKlasifikasi Posisi bahasa Jawa ditebalkan dalam rumpun bahasa Austronesia menurut beberapa skema klasifikasi ahli bahasa dari masa ke masa Bahasa Jawa merupakan bagian dari subkelompok Melayu Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia 5 6 Namun tingkat kekerabatan bahasa Jawa dengan bahasa bahasa Melayu Polinesia yang lain sulit ditentukan Menggunakan metode leksikostatistik pada tahun 1965 ahli bahasa Isidore Dyen menggolongkan bahasa Jawa ke dalam kelompok yang ia sebut Javo Sumatra Hesion yang juga mencakup bahasa Sunda dan bahasa bahasa Melayik a 5 6 Kelompok ini juga disebut Melayu Jawanik oleh ahli bahasa Berndt Nothofer yang pertama kali berusaha merekonstuksi leluhur dari bahasa bahasa dalam kelompok hipotetis ini dengan data yang saat itu hanya terbatas pada empat bahasa saja bahasa Jawa Sunda Madura dan Melayu 7 Pengelompokan Melayu Jawanik telah dikritik dan ditolak oleh berbagai ahli bahasa 8 9 Ahli linguistik sejarah Austronesia K Alexander Adelaar tidak memasukkan bahasa Jawa dalam subkelompok Melayu Sumbawa yang mencakup bahasa bahasa Melayik Sunda dan Madura yang diusulkannya pada tahun 2005 9 10 Ahli linguistik sejarah Austronesia yang lain Robert Blust juga tidak memasukkan bahasa Jawa dalam subkelompok Borneo Utara Raya yang ia usulkan sebagai alternatif dari hipotesis Melayu Sumbawa pada tahun 2010 Meski begitu Blust juga mengemukakan kemungkinan bahwa subkelompok Borneo Utara Raya berkerabat dekat dengan bahasa bahasa Indonesia Barat lainnya termasuk bahasa Jawa 11 Usulan Blust ini telah dikembangkan secara lebih terperinci oleh ahli bahasa Alexander Smith yang memasukkan bahasa Jawa ke dalam subkelompok Indonesia Barat yang juga mencakup bahasa bahasa Borneo Utara Raya berdasarkan bukti leksikal dan fonologis 12 SejarahSecara garis besar perkembangan bahasa Jawa dapat dibagi ke dalam dua fase bahasa yang berbeda yaitu 1 bahasa Jawa Kuno dan 2 bahasa Jawa Baru 10 13 Bahasa Jawa Kuno Artikel utama Bahasa Jawa Kuno Bentuk terawal bahasa Jawa Kuno yang terlestarikan dalam tulisan yaitu Prasasti Sukabumi berasal dari tahun 804 Masehi 14 Sejak abad ke 9 hingga abad ke 15 ragam bahasa ini umum digunakan di pulau Jawa Bahasa Jawa Kuno lazimnya dituliskan dalam bentuk puisi yang berbait Ragam ini terkadang disebut juga dengan istilah kawi bahasa kesusastraan walaupun istilah ini juga merujuk pada unsur unsur arkais dalam ragam tulisan bahasa Jawa Baru 10 Sistem tulisan yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa Kuno merupakan adaptasi dari aksara Pallawa yang berasal dari India 14 Sebanyak hampir 50 dari keseluruhan kosakata dalam tulisan tulisan berbahasa Jawa Kuno berakar dari bahasa Sanskerta walaupun bahasa Jawa Kuno juga memiliki kata serapan dari bahasa bahasa lain di Nusantara 10 14 Ragam bahasa Jawa Kuno yang digunakan pada beberapa naskah dari abad ke 14 dan seterusnya terkadang disebut juga bahasa Jawa Pertengahan Walaupun ragam bahasa Jawa Kuno dan Jawa Pertengahan tidak lagi digunakan secara luas di Jawa setelah abad ke 15 kedua ragam tersebut masih lazim digunakan di Bali untuk keperluan ritual keagamaan 10 15 Bahasa Jawa Baru Bahasa Jawa Baru tumbuh menjadi ragam literer utama bahasa Jawa sejak abad ke 16 Peralihan bahasa ini terjadi secara bersamaan dengan datangnya pengaruh Islam 13 Pada awalnya ragam baku bahasa Jawa Baru didasarkan pada ragam bahasa wilayah pantai utara Jawa yang masyarakatnya pada saat itu sudah beralih menjadi Islam Karya tulis dalam ragam bahasa ini banyak yang bernuansa keislaman dan sebagiannya merupakan terjemahan dari bahasa Melayu 16 Bahasa Jawa Baru juga mengadopsi huruf Arab dan menyesuaikannya menjadi huruf Pegon 13 16 Kebangkitan Mataram menyebabkan ragam tulisan baku bahasa Jawa beralih dari wilayah pesisir ke pedalaman Ragam tulisan inilah yang kemudian dilestarikan oleh penulis penulis Surakarta dan Yogyakarta dan menjadi dasar bagi ragam baku bahasa Jawa masa kini 16 17 Perkembangan bahasa lainnya yang diasosiasikan dengan kebangkitan Mataram pada abad ke 17 adalah pembedaan antara tingkat tutur ngoko dan krama 18 Pembedaan tingkat tutur ini tidak dikenal dalam bahasa Jawa Kuno 16 18 Buku buku cetak dalam bahasa Jawa mulai muncul sejak tahun 1830 an awalnya dalam aksara Jawa walaupun kemudian alfabet Latin juga mulai digunakan Sejak pertengahan abad ke 19 bahasa Jawa mulai digunakan dalam novel cerita pendek dan puisi bebas Kini bahasa Jawa digunakan dalam berbagai media mulai dari buku hingga acara televisi Ragam bahasa Jawa Baru yang digunakan sejak abad ke 20 hingga sekarang terkadang disebut pula bahasa Jawa Modern 16 Demografi dan persebaran Jumlah penduduk setiap provinsi di Indonesia yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu berdasarkan sensus 2010 Di antara bahasa bahasa Austronesia bahasa Jawa merupakan bahasa dengan komunitas penutur jati paling besar 10 Jumlah total penutur bahasa Jawa diperkirakan mencapai sekitar 75 5 juta pada tahun 2006 19 Data resmi sensus 2010 melaporkan sekitar 86 juta penutur jati bahasa Jawa 1 Sebagian besar penutur bahasa Jawa mendiami wilayah tengah dan timur Pulau Jawa 10 Jumlah penutur jati bahasa Jawa yang berasal dari provinsi Jawa Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur mencakup 83 dari total jumlah penutur jati bahasa Jawa di Indonesia 20 Selain di pulau Jawa bahasa Jawa juga dituturkan sebagai bahasa ibu di daerah daerah transmigrasi seperti di Lampung sebagian wilayah Riau Jambi Kalimantan Tengah dan di tempat lainnya di Indonesia Di luar Indonesia penutur bahasa Jawa terpusat di beberapa negara seperti di Suriname Belanda Kaledonia Baru dan Malaysia terutama di pesisir barat Johor 10 19 Status hukum Bahasa Jawa ditetapkan sebagai bahasa resmi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2021 2 Sebelumnya Jawa Tengah menetapkan peraturan serupa Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 tetapi tidak menyiratkan status resmi 21 22 FonologiBahasa Jawa memiliki 23 25 fonem konsonan dan 6 8 fonem vokal 23 24 25 Dialek dialek bahasa Jawa memiliki kekhasan masing masing dalam hal fonologi 26 Vokal Terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah fonem vokal dalam bahasa Jawa Menurut ahli bahasa Jawa E M Uhlenbeck bahasa Jawa memiliki enam fonem vokal yang masing masingnya memiliki dua variasi pengucapan kecuali fonem pepet e 27 Pendapat ini disetujui oleh beberapa ahli bahasa Jawa lainnya Namun analisis alternatif dari beberapa ahli bahasa menyimpulkan bahwa bahasa Jawa memiliki dua fonem tambahan yaitu ɛ dan ɔ yang dianggap sebagai fonem mandiri terpisah dari e dan o 24 28 1 Vokal 29 28 Depan Madya BelakangTertutup i uSemitertutup e oSemiterbuka ɛ e ɔ Terbuka aMengikuti analisis enam vokal fonem fonem di atas memiliki alofon sebagai berikut Fonem i memiliki dua alofon yaitu i yang umumnya muncul dalam suku kata terbuka dan ɪ dalam suku kata tertutup 30 mari mari sembuh wit wɪt bibit Fonem u memiliki dua alofon yaitu u yang umumnya muncul dalam suku kata terbuka dan ʊ dalam suku kata tertutup 31 kuru kuru kurus mung mʊŋ hanya Fonem e memiliki dua alofon yaitu e dan ɛ yang dapat muncul baik dalam suku kata terbuka maupun tertutup 32 Dalam suku kata terbuka e direalisasikan sebagai ɛ jika suku kata tersebut diikuti oleh 1 suku kata terbuka dengan vokal i atau u 2 suku kata dengan vokal identik atau 3 suku kata yang memiliki vokal e 6 sate sate satai meri mɛri iri kalen kalɛn selokan Fonem o memiliki dua alofon yaitu o yang umumnya muncul dalam suku kata terbuka dan ɔ yang dapat muncul baik dalam suku kata terbuka maupun tertutup 33 Dalam suku kata terbuka o direalisasikan sebagai ɔ jika suku kata tersebut diikuti oleh 1 suku kata terbuka dengan vokal i atau u 2 suku kata dengan vokal identik atau 3 suku kata yang memiliki vokal e 6 loro loro dua kori kɔri pintu gerbang sorot sorɔt cahaya Fonem a memiliki dua alofon yaitu alofon a yang umumnya muncul dalam suku kata penultima kedua terakhir dan antepenultima ketiga dari akhir b baik yang terbuka maupun yang tertutup serta alofon ɔ yang dapat muncul dalam suku kata terbuka 34 Dalam suku kata terbuka a hanya dapat direalisasikan sebagai ɔ jika suku kata tersebut berada di akhir kata atau jika suku kata tersebut merupakan suku kata penultima dari kata yang berakhir dengan a 6 bali bʰali pulang kaloka kalokɔ termasyhur kaya kɔyɔ seperti Fonem e selalu diucapkan sebagai e 35 metu metu keluar pelem pelem mangga Konsonan Bahasa Jawa memiliki 21 fonem konsonan jika hanya menghitung kosakata asli Sekitar 2 4 fonem konsonan tambahan dapat ditemui dalam kata kata pinjaman Dalam tabel di bawah ini fonem dalam tanda kurung menandakan fonem pinjaman 36 37 2 Konsonan 36 37 6 Labial Dental alveolar c Retrofleks Palatal Velar GlotalSengau m n ɲ ŋHambat letup afrikat p b t d ʈ ɖ d tʃ dʒ k ɡ ʔFrikatif e f s z ʃ x hLikuida l rSemivokal w jKecuali dalam kluster sengau homorganik f fonem b d ɖ dʒ dan ɡ dalam posisi awal suku kata cenderung diucapkan dengan aliran udara yang lebih besar daripada biasanya dan hampir tanpa menggetarkan pita suara sehingga mendekati bunyi pʰ tʰ ʈʰ tʃʰ dan kʰ 28 Ahli ilmu fonetik Peter Ladefoged dan Ian Maddieson mengistilahkan seri fonem ini sebagai konsonan hambat bersuara kendur slack voiced kontras dengan seri fonem p t ʈ tʃ dan k yang bersuara kencang stiff voiced Walaupun keduanya sama sama diucapkan tanpa menggetarkan pita suara dalam beberapa kondisi seri konsonan kendur memiliki bukaan pita suara yang lebih lebar daripada seri konsonan kencang 39 Selain itu bunyi vokal yang mengikuti seri konsonan kendur juga diucapkan dengan aliran udara yang lebih besar breathy voice 28 39 Bunyi hambat pada akhir suku kata umumnya diucapkan tanpa letupan p diucapkan p t diucapkan t k diucapkan k dan seterusnya 28 40 Fonotaktik Struktur suku kata paling umum dalam bahasa Jawa adalah V KV VK dan KVK Suku kata dapat pula diawali dengan gabungan konsonan yang umumnya terbagi menjadi tiga jenis 1 gabungan konsonan homorganik yang terdiri dari bunyi sengau ditambah bunyi letup bersuara NKV NKVK 2 gabungan konsonan yang terdiri dari bunyi letup ditambah bunyi likuida atau semivokal KKV KKVK dan 3 gabungan konsonan sengau homorganik yang diikuti dengan bunyi likuida dan semivokal NKKV NKKVK 28 41 V ka e itu KV gu la gula VK pa it pahit KVK ku lon barat KKV termasuk NKV bla bag papan mbo ten tidak KKVK termasuk NKVK prap ta datang NKKVK ngglam byar tidak fokus Deret konsonan antarvokal umumnya terdiri dari konsonan sengau letup homorganik seperti mp mb ɲtʃ dan seterusnya atau ŋs Bunyi l r dan j dapat pula ditambahkan di akhir deret konsonan semacam ini Contoh deret konsonan semacam ini adalah wonten ada bangsa bangsa dan santri santri Muslim yang taat Dalam bahasa Jawa suku kata sebelum deret konsonan semacam ini secara konvensional dianggap sebagai suku kata terbuka sebab bunyi a dalam suku kata seperti ini akan mengalami pembulatan menjadi ɔ Kata tampa terima misalnya diucapkan sebagai tɔmpɔ Bandingkan dengan kata tanpa tanpa yang diucapkan sebagai tanpɔ 42 Sebagian besar 85 morfem dalam bahasa Jawa terdiri dari 2 suku kata morfem sisanya memiliki satu tiga atau empat suku kata Penutur bahasa Jawa memiliki kecenderungan yang kuat untuk mengubah morfem dengan satu suku kata menjadi morfem dengan dua suku kata Morfem dengan empat suku kata kadang pula dianalisis sebagai gabungan dua morfem yang masing masingnya memiliki dua suku kata 28 Tata bahasaArtikel utama Tata bahasa Jawa Pronomina persona Bahasa Jawa tidak memiliki pronomina persona khusus untuk menyatakan jamak kecuali kata kita 43 yang kemungkinan diserap dari bahasa Indonesia 44 45 Penjamakan kata ganti dapat diabaikan atau dinyatakan dengan menggunakan frasa semisal aku kabeh kami awake dhewe kita dheweke kabeh mereka dan semacamnya 44 3 Pronomina persona 44 46 45 Glos Bentuk bebas Awalan AkhiranNgoko Madya Krama Krama inggil andhap1SG 1PL EXCL aku saya kami aku kula dalem tak dak ku1PL INCL kita kita 2SG 2PL kamu Anda kalian kowe samang sampeyan panjenengan ko kok mu3SG 3PL dia ia ia mereka dheweke g piyambakipun panjenengane panjenenganipun h di n e n ipunPronomina persona dalam bahasa Jawa terutama untuk persona kedua dan ketiga lebih sering digantikan dengan nomina atau gelar tertentu 45 47 Selain pronomina yang dijabarkan di dalam tabel di atas bahasa Jawa masih memiliki beragam pronomina lain yang penggunaannya bervariasi tergantung dialek atau tingkat tutur 48 Demonstrativa Demonstrativa atau kata tunjuk dalam bahasa Jawa adalah sebagai berikut 49 50 4 Demonstrativa 49 50 dekat agak jauh jauhnetral iki kiyi kiye ini iku kuwi kuwe itu ika kae itu lokal kene sini kono situ kana sana arah mrene rene ke sini mrono rono ke situ mrana rana ke sana modal mengkene ngene begini mengkono ngono begitu mengkana ngana begitu kuantitatif semene mene sekian ini semono mono sekian itu semana mana sekian itu temporal seprene hingga saat ini seprana hingga saat itu Kata iki dan iku dapat digunakan baik dalam tulisan maupun percakapan Bentuk kiyi kiye kuwi dan kuwe utamanya digunakan dalam percakapan sehari hari Bentuk ika hanya dipakai dalam tembang Bentuk madya dari iki kiyi kiye iku kuwi kuwe dan kae adalah niki niku dan nika Ketiga jenis demonstrativa ini memiliki bentuk krama yang sama yaitu punika atau menika walaupun dalam beberapa kasus kata mekaten atau ngaten juga digunakan sebagai padanan krama dari kae 51 52 Nomina Dalam bahasa Jawa atribut pewatas modifier nomina inti diletakkan setelah nomina 53 Nomina inti tidak diberi imbuhan jika diikuti dengan atribut adjektiva atau verba non pasif penanda tujuan atau kegunaan yang membatasi makna nomina tersebut Kepemilikan dapat dinyatakan secara implisit tanpa imbuhan atau secara eksplisit dengan akhiran n e atau n ipun pada nomina inti 54 55 wit kinah pohon kina sumur jero sumur dalam peranti nenun peralatan menenun idham idhaman kita cita cita kita omahe Marsam rumahnya Marsam Imbuhan n ing yang utamanya digunakan dalam ragam tulisan memiliki beberapa makna berbeda yang menyatakan hubungan antara inti dan atribut 54 ratuning buta rajanya para raksasa rerengganing griya hiasan untuk rumah dewining kaendahan dewi kecantikan Numeralia Numeralia atau angka umumnya diletakkan setelah nomina 56 57 wong siji satu orang gelas pitu tujuh gelas candhi sewu seribu candi Numeralia diletakkan sebelum nomina jika nomina tersebut merupakan penunjuk satuan ukuran atau satuan bilangan Numeralia dalam posisi ini akan mendapatkan pengikat nasal ng jika berakhir dengan bunyi vokal atau ang jika berakhir dengan konsonan non sengau Satu satunya pengecualian adalah numeralia siji satu yang diganti dengan imbuhan sa se s dalam konteks ini 56 57 telung puluh tiga puluh patang pethi empat peti sa genthong satu tempayan se gelas segelas s atus rupiyah seratus rupiah Verba GEN genitif LOC penanda lokasi TR1 transitif I aplikatif TR2 transitif II kausatif Paradigma verba bahasa Jawa baku dapat diringkaskan sebagai berikut 58 59 5 Paradigma verba 58 59 modus diatesis awalan akhirannetral aplikatif I aplikatif IIindikatif aktif N O i akepasif I tak kok di pasif II ke an Oimperatif aktif N a ana napasif I O enpropositif aktif aku tak N O i akepasif I tak e ane nesubjungtif aktif N a ana napasif I tak kok di en naTidak semua imbuhan verba dalam paradigma yang dijabarkan di atas lazim digunakan dalam percakapan sehari hari Selain itu dialek bahasa Jawa lainnya umumnya memiliki paradigma verba yang lebih sederhana seperti misalnya dialek Tengger yang tidak menggunakan imbuhan berbeda bagi verba dengan modus subjungtif dan imperatif walaupun dialek baku juga tidak membedakan keduanya dalam bentuk aktif sama sama ditandai dengan imbuhan N dan a 60 Verba transitif dalam bahasa Jawa dapat dibentuk dengan merangkaikan awalan sengau N pada kata dasar untuk bentuk aktif atau awalan pronominal seperti di tak dan kok untuk bentuk pasif 61 1 WissudahnemuAV temuakalakalakuakuWis nemu akal akusudah AV temu akal aku Aku sudah menemukan solusinya Ogloblin 2005 hlm 601 2 Kandha kuperkataan 1 GENdi guguPASS 3 percayawongorangakehbanyakKandha ku di gugu wong akehperkataan 1 GEN PASS 3 percaya orang banyak Perkataanku dipercaya oleh orang orang Ogloblin 2005 hlm 601 Penambahan akhiran i dan ake umumnya menandakan valensi yang lebih tinggi i 61 Akhiran i biasanya bersifat aplikatif seperti dalam kata tanduri tanami dengan sesuatu dari kata dasar tandur tanam Akhiran ake bentuk krama aken dapat membentuk verba kausatif dari verba transitif contohnya kata lebokake masukkan ke dalam sesuatu dari kata mlebu Jika dipasangkan pada verba intransitif verba yang terbentuk dapat bersifat benefaktif contohnya seperti kata jupukake ambilkan untuk seseorang dari bentuk dasar jupuk ambil 62 3 Kuwiitumangan iAV makan TR1godhongdauntehtehKuwi mangan i godhong tehitu AV makan TR1 daun teh Serangga itu memakani daun daun teh Ogloblin 2005 hlm 611 4 ParaPLutusanutusanmauANAPHugajugang islam akeAV Islam TR2wong wongorang orangingLOCPejajaranPejajaranPara utusan mau uga ng islam ake wong wong ing PejajaranPL utusan ANAPH juga AV Islam TR2 orang orang LOC Pejajaran Para utusan ini juga mengislamkan orang orang di Pejajaran Ogloblin 2005 hlm 611 Baik verba transitif maupun intransitif memiliki beberapa bentuk tergantung modus gramatikanya Selain bentuk dasar atau bentuk indikatif ada pula bentuk irealis subjungtif imperatif dan propositif 61 Modus irealis dalam bahasa Jawa diekspresikan dengan imbuhan a yang dapat memiliki beberapa makna yaitu 63 Menyatakan kemungkinan potential 5 Daya dayasecepatnyatekan asampai IRRingLOComahrumahDaya daya tekan a ing omahsecepatnya sampai IRR LOC rumah Secepatnya ia sampailah ke rumah Ogloblin 2005 hlm 605 Menyatakan pengandaian conditional 6 Aja aNEG IMP IRRanaEXISTlawa kelelawar lemudnyamukkuwiiturakPTCLndadimenjadiAja a ana lawa lemud kuwi rak ndadiNEG IMP IRR EXIST kelelawar nyamuk itu PTCL menjadi Seandainya tidak ada kelelawar nyamuk nyamuk itu akan semakin menjadi jadi Ogloblin 2005 hlm 605 Menyatakan harapan optative 7 LelakonKejadianikuitudi gawe aPASS 3 buat IRRkacacerminLelakon iku di gawe a kacaKejadian itu PASS 3 buat IRR cermin Jadikanlah kejadian itu pelajaran Ogloblin 2005 hlm 605 Menyatakan permintaan hortative 8 Ngombe aminum IRRbanyuairgodhoganrebusanNgombe a banyu godhoganminum IRR air rebusan Minumlah air rebusan Ogloblin 2005 hlm 605 Verba dengan modus imperatif tidak dapat diawali dengan pelengkap yang berupa pelaku dan ditandai dengan imbuhan en atau a Verba intransitif tidak memiliki bentuk imperatif khusus 64 9 Mripat mumata 2 GENtutup an atutup TR1 IMPMripat mu tutup an amata 2 GEN tutup TR1 IMP Pejamkan matamu Ogloblin 2005 hlm 603 Bentuk propositif merupakan bentuk imperatif yang digunakan untuk memerintahkan diri sendiri atau mengekspresikan keinginan untuk melakukan sesuatu 64 Morfem tak atau dak digunakan sebelum verba untuk memarkahi modus propositif aktif Tidak seperti awalan pronominal tak atau dak yang tidak dapat didahului oleh subjek persona pertama konstruksi propositif aktif dengan tak dak dapat didahului oleh subjek mis aku tak nggoreng iwak aku bermaksud menggoreng ikan Pemarkah propositif aktif ini juga bisa dipisahkan dari verba yang mengikutinya seperti yang bisa dilihat dari contoh 10 11 63 65 10 Aku1tak1 PRPVnusulAV susulBapakBapakdheweansendirianAku tak nusul Bapak dhewean1 1 PRPV AV susul Bapak sendirian Biarkan aku menyusul Bapak sendirian Ogloblin 2005 hlm 606 11 Aku1tak1 PRPVdheweansendirianwaePTCLnusulAV susulBapakBapakAku tak dhewean wae nusul Bapak1 1 PRPV sendirian PTCL AV susul Bapak Biarkan aku sendiri saja menyusul Bapak Ogloblin 2005 hlm 606 Imbuhan e atau ipun digunakan untuk menandakan bentuk propositif pasif 61 Di sini morfem tak berfungsi serupa dengan awalan pronomina tak yang digunakan dalam bentuk pasif pada modus indikatif dan irealis 66 12 Tak O plathok an e1 PASS 1 2 belah TR1 PRPVkayu mukayu 2 GENTak O plathok an e kayu mu1 PASS 1 2 belah TR1 PRPV kayu 2 GEN Biarkan kubelah kayumu Ogloblin 2005 hlm 606 Dalam bentuk bentuk non indikatif irealis subjungtif imperatif dan propositif imbuhan i dan ake bersinonim dengan imbuhan an dan n seperti dalam rangkaian imbuhan an a an e n a dan n e Imbuhan imbuhan ini sering dianggap sebagai bentuk yang padu ana ane na dan ne walaupun beberapa linguis menganggap bahwa imbuhan imbuhan ini sejatinya terdiri dari dua komponen yang berbeda yaitu an dan n yang merupakan imbuhan derivatif serta a dan e yang merupakan pemarkah modus 58 61 67 Sistem penulisanSaat ini bahasa Jawa modern ditulis menggunakan tiga jenis aksara yaitu aksara Jawa abjad Pegon dan alfabet Latin Aksara Jawa Artikel utama Aksara Jawa Aksara Jawa yang paling umum digunakan Aksara Jawa merupakan aksara berumpun Brahmi yang diturunkan dari aksara Pallawa lewat aksara Kawi Aksara tersebut muncul pada abad ke 16 tepatnya pada era keemasan hingga akhir Majapahit 68 69 Pengurutan aksara Jawa secara tradisional menggunakan pengurutan Hanacaraka Pengurutan aksara ini diciptakan menurut legenda Aji Saka untuk mengenang dua orang pembantunya Dora dan Sembada yang berselisih paham tentang pusaka Aji Saka Sembada ingat bahwa hanya Aji Sakalah yang boleh mengambil pusaka tersebut sedangkan Dora diminta Aji Saka untuk membawakan pusaka Aji Saka ke Tanah Jawa Perselisihan ini berujung pada pertarungan sengit mereka memiliki kesaktian yang setara dan kedua duanya pun mati 70 Aksara Jawa saat ini digunakan secara luas di ruang publik terutama di wilayah Surakarta dan Yogyakarta Aksara Jawa dipasang mendampingi alfabet Latin pada papan nama jalan papan nama instansi maupun di tempat umum 71 72 Aksara yang berkerabat dengan aksara Jawa adalah aksara Bali dan Carakan Cirebon kedua duanya diturunkan dari versi awal dari aksara Jawa pada abad ke 16 Abjad Pegon Artikel utama Abjad Pegon Sampel teks Pegon untuk Alkitab terjemahan bahasa Jawa Yoh 3 16 Muncul bersama masuknya Islam di Jawa serta berkembang selama masa masa keemasan Kerajaan Demak hingga Pajang abjad Pegon yang bersaudara dengan abjad Jawi Arab Melayu mengadopsi huruf huruf Arab standar dengan ditambahkan huruf huruf baru yang sama sekali tidak ada dalam abjad Arab maupun bahasa Arab asli Kecuali jika orang Arab memahami dan menguasai bahasa Jawa huruf huruf pegon tidak bisa dipahami oleh orang Arab Jika abjad Jawi selalu tanpa harakat penanda vokal abjad Pegon ada yang berharakat dan ada yang tidak Pegon yang tidak berharakat disebut Gundhil Abjad Pegon menjadi materi wajib yang diajarkan di banyak pesantren Jawa Kata pegon berarti menyimpang maksudnya adalah bahwa bahasa Jawa yang ditulis menggunakan abjad Arab merupakan sesuatu yang tidak lazim 73 74 75 Alfabet Latin Latinisasi bahasa bahasa Nusantara telah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda Pada abad ke 17 teknologi percetakan sudah mulai diperkenalkan di Hindia Belanda dan hal ini menyulitkan sejumlah pihak Belanda untuk menuliskan bahasa Jawa menggunakan alfabet Latin Alfabet Latin sendiri mulai diintensifkan untuk mentranskripsi karya karya yang ditulis menggunakan aksara Jawa dan Pegon pada abad ke 19 Dengan kompleksnya penulisan aksara Jawa transkripsi itu membutuhkan sebuah standar Standar yang pertama kali dibuat untuk transkripsi Jawa Latin adalah Paugeran Sriwedari diciptakan di Solo pada tahun 1926 68 Karena paugeran tersebut sangat kompleks dan sulit menyesuaikan perkembangan zaman terutama banyaknya kosakata serapan bahasa Inggris dan Indonesia ke dalam bahasa Jawa pada tahun 1993 diterbitkanlah buku berjudul Pedoman Penulisan Aksara Jawa di Yogyakarta 76 Aksara lain Pada masa lampau bahasa Jawa kuno ditulis menggunakan aksara Kawi dan aksara Nagari Banyak dijumpai di prasasti prasasti dari abad ke 8 hingga abad ke 16 aksara ini terus mengalami perubahan baik dari segi bentuk dan tipografinya 77 78 SastraArtikel utama Sastra Jawa Di antara bahasa bahasa Austronesia bahasa Jawa merupakan bahasa dengan budaya kesusastraan paling tua Bahasa Melayu Kuno walaupun lebih dulu muncul secara kronologis dalam prasasti prasasti dari abad ke 7 tidak merepresentasikan sebuah budaya kesusastraan yang stabil 79 Sastra Jawa Kuno mayoritasnya berbentuk kakawin sementara sastra Jawa Pertengahan banyak yang menggunakan bentuk kidung 80 Ratusan karya sastra berbahasa Jawa Kuno disusun antara abad ke 9 dan ke 15 Banyak di antara karya ini yang didasarkan pada karya sastra yang berasal dari India seperti Ramayana dan Mahabharata 81 Sejak setidaknya awal abad ke 20 pertumbuhan pesat dalam populasi serta tingkat literasi telah menjadikan karya sastra tulisan sebagai sesuatu yang tidak lagi eksklusif ditemui pada kalangan aristokrat semata Karya karya sastra pun bermunculan dalam genre yang lebih beragam 82 DialekArtikel utama Daftar dialek bahasa Jawa Bahasa Jawa dapat dibagi ke dalam dua kelompok dialek utama yaitu kelompok barat yang masih mempertahankan pengucapan a sebagai a di posisi terbuka serta kelompok tengah dan timur yang mengganti a dengan ɔ Konsonan hambat dalam kelompok dialek barat umumnya juga masih diucapkan dengan menggetarkan pita suara 16 Menurut J J Ras profesor emeritus bahasa dan sastra Jawa di Universitas Leiden dialek dialek bahasa Jawa dapat digolongkan berdasarkan persebarannya menjadi tiga yaitu 1 dialek dialek barat 2 dialek dialek tengah dan 3 dialek dialek timur Penjabarannya adalah sebagai berikut 83 Dialek dialek yang dipertuturkan di wilayah barat Banyumasan Kulon Banyumas Wonosobo Kebumen Barat Banyumasan Indramayu Cirebon Bahasa Jawa Indramayu Tegal Brebes Pemalang Pekalongan Tegalan Kalonganan Banten Jawa Serang Dialek dialek yang dipertuturkan di wilayah tengah Tengah Kebumen Bagelen Magelang Temanggung Jawa Kedu Surakarta Yogyakarta Mataram Madiun Kediri Blitar Mataraman Semarang Demak Kudus Jepara Jawa Semarang Blora Rembang Pati Bojonegoro Tuban Muria Aneman Dialek dialek yang dipertuturkan di wilayah timur Wetanan Surabaya Malang Pasuruan Arekan Banyuwangi Bahasa Osing Tingkat tuturInformasi lebih lanjut mengenai tingkatan bahasa Ngoko dan Krama Informasi lebih lanjut mengenai kosakata Kata ngoko Kata krama dan Kata krama inggil andhap source source source source source source source source source source source source source source Percakapan bahasa Jawa yang menggunakan tingkat tutur krama Bahasa Jawa memiliki beberapa tingkat tutur atau ragam bahasa yang berhubungan dengan etika pembicara pada lawan bicara atau orang yang dibicarakan Penggunaannya bergantung pada hal hal seperti derajat tingkat sosial umur jarak kekerabatan dan keakraban 84 85 Perbedaan antara tingkat tutur dalam bahasa Jawa utamanya adalah pada kosakata serta imbuhan yang digunakan 17 Berdasarkan derajat formalitasnya kosakata dalam bahasa Jawa dapat digolongkan menjadi tiga yaitu 1 ngoko 2 madya dan 3 krama 84 Bentuk ngoko digunakan untuk berbicara kepada orang yang akrab dengan pembicara Bentuk krama yang jumlahnya ada sekitar 850 kata digunakan untuk berbicara secara formal kepada orang yang belum akrab atau derajat sosialnya lebih tinggi Beberapa imbuhan juga memiliki padanan krama Sementara itu bentuk madya jumlahnya amat terbatas hanya sekitar 35 kosakata khusus dan digunakan untuk mengekspresikan derajat formalitas yang sedang 16 86 87 Selain tiga ragam kosakata yang didasarkan pada derajat formalitas ada pula jenis kosakata yang digunakan untuk menandakan penghormatan honorific atau perendahan diri humilific yaitu krama inggil dan krama andhap 87 88 Bentuk krama inggil digunakan untuk merujuk pada seseorang yang dihormati oleh pembicara kepemilikannya serta perbuatannya Bentuk krama andhap digunakan untuk merujuk pada hal hal yang ditujukan pembicara atau orang lain kepada orang yang dihormati tersebut Beberapa pronomina persona juga memilki padanan krama andhap 87 Karena bentuk krama inggil dan krama andhap bukan penanda derajat formalitas kosakata jenis ini dapat digunakan dalam semua tingkat tutur 87 88 Jumlah seluruh kosakata dalam kategori ini adalah sekitar 280 buah 16 Padu padan kosakata dari kategori kategori ini membentuk tiga tingkat tutur kalimat sesuai nama leksikon utama yang digunakan yaitu ngoko madya dan krama yang masing masingnya juga memiliki beberapa subtingkat Pilihan penggunaan tingkat tutur ini bergantung pada keakraban atau kedekatan hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya Perbedaan antara subtingkat dalam setiap tingkat tutur biasanya tergantung pada penggunaan leksikon krama inggil dan krama andhap yang menandakan penghormatan pembicara kepada lawan bicara yang memiliki status sosial yang lebih tinggi 89 Keterangan Definisi Melayik Dyen berbeda dengan definisi yang diterima para ahli secara luas sejak 1990 an Melayik versi Dyen memiliki cakupan yang lebih luas termasuk di antaranya bahasa Madura dan bahasa Aceh Ultima merujuk pada suku kata terakhir sebuah kata Penultima merupakan suku kata kedua dari belakang dan antepenultima merupakan suku kata ketiga dari belakang Fonem n l r dan s serta z ditandai sebagai fonem dental dalam analisis Ogloblin 2005 alveolar dalam analisis Wedhawati dkk 2006 dan retrofleks dalam analisis Nothofer 2009 Fonem t dan d secara konsisten selalu ditandai sebagai konsonan dental Wedhawati dkk 2006 secara spesifik menyebut keduanya sebagai konsonan apiko dental yaitu konsonan yang diucapkan dengan menempelkan ujung lidah ke gigi atas 38 Kedua konsonan ini ditandai sebagai apiko palatal oleh Wedhawati dkk 2006 Wedhawati dkk 2006 tidak memasukkan ʃ dan x sebagai fonem pinjaman dalam bahasa Jawa Kluster homorganik adalah gabungan konsonan yang diucapkan pada satu tempat artikulasi yang sama seperti mb dan nd Varian dhewekne dhekne dan dheknene juga umum ditemui 46 Panjenengane dipakai dalam konteks ngoko sementara panjenenganipun dipakai dalam konteks krama 45 Valensi adalah konsep tata bahasa mengenai hubungan antara verba dengan jumlah argumen yang dirujuk olehnya Semakin tinggi valensi sebuah verba semakin banyak argumen yang bisa dirujuk olehnya Verba intransitif misalnya memiliki valensi terkecil karena hanya dapat merujuk pada satu argumen saja RujukanCatatan kaki a b Naim amp Syaputra 2011 hlm 47 a b Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa Sastra dan Aksara Jawa Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 04 13 Diakses tanggal 2021 03 19 via Database Peraturan JDIH BPK RI Hammarstrom Harald Forkel Robert Haspelmath Martin ed 2019 Javanesic Glottolog 4 1 Jena Jerman Max Planck Institute for the Science of Human History Pemeliharaan CS1 Tampilkan editors link Universal Declaration of Human Rights Javanese Javanese OHCHR dalam bahasa Inggris Diakses tanggal 2023 05 27 a b Dyen 1965 hlm 26 a b c d e f Nothofer 2009 hlm 560 Nothofer 1975 hlm 1 Blust 1981 a b Adelaar 2005 hlm 357 385 a b c d e f g h Ogloblin 2005 hlm 590 Blust 2010 hlm 97 Smith 2017 hlm 443 453 454 a b c Wedhawati dkk 2006 hlm 1 a b c Wedhawati dkk 2006 hlm 2 Wedhawati dkk 2006 hlm 8 a b c d e f g h Ogloblin 2005 hlm 591 a b Poedjosoedarmo 1968 hlm 57 a b Wedhawati dkk 2006 hlm 11 a b Wedhawati dkk hlm 1 Naim amp Syaputra 2011 hlm 53 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 9 Tahun 2012 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 05 02 Diakses tanggal 2021 03 20 via data go id Putra Yudha Manggala P 2015 09 03 Pertahankan Bahasa Lokal Sebagai Identitas Republika Online Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 05 02 Diakses tanggal 2021 03 20 Wedhawati dkk 2006 hlm 14 a b Subroto Soenardji amp Sugiri 1991 hlm 13 15 Ogloblin 2005 hlm 592 593 Wedhawati dkk 2006 hlm 14 15 17 18 21 22 Uhlenbeck 1982 hlm 27 a b c d e f g Ogloblin 2005 hlm 593 Wedhawati dkk 2006 hlm 66 Wedhawati dkk 2006 hlm 67 Wedhawati dkk 2006 hlm 68 69 Wedhawati dkk 2006 hlm 69 70 Wedhawati dkk 2006 hlm 70 71 Wedhawati dkk 2006 hlm 71 72 Wedhawati dkk 2006 hlm 70 a b Wedhawati dkk 2006 hlm 73 74 a b Ogloblin 2005 hlm 592 Wedhawati dkk 2006 hlm 80 a b Ladefoged amp Maddieson 1996 hlm 63 64 Wedhawati dkk 2006 hlm 75 81 91 92 Wedhawati dkk 2006 hlm 97 Ogloblin 2005 hlm 593 594 Wedhawati dkk 2006 hlm 268 a b c Ogloblin 2005 hlm 598 a b c d Robson 2014 hlm 1 a b Uhlenbeck 1982 hlm 242 Uhlenbeck 1982 hlm 239 Wedhawati dkk 2006 hlm 268 269 a b Uhlenbeck 1982 hlm 236 248 264 268 276 279 283 a b Wedhawati dkk 2006 hlm 270 275 Uhlenbeck 1982 hlm 248 249 Wedhawati dkk 2006 hlm 270 Wedhawati dkk 2006 hlm 243 a b Ogloblin 2005 hlm 608 Wedhawati dkk 2006 hlm 252 a b Wedhawati dkk 2006 hlm 305 a b Ogloblin 2005 hlm 608 609 a b c Conners 2008 hlm 235 a b Uhlenbeck 1982 hlm 133 Conners 2008 hlm 200 237 238 a b c d e Ogloblin 2005 hlm 600 Ogloblin 2005 hlm 610 611 a b Ogloblin 2005 hlm 605 a b Ogloblin 2005 hlm 600 603 Uhlenbeck 1982 hlm 135 Ogloblin 2005 hlm 606 Subroto Soenardji amp Sugiri 1991 hlm 111 a b Gaul aksara Jawa Javaholic Genk Kobra Community LKiS Pelangi Aksara edisi ke Cetakan I Yogyakarta ISBN 978 602 0809 08 3 OCLC 953823997 Kozok Uli 1999 Warisan leluhur sastra lama dan aksara Batak Ecole francaise d Extreme Orient Kepustakaan Populer Gramedia Jakarta Indonesia Ecole francaise d Extreme Orient ISBN 979 9023 33 5 OCLC 46390839 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023 04 12 Diakses tanggal 2019 12 25 Djoko Dwiyanto 1953 2009 Kraton Yogyakarta sejarah nasionalisme amp teladan perjuangan edisi ke Cet 1 Yogyakarta Paradigma Indonesia ISBN 978 979 17834 0 8 OCLC 320349826 Sumarno 2008 02 04 Solo Wajibkan Aksara Jawa di Papan Nama Okezone com Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 12 25 Diakses tanggal 2019 12 25 widjanarko Tulus 2017 05 12 widjanarko Tulus ed Papan Nama Jalan di Yogyakarta Akan Tampil Antik dan Khas Tempo co Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 12 25 Diakses tanggal 2019 12 25 BUDAYA Mengenal Aksara Arab Pegon Simbol Perlawanan dan Pemersatu Ulama Nusantara Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 09 05 Diakses tanggal 2019 09 05 Huruf Pegon Sarana Kreativitas Umat Islam di Jawa Masa Lalu Poskota News dalam bahasa Inggris 2016 07 01 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 09 05 Diakses tanggal 2019 09 05 Sastra Jawa suatu tinjauan umum Sedyawati Edi 1938 edisi ke Cet 1 Jakarta Pusat Bahasa 2001 ISBN 979 666 652 9 OCLC 48399092 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023 04 12 Diakses tanggal 2019 12 25 Dipodjojo Asdi S 1996 Memperkirakan titimangsa suatu naskah Yogyakarta Lukman Ofset Yogyakarta ISBN 979 8515 06 4 OCLC 38048239 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023 04 12 Diakses tanggal 2019 12 25 Nala Ngurah 1936 2010 2006 Aksara Bali dalam Usada edisi ke Cet 1 Surabaya Paramita ISBN 979 722 238 1 OCLC 170909278 Pemeliharaan CS1 Banyak nama authors list link Rochkyatmo A 1996 Pelestarian dan Modernisasi Aksara Daerah Perkembangan Metode dan Teknis Menulis Aksara Jawa Jakarta Direktorat Jenderal Kebudayaan Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Conners 2008 hlm 19 Conners 2008 hlm 20 Conners 2008 hlm 20 21 Ras 1979 hlm 1 2 Ras 1985 hlm 304 306 a b Wedhawati dkk 2006 hlm 10 Poedjosoedarmo 1968 hlm 56 57 Wedhawati dkk 2006 hlm 10 11 a b c d Poedjosoedarmo 1968 hlm 57 58 a b Robson 2014 hlm xvii Poedjosoedarmo 1968 hlm 58 59 Daftar pustaka Adelaar Karl Alexander 2005 Malayo Sumbawan Oceanic Linguistics University of Hawai i Press 44 2 356 388 doi 10 1353 ol 2005 0027 Blust Robert 1981 The reconstruction of proto Malayo Javanic an appreciation Bijdragen tot de Taal Land en Volkenkunde Brill 137 4 456 459 JSTOR 27863392 Blust Robert 2010 The Greater North Borneo Hypothesis Oceanic Linguistics University of Hawai i Press 49 1 44 118 JSTOR 40783586 Conners Thomas J 2008 Tengger Javanese Tesis Doktoral New Haven Yale University Dyen Isidore 1965 A lexicostatistical classification of the Austronesian languages Baltimore Waverly Press Ladefoged Peter Maddieson Ian 1996 The Sounds of the World s Languages Oxford Blackwell ISBN 9780631198154 Naim Akhsan Syaputra Hendry 2011 Kewarganegaraan Suku Bangsa Agama dan Bahasa Sehari Hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010 Jakarta Badan Pusat Statistik ISBN 9789790644175 Nothofer Berndt 1975 The reconstruction of Proto Malayo Javanic Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde 73 Den Haag Martinus Nijhoff ISBN 9024717728 Nothofer Berndt 2009 Javanese Dalam Keith Brown Sarah Ogilvie Concise Encyclopedia of Languages of the World Oxford Elsevier hlm 560 561 ISBN 9780700712861 Ogloblin Alexander K 2005 Javanese Dalam K Alexander Adelaar Nikolaus Himmelmann The Austronesian Languages of Asia and Madagascar London dan New York Routledge hlm 590 624 ISBN 9780700712861 Poedjosoedarmo Soepomo 1968 Javanese Speech Levels Indonesia Cornell University Press 6 54 81 JSTOR 3350711 Ras Johannes Jacobus ed 1979 Javanese Literature since Independence Den Haag Martinus Nijhoff ISBN 9789004287198 Ras Johannes Jacobus 1985 Inleiding tot het modern Javaans Dordrecht Belanda dan Cinnaminson AS Foris Publications ISBN 9789067650731 Robson Stuart Owen 2014 Javanese Grammar for Students A Graded Introduction Clayton Victoria Monash University Publishing ISBN 9781922235374 Smith Alexander D 2017 The Western Malayo Polynesian Problem Oceanic Linguistics University of Hawai i Press 56 2 435 490 doi 10 1353 ol 2017 0021 Subroto Daliman Edi Soenardji Sugiri 1991 Tata bahasa deskriptif bahasa Jawa Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Uhlenbeck Eugenius Marius 1982 Kajian morfologi bahasa Jawa Indonesian Linguistics Development Project 4 Jakarta Penerbit Djambatan Kawruh Basa Jawa dkk 2023 Tata bahasa Jawa mutakhir Yogyakarta Kanisius ISBN 9789792110371 Bacaan lanjutanErrington James Joseph 1988 Structure and style in Javanese a semiotic view of linguistic etiquette Philadelphia University of Pennsylvania Press ISBN 9780812281033 Suharno Ignatius 1982 A Descriptive Study of Javanese Pacific Linguistics D45 Pacific Linguistics The Australian National University doi 10 15144 PL D45 Poedjosoedarmo Soepomo 1982 Javanese influence on Indonesian Pacific Linguistics D38 Pacific Linguistics The Australian National University doi 10 15144 PL D38 Zoetmulder Petrus Josephus 1974 Kalangwan A survey of Old Javanese literature Translation series Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde 16 Den Haag Martinus Nijhoff ISBN 9789024716746 Pranala luar Wikipedia juga mempunyai edisi Bahasa Jawa Wikimedia Commons memiliki media mengenai Javanese pronunciation Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa PUEBJ Sastra org Program digitalisasi bahasa dan sastra Jawa Leksikon di Sastra org memuat himpunan kamus sinonim dan glosarium bahasa Jawa yang dikompilasi dari berbagai sumber Kamus Indonesia Jawa kamus dwibahasa terbitan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah SEALang Library Javanese Lexicography memuat kamus dwibahasa Jawa Inggris berdasarkan kamus Robson amp Wibisono 2002 serta korpus ekabahasa Jawa dikompilasi dari berbagai sumber internet Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Bahasa Jawa amp oldid 23805178