www.wikidata.id-id.nina.az
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu waktu Cari sumber Orang Banyumasan berita surat kabar buku cendekiawan JSTORJawa Banyumasan Ngoko Wong Jawa Banyumasan Krama Tiyang Jawi Toyajenean Indonesia Orang Jawa Banyumasan 2 adalah etnis Jawa yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah bagian barat Etnis Jawa Banyumasan sedikit berbeda budaya bahasa dan karakter dari etnis Jawa pada umumnya Etnis Jawa Banyumasan lebih dikenal dengan sebutan wong ngapak karena ciri khas logatnya yang ngapak dan slogan Ora Ngapak Ora Kepenak Wilayah Banyumasan adalah sebuah wilayah yang terletak di bagian paling barat provinsi Jawa Tengah atau wilayah yang mengitari Gunung Slamet dan Sungai Serayu Eks Karesidenan Banyumas pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh keluarga Wiryodiharjo dan umumnya adalah wilayah yang dianggap meliputi sebaran budaya Jawa Dialek Banyumasan yang menjadi salah satu ciri khas identitas masyarakat Jawa Banyumasan Banyumasan ꦮ ꦨꦚ ꦩꦱꦤ ꦠ ꦪ ꦡ ꦪꦗ ꦤ ꦲꦤ ꦥ ꦪꦤ ꦠ ꦤ ꦡ ꦪꦗ ꦤ ꦲꦤ Wong Jawa Banyumasan Tiyang Jawi Toyajenean Priyantun Jawi ToyajeneanJumlah populasi9 206 000 1 BahasaBahasa Jawa BanyumasanIndonesiaAgamaIslam 97 5 Kristen Protestan dan Katolik 2 5 Kelompok etnik terkaitsub etnis Jawa lainya dan Suku SundaPeta Pulau Jawa yang menunjukkan kawasan penuturan Bahasa Jawa BanyumasanWilayah Banyumasan terdiri dari eks Karesidenan Banyumas yang meliputi Cilacap Banjarnegara Purbalingga dan Banyumas Hal ini merupakan implikasi dari regionalisasi yang dilakukan pada zaman dahulu Walaupun terdapat sedikit perbedaan nuansa adat istiadat dan logat bahasa tetapi secara umum daerah daerah tersebut dapat dikatakan sewarna yaitu sama sama menggunakan Bahasa Jawa Dialek Banyumasan Daftar isi 1 Era Kerajaan Hindu dan Buddha 2 Akhir Kesultanan Demak hingga Awal Mataram 2 1 Pembagian Kekuasaan 2 2 Awal Kesultanan Mataram 3 Awal pembentukan karesidenan amp kabupaten 3 1 Karesidenan Banyumas 3 2 Awal pembentukan kabupaten kabupaten 4 Pemerintahan 5 Bahasa 5 1 Pengaruh Sunda 6 Budaya 7 Kesenian 7 1 Musik 7 2 Tarian 8 Referensi 9 Lihat pulaEra Kerajaan Hindu dan Buddha SuntingArtikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu waktu Cari sumber Orang Banyumasan berita surat kabar buku cendekiawan JSTORPada awal masa kerajaan Hindu Buddha di Indonesia wilayah Banyumasan terbagi dalam pengaruh Kerajaan Tarumanagara di barat butuh rujukan dan Kerajaan Kalingga di timur dengan Sungai Cipamali atau Kali Brebes sebagai batas alamnya Kerajaan kerajaan Hindu Buddha lainnya yang mempunyai pengaruh di wilayah ini selanjutnya adalah Kerajaan Galuh Kerajaan Medang Kerajaan Kediri Kerajaan Singasari dan Majapahit Saat Majapahit runtuh wilayah Banyumasan menjadi bagian dari Kesultanan Demak Akhir Kesultanan Demak hingga Awal Mataram SuntingPembagian Kekuasaan Sunting Pada zaman Kesultanan Demak 1478 1546 wilayah Banyumasan terdiri dari beberapa Kadipaten di antaranya Kadipaten Pasirluhur dengan Adipatinya Banyak Belanak juga Kadipaten Wirasaba dengan Adipatinya Wargo Utomo I Luasnya kekuasaan Kesultanan Demak membuat Sultan Trenggono Sultan Demak ke III merasa perlu memiliki angkatan perang yang kuat Untuk itu wilayah wilayah Kesultanan Demak pun dibagi bagi secara militer menjadi beberapa daerah komando militer Untuk wilayah Barat Sultan Trenggono mengangkat Adipati Banyak Belanak sebagai Panglima Komando Wilayah Pertahanan Barat dengan cakupan wilayah meliputi Karawang sampai Gunung Sumbing Wonosobo Sebagai salah seorang Panglima Perang Kesultanan Demak Adipati Pasirluhur dianugerahi gelar Pangeran Senopati Mangkubumi I sedangkan adiknya yang bernama Wirakencana diangkat menjadi Patih Setelah Sultan Trenggono wafat Kesultanan Demak terpecah menjadi 3 bagian salah satunya adalah Pajang yang diperintah oleh Joko Tingkir dan bergelar Sultan Adiwijaya 1546 1587 Pada masa ini sebagian besar wilayah Banyumasan termasuk dalam kekuasaan Pajang Mengikuti kebijakan pendahulunya Sultan Adiwijaya juga mengangkat Adipati Pasirluhur yang saat itu dijabat Wirakencana menjadi Senopati Pajang dengan gelar Pangeran Mangkubumi II Sementara itu Adipati Kadipaten Wirasaba Wargo Utomo I wafat dan salah seorang putranya bernama R Joko Kaiman diangkat oleh Sultan Adiwijaya menjadi Adipati Wirasaba dengan gelar Wargo Utomo II dia menjadi Adipati Wirasaba ke VII Awal Kesultanan Mataram Sunting Menjelang berakhirnya kejayaan kerajaan Pajang dan mulai berdirinya Kesultanan Mataram 1587 Adipati Wargo Utomo II menyerahkan kekuasaan Kadipaten Wirasaba ke saudara saudaranya sementara dia sendiri memilih membentuk Kadipaten baru dengan nama Kadipaten Banyumas dan dia menjadi Adipati pertama dengan gelar Adipati Marapat Selanjutnya Kadipaten Banyumas inilah yang berkembang pesat telebih setelah pusat Kadipatennya dipindahkan ke Sudagaran Banyumas pengaruh kekuasaannya menyebabkan Kadipaten Kadipaten lainnya semakin mengecil Seiring dengan berkembangnya Kerajaan Mataram Kadipaten Kadipaten di wilayah Banyumasan pun tunduk pada kekuasaan Mataram Kekuasaan Mataram atas Kadipaten Kadipaten di wilayah Banyumasan tidak secara otomatis memasukkan wilayah Banyumasan ke dalam lingkar dalam kekuasaan Mataram sehingga Kadipaten Kadipaten di wilayah Banyumasan tersebut masih memiliki otonomi dan penduduk Mataram pun menyebut wilayah Banyumasan sebagai wilayah Mancanegara Kulon Awal pembentukan karesidenan amp kabupaten SuntingSebelum Belanda masuk wilayah Banyumasan disebut sebagai daerah Mancanegara Kulon dengan rentang wilayah meliputi antara Bagelen Purworejo sampai Majenang Cilacap Disebut Mancanegara Kulon karena pusat pemerintahan waktu itu memang berada di wilayah Surakarta atau wilayah wetan Terhitung sejak tanggal 22 Juni 1830 daerah Mancanegara Kulon ini secara politis masuk di bawah kontrol Pemerintah Kolonial Belanda Pada saat itulah awal penjajahan Belanda sekaligus akhir dari pendudukan Kesultanan Mataram atas Bumi Banyumasan Selanjutnya para Adipati di wilayah Banyumasan pun tidak lagi tunduk pada Raja Mataram Mereka selanjutnya dipilih dan diangkat oleh Gubernur Jenderal dan dipilih dari kalangan penduduk pribumi umumnya putera atau kerabat dekat Adipati terakhir Karesidenan Banyumas Sunting Pemerintahan di wilayah Banyumasan diatur berdasarkan Konstitusi Nederland yang pada pasal 62 ayat 2 disebutkan bahwa pemerintahan umum di Hindia Belanda Indonesia dilakukan oleh Gubernur Jenderal atas nama kerajaan Belanda Gubernur Jenderal adalah kepala eksekutif yang berhak mengangkat serta memberhentikan para pejabat di Hindia Belanda termasuk para Adipatinya Saat itu yang menjadi Gubernur Jenderal adalah Johannes Graaf van den Bosch 16 Januari 1830 2 Juli 1833 Upaya untuk mengontrol para Adipati ini sebenarnya agar Belanda mudah melakukan mobilisasi rakyat untuk dipekerjakan di perkebunan perkebunan milik Belanda yang lebih dikenal dengan tanam paksa Persiapan pembentukan pemerintahan kolonial Belanda di wilayah Banyumasan dilakukan oleh Residen Pekalongan bernama Hallewijn Hallewijn tiba di wilayah Banyumasan pada 13 Juni 1830 dengan tugas utama mempersiapkan penyelenggaraan pemerintahan sipil di wilayah Banyumasan Dia dibantu antara lain oleh Vitalis sebagai administrator juga Kapiten Tak sebagai komandan pasukan Tanggal 20 September 1830 Hallewijn memberikan laporan umum hasil kerjanya kepada Komisaris Kerajaan yaitu Jenderal De Kock di Sokaraja di antara isi laporan tersebut adalah tentang cakupan wilayah Banyumasan yang meliputi dari timur Kebumen Banjar Banjarnegara Panjer Ayah Prabalingga Purbalingga Banyumas Kroya Adiraja Patikraja Purwakerta Purwokerto Ajibarang Karangpucung Sidareja Majenang sampai ke Daiyoe loehoer Dayeuhluhur termasuk juga di dalamnya tanah tanah Perdikan daerah Istimewa seperti Donan dan Kapungloo Pada pertemuan di Sokaraja akhirnya diresmikan pendirian Karesidenan Banyumas yang meliputi sebagian besar wilayah mancanegara kulon selanjutnya tanggal 1 November 1830 de Sturler dilantik sebagai Residen Banyumas pertama Pada tanggal 18 Desember 1830 melalui Beslit Gubernur Jenderal J G van den Bosch Karesidenan Banyumas diperluas dengan dimasukkannya Distrik Karangkobar Banjarnegara terletak di dekat Dieng pulau Nusakambangan Madura sebelumnya termasuk wilayah Cirebon sekarang termasuk dalam wilayah Wanareja Cilacap dan Karangsari sebelumnya termasuk wilayah Tegal Awal pembentukan kabupaten kabupaten Sunting Untuk mengefektifkan jalannya pemerintahan Pemerintah Kolonial Belanda pada tanggal 22 Agustus 1831 membentuk 4 Regentschap Kabupaten di wilayah Karesidenan Banyumas yaitu Kabupaten Banyumas Ajibarang Daiyoe loehoer dan Prabalingga yang masing masing dipimpin oleh seorang bupati pribumi Selain itu Residen de Sturler juga melakukan perubahan ejaan nama dan pembentukan struktur Afdeling yang berfungsi sebagai Asisten Residen di masing masing Kabupaten Di antara yang mengalami perubahan nama adalah Prabalingga menjadi Poerbalingga Daiyoe Loehoer menjadi Dayoehloehoer dan Banjar menjadi Banjarnegara selanjutnya wilayah Banjarnegara diperluas dengan memasukkan Distrik Karangkobar dan statusnyapun ditingkatkan menjadi sebuah Kabupaten Pembentukan Afdeling meliputi Kabupaten Dayoehloehoer dan Kabupaten Ajibarang menjadi satu Afdeling yaitu Afdeling Ajibarang dengan ibu kota Ajibarang dan D A Varkevisser diangkat sebagai Asisten Residen di Ajibarang sekaligus sebagai pendamping Bupati Ajibarang Mertadiredja II dan Bupati Dayoehloehoer R Tmg Prawiranegara Tiga Kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Banyumas Purbalingga dan Banjarnegara masing masing memiliki Afdeling sendiri sendiri Pemerintahan SuntingWilayah Banyumasan merupakan sebuah wilayah yang meliputi 7 kabupaten yaitu Kabupaten Kebumen Kabupaten Wonosobo bagian barat Kabupaten Cilacap Kabupaten Pemalang bagian selatan Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas Kota kota di wilayah Banyumasan antara lain Banjarnegara Kebumen Cilacap Purwokerto Purbalingga Gombong Mandiraja Karanganyar Majenang Ajibarang Sumpiuh Kroya Wangon Tanjung Bobotsari Purwareja Sokaraja Sidareja dll Bahasa SuntingOrang Banyumasan berbicara dengan Bahasa Banyumasan Dialek Bahasa Jawa bahasa Banyumasan masih mempertahankan kosakata dari Jawa Kuno Banyumasan tetap menggunakan kata a bukan O seperti pada Bahasa Jawa Kuno ini terkenal karena Bahasa Banyumasan tidak terpengaruh Bahasa Jawa Mataram Seperti orang Jawa di Indonesia kebanyakan orang Banyumasan yang bilingual fasih berbahasa Indonesia dan Banyumasan Dalam jajak pendapat publik yang diadakan sekitar tahun 1990 sekitar 12 orang Jawa menggunakan bahasa Indonesia sekitar 18 menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia dan sisanya menggunakan bahasa Jawa secara eksklusif Pengaruh Sunda Sunting Di beberapa daerah terutama di Kabupaten Cilacap Brebes juga Banyumas dan Tegal yang masih bagian dari Tatar Sunda sebagian penduduknya masih merupakan Suku Sunda karena pengaruh historis wilayah ini sebagai bagian dari Kerajaan Galuh sehingga menyebabkan beberapa orang tegalan yang hidup berdampingan atau menikah dengan orang Sunda tersebut ikut mengikuti budaya Sunda dan mampu bercakap cakap menggunakan bahasa Sunda terutama dialek Ciamis dan dialek Brebes Sementara itu Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas dan Tegal pernah dituturkan oleh masyarakat keturunan Sunda di kedua kabupaten ini namun kedua bahasa ini telah dianggap punah Budaya SuntingArtikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu waktu Cari sumber Orang Banyumasan berita surat kabar buku cendekiawan JSTORBudaya Banyumasan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan wilayah lain di Jawa Tengah dikarenakan adanya pengaruh Budaya Sunda Priangan timur butuh rujukan yang bersebelahan walaupun akarnya masih merupakan budaya Jawa Ini juga sangat terkait dengan karakter masyarakatnya yang sangat egaliter tanpa mengenal istilah ningrat atau priyayi Hal ini juga tercermin dari bahasanya yaitu Bahasa Jawa Banyumasan yang pada dasarnya tidak mengenal tingkatan status sosial Penggunaan bahasa halus krama pada dasarnya merupakan serapan akibat interaksi intensif dengan masyarakat Jawa lainnya wetanan dan ini merupakan kemampuan masyarakat Banyumasan dalam mengapresiasi budaya luar Penghormatan kepada orang yang lebih tua umumnya ditampilkan dalam bentuk sikap hormat sayang serta sopan santun dalam bertingkah laku Selain egaliter masyarakat Banyumasan dikenal memiliki kepribadian yang jujur serta berterus terang atau biasa disebut cablaka blakasuta butuh rujukan Kesenian SuntingKesenian khas Banyumasan tersebar di hampir seluruh pelosok daerah Kesenian itu sendiri umumnya terdiri atas seni pertunjukan rakyat yang memiliki fungsi fungsi tertentu yang berkaitang dengan kehidupan masyarakat pemilik nya Adapun bentuk bentuk kesenian yang tumbuh dan berkembang antara lain Wayang Kulit Gagrag Banyumasan yaitu jenis seni pertunjukan wayang kulit yang bernapaskan Banyumasan Di daerah ini dikenal ada dua gragak atau gaya yaitu Gragak Kidul Gunung dan Gragak Lor Gunung Spesifikasi dari wayang kulit gragak Banyumasan adalah napas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya Begalan yaitu seni tutur tradisional yang digunakan sebagai yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan propertinya berupa alat alat dapur yang masing masing memiliki makna makna simbolis yang berisi falsafah jawa amp berguna bagi kedua mempelai dalam mengarungi hidup berumah tangga Musik Sunting Salah satu contoh alat musik calung banyumasanMusik musik tradisional Banyumasan memiliki perbedaan yang cukup jelas dengan musik Jawa lainnya Calung Alat musik yang juga umum ditemukan di Tatar Sunda ini terbuat dari potongan bambu yang diletakkan melintang dan dimainkan dengan cara dipukul Perangkat musik khas Banyumasan yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan jawa terdiri atas gambang barung gambang penerus dhendhem kenong gong amp kendang Selain itu ada juga Gong Sebul dinamakan demikian karena bunyi yang dikeluarkan mirip gong tetapi dimainkan dengan cara ditiup sebul alat ini juga terbuat dari bambu dengan ukuran yang besar Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden Aransemen musikal yang disajikan berupa gending gending Banyumasan gending gaya Banyumasan Surakarta Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu lagu pop yang diaransir ulang Kenthongan sebagian menyebut Tek Tek Kentongan juga terbuat dari bambu Kenthong adalah alat utamanya berupa potongan bambu yang diberi lubang memanjang disisinya dan dimainkan dengan cara dipukul dengan tongkat kayu pendek Kenthongan dimainkan dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 20 orang dan dilengkapi dengan Beduk seruling kecrek dan dipimpin oleh mayoret Dalam satu grup kenthongan Kenthong yang dipakai ada beberapa macam sehingga menghasilkan bunyi yang selaras Lagu lagu yang dibawakan kebanyakan lagu Jawa dan Dangdut Salawatan Jawa yaitu salah satu seni musik bernapaskan Islam dengan perangkat musik berupa terbang Jawa Dalam pertunjukan kesenian ini menyajikan lagu lagu yang diambil dari kitab Barzanji Tarian Sunting Lengger yaitu jenis tarian tradisional yang tumbuh subur diwilayah sebaran budaya Banyumasan Kesenian ini umumnya disajikan oleh dua orang wanita atau lebih Pada pertengahan pertunjukkan hadir seorang penari pria yang lazim disebut badhud badut bodor Lengger disajikan di atas panggung pada malam hari atau siang hari dan diiringi oleh perangkat musik calung Sintren adalah seni traditional yang dimainkan oleh seorang pria yang mengenakan busana wanita Biasanya kesenian ini melekat pada kesenian ebeg Ditengah pertunjukkan ebeg para pemain melakukan trance mendem kemudian salah seorang pemain mendem badan kemudian ditindih dengan lesung dan dimasukkan ke dalam kurungan Di dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita dan menari bersama sama dengan pemain yang lain Pada beberapa kasus pemain itu melakukan thole thole yaitu penari membawa tampah dan berkeliling arena untuk meminta sumbangan penonton Aksi Muda adalah kesenian bernapas Islam yang tersaji dalam bentuk atraksi Pencak Silat yang digabung dengan tari tarian Angguk yaitu kesenian bernapaskan Islam yang tersaji dalam bentuk tari tarian Dilakukan oleh delapan orang pemain amp pada bagian akhir pertunjukkan para pemain Trance tidak sadar Aplang atau Daeng Kesenian yang serupa dengan Angguk pemainnya terdiri atas remaja Putri Bongkel Musik Traditional yang mirip dengan angklung hanya terdiri atas satu buah instrumen dengan empat bilah berlaras slendro dengan nada 2 3 5 6 Dalam pertunjukkannya Bongkel disajikan gendhing gendhing khusus bongkel Buncis yaitu perpaduan antara seni musik amp seni tari yang disajikan oleh delapan orang pemain Dalam pertunjukkannya diiringi dengan perangkat musik Angklung Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik amp vokalis Pada bagian akhir sajian para pemain Buncis Intrance atau mendem Ebeg adalah bentuk tari tradisional khas Banyumasan dengan Properti utama berupa ebeg atau kuda kepang Kesenian ini menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya Biasanya dalam pertunjukkan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan penthul amp cepet Dalam pertunjukkannya ebeg diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe Kesenian ini mirip dengan jathilan kuda kepang dan kuda lumping di daerah lain Referensi Sunting Java Banyumasan in Indonesia Joshua Project Diakses tanggal 2021 01 30 Harjawiyana Haryana Theodorus Supriya 2001 Kamus unggah ungguh basa Jawa Kanisius hlm 185 ISBN 978 979 672 991 3 Lihat pula SuntingBaturaden Curug Cipendok Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Orang Banyumasan amp oldid 23404060