www.wikidata.id-id.nina.az
Ngalaksa adalah salah satu upacara adat Sunda membawa padi ke lumbung dan membuat laksa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesuksesan hasil panen padi di sawah yang diperoleh masyarakat 1 Upacara tradisional ini dilaksanakan rutin setiap tahun di daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang Upcara ini wujud ungkapan kepercayaan lokal masyarakat terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Sri dan Karuhun ruh ruh nenek moyang yang telah tiada 2 Nyi Pohaci adalah nama lain dari Dewi Sri yang dipercaya sebagai dewi kesuburan 3 Ngalaksa merupakan kata kerja berimbuhan Nga dalam bahasa Sunda imbuhan tersebut menggambarkan proses membuat makanan laksa oleh warga yang menjadi Rurukan pemangku acara selama tujuh hari tujuh malam dengan iringan seni Tarawangsa dan kecapi buhun yang disebut Jentreng Laksa adalah sejenis makanan dengan bahan dasar tepung beras yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi makanan seperti lontong yang dibungkus dengan daun congkok Proses pembuatan laksa ini menjadi tahapan penting dalam ritual upacara 4 Laksa tersebut direbus dengan daun combrang dengan jumlah ribuan atau sebanyak tepung yang telah dipersiapkan Masyarakat percaya bahwa jumlah yang didapat pada saat itu memberi gambaran akan keberhasilan panen berikutnya Bila pada saat itu dapat menghasilkan bungkus laksa yang lebih banyak dari tahun kemarin maka mereka yakin berkah melalui panen yang akan datang hasilnya akan lebih berlimpah 5 Prosesi memasukan padi ke dalam lumbung dalam Upacara Adat Ngalaksa Daftar isi 1 Asal usul 1 1 Versi Pertama 1 2 Versi Kedua 2 Pelaksanaan 3 Tahapan Upacara 3 1 Badanten 3 2 Mera 3 3 Meuseul 3 3 1 Meuseul Mitembeyan 3 3 2 Meuseul Geulis 3 4 Ngalaksa 4 Pelaksana 5 Benda benda Upacara 6 Gerakan dalam upacara 6 1 Gerakan Tarawangsa 6 2 Gerakan dalam Upacara Ngalaksa 7 Kesenian pengiring 8 Rujukan 9 Pranala luarAsal usul suntingVersi Pertama sunting Zaman dahulu pada tahun 1620 an pada masa pemerintahan Suryadiwangsa di Sumedang keadaan sedang sibuk Saat itu wilayah Sumedang berada dalam kekuasaan Kerajaan Mataram Karena merasa tidak aman masyarakat Sumedang melarikan diri ke dua tempat yang berbeda Para Aparat Pemerintahan pergi ke Dayeuh Luhur sebagian lagi yaitu para Budayawan lari ke Rancakalong Saat itu Kerajaan Mataram memiliki rencana untuk menyerang VOC ke Batavia Maka ditentukan bahwa pusat perbekalan perang Kerajaan Mataram ada di Cirebon yang saat itu dipimpin oleh Dipati Ukur Bahan pangan terutama padi di seluruh wilayah Kerajaan Mataram harus dikirim ke Cirebon Begitu pun Sumedang bahan pangan seperti padi palawija dan sebagainya habis diberikan ke Cirebon Tentunya saat itu di Sumedang mengalami paceklik atau kesusahan pangan Melihat keadaan tersebut masyarakat memiliki inisiatif mengirimkan utusan ke Cirebon Ada 13 orang utusan yang dipimpin oleh Jatikusumah mempunyai tugas untuk membawa benih padi dari Cirebon ke Sumedang Tetapi setelah 3 tahun ternyata tidak membuahkan hasil Ini karena ketatnya pengawasan dari penjaga Cirebon Para utusan tertangkap digeledah pada saat membawa benih padi Oleh karena itu Jatikusumah meminta kepada Pemerintah Sumedang untuk mencarikan seniman Tarawangsa Saat itu Sumedang langsung mengutus 2 orang seniman Tarawangsa untuk pergi ke Cirebon Dengan kepintaran 2 utusan tadi mereka berpura pura menjadi pengamen akhirnya benih padi pun bisa sampai ke Sumedang Sejak saat itu masyarakat Sumedang tidak lagi mengalami paceklik karena benih padi yang ditanam hasilnya selalu baik Setelah mengetahui di Rancakalong hasil panen sangat melimpah diputuskan Sumedang harus mengirim padi ke Cirebon dalam bentuk makanan yang sudah matang Saat itu masyarakat Rancakalong mengolah padi menjadi suatu makanan yang disebut laksa serta setiap panen harus menyerahkan ke Cirebon untuk bekal perang Sejak saat itu kebiasaan membuat laksa itu dijalankan setelah panen serta mengirimkannya ke Cirebon Lama lama para pembuat laksa meninggal karena usianya yang sudah tua Akhirnya semuanya meninggal meninggalkan 1 anak yang berumur 12 tahun Selanjutnya diangkat oleh seorang warga Desa Rancakalong sampai berumur 35 tahun Dari anak itu berumur 12 tahun hingga 35 tahun kebiasaan membuat laksa berhenti dan berlanjut lagi sampai sekarang 6 Versi Kedua sunting Konon dahulu cerita masyarakat Rancakalong ditimpa musibah yang membuat warganya panik luar biasa Sebab musabab kepanikan tersebut karena hilangnya butiran padi dari dalam kulitnya Padi yang ditanam tumbuh tetapi tidak berisi Akibatnya masyarakat mengalami kekurangan pangan kelaparan dan muncul berbagai jenis penyakit Kemudian para tokoh desa Rancakalong berembuk dengan satu tujuan yakni mereka berusaha untuk mendapatkan bibit padi Pada masa itu Mataram dikenal sebagai lumbungnya bibit padi maka berangkatlah para utusan dari Desa Rancakalong untuk menemui Raja Mataram Namun para utusan tersebut tidak berhasil menghadap dan menemui Raja Mataram bahkan di perjalanan para utusan dihadang pengawal Kerajaan sumber lain menyebutkan perampok Berdasarkan pengalaman tersebut lalu mereka para tokoh bermusyawarah kembali untuk mencari siasat atau ide agar dapat menghadap sang Raja Mataram Maka muncul ide dari Eyang Jatikusumah untuk menciptakan dua buah alat musik Tarawangsa dan Jentreng sejenis rebab dan kecapi agar dapat berjumpa dengan sang Raja Melalui kedua alat musik tersebut mereka berhasil tampil dihadapan sang Raja dan mereka juga memperoleh bibit padi sebagaimana tujuan yang diharapkan oleh masyarakat Rancakalong Untuk membawa bibit padi tersebut agar terhindar dari pemeriksaan dan perampasan para pengawal atau perampok dengan cara memasukannya ke dalam lubang resonator yang terdapat pada bagian belakang alat tersebut Alat musik yang dipakai tersebut di beri nama Jentreng dan Tarawangsa 7 Pelaksanaan suntingUpacara adat Ngalaksa dianggap sebagai kegiatan tradisi yang bersifat sosio religius Nilai kemasyarakatan berkaitan dengan sifat religius tentunya membutuhkan pemikiran yang matang sehingga fungsi dan maksud adanya upacara sejalan dengan tujuan diadakannya upacara Menurut tradisi dulunya upacara adat Ngalaksa dilaksanakan 3 atau 4 tahun sekali Tetapi mulai tahun 1985 setelah para sesepuh adat mengadakan musyawarah dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwista Kabupaten Sumedang upacara menjadi dilaksanakan setahun sekali yaitu pada bulan Mei atawa Juli Upacara ini dilaksanakan di lima rurukan yaitu di Rurukan Rancakalong Rurukan Cibunar Rurukan Cijere Rurukan Legok Picung dan Rurukan Pasir Biru 5 Sekarang ngalaksa telah menjadi agenda rutin Kabupaten Sumedang yang mandiri karena diselenggarakan berdasarkan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 113 Tahun 2009 tentang Sumedang Puseur Budaya Sunda Sumedang sebagai pusat budaya Sunda 8 Tahapan Upacara suntingBadanten sunting Badanten atau musyawarah adalah tahap pertama dalam upacara ngalaksa Bila pelaksanaannya di masyarakat para rurukan sudah mempersiapkan acara badanten sejak bulan Mulud Rabiul awal atau Silih Mulud Rabiul akhir untuk ngalaksa bulan Jumadil akhir atau selepas Lebaran Syawal untuk ngalaksa di bulan Hapit Dzulqaidah pada tahun ketiga menjelang keempat Adapun bila pelaksanaannya menurut pada agenda pemerintah di Desa Wisata sebelumnya para ketua rurukan sudah mengetahui rurukan mana yang akan menjadi penanggung jawab penyelenggaraan kegiatan setiap tahunnya Antara bulan Mei sampai dengan Juli kalender pemerintah untuk menentukan waktu terbaiknya Badanten dilakukan oleh para ketua rurukan dengan mengundang empat ketua rurukan lainnya perangkat desa sesepuh laki laki dan perempuan atau para saehu juga para pendukung lainnya Dalam badanten dilakukan musyawarah tentang segala persiapan dan pelaksanaan upacara ngalaksa Mulai dari waktu hari dan tanggal yang harus dihitung berdasarkan palintangan Sunda kepanitiaan atau panata calagara candoli bahan yang harus disediakan perlengkapan peralatan dapur dan peralatan listrik transportasi dan penabuh kesenian tarawangsa Struktur tahapan badanten adalah sebagai berikut 9 Saur atau Bewara setelah badanten dilaksanakan secara tatalepa atau dari mulut ke mulut saur informasi segera menyebar Prosesnya disebut bewara atau mengumunkan dalam waktu satu minggu 10 Ngahayu atau Ngayu adalah mengajak warga untuk mempersiapkan keperluan upacara Pada rurukan Rancakalong istilah ini disebut ngayun yaitu ngarahayukeun sareng ngayunkeun kahoyong Nyai membahagiakan padi dengan cara memainkan tarawangsa beberapa malam 10 Ngiringan masyarakat setempat berdatangan pada ketua rurukan untuk ngiringan Ngiringan mengikuti ini adalah kegiatan sukarela pada masyarakat setempat untuk ikut serta dengan cara menyumbangkan berbagai keperluan upacara Barang yang disumbangkan bisa berupa bahan padi beras tepung untuk keperluan pembuatan kue bumbu dapur ayam dll atau kue yang sudah jadi alat dan pekakas yang dipinjamkan sampai uang yang setara dengan harga barang yang disumbangkan Semua masyarakat sekitar ngiringan sesuai dengan kemampuan masing masing Proses mengumpulkan bahan ini dilakukan dalam jangka satu minggu 9 Mera sunting Mera adalah pembagian tugas dan pembagian bahan bibit padi Setelah semua keperluan upacara hasil sumbangan dari masyarakat terkumpul dengan cara ngiringan bahan dan tugas pun diperjelas kembali pembagiannya Adapun tahapan mera adalah sebagai berikut Pembukaan acara ini didahului oleh sambutan sesepuh atau saehu sebagai pemimpin dimulainya mera Ngajiad Menyan dan Ijab Kabul setelah pembukaan lalu juru ijab atau salah seorang sesepuh atau saehu membakar kemenyan dan mengucapkan ijab kabul yang isinya adalah bersyukur pada Tuhan memberi salawat dan salam pada para Nabi para wali para leluhur dan meminta ijin akan dilaksanakan mera demi keancaran upacara ngalaksa Membagi Bahan hasil dari ngiringan masyarakat setempat yang sudah terkumpul tadi kemudian dibagi menjadi lima bagian Pembagian bahan dilakukan demikian misalnya dari ngiringan terkumpul satu kuintal beras atau padi maka hasil satu kuintal tersebut dibagi dengan cara ditimbang untuk keperluan bahan membuat laksa belanja untuk berbagai keperluan sesaji dan upacara makan dan minum selama upacara berlangsung dan upah untuk para pangrawit pendukung atau pembantu dan biaya tak terduga Nginebkeun setelah jelas pembagiannya misalnya padi untuk membuat laksa terkumpul 45 gedeng atau gundu lalu padi itu diserahkan kepada orang yang bertugas mengurusnya Para petugas itu kemudian menyimpan padi di lumbung atau goah untuk diinebkeun disimpan hingga pada waktunya dilungsurkeun diturunkan ketika hari pertama upacara ngalaksa berlangsung Meuseul sunting Meuseul adalah istilah bermakna halus untuk kata memijat Memijit bukan arti sebenarnya tetapi kata yang dipilih untuk menghormati Nyai Pohaci atau Dewi Sri sebagai pengganti kata menumbuk Meuseul yang terdapat pada ngalaksa terdapat dua jenis yaitu meuseul mitembeyan dan meuseul geulis 11 Meuseul Mitembeyan sunting Meuseul Mitembeyan adalah menumbuk tahap pertama untuk memperoleh beras dari padi Meuseul mitembeyan dilaksanakan pada waktu subuh hari kedua berlangsungnya acara Dalam meuseul mitembeyan ini rincian tahapannya adalah sebagai berikut 11 Ngajiad Menyan dan Ijab Kabul acara pada hari pertama adalah Ngajiad Menyan dan Ijab kabul dilakukan oleh saehu laki laki Ngajiad Menyan adalah menyalakan kemenyan sebagai simbol dibukanya acara dengan membacakan mantra Setelah ngajiad menyan ijab dilalarkeun atau dinyaringkan Ijab kabul ini adalah salam pembuka memuji Tuhan solawat pada Nabi Muhammad doa doa menyebut para nabi para wali menyebut semua leluhur di Rancakalong dan ngedalkeun pamaksudan atau menyatakan maksud Setelah itu memohon perlindungan dan menyatakan harapan keberkahan keselamatan akan mengolah sawah dan hasilnya satu tahun ke depan Selesailah ijab Selanjutnya untuk mengisi acara kesenian tarawangsa ditabuh dari sore hari sampai larut malam sampai tiba acara nyumpingkeun keresa Nyai Nyumpingkeun Keresa Nyai selanjutnya malam hari pada hari pertama itu dilaksanakan nyumpingkeun kersa Nyai sekitar jam 21 00 s d 04 00 WIB Nyumpingkeun adalah ritual yang disertai tarawangsa Pada acara ini bisa terlihat mitos menjadi kepercayaan bagi penganutnya Meuseul Mitembeyan setelah istirahat dan sholat subuh jam 05 00 semua bersiap untuk ngalungsurkeun Nyai dari lumbung untuk dipeuseul mitembeyan atau ditumbuk permulaan Nyiraman Nyai di pangsiraman Nyai disiraman atau diisikan atau dimandikan dibersihkan Mengawali Nyai disiraman doa dan mantra dipanjatkan disertai kemenyan yang dibakar Setelah semuanya selesai dibersihkan kembali bakul bakul berisi padi diarak diiringi ineban Nyai dibawa ke pajemuhan Di pajemuhan Nyai dipindahkan pada pangkon boboko yang sebelumnya dialasi dengan daun cariang sejenis daun talas yang sudah diberi dengan minyak kelapa Daun cariang ini ibarat selimut Nyai yang akan menjadikannya hangat ketika nanti diinebkeun diperam disimpan di pangineban dapur Nginebkeun Nyai 2 setelah pangramaan mulailah membaca doa dan mantra serta membakar kemenyan di pangineban ineban Nyai sebanyak 12 dimasukkan sebagian ke pangineban lalu bakul bakul berisi padi yang sudah dialasi dan ditutup daun cariang pun satu demi satu dimasukkan ke goah yang disebut pangineban tadi Ngaguar Nyai hari kelima jam 03 40 subuh setelah semalaman nyumpingkeun keresa Nyai tibalah ngalungsurkeun Nyai dari peramannya yang dalam masa empat hari tiga malam itu Nyai dikeluarkan dan ditumpahkan pada pangkon nyiru untuk dibersihkan 11 Meuseul Geulis sunting Meuseul geulis adalah menumbuk halus tujuannya memperoleh tepung dari beras yang sudah ditumbuk pada hari kedua tadi Meuseul geulis dilaksanakan pada hari kelima atau hari terakhir untuk mendapatkan bahan dasar laksa tepung 11 Ngalaksa sunting nbsp Laksa yang telah jadi Dalam membuat laksa terbagi menjadi dua yaitu ada rurukan yang membuat laksa bongkok saja dan ada rurukan yang meneruskannya dengan membuat laksa gencet atau nyepitan Nyai Tahapan melaksanakan laksa bongkok adalah ngadonan Nyai nyinjangan Nyai ngagodog Nyai dan turun jimat Tahapan ini diteruskan lagi kalau membuat laksa gencet tahapannya adalahnumbuk cikal ngaleer membuat orok orok nyepitan Nyai membuat laksa dan ditambah dan ngahurip Nyai 11 Ngadonan Nyai adalah proses membuat adonan laksa Adapun kegiatannya tepung dari tumbukan ritual diadonan pertama kali mulai dari tepung dari padi cikal pertama panengah dan bungsu terakhir Nyinjangan Nyai artinya memberikan kain pada Nyai Adonan yang sudah selesai diuleni kemudian dimasukkan ke dalam wadah wadah dan dibagikan pada ibu ibu yang sudah siap memberikan sinjang Sinjang bukan arti sesungguhnya tetapi daun congkok Latin Moliner Capitulata yang sudah dibersihkan dan disediakan sebagai kemasan membungkus laksa Ngagodog Nyai setelah adonan laksa dibungkus saatnya untuk direbus dalam air rebusan papagan combrang Sebelum Nyai digodog ada kasepuhan yang mengantarnya ke tempat merebus yang disebut ngajajapkeun mengantarkan Kasepuhan yang mengantarkan bungkusan laksa itu layaknya seorang kakek atau seorang bapak yang menggendong anak untuk diantarkan ke tempat yang ditujunya Turun Jimat laksa yang diangkat dari perebusan inilah yang disebut laksa bongkok Setelah laksa laksa itu diangkat dan ditiriskan saatnya turun jimat atau membagikan laksa sebagai pamulang sambung kembalian terutama kepada mereka yang ngiringan para ketua rurukan aparat desa para pendukung dan masyarakat Pada turun jimat ini diyakini beberapa hal oleh masyarakat setempat yaitu apabila laksa dikeringkan dan disimpan di goah atau di lumbung maka Nyai Pohaci akan senang dan hasil pertanian akan bagus apabila laksa dimakan maka orang yang memakannya akan terhindar dari berbagai macam musibah apabila air bekas mencuci jambangan alat untuk membuat laksa gencet dipakai mencuci pada wajah maka akan awet muda dan apabila air bekas mencuci jambangan disiramkan pada sawah dan ladang maka tumbuhannya akan subur Demikian juga bila diminumkan pada binatang ternak maka akan beranak pinak Numbuk Cikal tahap seterusnya adalah numbuk cikal bila rurukan akan melaksanakan membuat laksa gencet Pelaksanaannya adalah semua laksa bongkok yang sudah matang dari padi cikal dibuka dari daun pembungkusnya lalu disatukan Setelah itu ditumbuk sampai merata di dalam dulang tempat menumbuk terbuat dari kayu Ngaleer setelah lumat semua adonan dikeluarkan untuk dileer di atas papan ukuran 150x40x2 cm Papan tersebut dialasi daun pisang supaya licin dan mudah diuleni diolesi minyak kelapa sebelumnya Setelah itu lalu adonan dileer atau diratakan dengan bambu kuluntungan sampai beberapa kali Orang yang ngeleer harus sampai berkeringat dan bekerja keras sampai adonan benar benar lembut Setelah itu lalu dibentuk lonjong sekitar 100x20x7 cm dan dipotong potong menjadi enam bagian Membuat Orok lima bagian potongan ulenan kemudian dibentuk orok Satu bagian disisihkan untuk menjadi saksi Ulenan itu dibuat menyerupai bayi kepalanya lengkap dengan anggota tubuhnya mata hidung telinga bibir tangannya tubuhnya kakinya Para Ibu mengerjakannya dengan khidmat dan penuh perasaan bahkan banyak pula yang menangis terharu Nyepitan Nyai atau mengkhitan Nyai Alat mengkhitan Nyai adalah jambangan yang terdiri dari titihan dan cacadan Sebelum kegiatan itu dilakukan juru ijab kembali mengucapkan ijab kabul yang intinya memohon ijin pada Dewi Sri karena tubuhnya akan ditekan atau disepitan Setelah ijab selesai orok tersebut kemudian dimasukkan ke dalam titihan berlubang lalu dengan cacadan orok tersebut digencet atau ditekan dengan cacadan maka keluarlah laksa atau laksa gencet laksa yang sesungguhnya yang berupa lembaran lembaran laksa menyerupai mie atau semacam spageti Nyepitan ini hanya dibuat satu kali saja dan harus dilakukan dengan sekuat tenaga agar orok berubah menjadi laksa mentah Membuat Laksa laksa mentah yang berupa lembaran lembaran menyerupai mie itu kemudian ditampung dengan ayakan lalu direbus di atas tungku Ketika lembaran itu matang maka laksa akan menyembul dari dalam air yang panas semua orang berteriak bahagia seraya berkata Geulis Geulis Geulis atau Cantik Cantik Cantik Lembaran lembaran laksa yang telah matang itu diambil untuk dihurip Sisa laksa yang masih dalam dandang dan tidak menyembul menyerupai mie akan disimpan Ngahurip proses terakhir dalam membuat laksa gencet ini adalah ngahurip Ngahurip adalah mendoakan lembaran laksa yang telah diangkat dari tempat rebusan Prosesnya seperti ngahurip pada bayi yaitu seorang sesepuh laki laki menimang dan mendoakan laksa yang dialasi selembar daun yang lebar lalu diserahkan pada sesepuh perempuan yang seolah olah menjadi ma paraji dukun beranak yang juga mendoakan dengan penuh kasih sayang Setelah itu acara ditutup oleh saehu dengan menyampaikan pidato tradisional yang isinya berupa nasihan agar masyarakat yang mengikuti upacara Ngalaksa senantiasa melaksanakan amanat leluhurnya supaya terhindar dari kesulitan 11 WawarianWawarian adalah netepkeun karuhun ka asalna mengembalikan leluhur ke asalnya Tahap ini adalah tahap terakhir yang dilaksanakan dalam rangkaian upacara ngalaksa Tahap wawarian ini dilaksanakan tidak di Desa Wisata tetapi dilakukan di rumah ketua rurukan yang bertanggung jawab menyelenggarakan upacara Tahap wawarian dilaksanakan tiga hari atau seminggu setelah upacara ngalaksa selesai di Desa Wisata Adapun urutan kegiatan wawarian adalah iber padungdengan ngajiad menyan dan ijab kabul dan nyumpingkeun dan ngineban 9 Iber atau ngawartosan adalah kegiatan yang dilakukan oleh ketua rurukan untuk mengundang para ketua rurukan lainnya wakil aparat desa dan para saehu sesepuh pangramaan dan paibuan dan penabuh kesenian tarwangsa untuk mengiringi kegiatan wawarian Padungdengan Evaluasi setelah magrib semua yang hadir breng padungdengan atau diskusi dengan hangat dan tanpa suasana formal bisa merokok mencicipi makanan dan sejenisnya Dengan suasana santai dibicarakan kekurangan dan kelebihan atau sisa yang tertinggal dari upacara Ngalaksa Setelah padungdengan dianggap selesai suasana dikondisikan menjadi serius khidmat Ngajiad Menyan amp Ijab Kabul setelah isya wawarian dibuka dengan ngajiad menyan dan ijab kabul Ijab kabul yang dinyatakan sama seperti ijab kabul permulaan yaitu salam pembuka memuji Allah solawat pada Nabi Muhammad doa doa menyebut para nabi para wali menyebut semua leluhur di Rancakalong Adapun yang membedakannya kegiatan ijab kabul permulaan adalah isi dan tujuan ketika ngedalkeun pamaksudan atau menyatakan maksud yaitu berterima kasih pada para karuhun yang telah ikut serta dalam upacara Ngalaksa lalu memohon maaf apabila banyak kekurangan dan memohon perlindungan keberkahan dan keselamatan dalam menggarap sawah satu tahun ke depan Nyumpingkeun selanjutnya kesenian tarawangsa ditabuh dari malam sampai subuh untuk mengiringi acara nyumpingkeun Keresa Nyai yang tata caranya sama dengan nyumpingkeun di awal Setelah subuh menjelang Keresa Nyai yang dianggap telah datang adalah simbol persetujuan bahwa para karuhun sudah tetep di asalnya dan menerima seluruh kegiatan Nginebkeun acara terakhir adalah menyimpan ineban padi ke goah atau lumbung 9 Pelaksana sunting nbsp Gambaran Juru Ijab atau Wali Puhun sedang bertugas pada suatu upacara adat Penyelenggara teknis dalam upacara adat Ngalaksa di antaranya sebagai berikut 12 Ketua RurukanKetua Rurukan atau Ketua Kampung bertugas memimpin upacara serta mengatur jalannya upacara Ketua rurukan yang membuka acara dan diawali dengan memberikan contoh kepada peserta upacara mengenai semua kegiatan yang akan dilaksanakan Seorang ketua rurukan harus bisa menjaga jalannya upacara sehingga tidak ke luar dari kaidah kaidah yang berlaku dan sudah disepakati sebelumnya SaehuSaehu bisa mempunyai dua arti yaitu pemimpin kegiatan dan akronim dari sae hubungan hubungan baik seseorang yang dianggap bisa menjalin komunikasi dengan baik Saehu ini mempunyai peran penting dalam kegiatan beliau yang ngokojoan atau ngaluluguan memimpin kegiatan Kata saehu ini bisa diterapkan pada laki laki dan perempuan Hal yang lebih penting bagi peran ini adalah mereka bisa saja bukan turunan langsung dari rurukan Saehu ini bisa bertugas jadi juru ijab nu ngajiad menyan nu marancah apabila menguasainya dan sebutan mereka berubah menjadi juru ijab atau wali puhun Juru IjabJuru Ijab atau Wali Puhun yaitu tokoh yang bertugas sebagai mediator untuk mengucapkan mantra mantra dan do a untuk ruh para leluhur Juru Ijab harus hapal mantra dan do a dalam upacara karena dianggap sebagai tokoh penghubung dunia nyata dan dunia gaib Mereka biasanya adalah tokoh tua atau kalaupun tidak tua tetapi berpengalaman dalam setiap urusan hubungan dua dunia nyata gaib CandoliCandoli yaitu pelaku yang tugasnya menunggu dan mengerjakan segala pekerjaan dan keperluan di tempat penyimpanan sesaji goah atau dapur Juru tulisJuru tulis yaitu tokoh yang tugasnya menerima dan mencatat sumbangan dari masyarakat untuk keperluan upacara Setelah selesai upacara juru tulis membagikan lontong kepada semua peserta upacara sebagai balas jasa Pangramaan dan PaibuanPangramaan adalah barisan parasaehu laki laki mereka bertugas mengatur kegiatan saling melengkapi mengarahkan dan membantu Tugas pentingnya di antaranya adalah mengawali ngemban atau ngabadaya menari dan nyumpingkeun Paibuan adalah barisan saehu perempuan Paibuan sangat dominan perannya ketika nyumpingkeun Keresa Nyai SaksiSaksi yang diperuntukkan pada orang yang paling tua sekali umurnya dan mengetahui kegiatan Ngalaksa Tugas saksi adalah meluruskan membenarkan atau menyempurnakan apabila ada yang salah dan ada yang kurang Nu NgiringanNu ngiringan adalah masyarakat yang dengan sukarela membantu mengumpulkan bahan iuran alat alat atau menyumbangkan pikiran dan tenaganya secara sukarela untuk upacara ngalaksa Nu ngiringan atau jamaknya nu ngariringan ini terutama nu ngiringan dengan tenaganya pada saat saat kegiatan sudah mengerti apa yang harus diperbuat dan yang menjadi tugasnya Tugas dan kewajiban mereka disebutkan sudah dari karuhunnya terutama yang sudah ditegaskan lagi dalam mera yaitu membuat boneka Nu Geulis dan Nu Kasep yang bertugas menyiapkan sesaji daun congkok untuk sinjang pembungkus laksa pekakas menumbuk padi menampung laksa mengelola dalam pembuatan laksa pembuat adonan pencetak ngagodog dan membagikan laksa di puncak acara Dalam ngiringan ada istilah nu ngiringan duit saduit artos pamulud Setiap nu ngiringan duit saduit memberi sumbangan uang dengan peruntukan perorang Misalnya memberi uang Rp 10 000 untuk lima orang artinya setiap orang yang ikut akan memberi sumbangan Rp 2 000 untuk sedekah mulud karena ngalaksa secara tradisional ada yang dilaksanakan pada bulan setelah mulud Rabiul awal yaitu Jumadil akhir selain pada bulan Hapit Dzulqaidah Pada masyarakat yang memberikan sumbangan diharapkan bisa mendapat keberkahan 11 Benda benda Upacara suntingBenda benda DapurBenda benda dapur adalah alat alat atau pekakas yang biasa digunakan di dapur untuk menyiapkan makan dan minum seluruh pendukung kegiatan Benda benda ini misalnya saja hawu tungku dan kayu bakarnya kancah dan susuknya untuk penggorengan dandang besar untuk menanak nasi dan menggodog laksa ember untuk membawa air tempat air besar untuk menyimpan air minum gelas piring sendok lap bersih lap kotor dan lain lain 11 Benda benda UpacaraBenda benda upacara adalah alat alat atau pekakas yang digunakan dalam upacara ngalaksa yang secara ritual berperan penting pada pelaksanaanya Benda benda ini terbagi dua yaitu benda benda perlengkapan Ngalaksa dan benda benda perlengkapan sesaji Benda benda Perlengkapan NgalaksaBenda benda ini adalah jambangan pangkon nyiru boboko tolombong ayakan giribig terpal lisung halu hihid susuk awi dulang dan baskom Benda benda Perlengkapan SesajiBenda benda ini terbagi tiga yaitu sesaji pokok dan sajen pengiring Sajen pengiring terbagi dua yaitu sajen makanan dan sajen non makanan Sajen Pokok adalah kemenyan dan parupuyan sajarah wujud kendi air pohon hanjuang hijau hihid puncak manik nasi yang dibuat puncak gegunungan dari beras satu mangkok telur ayam kampung dan uang koin dua macam rurujakan tujuh atau sembilan macam kopi pahit kopi manis dan kelapa muda Sajen Pengiring makanan terdiri atas bubur merah bubur putih ketupat lontong dupi papais merah papais putih sarikaya bugis candil kelepon kue cara merah kue cara putih buah buahan umbi umbian hahampangan opak kolontong wajit rengginang rangining dll rampe rujak petis lemper ranggesing amis cangkeng hahaneutan bumbu dapur minyak kelapa pisang kapas congcot mulus tumpeng ikan mas telur mentah dan daging mentah congcot rasul bakakak ayam telur ayam matang dan piis asakan urab ketan dan gulampo Sajen Pengiring bukan Makanan terdiri atas saksi patung Nu Geulis dan Nu Kasep sampayan kebaya kain yang dijejerkan di atas penabuh menjadi latar kegiatan pangradinan yaitu alat alat kecantikan Nyai sisir cermin bedak lipstik pensil alis minyak wangi dll perhiasan Nyai gelang tangan dan gelang kaki cincin kalung jepit rambut pakaian Nyai kain kebaya karembong atau selendang pakakas Nyai keris seureuh ranggeuyan dan tektek lemareun bahan untuk makan sirih sesepen rokok atau cerutu sawen tampolong kuningan pekakas untuk meludah dan pangkonan yang terdiri dari lungsuran ineban bibit padi bunga tujuh atau sembilan rupa minyak kelapa dan bunga rampai Benda benda perlengkapan sesaji ini bisa dibuat untuk dua hal yaitu untuk upacara ngalaksa dan untuk tarawangsa Sesaji untuk upacara ngalaksa secara keseluruhan disimpan di lumbung sesaji untuk tarawangsa disimpan di depan penabuh tarawangsa untuk keperluan Nyumpingkeun Keresa Nyai Benda benda MidangBenda benda midang adalah benda benda yang dipakai oleh para saehu para penabuh para penari dan nu ngiringan dalam aktivitas upacara ngalaksa terutama ketika ngabadaya atau ngemban Pakaian KeseharianSaehu laki laki memakai iket baju celana kampret hitam sandal dan peci Saehu perempuan memakai kebaya sinjang rambut disanggul atau dikerudung Para penabuh mengenakan iket baju celana kampret hitam atau iket kaos celana hitam bebas ketika siang hari Nu ngiringan kebanyakan kaum ibu memakai kebaya sinjang rambut disanggul atau dikerudung sedangkan kaum bapak sama saja pakaiannya seperti para saehu Pakaian NgabadayaSaehu laki laki memakai iket kemeja putih jas luar atau bukaan hitam selendang sinjang prang kusumah keris Saehu perempuan memakai sanggul sisir tanduk renda kabaya sinjang prang kusumah gelang dan selendang Pakaian para penabuh dan nu ngiringan biasanya sama saja dengan pakaian keseharian pada saat upacara ngalaksa kecuali pada hari terakhir ketika kegiatan membuat laksa dilakukan terutama para ibu Pada hari tersebut semua berpenampilan dengan warna kebaya yang cerah misalnya hijau muda kuning muda biru merah dan ungu Gerakan dalam upacara suntingGerakan Tarawangsa sunting Gerakan ini adalah gerakan khusus ketika tarawangsa ditabuh terutama ketika kegiatan nyumpingkeun Keresa Nyai pada malam hari sampai pagi hari yaitu Ngalisahan Nyekar dan Meuleum MenyanNyekar adalah memohon ijin pada leluhur di hadapan sesaji Nyekar ini dilakukan pertama kali oleh saehu laki laki lalu saehu perempuan lalu siapapun yang akan ikut menari Gerakan nyekar memang tidak seperti menari tetapi ini bagian permulaan yang berpola dan harus dilakukan Cara yang haris dilakukan adalah saehu duduk dengan khidmat lalu mengoleskan minyak kelapa pada kening alis dan jempol ngalisahan Setelah itu berdoa di depan sesajj dan membakar sedikit kemenyan NgalulungsurNgalulungsur adalah mengundang para leluhur untuk turun pada pajemuhan Gerakannya adalah saehu mengganti bajunya dengan baju khusus untuk menari yaitu saehu laki laki memakai iket kemeja putih jas luar atau bukan hitam kekemben selendang sinjang prang kusuma dan keris Untuk saehu perempuan memakai sanggul sisir tanduk renda kabaya dan sinjang prang kusumah berikut gelang dan kemben selendang Setelah ngalisahan nyekar dan membakar sedikit kemenyan mereka duduk menghadap sesaju dan juga menghadap empat penjuru arah mata angin timur selatan barat dan utara sambil membaca mantra Setelah itu saehu menari menghadap sesaji sampai selesai dengan lagu tarawangsa Pangemat Pangameut Ider NagaSetelah lulungsur selesai maka saehu laki laki memimpin ider naga Ider naga adalah gerakan membawa 9 sampai denga 12 barang ineban oleh paibuan yang berjumlah 9 s d 12 orang dengan gerakan berputar besar di depan sesaji pajemuhan Paibuan ini beriring di belakang saehu laki laki dengan menimang ineban ineban yang dibawanya seperti halnya menimbang bayi Penabuh tarawangsa melagukan Pangapungan Setelah beberapa kali ideran disimpanlah lagi ineban bersama sesaji lainnya di hadapan para penabuh Saehu laki laki kemudian menari menghadap sesaji lalu menghadap hadirin Selanjutnya saehu laki laki menyerahkan keris dan selendang pada saehu perempuan AmitanSaehu perempuan menerima keris dan selendang hal ini menandakan tanggung jawab selanjutnya ada pada saehu perempuan Maka setelah itu amitan atau amitan paibuan pun dilakukan oleh saehu perempuan dan paibuan Setelah saehu perempuan memakai perlengkapan baju menari terutama memakai sisir tanduk renda gelang dan selendang maka saehu pun ngalisahan nyekar dan membakar sedikit kemenyan Setelah itu saehu perempuan bersalaman pada para sesepuh Selanjutnya paibuan para ibu ibu pengiring saehu bersalaman pada sesepuh dan menarilah mengiringi saehu perempuan Saehu perempuan menari menghadap sesaji sedangkan paibuan menari di belakang saehu PanemaanPanemaan berasal dari kata tema artinya sambung jadi panemaan adalah menyambung tarian Adapun penarinya adalah panema atau penyambung Panema ini menerima benda benda dari salah seorang paibuan yang selesai menari berupa baju seperangkat dengan kerisnya untuk dipakai lagi menari Setelah baju dipakai maka panema pun ngalisahan nyekar dan membakar sedikit kemenyan Setelah itu dipegangnya puncak manik diusapnya sasaji dalam pangkon lalu diusapnya juga pohon hanjuang barulah panema menari Saehu perempuan memakai perlengkapan menari terutama sisir tanduk renda gelang dan selendang Setelah itu kemudian ngalisahan nyekar membakar kemenyan bersalaman pada saehu laki laki dan menarilah Paibuan kemudian berdiri dan menari mengelilingi dan menjaga saehu perempuan yang akan kesurupan atau akan kasumpingan Keresa Nyai Setelah tampak saehu tak sadarkan diri dalam tariannya paibuan menahan tubuh saehu agar tidak jatuh lalu mengangkat dan mengarahkan keris ke kepala saehu Setelah itu saehu diciprati air dengan menggunakantektek Setelah mulai sadar tangan saehu menciprati paibuan yang menjaganya lalu diminumnya sedikit air yang dipakai ritual tersebut NginebkeunGerakan nginebkeun pada tarawangsaan adalah gerakan menyimpan benda benda ineban ke pangineban lumbung Polanya adalah pola ider naga tetapi ineban yang dibawanya hanya pangkonan sajarah wujud dan saksi Gerakan iderannya sebanyak sembilan kali sesuai dengan arah jarum jam Gerakan dalam Upacara Ngalaksa sunting Gerakan ini maksudnya adalah gerakan yang berpola dalam upacara Ngalaksa secara menyeluruh MeuseulPada gerakan meuseul atau menumbuk baik meuseul mitembeyan maupun meuseul geulis gerakan dilakukan bersamaan atau sareundeuk saigel sabobot sapihanean Tidak boleh ada gerakan yang saling susul menyusul karena bukan kegiatan main main tetapi kegiatan sakral dan penuh kebersamaan Oleh sebab itu gerakan harus selalu bersamaan mengayun ke atas dan ke bawah kadang disesuaikan dengan lagu tarawangsa yang ditabuh Nimang ngembanGerakan Nimang adalah gerakan berpola seperti halnya menimang bayi Nimang disebut juga ngemban yaitu mengayun bayi ketika sedang mengasuh Gerakan ini sangat mudah terlihat pada setiap waktu ketika tarawangsa ditabuh Paibuan atau pangramaan sesepuh bahkan penongton yang mengerti akan menggerakkan tangannya seperti halnya menimang bayi Gerakan ini kadang menimang dengan tangan kosong ataupun dengan menimang selendang Ngibing NgabadayaNgibing ngabadaya dilakukan malam hari adalah ketika tarawangsa ditabuh dan kegiatan nyumpingkeun Keresa Nyai dilaksanakan Tari ngabadaya pada kegiatan ini dilakukan oleh para saehu laki laki dan para saehu perempuan juga panema dan paibuan dan bersifat sakral karena berada pada ritual nyumpingkeun Para saehu memakai busana parang kusumah Lagu lagu yang mengiringinya adalah lagu lagu pokok Ngibing ngabadaya yang dilakukan siang hari diikuti oleh masyarakat umum untuk meramaikan acara Tarian ini ini sifatnya hiburan Lagu tarawangsa yang ditabuh pun dinamis dengan lagu lagu panambah Gerakan tari ngabadaya bersifat bebas intuitif tetapi mengindahkan gerakan gerakan dasar yaitu memakai selendang gerakan para perempuan lebih statis dengan hanya mengayun selendang ke kiri ke kanan sedangkan gerakan para laki laki lebih dinamis Selain gerakan yang tadi ada juva gerakan di luar kesadaran para penari yaitu trans atau setengah kesurupan dan kesurupan Menurut para saehu terutama yang menjaga kemenyan penari yang kesurupan tersebut dianggap kemasukan leluhurnya sehingga ada perempuan yang menangis menari dengan gagah dan bahkan mirip pencak silat Demikian juga dengan penari laki laki ada yang kesurupan pamacan palutung dan sebagainya MungkusKegiatan mungkus memperlihatkan pula gerakan tersendiri Para ibu yang ngiringan secara perseorangan membungkus laksa dengan daun congkok berada dalam kelompok yang serempak sama membungkus laksa Hal ini menjadikan gerakan membungkus berada dalam ritme dan dinamika yang menarik NgajajapkeunGerakan terakhir yang menarik adalah gerakan ngajajap atau mengantarkan Nyai ke panggodogan perebusan Gerakan ini dilakukan oleh kasepuhan dengan sedikit tarian tarian mengikuti irama musik dan lagu yang ditabuh Dengan memangku laksa yang akan direbus kakek seolah mengayun Nyai dalam pelukannya Kepala badan dan kaki kakek bergerak dengan lincahnya mengikuti irama lagu sambil membawa Nyai ke panggodogan Kesenian pengiring suntingKesenian dalam upacara ngalaksa adalah pertunjukan kesenian tarawangsa selama tujuh hari tujuh malam dan pada hari ketujuh baru diikuti dengan tari tarian dengan masyarakat atau sesepuh sebagai penarinya 13 Selain itu ada juga seni rengkong yang dipertunjukan saat iring iringan atau pawai memasukan padi ke lumbung berlangsung 14 Pertunjukan tarawangsa nbsp Pertunjukan Tarawangsa dalam upacara ngalaksa Tarawangsa adalah seni pusaka yang sangat dihormati di Desa Rancakalong sehingga dijuluki seni ormatan Tarawangsa sendiri memiliki arti dan dimaknai sebagai tatabeuhan rakyat wali nu salapan alat musik Sembilan Wali atau merupakan akronim dari narawang ka nu Maha Kawasa menerawang pada Tuhan Yang Maha Esa 15 Tarawangsa juga memiliki fungsi khusus sebagai alat musik untuk menghormati Nyai Nu Geulis sebuah sebutan yang dituturkan orang orang tua pada zaman dahulu di Tatar Sunda untuk makanan khususnya beras dan nasi 16 Alat musik yang dipakai dalam pertunjukan ini terdiri dari dua waditra yaitu waditra jentreng sejenis kecapi dan ngek ngek sejenis rebab Jentreng bentuknya mirip dengan perahu yang berukuran panjang 75 cm sampai dengan 104 cm lebarnya 12 sampai 14 cm Terdiri dari ruruma geulang inang paksi lubang suara dan kawat atau dawai berjumlah 7 buah 17 Sedangkan ngek ngek adalah alat musik gesek beresonansi dari kayu memiliki leher panjang dan dua buah kawat Peranannya selain berfungsi sebagai melodi juga bisa menjadi goong untuk memperkuat aksen petikan pada akhir ketukan lagu 13 Pertunjukan ini disajikan dalam bentuk ansambel kecil yang hanya dimainkan oleh dua orang yang terdiri dari satu orang pemain kecapi dan satu orang pemain rebab Kecapi dalam tarawangsa memiliki tujuh dawai sedangkan rebab nya memiliki dua dawai Baik jentreng maupun ngek ngek kedua istilahnya diambil dari masing masing imitasi bunyi waditranya Jentreng berasal dari bunyi yang di petik menghasilkan bunyi treng dan ngek ngek berasal dari bunyi rebab yang di gesek menghasilkan bunyi ngek Dalam membunyikan waditra ngek ngek terdapat berbagai keunikan di dalamnya selain bunyi suaranya yang khas cara memainkannya juga sangat berbeda dengan memainkan rebab Dalam memainkan rebab sunda dawai ditekan menggunakan ujung jari sedangkan bila memainkan ngek ngek dawai ditekan menggunakan sendi setiap jari jari tangan Waditra ngek ngek hanya digunakan untuk memainkan lagu lagu tarawangsa karena fungsinya hanya sebagai pembawa melodi dari lagu tarawangsa tersebut Berbeda dengan waditra rebab sunda yang dapat digunakan untuk mengiringi semua lagu lagu sunda 18 Dalam pertunjukan Tarawangsa penduduk menari sambil diiringi musik semalam suntuk tak sedikit orang yang menari mengalami kerasukan ruh para leluhur Pertujukan ini diawali oleh para para tokoh dan sesepuh dengan memanjatkan puji kepada Tuhan dan menghaturkan salawat kepada Nabi Muhammad Saw 19 Pertunjukan seni tarawangsa biasanya dilaksanakan pada malam hari mulai pukul 20 00 WIB sampai dengan pukul 04 00 WIB dini hari Khusus dalam upacara adat Ngalaksa dilakukan selama satu minggu siang dan malam secara berturut turut Hal ini terjadi karena tarawangsa dijadikan pengiring upacara yang senantiasa harus dipagelarkan selama upacara berlangsung Para pemain seni tarawangsa terdiri dari penari perempuan berjumlah 5 7 sampai 9 orang yang berusia lanjut nayaga pemain musik saksi dan Kuncen juru kunci Pertunjukannya dibagi ke dalam beberapa acara yaitu tatalu pembukaan ngukus membakar kemenyan ijab kabul ikrar serah terima ngalungsurkeun menurunkan nema nyumpingkeun mendatangkan dan nginebkeun menyimpan Lagu lagu yang biasa dibawakan dari awal sampai akhir pertunjukan adalah Pamapag Mataraman Iring iringan Jemplang Panimang Sirna Galih Dengdo Angin angin Pangapungan Buncis Badud dan Degung Sesaji dalam seni tarawangsa memiliki ciri khas sebagai sebuah seni tradisi yang dianggap sakral Makna makna yang bisa diambil hikmahnya dari pertunjukan tarawangsa yaitu wujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu ingat bahwa setiap tindakan harus mipit kudu amit ngala kudu menta mengambil itu harus minta ijin terlebih dahulu Selain itu manusia harus memperlakukan padi Dewi Sri dengan tertib teliti dan hati hati 20 Sedangkan gambaran media yang digunakan adalah manusia hidup di alam dunia ini terdiri dari empat unsur yang dilambangkan dengan daun hanjuang kehidupan kendi unsur bumi hihid unsur angin atau udara dan air mengalir unsur darah 13 Dalam kesenian ini disediakan sesaji sebagai syarat berlangsungnya ritus Sesaji dalam seni ini terdiri dari sesaji di tengah rumah dan sesaji di padaringan tempat menyimpan padi Sesaji yang disimpan adalah pakaian kebaya putih pangradinan sisir dan kaca minyak kelapa tektek juga beras yang di atasnya ditancapkan daun hanjuang bunga rampai dan kemenyan 13 Seni Rengkong nbsp Seni rengkong Peralatan seni rengkong sangat sederhana Alat tersebut adalah bambu gombong tali ijuk minyak tanah dan kumpulan padi yang sudah diikat Bambu gombong berfungsi untuk memikul Tali ijuk digunakan sebagai pengikat padi yang digantung pada pikulan Padi yang memiliki beratn 10 sampai 20 kilogram sebagai beban yang dipikul Sedangkan minyak tanah untuk pengesat gesekan antara tali dan pikulan sehingga menghasilkan suara yang nyaring Selain itu ada dogdog dan angklung buncis sebagai alat musik pengiring Hatong juga berperan sebagai instrumen tambahan Hatong adalah alat tiup yang terbuat dari bambu Suara yang dihasilkan musik rengkong sangat khas seperti suara katak bernyanyi dengan kompak Pemain rengkong biasanya mengenakan celana pangsi baju kampret iket tanpa menggunakan alas kaki Pemainnya terdiri dari lima atau enam orang dengan lama bermain kurang lebih satu jam Pertunjukan rengkong harus digelar di tempat terbuka Cara memainkannya adalah pikulan yang berisi padi diletakkan di bahu sebelah kanan Si pemikul mengayunkan ke kiri dan ke kanan dengan irama yang teratur Tali ijuk yang menggantung pada badan bambu pun akan ikut bergerak gerak gesekan tali ijuk tersebut akan menghasilkan suara nyaring 14 Awalnya rengkong digunakan sebagai sarana mengangkut padi dari sawah ke lumbung sekaligus sebagai obat lelah para petani yang mengangkat padi yang begitu berat Perlahan lahan rengkong berubah menjadi kesenian tradisional masyarakat Sunda yang sering dipertunjukan ketika perayaan hari besar nasional upacara keagamaan upacara perkawinan bahkan menyambut kedatangan tamu istimewa Selain itu rengkong juga memiliki nilai religius karena digunakan sebagai sarana mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan dan Dewi Sri Dewi Keseburan karena telah diberikan hasil panen yang melimpah 14 Rujukan sunting Upacara Adat Ngalaksa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat www disparbud jabarprov go id Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 10 26 Diakses tanggal 2019 04 10 Heryana Agus 2012 03 01 MITOLOGI PEREMPUAN SUNDA Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 4 1 doi 10 30959 patanjala v4i1 129 ISSN 2598 1242 Tradisi Ngalaksa Khas Warga Rancakalong rri co id dalam bahasa Indonesia Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 06 27 Diakses tanggal 2019 04 10 Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Yuningsih Yuyun 2005 Makna simbolik upacara Ngalaksa pada masyarakat Rancakalong Universitas Gadjah Mada a b Wabup Buka Event Budaya Ngalaksa www setda sumedangkab go id Diakses tanggal 2019 04 10 bpnbbandung 2015 05 20 Upacara Adat Ngalaksa di Kabupaten Sumedang Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat dalam bahasa Inggris Diakses tanggal 2019 04 11 Kesuma Guntur Cahaya 2016 Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Adat Sunda Ngalaksa Tarawangsa di Rancakalong Jawa Barat Al Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam dalam bahasa Inggris 7 1 35 44 doi 10 24042 atjpi v7i1 1492 ISSN 2528 2476 Sumedang Koran Ngalaksa Diharapkan Jadi Agenda Kabupaten Sumedang Mandiri Korsum net Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 04 18 Diakses tanggal 2019 04 18 a b c d Rekontruksi Model Manajemen Rurukan Dalam Upacara Adat webcache googleusercontent com Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 02 15 Diakses tanggal 2019 04 11 a b BAB III Kebudayaan Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Kota Sumedang PDF docplayer info Diakses tanggal 2019 04 22 a b c d e f g h Isnendes Retty 2013 12 12 STRUKTUR DAN FUNGSI UPACARA NGALAKSA DI KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER dalam bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia Kartikasari T dkk 1991 Pengukuhan Nilai Nilai Budaya Melalui Upacara Traditional Upacara Kesuburan Tanah Ngalaksa dan Upacara Bersih Desa Syaparan Jakarta Direktorat Jendral Kebudayaan Hal 29 a b c d Tarawangsa Seni Sakral Sunda Kuno yang Tersisa di Rancakalong Sportourism id Diakses tanggal 2019 04 12 pranala nonaktif permanen a b c Redaksi Rengkong Seni Masyarakat Agraris Tangga id dalam bahasa Inggris Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 04 12 Diakses tanggal 2019 04 12 Tarawangsa Rancakalong Gigi Priadji dalam bahasa Inggris Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 04 12 Diakses tanggal 2019 04 12 http ojs badanbahasa kemdikbud go id jurnal index php jentera article download 277 103 Yulaeliah Ela 2006 TARAWANGSA DAN JENTRENG DALAM UPACARA NGALAKSA DI RANCAKALONG SUMEDANG JAWA BARAT Sebagai Sarana Komunikasi Warga SELONDING dalam bahasa Inggris 3 1 doi 10 24821 selonding v3i1 5 Ismail M Taufik 2017 06 16 ORNAMENTASI WADITRA NGEK NGEK GAYA ABUN DALAM LAGU REUNDEU PADA KESENIAN TARAWANGSA RANCAKALONG SUMEDANG dalam bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia Teguh Irfan Tarawangsa Menghormati Dewi Sri sampai Hilang Kesadaran tirto id Diakses tanggal 2019 04 12 Paluseri D D dkk Oktober 2018 Ratnawati Lien Dwiari ed Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 PDF Jakarta Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hlm 143 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Pemeliharaan CS1 Banyak nama authors list link Pranala luar suntingUpacara Adat Ngalaksa Pertunjukan Tarawangsa dalam Upacara Ngalaksa Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Ngalaksa amp oldid 25411642