www.wikidata.id-id.nina.az
Otto Djaya atau lengkapnya Raden Otto Djaya Suntara merupakan pelukis handal asal Indonesia yang berkarya dalam beberapa zaman Mulai era Pemerintahan Hindia Belanda Pendudukan Kerajaan Jepang Revolusi Fisik Orde Lama Orde Baru sampai Jaman Reformasi Meski ia bersikeras tidak mau terjebak dalam gaya gaya klasik manapun Otto adalah pelukis beraliran ekpresionis Karya karya lukisannya digemari dan diakui hingga mancanegara Salah satu pengkoleksi karyanya adalah Presiden Republik Indonesia pertama Ir Soekarno Otto merupakan seniman lukis sekaligus pejuang kemerdekaan 1 Otto DjayaLahirRaden Otto Djaya Suntara 1916 10 06 6 Oktober 1916Kabupaten Pandeglang Banten IndonesiaMeninggal23 Juni 2002 2002 06 23 umur 85 PendidikanHollandsch Inlandsche School HIS Pandeglang Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO Bandung Algemene Middelbare School Bandung Pembela Tanah Air PETA Bogor Academie Voor Beeldende Kunsten Belanda PekerjaanGuru Pelukis Purnawirawan TNI AD 1944 1946 Pangkat Terakhir Mayor Tahun aktif1941 2002OrganisasiPersatuan Ahli Gambar Indonesia Persagi Sanggar Pelukis Rakjat Pembela Tanah Air PETA Badan Keamanan Rakjat BKR Resimen III Divisi IIIDikenal atasPelukis EkspresionismeSuami istriTiti HernadiAnakLaksmi Hendrastuti 1952 Maya Damayanti 1954 Asoka Kusuma Djaya 1957 Sinta Dewi Handayani 1963 Orang tuaRaden Wirasandi Natadiningrat dan Sarwanah SunaeniPenghargaanAsia Raya Prize Dalam Eksibisi Meijisetsu 1943 Jasa Tiga Bintang Emas Pejuang Kemerdekaan RI NPV atau Nomor Pokok Veteran 8 20 585 Daftar isi 1 Riwayat Hidup 2 Pendidikan 3 Pelukis dan Pejuang 4 Inspirasi 5 Pameran 6 Akhir Hayat 7 ReferensiRiwayat Hidup suntingRaden Otto Djaya Suntara lahir di Rangkasbitung Kabupaten Pandeglang tanggal 6 Oktober 1916 Ia adalah anak kedua dari pasangan Raden Wirasandi Natadiningrat Sarwanah Sunaeni Di atasnya ada Agus Djaya Suminta 1913 1994 dan di bawah Otto adalah adik perempuannya Neneng Khatidjah 1921 2010 Otto bukan berasal dari kalangan berada namun bukan juga dari golongan bawah Ayahnya merupakan keturunan keluarga ningrat Banten yang bekerja pada Bupati Wedana atau kepala wilayah Pandeglang yang notabene berada di bawah Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda Tugas ayahnya mengawasi hutan hutan yang ada di Banten 1 Otto menikah di usianya yang ke 35 tahun umur terlambat untuk ukuran laki laki Indonesia apalagi di masa masa itu Pada tanggal 4 Juni 1951 ia secara resmi menikahi wanita asal Semarang bernama Titi Hernadi Resepsi pernikahan menyusul kemudian pada tanggal 14 Juli 1951 Keduanya bertemu saat bekerja di perusahaan percetakan Bisnis Indonesia Mereka tinggal di rumah sendiri di Jalan Bendo No 5 Candi Baru Semarang Jawa Tengah Suasana lingkungan rumah Otto memang mendukung profesinya sebagai pelukis Terletak di atas bukit dengan pemandangan yang indah Ukurannya pun besar Selain untuk rumah tinggal kediaman Otto juga dijadikan guest house dan galeri untuk menjual lukisan lukisan karyanya Otto dan Titi mendapatkan penghasilan yang baik pada masa masa itu Mereka dikaruniai empat orang anak Anak pertama lahir 8 Maret 1952 yang diberi nama Laksmi Hendrastuti Lalu menyusul Maya Damayanti yang lahir tanggal 6 Juni 1954 Asoka Kusuma Djaya lahir 14 Juni 1957 dan si bungsu Sinta Dewi Handayani yang lahir pada tanggal 25 Juni 1963 Pendidikan suntingPada tahun 1923 Raden Wirasandi Natadiningrat memasukkan Otto di sekolah Belanda khusus Bumiputera Hollandsch Inlandsche School di Pandeglang Ketertarikannya terhadap seni lukis dimulai di sekolah tersebut Tujuh tahun berikutnya Otto pergi ke Bandung untuk melanjutkan pendidikannya di Meer Vitgebreid Lager Onderwijs atau sekolah dasar lanjutan selama tiga tahun berikut Pendidikan formalnya berlanjut di Algemene Middelbare School Bandung pada tahun 1933 Otto lulus ketika ia berusia 20 tahun Lalu dilanjutkan ke Sekolah Arjuna di Petojo Jakarta Diperkirakan selama setahun ia bersekolah disana Yang jelas Agus Daya sudah menjadi guru di sekolah ini selama periode tahun 1930 1933 1 Pada tanggal 9 Maret 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang Dengan demikian secara resmi wilayah Indonesia jatuh ke tangan Jepang 2 Meski sudah berkuasa penuh negeri Sakura tersebut memandang perlu dibentuknya pasukan sukarelawan lokal untuk memperkuat kesatuan tentara yang ada Inisiatif tersebut disambut hangat kaum nasionalis Indonesia Pada tanggal 3 Oktober 1943 PETA Pembela Tanah Air resmi dibentuk Jepang lalu mengumumkan perekrutan dan pelatihan prajurit bagi orang lokal untuk mengisi posisi perwira Komandan Kompi PETA Beberapa bulan kemudian atau sekitar tahun 1944 Otto mendaftarkan diri Selama 3 bulan Otto mendapatkan pendidikan militer ala Jepang untuk kemudian lulus berpangkat Mayor Ke depan Mayor Raden Otto Djaya Suntara terlibat langsung dalam revolusi fisik Setelah Jepang menyerah kalah dari Pasukan Sekutu dan Republik Indonesia diproklamirkan Amerika Serikat mengumumkan pengalihan tanggung jawab atas wilayah Indonesia kepada Inggris yang tak lain adalah sekutu Belanda juga Sebulan setelah pasukan Inggris di Bandara Kemayoran Jakarta Gubernur Jenderal Hubertus van Mook kembali datang ke Pulau Jawa dengan misi kembali membangun pemerintahan kolonial Pada tanggal 13 Juli 1946 Komando Pasukan Sekutu Asia Tenggara secara resmi menyerahkan Indonesia kepada Belanda kecuali Pulau Jawa dan Sumatera Sjahrir Perdana Menteri Indonesia memulai negosiasi dengan Gubernur Jenderal Hubertus van Mook membentuk negara Republik Indonesia yang baru lewat Konferensi Malino Sulawesi Singkatnya dibentuklah Republik Indonesia Serikat RIS Sebagai tindak lanjut dari itu van Mook memprakarsai pendanaan atau beasiswa bagi murid murid Indonesia untuk belajar di universitas universitas atau akademi akademi di Belanda Pada akhir tahun 1946 Otto keluar dari dinas militer untuk kemudian melanjutkan profesinya sebagai pelukis Tidak diketahui apa sebab dia keluar dari dinas kemiliterannya Yang jelas pada awal tahun 1947 Otto beserta Agus Djaya direkomendasikan oleh Ir Soekarno dan Menteri Pertahanan untuk disertakan dalam Program Malino Karena sudah menjadi warga sipil status Otto saat dikirim ke Belanda adalah pelukis utusan kesenian dan calon mahasiswa seni bukan sebagai perwira militer Setiba di Belanda Otto Djaya dan abangnya belajar di Rijksakademie Van Beeldende Kunsten Namun tidak diketahui apakah mereka lulus diwisuda dari akademi tersebut Data dari arsip Rijksakademie diketahui bahwa masa studi Otto Djaya berakhir pada tanggal 10 Mei 1950 Otto kembali ke tanah air pada awal tahun 1950 Pelukis dan Pejuang suntingOtto adalah veteran perang RI Sebagai mantan prajurit PETA Otto menerima penghargaan jasa tiga bintang emas di era kepemimpinan Presiden Suharto terdaftar dengan Nomor Pokok Veteran 8 20 585 3 Meski karier militernya sangat singkat hanya dua tahun 1944 1946 Otto pernah terlibat langsung dalam pertempuran fisik Yang unik dari dirinya adalah meski berstatus sebagai tentara Otto tetap produktif menghasilkan karya karya lukisan 1 Ketika menjadi taruna saat mengikuti pelatihan militer PETA di Bogor waktu waktu istirahatnya selalu diisi dengan melukis Menurutnya melukis adalah salah satu cara agar dirinya tetap waras di kamp pelatihan Bukannya apa apa latihan fisik di PETA itu sangat keras Selama tiga bulan para kadet digembleng fisiknya siang malam dan terisolasi dari dunia luar Seusai latihan mereka tidak bisa melakukan apa apa kecuali istirahat lalu tidur Namun Otto memaksakan diri menggunakan waktu waktu istirahatnya dengan melukis dan melukis Ternyata para serdadu Jepang meminati karya karya indah Otto Semua lukisannya laku terjual Bahkan ada beberapa yang dibawa ke Jepang untuk kemudian dijual disana Pada tanggal 29 Agustus 1945 Mayor Otto Djaya datang ke Asrama Mahasiswa STI Sekolah Tinggi Islam Balai Muslimin Indonesia di Jakarta Tidak diketahui dalam rangka apa ia datang ke sana Yang jelas sebelum kedatangannya ada himbauan dari Subianto Djojohadikusumo selaku Ketua Umum PP STI kepada sesama pengurus A Karim Halim agar mahasiswa STI menuliskan berbagai semboyan revolusi di trem kereta api bus tembok tembok gedung dan di berbagai tempat strategis lainnya Singkatnya mengetahui latar belakang Mayor Otto adalah pelukis Karim memintanya untuk menuliskan berbagai semboyan revolusi seperti himbauan tadi 4 Untuk diketahui Subianto Djojohadikusumo adalah salah satu pemuda yang mendatangi dan mendesak Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 15 Agustus 1945 sore untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada hari itu juga Pertemuan dilakukan di halaman belakang Institut Koningin Wilhelmina Jalan Pegangsaan Timur No 15 Kelak Pada tanggal 25 Januari 1946 Taruna Subianto Djojohadikusumo beserta adiknya Sujono Djojohadikusumo dan 35 taruna Akademi Militer Tangerang lainnya gugur dalam insiden perundingan perlucutan senjata dengan tentara Jepang di Hutan Lengkong Tangerang Atas permintaan STI itu Mayor Otto pun lantas setuju Dilakukanlah aksi corat coret seperti yang diminta mulai dari pool trem di belakang Balai Muslimin Stasiun Senen Stasiun Gambir Stasiun Manggarai dan lain lain Penduduk Jakarta dibuat gempar dengan aksi tersebut Dengan gembira mereka membaca slogan slogan revolusi ditulis dalam Bahasa Indonesia maupun Inggris Selanjutnya aksi corat coret tersebut diikuti dan menyebar cepat ke berbagai kota besar di Pulau Jawa Bogor Bandung Cirebon dan Semarang Keterlibatan Mayor Otto Djaya beserta Agus Djaya dalam pertempuran pertama kali ketika ia beserta pasukannya Resimen III Divisi III plus masyarakat sipil Sukabumi mendapat tugas menghadang Pasukan Sekutu Inggris dan Belanda Bulan Desember 1945 tentara Sekutu memasuki kawasan Sukabumi dalam rangka mengamankan jalan jalan antara Bogor dan Sukabumi Tidak berimbang Sekutu bersenjata lengkap plus tank tank amphibinya sedangkan pasukan Indonesia hanya menggunakan senjata pampasan dari pasukan Jepang yang telah menyerah Pasukan Indonesia terjepit Beruntung berkat hujan deras dan kabut yang tebal Resimen III Divisi III berhasil lolos dari kepungan Sekutu Ribuan orang dinyatakan gugur dalam kontak bersenjata yang kemudian dikenal sebagai pertempuran Bojong Kokosan itu 1 4 Januari 1946 Sukarno dan Hatta pindah ke Yogyakarta untuk mendirikan pemerintahan sementara Otto beserta seniman seniman lainnya termasuk Agus Djaya hijrah mengikuti Presiden Sukarno Misi mereka adalah mendukung revolusi dengan membuat propaganda lewat karya karya seni Di kota pelajar itu Otto dan Agus mendirikan Sanggar Pelukis Rakyat SPR SPR merupakan ide pelukis senior Affandi dan Hendra Gunawan yang juga mendapatkan sambutan positif dari Presiden Sukarno Sanggar ini boleh dibilang memegang peranan penting atas perkembangan seni rupa di Indonesia Banyak pelukis pelukis SPR melukiskan potret potret para pejuang revolusi maupun ketika mereka sedang bertempur di medan laga Meski dengan keterbatasan alat Otto dan seniman lain tetap semangat untuk berkarya Wajar saja saat itu Indonesia terisolasi dari dunia luar Berdirinya STR membuat Yogyakarta terkenal sebagai pusat kesenian bangsa Selepas dari Yogyakarta Otto lalu berkesempatan mengikuti Bung Karno tur keliling nusantara Tugas Otto adalah melukis Sukarno ketika berorasi Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri buat seorang Otto Djaya Inspirasi suntingOtto Djaya mulai tertarik pada seni lukis dan mempelajarinya saat ia bersekolah di Hollandsch Inlandsche Tahun 1928 atau ketika ia berusia 12 ia mulai mengikuti kelas seni pertamanya Ketertarikannya itu berlanjut hingga ia bersekolah di Bandung di Meer Vitgebreid Lager Onderwijs Kala itu Otto melukis dengan gaya bebas sederhana Otto melukis apa yang ia rasa dan ia lihat 1 Hal demikian mungkin membentuk Otto dewasa dalam karya karyanya ke depan menjadi seorang pelukis bohemian non konformis yang mendefinisikan refleksi dan estetika pribadinya sendiri 5 Meski demikian Otto merupakan pengagum pelukis Eropa kenamaan berdarah Yahudi Marc Chagall 1887 1985 Sebagai bentuk kekagumannya ia lalu pergi ke Paris untuk menemui idolanya tersebut Otto mengakui bahwa ia mengagumi Chagall karena selera humornya dan cara dia menggambarkan realita sosial Pengaruh Chagall dapat terlihat di lukisan lukisan seorang Otto Djaya 1 Karya karya Otto sangat khas Ia melukiskan hal hal yang dekat dengan kehidupan nyata sehari hari yang dituangkan dalam suanana yang sarkas sehingga menjadi lucu Hal demikian mencerminkan jiwa kritisnya Dalam lukisannya ia banyak menampilkan tokoh Punakawan Karakteristik Otto lainnya adalah goresannya yang mendetail Tubuh manusia maupun binatang ia gambarkan secara gamblang Gaya lukisan model ini disebut lukisan figuratif yang notabene dihindari oleh kebanyakan Orang Muslim Gaya lukisan Otto pun ditengarai mirip dengan pelukis pelukis asal Eropa yang tergabung dalam Cobra Copenhagen Brussels and Amsterdam 6 Tidak bisa dipungkiri juga bahwa Agus Djaya abang Otto juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan gaya gaya melukis Otto Djaya 1 Pameran sunting6 Mei 6 Juni 1941 Otto Djaya dan 30 anggota Persagi Persatuan Ahli Gambar Indonesia menggelar Pameran di Gedung Kunstkring Menteng Jakarta Pusat Mereka memamerkan 61 lukisan bertema pemandangan dan keseharian orang Indonesia Pameran ini merupakan tonggak sejarah baru bagi seniman gambar Indonesia khususnya seniman seniman Persagi Tidak mudah bagi pelukis Bumiputera untuk berpameran di Kunstkring bahkan sekadar diundang untuk melihat lihat pameran Pertama tentu saja karena politik diskriminasi penjajah faktor lainnya adalah kebanyakan pelukis Indonesia otodidak bukan lulusan akademi Sebelumnya proposal Agus Djaya dan S Sudjojono untuk menggelar pameran berkali kali ditolak 1 Gedung Kunstkring dibuka untuk pertama kali pada 17 April 1914 Gedung ini dijadikan pusat ekshibisi seni dan restoran mewah Hingga awal 1939 banyak pergelaran seni digelar di Gedung Kunstkring arti dalam bahasa Indonesianya Lingkaran Seni Lukisan karya Pablo Picasso dan Vincent van Gogh pernah dipamerkan di sana Tempat ini sekarang dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Kini disewa dan dikelola Grup Hotel Tugu dan Restoran 7 Gedung Kunstkring didirikan atas prakarsa pecinta seni di Batavia Nederlandsch Indische Kunstkring atau Kelompok Seni Rupa Murni Hindia Belanda Yang boleh menjadi anggota adalah orang Eropa Bumiputera boleh menjadi anggota dengan syarat dianggap memiliki pengaruh Syarat lainnya seniman itu setidaknya harus memiliki salah satu orang tua yang berkebangsaan Belanda Setelah di Batavia Kunstkring Kunstkring lain bermunculan Tahun 1942 Jepang menduduki Hindia Belanda otomatis eksistensi Kunstkring terhenti 1 20 November 1943 Poetera dan Keimin Bunka Shidosho menggelar empat belas pameran dimana Otto terlibat di dalamnya Otto memenangkan Asia Raya Prize pada eksibisi Meijisetsu 1944 Otto Djaya mengadakan eksibisi tunggal dengan tema Semangat Keprajuritan dan Patriotisme Tema ini dipilih untuk menggambarkan perjuangan prajurit membela tanah air Pameran digelar di pusat kebudayaan di Jakarta Pameran ini merupakan salah satu dari sekian banyak pameran yang diselenggarakan oleh Keimin Bunka Shidoshu bagi para seniman Indonesia dan Jepang 29 Agustus 1945 Mayor Otto Djaya diminta Mahasiswa STI Sekolah Tinggi Islam menulis semboyan semboyan revolusi di tempat tempat umum di sekitaran Jakarta Aksi tersebut menuai sambutan baik oleh warga Jakarta Aksi coretan Otto tersebut menular di kota kota besar lainnya 4 1946 Otto Djaya menggelar eksibisi solo di Museum Nasional Jakarta sekembalinya dari medan perang atau setelah ia memutuskan berhenti dari dinas kemiliterannya Otto memamerkan karya karya lukisnya dari garis depan medan pertempuran 20 Februari 1947 Karya Agus dan Otto Djaya digelar Kementerian Pendidikan Seni dan Ilmu Sains Republik di Museum di Koningsplein Kings Square Jakarta Gubernur Jenderal van Mook hadir dan membeli beberapa lukisan mereka 8 10 Oktober 1947 Otto Djaya mengelar pameran tunggal di Belanda yang digelar di Amstelstroom Museum Stedelijk 81 karyanya dipamerkan baik yang dibuat di Belanda maupun ketika ia berada di Indonesia 2 lukisan masing masing dibuat tahun 1942 1943 3 lukisan tahun 1944 3 lukisan 1945 51 lukisan tahun 1946 dan 22 lukisan yang dibuat tahun 1947 1 Pada tahun yang sama Otto dan Agus Djaya menggelar pameran di Galeri Barbizon di area Saint Germain Paris Perancis Awalnya pameran akan digelar di Museum Seni Modern Paris namun dibatalkan mengingat museum tersebut sedang ditutup untuk sementara waktu Para pengunjung menyukai karya keduanya Mereka menyebut Otto sebagai pendongeng cerita 5 Maret 4 April 1948 Beberapa pelukis termasuk Otto dan Agus menggelar pameran di Museum Stedelijk yang bertema Amsterdamse Schilders Van Nu Pelukis Pelukis Amsterdam Sekarang Pameran ini menampilkan karya karya ekspresi seni yang timbul pasca Perang Dunia II Otto menampilkan 3 karyanya yakni Visite Gewijd Avondmaal dan Javaanse Danseres Masing masing terjual seharga 300 Gulden 150 Gulden dan 230 Gulden 1949 Otto mengikuti Eksposisi Le Grand Prix de Peinture de Monaco di Monte Carlo dan menerima Premiere Mention Honorabile 8 22 April 1950 Ini merupakan eksibisi perpisahan bagi Otto dan Agus Diselenggarakan Sentral Budaya Internasional di Amsterdam Eksibisi ini dibuka oleh Raden Djumhana Deputi Komisaris Tinggi Republik Indonesia Serikat 1 1951 Beberapa lukisan Otto Djaya yang disimpan di Belanda dipamerkan dalam acara Biennale di Sao Paulo Brazil Otto absen dalam acara tersebut Adalah anggota Persagi Kusnadi 1921 1990 yang bertanggung jawab menyeleksi lukisan lukisan Indonesia untuk dipamerkan di sana Pelaksanaan pameran menuai sukses besar 8 25 Februari 15 Maret 1952 Sebuah eksebisi diadakan di Galeri John Heller jl 47 East 108 New York USA Memamerkan lukisan lukisan Indonesia Modern Karya Otto Dream of Maya dan Dream karya Affandi Emiria Sunassa karya Hendra S Sudjojono Sudyardjo dan Zaini Galeri Heller merupakan salah satu galeri yang paling aktif dan dianggap penting di Amerika Serikat pada tahun 1952 1 27 Maret 1952 Beberapa institusi kebudayaan di Bogor menggelar eksibisi tunggal bagi Otto Djaya 15 24 Mei 1952 Dua karya Otto dipamerkan di toko toko Army amp Navy di London Eksibisi ini sebenarnya lebih mengutamakan memamerkan karya karya Affandi 58 lukisan dan gambar tinta Ikut juga dipamerkan karya karya anak bangsa lainnya seperti Salim 8 lukisan Mochtar Apin 5 lukisan Hendra Gunawan 4 lukisan Saptohudoyo 3 lukisan Agus Djaya dan Effendi masing masing 2 lukisan Lalu dipamerkan juga karya karya milik Kerton Baharudin Suromo Sudibio Sudardo Henk Ngantung Trubus dan Sudiardjo masing masing1 lukisan 3 Juli 1952 Otto dan Agus Djaya menggelar pameran di Semarang Karya karya Otto mendapatkan pujian dari Koran De Locomotief 19 Juli 1952 Abang beradik ini kembali menggelar eksibisi di Gedung Rakyat Semarang Diselenggarakan pada acara sekolah Kung Li Shueh Hsiao 18 Desember 1954 Otto dan Agus Djaya menggelar pameran di Semarang Rencananya Presiden RI Pertama akan hadir ke acara tersebut Sayangnya dibatalkan Otto sangat kecewa namun hubungan Otto Sukarno tetap baik baik saja Harian De Locomotief kembali mengangkat pameran Otto 18 April 1952 Soekarno meminta pelukis pelukis anak bangsa untuk memamerkan karya karyanya saat perhelatan Konferensi Asia Afrika di Bandung Sudarso Affandi dan Hendra Gunawan menyambut para delegasi peserta konferensi dengan eksibisi pameran lukisan Otto sendiri menampilkan sebuah karya yang lalu dikoleksi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI 1956 Terbit buku seri pertama yang mengangkat koleksi lukisan lukisan Presiden Ir Sukarno di Istana Negara Ada 206 karya lukis yang dimasukkan dalam buku tersebut termasuk dua diantaranya adalah karya Otto Djaya Sebanyak 6 000 eksemplar dibagikan kepada para kepala negara menteri politisi perorangan dan kolektor seni 1961 Terbit buku volume III dan IV sebagai lanjutan buku seri pertama yang terbit pada tahun 1956 tentang koleksi lukisan Istana Kepresidenan RI 1964 Lima set volume buku tentang Koleksi Lukisan dan Patung Sukarno dipublikasikan Buku ini merupakan edisi internasional yang dicetak di Jepang Empat buah karya Otto masuk dalam buku tersebut Diperkirakan dalam tahun yang sama Otto Djaya melakukan eksebisi di Jakarta Duta Besar Amerika untuk Indonesia Howard Palfrey Jones menghadiri pameran tersebut 13 28 April 1968 Sebagai veteran perang kemerdekaan Mayor Purn Otto Djaya dan Letkol Purn Agus Djaya ikut dalam sebuah pameran yang dibesut PIVEKA Persatuan Isteri Veteran amp Karyawati dan Departemen Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Gedung Perintis Kemerdekaan Jalan Proklamasi No 56 Menteng Acara ini digelar untuk menggalang dana bagi Kongres Nasional II Legiun Veteran Indonesia Turut hadir Presiden ke 2 RI Suharto Otto dan Agus Djaya menyumbangkan seratus lukisannya untuk dijual di pameran tersebut 23 Maret 6 April 1972 Digelar pameran lukisan karya karya Otto di Erasmus Huis Jakarta 9 14 Januari 1978 Otto Djaya menggelar eksebisi di Taman Ismail Marzuki TIM Otto memamerkan 41 karya lukisannya yang dibuat tahun 1976 1977 Tahun 1979 Otto kembali menggelar pameran kali kedua di Erasmus Huis 1980 Otto menggelar pameran yang disponsori oleh Lembaga Indonesia Amerika LIA dan Dewan Kesenian di Surabaya 1981 Kali ini Otto menggelar sebuah eksibisi tunggal di Gedung Mitra Budaya Menteng Jakarta Disponsori Pusat Kebudayaan Mitra yang didirikan tahun 1954 yang bertujuan menyokong seniman seniman Jakarta yang mulai eksis setelah tahun 1949 1982 Otto Djaya memamerkan tiga puluh lukisan di Ruangan Opal di Hotel Presiden di Jakarta Pameran ini diponsori Karate Do Goju Kai Indonesia Dalam perhelatan tersebut karya karya Otto dibeli para pengusaha Jepang 1983 PPIA Australia organisasi perkumpulan mahasiswa Indonesia di Australia menghelat pameran karya Otto di Jakarta Duta Besar Amerika untuk Indonesia John Herbert Holdridge membuka pameran tersebut 3 Mei 1984 Otto Djaya dan Agus Djaya menggelar pameran di Galeri Seni Rupa Oet di Jalan Palatehan Blok M Kebayoran Baru Jakarta Selatan Pameran dibuka Menteri Turisme Pos dan Telekomunikasi Achmad Tahir Media media lokal ternama seperti Berita Buana Harian Pelita Harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha memberikan apresiasi positif atas lukisan Otto Djaya 1987 Otto menggelar eksibisi tunggal di gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia MPR RI Pameran dibuka Ketua MPR RI H Amir Machmud 10 18 Agustus 1995 Otto Djaya menyelenggarakan eksibisi tunggal di Gedung B Galeri Nasional Indonesia Jakarta Eksibisi ini sekaligus merayakan setengah abad Kemerdekaan RI Otto memamerkan karya tentang episode sejarah Indonesia sejak Proklamasi Sayangnya Otto tidak bisa menghadiri langsung pameran tersebut karena terserang stroke 12 24 Januari 1996 Menyambut usia Otto yang ke 80 tahun Galeri Cipta II di Taman Ismail Marzuki Jakarta menggelar pameran tunggal karya karya Otto Ada 50 lukisan yang dipamerkan 23 diantaranya merupakan karya karya terbarunya 24 Juni 7 Juli 1999 35 lukisan karya Otto Djaya dipamerkan dalam sebuah eksibisi tunggal di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Semua karya Otto ludes terjual 30 September 9 Oktober 2016 Galeri Nasional Indonesia mengadakan pameran karya karya lukis Otto Djaya bertajuk 100 Tahun Otto Djaya Diinisiasi oleh Inge Marie Holst dan Hans Peter Holst pasaggan suami istri pengagum dan kolektor lukisan lukisan Otto Djaya Pameran ini digelar di Gedung A Galeri Nasional Indonesia dan diperlihatkan sekitar 200 karya almarhum Otto Djaya 5 Akhir Hayat suntingTiti Hernadi lebih dahulu meninggalkan suaminya pada tanggal 12 November 1990 Sepeninggal istrinya itu Otto tinggal berdua dengan anak ketiganya Asoka Kusuma Djaya Empat tahun sepeninggal Titi Otto dan Asoka memilih pindah ke Depok sekaligus membangun sebuah studio lukis di sana Asoka bertindak sebagai kurator merangkap pengelola bagi acara acara ayahnya Asoka sama seperti Otto seorang seniman jebolan Institut Kesenian Jakarta Cikini Pada tanggal 10 Agustus 1995 Otto Djaya terkena serangan stroke atau sesaat sebelum pembukaan pameran lukisan karya karya Otto di Gedung B Galeri Nasional Indonesia Jakarta menyambut 50 Tahun Proklamasi RI Pasca stroke Otto sulit berbicara apalagi bergerak Selama enam bulan Otto mendapatkan rehabilitasi medis Ternyata stroke tidak bisa membuat Otto beristirahat melukis Otto adalah tipe orang yang pantang menyerah 1 Karena tidak sanggup berjalan jauh Otto mengkonsumsi koran menonton televisi dan film yang bagus bagus Dia enggan menonton sinetron 3 Sebagai bukti keproduktifannya pasca serangan Stroke Otto menggelar pameran di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki 23 dari 50 lukisan Otto merupakan karya karya terbarunya Asoka tinggal mendampingi ayahnya di Depok hingga Otto Djaya menyusul Titi Hernadi dan Agus Djaya Mayor Purn Raden Otto Djaya Suntara akhirnya tutup usia pada bulan 23 Juni 2002 dalam umurnya yang ke 86 tahun Pelukis sekaligus pejuang kemerdekaan itu dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir Referensi sunting a b c d e f g h i j k l m n Holst Inge Marie 2016 Dunia Sang Otto Djaya 1916 2002 edisi ke 3 Dalam Bahasa Indonesia Hutagalung Batara R 2010 Serangan Umum 11 Maret 1949 Dalam Kaleidoskop Sejarah Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia edisi ke I Yogyakarta LkiS ISBN 979 1283 94 X a b Ibrahim Muchtaruddin Lismiarti Shalfiyanti Riama Espita Maryam Sanggupri Buchori Andi Haryono P Suryo Wulandari Triana Gunawan Restu 2000 Ensiklopedi Tokoh Kebudayaan V Jakarta Departemen Pendidikan Nasional a b Hakiem Lukman 23 Januari 2019 Henriette Roland Holst dan Misteri Prabowo Baca Sajak republikaonline Diakses tanggal 7 April 2019 a b Press Release 100 Tahun Otto Djaya 1916 2002 galerinasional Diakses tanggal 7 April 2019 Armenia Resty 06 Oktober 2016 Otto Djaya Ruang Sempit di Indonesia dan Pengakuan di Eropa cnnindonesia Diakses tanggal 8 April 2014 Periksa nilai tanggal di date bantuan Triana Neli 21 April 2014 Kunstkring Jadikan Menteng Lebih Bermakna kompas online Diakses tanggal 9 April 2019 a b c Indra Rahman 07 Oktober 2016 Jejak Langkah dan Sepak Terjang Otto Djaya cnnindonesia Diakses tanggal 8 April 2019 Periksa nilai tanggal di date bantuan Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Otto Djaya amp oldid 23669497