www.wikidata.id-id.nina.az
Tionghoa Padang atau Cina Padang adalah masyarakat keturunan Tionghoa yang tinggal di Kota Padang Sumatera Barat Indonesia Tionghoa Padang merupakan salah satu dari berbagai etnis yang menghuni Padang selain orang Minangkabau Jawa Batak Nias Melayu Sunda dan Mentawai 1 Mereka setidaknya telah tinggal selama delapan generasi 3 Kebanyakan mereka bekerja sebagai pedagang Permukiman orang Tionghoa Padang terkonsentrasi di daerah Pondok dan sekitarnya di Kecamatan Padang Selatan yang dikenal sebagai Kampuang Cino bahasa Indonesia Kampung Cina 4 5 Tionghoa PadangCina PadangKelenteng See Hien Kiong Jumlah populasi9 498 Sensus 2010 1 12 000 2016 2 Daerah dengan populasi signifikanKecamatan Padang SelatanBahasaBahasa Minang PondokAgamaAgama tradisional Tionghoa Kristen IslamTidak ada catatan pasti kapan orang Tionghoa pertama tiba ke Padang Diperkirakan orang Tionghoa mulai datang sejak perusahaan dagang Belanda Vereenigde Oostindische Compagnie VOC mendirikan markasnya di Padang pada abad ke 17 6 7 Pada 2000 populasi orang Tionghoa Padang pernah menjadi nomor tiga terbesar sesudah Minang dan Jawa dengan persentase 1 90 dari populasi kota Namun sesudah gempa bumi pada 2009 banyak dari mereka yang meninggalkan Padang dan pindah ke luar wilayah Sumatera Barat 8 Menurut data Badan Pusat Statistik BPS pada 2010 persentase orang Tionghoa Padang tinggal 1 1 dari populasi kota atau sebanyak 9 498 jiwa nomor empat sesudah Minang Jawa dan Batak 1 Pada 2016 populasi Tionghoa Padang berjumlah sekitar 12 000 orang 2 Orang Tionghoa Padang telah beradaptasi dengan budaya Minangkabau Bahkan generasi orang Tionghoa Padang kini banyak yang tidak bisa bercakap dalam rumpun bahasa Tionghoa karena mereka telah berasimilasi dengan masyarakat Minangkabau Bahasa yang mereka pertuturkan dikenal sebagai bahasa Minang Pondok 9 Meskipun demikian mereka tidak meninggalkan adat dan tradisi mereka Lewat perkumpulan sosial budaya dan kematian Himpunan Tjinta Teman HTT dan Himpunan Bersatu Teguh HBT yang sudah berdiri sejak abad ke 19 eksistensi adat dan tradisi orang Tionghoa tetap terjaga di tengah masyarakat Kota Padang hingga kini 10 11 12 Daftar isi 1 Sejarah 1 1 Kedatangan awal 1 2 Menjadi mitra datang Belanda 1 3 Mendirikan permukiman kelenteng dan pasar 1 4 Akhir pemerintahan kolonial Belanda 1 5 Sesudah kemerdekaan Indonesia 1 5 1 Perjuangan kemerdekaan Indonesia 1 5 2 Pengakuan kedaulatan Indonesia 1 5 3 Sejak 1966 sampai sekarang 2 Sosial dan kemasyarakatan 3 Agama 4 Kampung Cina 5 Hubungan antaretnis 6 Catatan kaki 6 1 Rujukan 6 2 Daftar pustakaSejarahKedatangan awal Seperti di daerah lainnya di Nusantara keberadaan orang Tionghoa di Padang tidak lepas dari fenomena diaspora atau keluarnya orang Tionghoa dari tanah kelahiran mereka untuk tujuan perdagangan Walaupun tidak ada catatan pasti kapan orang Tionghoa pertama tiba di Padang mereka diperkirakan telah tiba di pantai barat Sumatra pada abad ke 17 mendahului kedatangan bangsa Belanda dan Inggris Mereka datang dari Banten yang kala itu menjadi pusat perdagangan di Nusantara 13 Pada 1630 an diketahui telah banyak bersandar kapal kapal Tionghoa di sekitar perairan pantai barat Sumatra Di antara kota yang ramai dikunjungi oleh kapal kapal Tionghoa adalah Pariaman Di daerah tersebut orang Tionghoa menjual kebutuhan kebutuhan pokok terutama garam Namun kebanyakan mereka hanyalah agen dari pedagang Tionghoa yang ada di Banten 14 Pada 1633 dilaporkan telah ada orang Tionghoa yang menetap di Pariaman 15 Pada 1664 Belanda melalui VOC menjadikan Padang sebagai markas besar mereka untuk wilayah pantai barat Sumatra yang ditandai dengan didirikannya sebuah benteng 16 Belanda mencoba mengalihkan aktivitas perdagangan dari Pariaman ke Padang Melihat kondisi tersebut orang Tionghoa mulai berdatangan dan menetap di Padang untuk dapat ikut serta dalam aktivitas perdagangan 17 Orang Tionghoa di Padang diperkirakan merupakan mereka yang sebelumnya menetap di Pariaman Pada 1673 ada laporan tentang Nakhoda Banten Tionghoa yang memiliki rumah di Padang bersama beberapa orang Tionghoa lainnya 7 Rumah yang mereka punya lebih bagus dibandingkan dengan rumah penduduk setempat 18 Permukiman mereka mengelompok di kawasan di sekitar pinggir Batang Arau Mereka dapat membeli tanah dari penguasa lokal yang bergelar panglima raja Pada 1682 seiring banyaknya jumlah orang Tionghoa di Padang seorang Letnan Cina diangkat untuk mengatur dan mengontrol sesama orang Tionghoa 19 Menjadi mitra datang Belanda nbsp Sejak kedatangan Belanda di bawah bendera VOC Padang makin berkembang menjadi pelabuhan yang ramai Seiring waktu orang Tionghoa mulai memegang pengaruh dalam perniagaan di Padang Mereka menjalin hubungan kerja sama dengan Vereenigde Oostindische Compagnie VOC perusahaan dagang Belanda Hubungan mereka kian lama kian erat karena adanya keuntungan yang sama sama diperoleh VOC yang tidak memiliki banyak pegawai di Padang memberi hak kepada pihak swasta untuk memungut pajak impor dan ekspor Banyak di antara pihak swasta yang mendapat hak ini adalah orang Tionghoa Pada 1785 seorang Kapitan Cina bernama Lau Ch uan ko memegang hak memungut pajak di Padang 20 Ketika perniagaan emas di Minangkabau makin merosot pemerintah kolonial Belanda pada 1790 menyetujui untuk menerima mata uang orang Tionghoa sebagai pembayar persentase tertentu dalam hal penjualan kain untuk Belando Sementara itu orang Minangkabau masih bergantung pada emas sebagai alat tukar Diterimanya mata uang Tionghoa sabagai alat tukar membuat orang Tionghoa makin diuntungkan 21 Pada awal abad ke 19 orang Tionghoa di Padang telah melibatkan diri dalam perniagaan luar negeri terutama dengan kawasan selat seperti Penang Malaka dan Singapura Hal ini disebabkan oleh kebijakan Gubernur Pantai Barat Sumatra Andreas Victor Michiels yang mendorong orang asing untuk lebih banyak tiba ke Padang dengan tujuan meningkatkan persaingan Berbagai kemudahan dan fasilitas diberikan kepada para pedagang Tionghoa yang dianggap mampu memajukan perekonomian 22 Salah satunya adolah pinjaman uang untuk modal dari Nederlandsche Handel Maatschappij NHM yang menggantikan fungsi VOC yang bangkrut pada 1799 23 24 Dengan dukungan modal serta jaringan regional dan internasional pedagang Tionghoa dapat menjadi agen bagi perniagaan barang barang impor seperti kain dan porselen 25 Akibatnya banyak pedagang Minangkabau bergantung ke pedagang Tionghoa 26 Pada 1829 disebutkan ada empat orang pialang Tionghoa terkenal yaitu Lie Heng atau Lie Gieng Lie Ma ch ao Lie Matjiaw Lie Sing dan Hu A chiao Hoi Atjouw 27 Pada 1833 ada sekitar 700 orang Tionghoa di Padang kebanyakan mereka adalah orang kaya 28 Tidak hanya menguasai perniagaan barang impor yang dibutuhkan oleh masyarakat Minangkabau di darek pedagang Tionghoa mulai menggarap perniagaan komoditas ekspor yang berasal dari kawasan darek atau pedalaman Minangkabau Pada 1847 seorang Tionghoa bernama Lie Saay mendapat kontrak pemerintah kolonial Belanda untuk mengangkut kopi komoditas ekspor Minangkabau yang terkenal masa itu Lie Saay melalui perusahaan ekspedisi yang ia punya mengangkut kopi dari Padang Panjang ke Kayu Tanam serta mengangkut garam dan barang barang lainnya dalam perjalanan pulang 29 Waktu itu sarana transportasi hanya didukung oleh jalan setapak yang menghubungkan kampung kampung darek ke pesisir barat dan ke sungai sungai yang mengalir ke timur ke Selat Malaka 30 Angkutan transportasi yang digunakan Lie Saay berupa pedati yang ditarik oleh kuda Dalam perjalanan Lie Saay didampingi kakaknya Lie Maa Toon yang ahli bela diri kungfu sebagai pengawal Sesudah sarana transportasi seperti jalan darat dan jalur kereta api dibangun Lie Saay pindah ke Padang dan diangkat menjadi Kapitan Cina pada 1860 31 32 Mendirikan permukiman kelenteng dan pasar nbsp Kelenteng See Hien Kiong sekitar 1870 Seiring kemahsyuran Padang sebagai pusat perdagangan VOC untuk Pulau Sumatra perusahaan perusahaan Balanda tumbuh bak cendawan Hal ini membuat bangsa asing semakin banyak berdatangan termasuk orang Tionghoa Dalam Encyclopaedia Britannica edisi ke 9 Padang pada pertengahan abad ke 19 digambarkan sebagai kota yang memiliki 2 000 rumah dengan penduduk sebanyak 15 000 sudah termasuk di dalamnya permukiman orang Tionghoa 33 Peneliti sejarah orang Tionghoa di Sumatera Barat Erniwati menulis orang Tionghoa di Padang semula tinggal mengelompok di salah satu sisi tepi Batang Arau arah ke muara yang kini bernama Pondok Dinamakan Pondok karena banyak orang Tionghoa di sana mendirikan rumah dan tempat berdagang yang berbentuk pondok Pada 1852 orang Tionghoa di Padang sudah berjumlah 1 140 orang 34 35 Jumlah ini meningkat menjadi 1 564 pada 1858 36 Mulai banyaknya pendatang Tionghoa yang tinggal di Padang mengakibatkan kebutuhan akan adanya kelenteng Pada awalnya orang Tionghoa di Padang tidak punya kelenteng sama sekali Sekelompok pendatang berinisiatif untuk mendirikan kelenteng pada pertengahan abad ke 19 Kelenteng ini dinamakan Kelenteng Kwan Im Kwan Im Teng Saat pertama kali berdiri Kwan Im Teng hanya berupa bangunan kayu beratap rumbia Namun pada 1861 lantaran kelalaian pendeta Sae Kong Kwan Im Teng terbakar hingga menjadi abu Semasa Kapitan Cina dijabat oleh Lie Goan Hoat pada 1893 didampingi oleh Letnan Liem Soen Mo dan Letnan Lie Bian Ek orang Tionghoa Padang bermufakat untuk membangun kembali Kelenteng Kwan Im Kelenteng yang baru berdiri dinamakan Kelenteng See Hien Kiong Pembangunannya selasai pada 1893 37 Orang Tionghoa di Padang tidak hanya menjadikan kelenteng sebagai tempat sembahyang atau ibadah melainkan juga sebagai tempat tinggal semantara bagi pendatang Tionghoa yang tidak punya keluarga Dari sini mereka bisa berkenalan dengan orang Tionghoa lainnya sehingga menjadi penghubung bagi mereka untuk merintis usaha Di sekitar kelenteng mereka mendirikan kos kios dari buluh bambu sebagai tempat berjualan Sesudah kelenteng mengalmi kebakaran pada 1861 kios kios ini disewakan dan hasil keuntungannya digunakan untuk membayar cicilan pinjaman pembangunan kelenteng Lama kelamaan kios kios di sekitar kelenteng berkembang menjadi pasar yang kini dikenal sebagai Pasar Tanah Kongsi 38 Pasar ini menjadi ramai sehingga dalam waktu relatif singkat mampu menyaingi Pasar Mudik yang sebelumnya telah berdiri dan letaknya berdekatan 39 Akhir pemerintahan kolonial Belanda nbsp Kemajuan Padang yang semula hanya kampung nelayan menjadi pusat perniagaan dan pemerintahan di Sumatra menyebabkan daerah ini ramai dikunjungi para pendatang termasuk orang Tionghoa Pada 1865 jumlah orang Tionghoa di Padang adalah 2 973 orang Pada 1874 10 dari populasi penduduk Padang yang ketika itu berjumlah sekitar 25 000 orang adalah orang Tionghoa 16 Pada 1878 jumlah orang Tionghoa di Padang adalah 2 640 orang Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan 1865 Pada 1880 jumlah orang Tionghoa di Padang kembali meningkat menjadi 3 468 orang 34 35 Melihat jumlah orang Tionghoa di Padang yang cenderung bertambah pemerintahan kolonial Belanda mengambil kebijakan untuk menata permukiman di Padang Penataan ini mengikui kebijakan Besluit No 758 yang ditandatangani oleh Gubernur Pantai Barat Sumatra tanggal 30 Oktober 1884 tentang Penetapan Wilayah untuk Orang Tionghoa di Kota Padang Lantaran populasi orang Tionghoa terus meningkat begitu pula orang asing lainnya peraturan 1884 ini diperbarui dengan Beslit No 34 tanggal 3 Februari 1891 Dalam peraturan baru wilayah orang Tionghoa diperluas sampai memasuki daerah Balakang Tangsi 40 41 42 Di sini seorang pedagang Tionghoa bernama Gho Lam San membuka sebuah pasar berseberangan dengan bekas pasar milik perusahaan orang Minangkabau Badu Ata amp Co yang terbakar pada 1882 43 44 Pada 1900 pemerintahan kolonial Belanda melonggarkan izin masuk orang Tionghoa di Hindia Belanda Kebijakan ini berpengaruh terhadap jumlah orang Tionghoa di Padang 45 46 Jumlah orang Tionghoa pada 1905 adalah sebanyak 5 000 orang lalu meningkat menjadi 6 765 orang pada 1920 dan meningkat lagi menjadi 8 516 orang pada 1930 14 dari populasi kota 34 35 47 Peningkatan jumlah orang Tionghoa Padang dari 1905 sampai 1930 sejalan dengan gelombang migrasi massal yang dilakukan oleh orang Tionghoa 48 Sesudah kemerdekaan Indonesia Perjuangan kemerdekaan Indonesia nbsp Spanduk yang diusung oleh orang Tionghoa Padang yang berbunyi Hidup Para Pemburu yakni batalion Belanda bagian dari U Brigade yang melakukan operasi militer di Padang pada 1948Sesudah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 sikap orang Tionghoa Padang terbagi ke dalam tiga kelompok Ada yang memberi dukungan terhadap Balanda ada yang ikut serta membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia dan ada yang bersikap netral 49 Keragaman orientasi orang Tionghoa Padang semasa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menyebabkan masyarakat umum sulit mengenali sikap mereka 50 Walaupun begitu Johnny Anwar dalam buku Api Perjuangan Kemerdekaan di Kota Padang menulis banyak orang Tionghoa Padang tidak memasang bendera Merah Putih di rumah dan toko mereka pada masa awal kemerdekaan Indonesia padahal sudah ada imbauan dari Pemerintah Kota Padang 51 Orang Tionghoa Padang yang berpihak kepada Belanda berharap Belanda berkuasa kembali di Indonesia Di antara mereka tersebut nama Nyo Hok Seng Ia kerap membocorkan informasi ke Balanda tentang perkembangan situasi Padang termasuk lokasi persembunyian para pejuang kemerdekaan 52 Ada pula orang Tionghoa Padang yang berpihak kepada Belanda untuk memperkaya diri Mereka memanfaatkan kemampuan menembus blokade Belanda untuk meraup keuntungan Umumnya mereka adalah pedagang bahan makanan 53 Ada pula orang Tionghoa Padang yang berpihak kepada pejuang kemerdekaan Mereka memberi pertolongan dalam bentuk pasokan senjata untuk kebutuhan pejuang kemerdekaan 54 Sho Bun Seng adalah di antara orang Tionghoa di Padang yang dikenang jasanya dalam memasok senjata untuk pejuang kemerdekaan 55 51 Adapun orang Tionghoa Padang yang netral adalah mereka yang tidak menentukan sikap Mereka hanya menunggu perang usai dan keadaan stabil sehingga mereka bisa melakuan aktivitas perniagaan seperti sedia kala 56 Ketika perang makin berkecamuk pada pengujung 1945 dilaporkan terjadi pembakaran rumah rumah orang Tionghoa di Padang Lantaran banyaknya orang Tionghoa yang menjadi kaki tangan Belanda mereka menjadi sasaran penyerangan oleh penduduk Sederetan rumah orang Tionghoa Padang di Blok Eng Djoe Bie di Balai Baru Kampung Jao diserang Di sini terdapat toko yang menjadi pemasok kebutuhan tentara NICA seperti makanan dan obat obatan Penyerangan ini membuat mereka mengungsi dan pindah ke Kampung Cina di Pondok Rumah Ang Eng Hoat seorang Letnan Cino di Jalan Hiligoo diobrak abrik hingga tinggal dindingnya saja 57 Pengakuan kedaulatan Indonesia Seiring dengan pengakuan kedaulatan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada 1949 kondisi politik dan keamanan Kota Padang berangsur pulih Pemerintah mulai menata kembali kehidupan masyarakat dari berbagai aspek termasuk persoalan status kewarganegaraan orang Tionghoa di Indonesia yang belum tuntas Presiden Soekarno mengumumkan tentang keharusan orang Tionghoa di Indonesia untuk memilih status kewarganegaraan mereka Mereka diberi tiga pilihan Pertama menjadi warga negara Belanda kedua menjadi warga negara Indonesia atau ketiga menjadi warga negara Republik Rakyat Tiongkok Di Padang adanya pilihan status kewarganegaraan ini membuat sebuah keluarga bisa memiliki status kewarganegaraan yang berbeda sehingga menyebabkan mereka terpisah Menurut Erniwati perbedaan pilihan status kewarganegaraan terjadi akibat berbedanya orientasi dan kepentingan di antara orang Tionghoa Padang 58 Selain mengatur persoalan status kewarganegaraan orang Tionghoa pemerintah Indonesia menghentikan masuknya imigran dari Tionghoa Walaupun demikian masih ada peningkatan jumlah orang Tionghoa di Padang Peningkatan ini diperkirakan merupakan akibat kedatangan imigran dari Medan dan Pekanbaru serta perpindahan orang Tionghoa dari beberapa daerah di Sumatera Barat untuk mencari perlindungan ketika meletusnya pergolakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia pada 1958 dan Gerakan 30 September pada 1965 59 Sejak 1966 sampai sekarang nbsp Makam korban gempa 2009 dari orang Tionghoa Padang di BungusPada 1966 Pemerintah Indonesia mengeluarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 127 yang isinya mengharuskan orang Tionghoa di Indonesia mengganti nama mereka dengan nama Indonesia Di Padang hampir 8 000 orang Tionghoa melakukannya 60 Kebijakan khusus untuk orang Tionghoa di Indonesia dibuat pula oleh rezim Orde Baru di bawah Presiden Soeharto yang dikenal dengan kebijakan asimilasi Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang isinya membatasi aktivitas agama adat dan tradisi Tionghoa di muka umum Orang Tionghoa Padang menuruti kebijakan tersebut Namun begitu pemerintah dan masyarakat Kota Padang memberi kelonggaran terhadap mereka 61 Mereka tetap dapat melaksanakan kegiatan agama adat dan tradisi mereka di bawah pengelolaan perhimpunan keluarga marga maupun perkumpulan sosial budaya dan kematian 62 Ketika terjadinya kerusuhan Mei 1998 saat orang Tionghoa di banyak tempat di Indonesia mendapat perlakukan tidak baik tidak pernah ada laporan adanya tindak kekerasan dan kriminal yang menjadikan Orang Tionghoa sebagai sasaran di Padang 63 Pada 2000 Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 untuk mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Sejak itu orang Tionghoa Padang dapat bebas kembali melaksanakan kegiatan agama adat dan tradisi mereka 64 Sesudah terjadinya gempa bumi yang mengguncang Sumatera Barat pada 30 September 2009 banyak orang Tionghoa Padang yang mengungsi ke luar kota Hal tersebut berakibat pada menurunnya populasi orang Tionghoa Padang Hingga beberapa bulan pasca gempa orang orang Tionghoa yang eksodus belum seluruhnya kembali ke Padang Mengingat Padang merupakan daerah rawan tsunami orang Tionghoa banyak yang memutuskan pindah ke luar kota seperti Pekanbaru Medan dan Jambi 8 65 Ketika dilakukan Sensus Penduduk pada 2010 persentase orang Tionghoa Padang hanya tinggal 1 1 dari populasi kota atau berjumlah 9 498 jiwa 1 Dampak paling terasa dari gempa bumi 2009 adalah runtuhnya Kelenteng Se Hien Kiong Akibatnya aktivitas ritual orang Tionghoa Padang sempat terhambat Selama beberapa waktu orang Tionghoa Padang menyelenggarakan ibadahnya di bangunan sederhana yang bersifat sementara di depan bangunan kelenteng 37 66 Pada Desember 2010 masyarakat Tionghoa Padang sepakat untuk mendirikan kelenteng baru Rancangan bangunannya tidak jauh berbeda dengan kelenteng lama tapi dengan lokasi baru Kelenteng baru diresmikan pada Maret 2013 Pembangunannya menelan biaya sekitar Rp5 miliar 67 Sosial dan kemasyarakatan nbsp Atraksi barongsai di PadangOrang Tionghoa Padang berasal dari berbagai marga Sistem marga dalam keluarga etnis Tionghoa didasarkan pada asal keturunan dari leluhur yang sama Keberadaan sebuah marga biasanya ditandai dengan rumah marga Aktivitas utama rumah marga adalah menyelenggarakan sembahyang kepada leluhur dan dewa yang mereka yakini Selain itu anggota rumah marga saling membantu dan memperhatikan antarsesama 68 Namun karena beberapa marga jumlahnya tidak banyak hanya ada tujuh marga di Padang yang memiliki rumah marga sendiri yakni marga Tan marga Oei marga Ong marga Choa marga Lie amp Kwee marga Gho dan marga Lim 69 AgamaAgama orang Tionghoa Padang meliputi agama tradisional Tionghoa Katolik Protestan dan Islam Saat ini mayoritas orang Tionghoa Padang menganut Katolik Hal ini disebabkan banyaknya anak anak Tionghoa yang belajar di sekolah yang didirikan oleh misionaris Katolik pada masa kolonial Belanda di Padang 2 Pada 1978 pemerintah Soeharto menerbitkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 477 4054 B A 01 2 4683 95 tanggal 18 November 1978 yang menyatakan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah saat itu adalah Islam Kristen Katolik Hindu dan Buddha Akibatnya penganut agama Konghucu dan Tao banyak yang pindah ke agama Buddha Katolik Protestan bahkan Islam 70 Pada 1993 Muslim Tionghoa Padang membentuk cabang Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia PITI 71 Pada 2016 terdapat sekitar 300 Muslim Tionghoa di Padang tetapi mereka sulit diidentifikasi karena cenderung menyembunyikan status mualaf mereka dari keluarga dan kerabat Muslim Tionghoa biasanya mendapatkan diskriminasi atau dikucilkan dari lingkungan keluarga dan kerabatnya 72 2 Kampung Cina nbsp Kampung Cina Padang pada masa kolonial Belanda nbsp Wikimedia Commons memiliki media mengenai Kampung Cina Padang Orang Tionghoa di Padang tinggal mengelompok dan membentuk permukiman yang dikenal sebagai Kampung Cina 4 Letak kawasan tersebut berada di sisi utara dekat muara Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Dulunya orang Tionghoa memilih tinggal dekat muara karena dekat dengan akses transportasi laut yang kala itu merupakan sarana utama dalam perdagangan ekspor dan impor Mengelompoknya tempat tinggal orang Tionghoa tidak lepas pula dari adanya peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda yaitu sistem sentralisasi permukiman pada satu kawasan bagi penduduk pendatang Oleh Belanda permukiman orang Tionghoa Padang dikonsentrasikan pada satu kawasan yakni di daerah Pondok dan sekitarnya sehingga lama kelamaan daerah itu menjadi permanen sebagai permukiman orang Tionghoa Padang sampai saat ini 5 Di Kampung Cina terdapat sebuah kelenteng yang bernama Kelenteng See Hien Kiong Letaknya berada dekat tepi Batang Arau menghadap ke Bukit Gado Gado di Subarang Palinggam Meskipun tahun pambangunannya tidak diketahui pasti kelenteng ini diperkirakan berdiri pada sekitar pertangahan abad ke 19 berdasarkan tinggalan berupa lonceng genta yang ada di dalam kelenteng yang bertarikh 1841 37 Kelenteng See Hien Kiong menjadi tempat sembahyang orang Tionghoa terhadap dewa atau leluhur yang mereka sembah Peruntukan kelenteng ini adalah untuk orang Tionghoa di Padang pada umumnya Keberadaan kelenteng di Kampung Cina yang hanya satu menunjukkan bahwa mayoritas orang Tionghoa Padang mempunyai leluhur yang sama Hal ini membuatnya berbeda dengan orang Tionghoa yang tinggal di beberapa kota di Indonesia misalnya orang Tionghoa di Jakarta dan Semarang yang punya banyak kelenteng masing masing berdasarkan leluhur dan dewa yang disembah 73 Kelenteng See Hien Kiong bahkan menjadi kelenteng satu satunya di Sumatera Barat 74 Hubungan antaretnis nbsp Suasana perayaan Imlek pada 2018 di Padang yang turut dihadiri Wali Kota Padang Mahyeldi AnsharullahKetika terjadinya kerusuhan Mei 1998 tidak pernah ada laporan mengenai tindak kekerasan dan kriminal di Padang yang menjadikan orang Tionghoa sebagai sasaran 63 Pemerintah Kota Padang tidak memberi pembatasan dan pelarangan bagi orang Tionghoa Padang untuk melaksanakan kegiatan mereka baik itu bersifat keagamaan maupun tradisi Sampai sekarang Pemerintah Kota Padang terus melibatkan orang Tionghoa Padang untuk ikut serta dalam setiap perayaan ulang kota serta mendukung kegiatan yang menampilkan budaya Tionghoa Padang dan pembaurannya 75 76 Orang Tionghoa Padang telah beradaptasi dengan masyarakat lokal tempat mereka berada salah satunya ditandai dengan penggunaan bahasa Minangkabau sebagai bahasa sehari hari Hal ini berbeda dengan sebagai contoh orang Tionghoa di pantai Timur Sumatra 77 Bahkan mayoritas orang Tionghoa Padang tidak dapat lagi bercakap dalam bahasa asal mereka 78 Bahasa Minang yang dipertuturkan oleh orang Tionghoa Padang dikenal sebagai bahasa Pondok atau bahasa Minang dialek Pondok hasil percampuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa Minang tapi memakai logat Mandarin 9 Bahasa tersebut membuat mereka bisa berbaur dengan masyarakat Minangkabau 79 Dalam setiap perayaan Imlek etnis Tionghoa Padang menampilkan sejumlah atraksi seperti barongsai arak arakan kio dan sipasan 80 Pada 2013 atraksi sipasan yang dibawakan oleh perkumpulan HTT tercatat sebagai rekor dunia di Guinness World Records sebagai atraksi mengarak tandu terpanjang yakni dengan panjang arak arakan 243 meter dan jarak tempuh 1 9 km Pencapaian ini mengalahan rekor sebelumnya untuk atraksi serupa yang ditampilkan di Kinmen Taiwan 81 82 Sejak 2018 perayaan Imlek telah masuk menjadi kalender wisata Kota Padang yang dikemas dalam Festival Multikultural 83 84 Pada 2019 untuk kali pertama diadakan Festival Bakcang Ayam dan Lamang Baluo Dalam kegiatan ini sebanyak 10 000 bakcang ayam dan lamang baluo dibagikan kepada masyarakat secara gratis Kedua kuliner tersebut memiliki kesamaan dalam bahan yang digunakan dan pembuatannya yakni ketan dengan isian dan dibungkus dengan daun 85 Selain pembagian makanan Festival Bakcang Ayam dan Lamang Balio dimeriahkan pula dengan berbagai pertunjukan budaya Tionghoa Padang dan Minang 65 Catatan kakiRujukan a b c d Riniwaty Makmur 2018 hlm 16 a b c d Rusli amp Rois 2020 Rahmat Irfan Denas 11 Februari 2021 a b Mardanas Safwan 1987 hlm 15 a b Riniwaty Makmur dkk 2018 hlm 135 Freek Colombijn 1994 hlm 55a Padang has an old Chinese community and Chinese were among the first permanent inhabitants of Padang arriving soon after the establishment of the VOC trading post a b Christine Dobbin 2016 hlm 135a Almost immediately after the establishment of the Dutch factory at Padang some Chinese must have settled there as agents for Batavian Chinese possibly moving south from Pariaman In 1673 there are reports of a Chinese Nakoda Banten living at Padang in his own house and other Chinese were also settled there performing services for company officials as they did at Batavia a b Rahmi Surya Dewi 2018 hlm 28 a b Riniwaty Makmur dkk 2018 hlm 138 139 Erniwati 2007 hlm 190 Kedua perkumpulan ini berperan besar dalam menjaga budaya dan adat istiadat leluhur meskipun untuk saat ini genrasi muda kehilangan maknanya Namun keberadaan kedua perkumpulan ini juga seakan akan membagi etnis Cina Padang atas dua kelompok Riniwaty Makmur 2018 hlm 56 Kompas com 5 Februari 2008 Christine Dobbin 2016 hlm 134 Before the Dutch and the English came to Sumatra for pepper Chinese pepper traders had been visiting west Sumatra from their commercial base at Banten Christine Dobbin 2016 hlm 134 135 Very few of these Chinese traded with their own capital and they had meagre capital resources they were generally agents for Banten Chinese who in turn operated a commenda trade using money and goods supplied by merchants in China and later on by Europeans in Banten Christine Dobbin 2016 hlm 134 In the 1630s their vessels were reported to be swarming to the coast in search of pepper and it seems likely that there were Chinese settled at Pariaman to act as agents for their compatriots certainly they were reported to be established there in 1663 a b Freek Colombijn 1994 hlm 134 In 1666 the Dutch made Padang their headquarters on Sumatra s west coast and built a fortress Freek Colombijn 1994 hlm 55 Padang has an old Chinese community and Chinese were among the first permanent inhabitants of Padang arriving soon after the establishment of the VOC trading post Steven Adriaan Buddingh 1861 hlm 161 Christine Dobbin 2016 hlm 135b In that year several Chinese bought land from the panglima raja to establish a brickworks and by 1682 there were so meny Chinese at the entrepot that a Lieuteyangt Chinese had to be appointed to regulate matters concerning them Christine Dobbin 2016 hlm 136a In 1785 the farm for collecting import and export duties at Padang was sold to the Captain Chinese Lau Ch uan ko Christine Dobbin 2016 hlm 136b With the decline of the gold trade it was agreed by the Batavia government in 1790 to accept specie for a certain percentage of the company s cloth sales at Padang so that the cloth trade would not be totally paralysed by the absence of gold This too benefited the Padang Chinese who were the only group at the port with access to specie and enabled them now to act as brokers in the company s cloth trade bypassing the Minangkabau brokerage system which relied on exchanging gold for cloth Erniwati 2007 hlm 46a Gubernur Michiels mendorong orang asing untuk lebih banyak datang ke Padang dengan tujuan meningkatkan persaingan sehingga Padang menjadi pelabuhan yang ramai dan dinamis Berbagai kemudahan dan fasilitas diberikan kepada para pendatang terutama kepada pedagang Cina yang dianggap mampu memajukan perekonomian Gusti Asnan 2003 hlm 59 Erniwati 2007 hlm 79 Bahkan NHM memberikan uang muka kepada pialang Tionghoa sebagai modal untuk mengumpulkan hasil produksi dari daerah pedalaman Christine Dobbin 2016 hlm 158 They imported Chinese goods such as cloth and porcelain for domestic use from Batavia Penang and later Singapore Erniwati 2007 hlm 67 Orang Cina yang waktu itu memiliki mata uang akhirnya menduduki posisi penting bahkan mereka berhasil menjadi pialang dan mampu menggeser kelompok pialang tradisional Minangkabau hingga memasuki daerah pedalaman Akibatnya orang Minangkabau sangat tergantung terhadap barang barang pokok yang diperoleh melalui pedagang pengecer di pasar pasar tradisional sedangkan pedagang pengecer juga tergantung kepada pedagang monopoli Belanda dan Cina Christine Dobbin 2016 hlm 159 The four leading Chinese brokers in Padang in 1829 just as the American coffee boom was passing were Li Heng Li Ma ch iao Li Sing and Hu A chiao Millies 1850 hlm 35 Erniwati 2007 hlm 46b Untuk pertama kalinya pada 1847 Lie Saay berhasil membuat kontrak dengan pemerintah kolonial Belanda untuk mengangkut kopi dari Padang Panjang ke Kayutanam dan mengangkut garam dan barang barang lainnya dalam perjalanan baliknya Jeffrey Hadler 2010 hlm 40 41 Erniwati 2007 hlm 46c Perusahaan ekspedisi Lie Saay membawa hasil bumi mengunakan pedati gerobak kuda melewati lereng Lembah Anai di bawah pengawalan kakaknya Lie Maa Toon yang bisa bela diri kungfu Perusahaan ekspedisi ini berkembang hingga dibangun jalan darat dan jalur kereta api Rusli Amran 1988 hlm 31 Thomas Spencer Baynes 1887 hlm 639 Volume 22 Padang is a town of some 2 000 houses and 15 000 inhabitants with a Chinese settlement and a European quarter It is the chief market in Sumatra for gold a b c Elizabeth E Graves 2007 hlm 92 93 a b c Erniwati 2007 hlm 38 Erniwati 2007 hlm 72 a b c Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat 8 Juni 2017 Erniwati 2007 hlm 55a Untuk membayar cicilan pinjaman pembangunan klenteng setelah mengalami kebakaran di 1861 kios kios bambu tersebut disewakan kepada para pedagang Lama kelamaan kios kios bambu berkembang menjadi pasar yang dikenal dengan nama pasar Tanah Kongsi Erniwati 2007 hlm 93a Walaupun letak Pasar Tanah Kongsi berdampingan dengan Pasar Mudik yang sebelumnya sudah didirikan oleh pedagang Minangkabau namun dalam waktu yang relatif singkat Pasar Tanah Kongsi berkembang dengan cepat dan mampu menyaingi Pasar Mudik Erniwati 2007 hlm 68 Lama kelamaan lokasi perkampungan Tionghoa semakin berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah orang Tionghoa yang bermukim Di Padang perluasan permukiman Tionghoa ini sampai ke daerah Belakang Tangsi Padangkita com 23 Oktober 2017 Mardanas Safwan 1987 hlm 101 Freek Colombijn 1994 hlm 235 Badu Ata amp Co started their second market place in the Belakang Tangsi area further north It was successful until destroyed by fire in 1882 Immediately afterwards the Chinese Gho Lam San opened a new market next to the charred remains of Badu Ata amp Co Rusli Amran 1988 hlm 23 Freek Colombijn 1994 hlm 55b Chinese have come to Indonesia in several waves of migration the last one after the Dutch government s relaxation on Chinese entry after 1900 Erniwati 2007 hlm 62 Imigran Cina yang datang menjelang akhir abad ke 19 sampai awal abad ke 20 1930 an merupakan migrasi yang dilakukan secara massal Mestika Zed 2009 Erniwati 2007 hlm 40 Pada 1930 ditemukan 51 perantauan Cina berasal dari keturunan ke tiga yang terdiri dari 80 Hokkian 15 Kwongfu 2 Hakka dan 3 dari suku lainnya Dari perkiraan penduduk 1930 terlihat bahwa penduduk Cina Padang mayoritas berasal dari kelompok bahasa Hokkian yang tergolong ke dalam pedagang yang berasal dari Amoy Erniwati 2007 hlm 85a Sebagai akibat peristiwa yang terjadi pada masa revolusi etnis Cina Padang kemudian dapat dibagi atas tiga kelompok orientasi yaitu pro Republik pro Belanda dan kelompok netral Erniwati 2007 hlm 86b Keragaman orientasi kelompok etnis Cina ini menyebabkan masyarakat umumpun sulit mengenali mereka Ketidakjelasan sikap etnis Cina tersebut menyebabkan masyarakat umum akhirnya menyamakan penilaian terhadap etnis Cina sebagai kelompok yang hanya mengambil keuntungan di negara Indonesia a b Mulyadi Mintaraga 1986 hlm 100 Erniwati 2007 hlm 86a Nyok Hok Seng selalu memberi informasi kepada Belanda tentang perkembangan situasi Padang dan menjadi penunjuk jalan kemungkinan di mana posisi pejuang kemerdekaan Dengan sombong setiap sore Nyo Hok Seng berkeliling kampung Pondok dan kota Padang dengan tentara Sekutu dan Belanda mengunakan mobil Jeep Sikap Nyo Hok Seng menyebabkan etnis Cina lainnya sering mendapat masalah dan digeneralisasikan sebagai antek antek Belanda dan diangap hanya mengambil keuntungan saja oleh masyarakarakat umum Erniwati 2007 hlm 84 85 Sebagian kecil dari kelompok ini juga ada orang orang yang berusaha memperkaya diri sendiri dengan mengadakan penyelundupan dan menerobos blokade Belanda Erniwati 2007 hlm 85b Kemampuan etnis Cina Padang dalam menyelundupkan senjata untuk kebutuhan pejuang kemerdekaan menjadikan mereka memiliki kedekatan dengan perwira militer yang sangat mempengaruhi hubungan mereka di masa selanjutnya Freek Colombijn 1994 hlm 135b Regardless of these forced changes the Chinese in Padang were well assimilated It seems that one Chinese Oei Ho Tjong who had provided the Republic with weapons even became member of the LKAAM Erniwati 2007 hlm 85 86 Sikap yang tidak jelas disebabkan karena kurangnya posisi mereka dalam bidang ekonomi menyebabkan kelompok ini tidak berani menentukan sikap Kelompok ini hanya akan menunggu siapapun sebagai pemenang perang Namun karena mereka telah terbiasa dengan kehidupan pada masa kekuasaan kolonial Belanda maka harapan mereka hanyalah kembalinya keamanan pribadi dan keadaan ekonomi yang relatif stabil Mulyadi Mintaraga 1986 hlm 101 Erniwati 2007 hlm 89 Dengan adanya tiga pilihan status kewarganegaraan tersebut beberapa keluarga memiliki status kewarganegaraan yang berbeda Perbedaan pilihan status kewarganegaraan ini terjadi sebagai akibat perbedaan orientasi dan kepentingan Konsekuensi dari pilihan yang berbeda menyebabkan banyak keluarga keluarga dari etnis Cina di Indonesia termasuk yang tinggal di Padang terpisah pisah Freek Colombijn 1994 hlm 134 After 1949 the immigration of Chinese to Indonesia was virtually called to a halt by the Indonesian government but there was still an increase in absolute numbers in Padang Chinese who lived dispersed over the area fled to Padang after 1945 and 1965 for protection and the army started to move Chinese from the countryside to cities in 1959 Freek Colombijn 1994 hlm 135a The presidential decree No 127 of 1966 compelled them to change their names to autochthonous ones nearly eight thousand Chinese in Padang did so Erniwati 2007 hlm 4 5 Kelonggaran ini tidak saja diberikan oleh pemerintah tetapi juga oleh masyarakat kota Padang Bahkan di saat perayaan ulang tahun Kota Padang pemerintah juga mengundang barongsai dan sipasan untuk beratraksi melalui dua perhimpunan kematian Himpunan Tjinta Teman dan Himpunan Bersatu Teguh Erniwati 2007 hlm 4 Pada masa pemerintahan Orde Baru etnis Cina Padang tetap bisa melaksanakan budaya dan adat istiadat leluhur di bawah pengelolaan perhimpunan keluarga marga dan perhimpunan kematian Himpunan Tjinta Teman HTT serta Himpunan Bersatu Teguh HBT a b Erniwati 2007 hlm 7a Pengalaman buruk bagi sebagian etnis Cina di beberapa kota di Indonesia tidak dialami oleh etnis Cina Padang termasuk saat peristiwa Mei 1998 Sepanjang era Reformasi bahkan tidak ditemukan tindak kekerasan dan kriminal yang menjadikan etnis Cina Padang sebagai sasaran kekerasan seperti yang terjadi di Jakarta Solo Surabaya Medan maupun kota lainnya Fenomena nasional yang menjadikan etnis Cina sebagai sasaran untuk mengungkapkan kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap pemerintah krisis ekonomi dan kekacauan politik tidak dialami oleh etnis Cina Padang Erniwati 2007 hlm 3 4 Perubahan terjadi setelah tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keppres No 6 2000 untuk mencabut Inpres no 14 1967 dan membebaskan etnis Cina untuk merayakan hari besar dan adat istiadat serta tradisi mereka a b Kompas id 8 Juni 2019 Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat 2018 hlm 13 Padang go id 23 September 2018 Erniwati 2007 hlm 63 Rumah marga atau yang disebut kongsi oleh Cina Padang mengayomi etnis Cina berdasarkan suku yang sama sehingga aktivitas utama rumah marga adalah membantu sesama anggota menyelenggarakan sembahyang kepada leluhur dan dewa dewa yang diyakini sebagai pelindung Selain itu rumah marga juga berperan dalam melestarikan kebudayaan dan tradisi leluhur termasuk menyelenggarakan upacara upacara yang bersifat kekeluargaan seperti pesta perkawiyang menyelenggarakan sembahyang kepada leluhur dan dewa dewa yang diyakini sebagai pelindung serta prosesi pemakaman secara tradisional Riniwaty Makmur 2018 hlm 147 Erniwati amp Hardi Etmi 2018 Kelenteng See Hin Kiong Perubahan Fungsi Pada Masa Orde Baru 73 88 10 24036 diakronika vol0 iss0 39 Doni amp Arki 2019 Nunu amp Dodi 2020 Erniwati 2007 hlm 53 Klenteng See Hien Kiong merupakan tempat untuk melakukan sembahyang terhadap dewa atau leluhur yang mereka sembah menunjukkan bahwa mayoritas etnis Cina Padang memiliki leluhur yang sama Berbeda halnya dengan etnis Cina yang tinggal di beberapa kota di Indonesia misalnya di Jakarta dan Semarang ditemukan banyak klenteng yang masing masing memiliki spesifik tersendiri dengan leluhur dan dewa yang berbeda pula Erniwati 2007 hlm 52 Klenteng See Hien Kiong merupakan satu satunya yang terdapat di Sumatera Barat Republika co id 10 Januari 2020 Nerosti 2002 hlm 73 Kantor Waligereja Indonesia 1974 hlm 118 Rahmi Surya Dewi 2018 hlm 29 Riniwaty Makmur 2018 hlm 277 Kompas com 10 Pebruari 2009 Tempo co 25 Agustus 2013 Taiwan Today 16 Mei 2011 Harian Haluan 10 Pebruari 2020 Posmetro Padang 7 Pebruari 2019 Antara 6 Juni 2019 Daftar pustaka BukuChristine Dobbin 2016 Terbit pertama kali pada 1983 Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economy Central Sumatra 1784 1847 London Routledge Diakses tanggal 25 September 2020 Freek Colombijn 1994 Patches of Padang The History of an Indonesian Town in the Twentieth Century and the Use of Urban Space Belanda Research School CNWS Diakses tanggal 25 September 2020 Erniwati 2007 Asap Hio di Ranah Minang Komunitas Tionghoa di Sumatera Barat Yogyakarta Ombak Diakses tanggal 25 September 2020 Mardanas Safwan 1987 Sejarah Kota Padang PDF Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Jakarta Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Diakses tanggal 25 September 2020 Riniwaty Makmur 2018 Orang Padang Tionghoa Dima Bumi Dipijak Disinan Langik Dijunjuang Jakarta Kompas Diakses tanggal 25 September 2020 Steven Adriaan Buddingh 1861 Neerlands Oost Indie Reizen 1852 1857 Rotterdam M Wijt amp Zonen Parameter access date membutuhkan url bantuan Jeffrey Hadler 2010 Sengketa Tiada Putus Matriarkat Reformisme Agama dan Kolonialisme di Minangkabau Freedom Institute ISBN 978 979 19466 5 0 OCLC 971526815 Mestika Zed 2009 Kota Padang Tempo Doeloe Zaman Kolonial PDF Fakultas Ilmu Sosial FIS Universitas Negeri Padang UNP Pusat Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi PKSBE Sejarah Gereja Katolik Indonesia Kantor Waligereja Indonesia 1974 EnsiklopediaGusti Asnan 2003 Kamus Sejarah Minangkabau Padang Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau Diakses tanggal 1 April 2020 Thomas Spencer Baynes ed 1887 Encyclopaedia Britannica 22 edisi ke 9 New York Werner Co Parameter access date membutuhkan url bantuan Henricus Christiaan Millies 1850 De Chinezen in Nederlandsch Oost Indie en het Christendom Eene Schets JurnalRahmi Surya Dewi 2018 Hidup di Dunia Multikultural Potret Sosial Budaya Kerukunan Etnis Minang dan Tionghoa di Kota Padang Jurnal Lugas Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas 2 1 Diakses tanggal 25 September 2020 Nerosti 2002 Pertunjukan Barongsai dalam Etnis Tionghoa di Kota Padang PDF Jurnal Humanuis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang 5 1 Diakses tanggal 25 September 2020 Riniwaty Makmur Engkus Kuswarno Evi Novianti Nuryah Asri Syafirah 2018 Bahasa Minang Pondok dalam Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Tionghoa Kota Padang Jurnal Kajian Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 6 2 Diakses tanggal 25 September 2020 Rusli Hanura Rois Leonard Arios 2020 Interaksi Etnis Tionghoa Muslim dan Non Muslim Di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat Pangadereng 6 2 159 171 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 08 15 Diakses tanggal 2021 08 15 Dodi Pasilaputra 2020 Social Political and Religious Roles of Chinese Muslims in Indonesia Experiences of West Sumatran PITI Hamdard Islamicus 43 Special Issue Parameter langauge yang tidak diketahui mengabaikan language yang disarankan bantuan Parameter first1 tanpa last1 di Authors list bantuan Doni Nofra Arki Auliahadi 2019 06 24 Organisasi PITI dalam Mempercepat Pembauran Etnis Tionghoa Muslim di Kota Padang Khazanah 41 50 Situs webRahmat Irfan Denas 11 Februari 2021 Jejak Panjang Tionghoa Padang Sejak Abad ke 17 Berasimilasi hingga Sekarang Tetap Harmonis Padangkita com Diakses tanggal 12 Februari 2021 Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat 2018 Deskripsi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kota Padang Provinsi Sumatera Barat PDF Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2019 02 21 Diakses tanggal 25 September 2020 Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat 2018 Deskripsi Cagar Budaya Tidak Bergerak Kota Padang Provinsi Sumatera Barat PDF Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2019 02 21 Diakses tanggal 25 September 2020 Ada Lipan Terpanjang di Perayaan Cap Go Meh Kompas com 10 Februari 2009 Diakses tanggal 25 September 2020 Pesona Kelenteng See Hin Kiong Padang Padang go id Diskominfo Kota Padang 23 September 2018 Diakses tanggal 25 September 2020 Imlek Prosesi Pernikahan China Peranakan Hanya Bertahan di Tiga Kota Kompas com 5 Februari 2008 Diakses tanggal 25 September 2020 Yola Sastra 8 Juni 2019 Bakcang Ayam dan Lamang Baluo Yang Mempersatukan Kompas id Diakses tanggal 25 September 2020 Digelar 19 Februari 2019 Cap Go Meh Bakal Dihadiri Menteri Pariwisata Posmetro Padang 7 Februari 2019 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022 03 29 Diakses tanggal 25 September 2020 Cap Go Meh 2020 Sukses Perayaan Multi Etnik harus Berlanjut Harian Haluan 10 Februari 2020 Diakses tanggal 25 September 2020 Pawai Budaya Multikultur di Padang Tempo co 25 Agustus 2013 Diakses tanggal 25 September 2020 Kinmen Sets Guinness World Record for Pedestal Carrying Taiwan Today 16 Mei 2011 Diakses tanggal 25 September 2020 Pasar Malam Sincia Potret Keberagaman dan Toleransi Padang Republika co id 10 Januari 2020 Diakses tanggal 25 September 2020 Nugroho Joko 6 Juni 2020 Bakcang dan Lamang Baluo satukan Minang dan Tionghoa ANTARA News Diakses tanggal 25 September 2020 Lebih dari satu parameter author dan last yang digunakan bantuan Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Tionghoa Padang amp oldid 24373267