www.wikidata.id-id.nina.az
Teknik Keamanan Pangan adalah cabang ilmu teknik yang mengkhususkan pada aplikasi prinsip ilmu teknik untuk menyelesaikan masalah keamanan mikrobial dan kimia pada produk pangan sedangkan keamanan pangan itu sendiri adalah disiplin ilmu yang melakukan penanganan penyajian dan penyimpanan bahan pangan dengan cara sedemikian rupa agar terhindar dari penyakit yang bersumber dari bahan pangan foodborne illness Prinsip ini dapat diaplikasikan dalam perkembangan intervensi teknologi untuk dekontaminasi dan pengawetan pangan Ilmu teknik yang terintegrasi dengan konsep mikrobiologi dan kimia memegang potensi yang cukup besar dalam pengembangan solusi non konvensional terhadap masalah keamanan pangan yang membahayakan Pelanggaran terhadap keamanan pangan dapat terjadi ketika pemrosesan penyimpanan dan distribusi bahan pangan baik itu berupa prosesnya maupun alat yang digunakan Teknik keamanan pangan merupakan bagian yang tidak terpisah dari teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian ilmu pangan dan teknologi pangan karena semuanya bertanggung jawab dalam hal pemrosesan bahan pangan sejak dipanen hingga siap dipasarkan Teknik keamanan pangan bukan mengenai investigasi dan pengecekan suatu proses maupun rantai produksi pangan namun lebih kepada aplikasi teknik untuk menciptakan proses maupun rantai produksi pangan yang aman tanpa mengurangi kriteria yang dibutuhkan masyarakat mengenai produk pangan Prinsip ilmu teknik keamanan pangan dapat diaplikasikan di Pengendalian mikroorganisme pada sumber bahan pangan dan bahan mentah Desain produk dan pengendalian proses Aplikasi Good Hygienic Manufacturing Practices GHPs GMPs Implementasi sistem Hazard Analysis and Critical Control Point HACCP sepanjang rantai pengolahan panganPenyediaan produk pangan yang aman merupakan proses yang rumit membutuhkan pengendalian terpadu sepanjang rantai produksi pangan dan konsumsinya 1 2 Peningkatan kepedulian terhadap keamanan pangan teah memicu pengembangan yang terus berlanjut dalam bidang teknologi pemrosesan Para pakar di bidang teknik mikrobiologi kimia dan cabang ilmu lainnya telah membawa peningkatan yang cukup berarti dalam kualitas dan keamanan pangan Pemrosesan pangan konvensional memanfaatkan proses termal pemanasan pendinginan dsb untuk membunuh atau menon aktifkan kontaminan mikrobiologi Namun pemrosesan termal memicu perubahan fisik dan kimia pada bahan pangan Pengawet kimia dan senyawa antimikroba alami juga telah digunakan secara ekstensif pada pengawetan pangan Dalam dua tahun ini sejumlah alternatif pengolahan pangan non termal telah berkembang demi pengendalian kontaminan mikrobial dan pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap bahan pangan yang segar dengan proses pengolahan yang minimal 3 Daftar isi 1 Penggunaan teknologi dalam mencapai keamanan pangan 1 1 Pemrosesan bertekanan tinggi 1 2 Pemrosesan dengan medan gelombang elektrik 1 3 Irradiasi 1 4 Disinfeksi ultraviolet 1 5 Ozon 1 6 Perbandingan antara masing tipe aplikasi teknologi dalam teknik keamanan pangan 2 Teknik pengendalian pemantauan dan identifikasi 2 1 Media mikrobiologis kromogenik 2 2 Metode pengujian molekuler dan imunologik 2 3 Biosensor 2 4 Spektrometri inframerah 3 ReferensiPenggunaan teknologi dalam mencapai keamanan pangan suntingPemrosesan bertekanan tinggi sunting Pemrosesan bertekanan tinggi adalah metode di mana bahan pangan diberikan tekanan yang tinggi hingga 700 MPa dengan atau tanpa penambahan panas untuk menon aktifkan mikrob atau untuk mengubah sifat dan penampilan bahan pangan dengan maksud memenuhi keinginan konsumen 4 5 6 7 Pemrosesan ini dapat mempertahankan kualitas bahan pangan mempertahankan kesegaran alaminya dan memperpanjang umur simpan bahan pangan Pemrosesan ini dapat digunakan baik pada bahan pangan cair maupun padat Contoh bahan pangan yang sudah beredar yang telah mengalami pemrosesan ini adalah smoothies guacamole bahan pangan siap saji kerang ham daging ayam jus buah dan salsa yang diproduksi oleh industri pengolahan pangan Bahan pangan utama yang menjadi subjek pemrosesan ini adalah bahan pangan yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi karena bisa dengan mudah menon aktifkan mikrob di dalamnya Makanan dengan tingkat keasaman yang rendah memiliki kesulitan terutama dalam mematikan spora atau bakteri yang dorman Tekanan bekerja pada semua titik dari produk dalam besaran yang sama berbeda dengan pemrosesan termal terkait adanya gradien pemanasan yang mengakibatkan adanya perubahan yang dipicu oleh hal tersebut seperti browning denaturasi atau pembentukan lapisan 4 Mikroorganisme dengan tingkat pertumbuhan yang eksponensial bisa lebih mudah dinon aktifkan dibandingkan yang stasioner dan bakteri gram positif lebih resistan dibandingkan bakteri gram negatif Laporan penelitian juga menunjukkan bahwa pemrosesan dengan tekanan yang tinggi dapat digunakan untuk melawan hepatitis A pada kerang dan juga norovirus 8 9 Penelitian mengenai inaktivasi spora bakteri membutuhkan tekanan tinggi dan temperatur yang sedang sekaligus Hingga saat ini jumlah strain bakteri Clostridium botulinum yang bisa dinonaktifkan dengan metode ini masih terbatas Dan hingga saat ini spora non proteolitik tipe B adalah spora patogen yang paling tahan terhadap tekanan tinggi 10 11 12 Dan di antara bakteri pembentuk endospora Bacillus amyloliquefaciens menghasilkan spora yang paling tahan teradap tekanan tinggi 13 14 Mikroorganisme Perlakuan Tekanan MPa Temperatur oC Waktu menit Log pengurangan Substrat ReferensiBakteri vegetatifCampylobacter jejuni 300 25 10 6 Daging ayam 15 C jejuni 400 25 10 6 Daging babi 16 Escherichia coli 350 40 5 gt 8 Jus 17 E coli 475 40 8 2 Alfalfa 18 Listeria innocua 400 20 20 5 Daging sapi 19 Salmonela enterica 250 40 5 gt 8 Jus 17 Salmonella typhimurium 400 25 10 6 Daging babi 16 Staphylococcus aureus 500 50 15 gt 4 Kaviar 20 Vibrio parahaemolyticus 170 23 10 gt 5 Keju 15 Yersinia enterolitica 400 25 10 6 Daging babi 16 Bakteri pembentuk sporaAlicyclobacillus acidoterestris 621 90 1 6 Apel 21 Bacillus cereus 600 60 10 7 Susu 22 B stearothermophilus 600 90 40 gt 5 Biji coklat 23 B stearothermophilus 600 120 20 gt 6 Brokoli 23 B stearothermophilus 700 105 5 gt 4 Telur dadar 24 Clostridium botulinum 600 80 16 gt 4 Wortel 25 C botulinum 827 75 20 3 Daging kepiting 26 C sporogenes 800 90 5 gt 5 Kaldu 15 Jamur dan ragiCandida utilis 400 25 10 6 Daging babi 16 Penicillium roqueforti 400 20 20 6 Keju 27 Saccharomyces cerevisiae 100 47 5 3 Jus 15 VirusCalicivirus 275 21 5 7 Kaldu 15 Hepatitis A 400 9 1 3 Kerang 28 Hepatitis A 375 30 5 gt 4 Strawberry 29 Hepatitis A 375 30 5 gt 4 Bawang 29 Poliovirus 450 21 5 8 Kaldu 15 Pemrosesan dengan medan gelombang elektrik sunting Penghancuran mikroorganisme dengan medan gelombang elektrik dicapai dengan mengaplikasikan gelombang pendek bertegangan tinggi di antara serangkaian elektrode yang menyebabkan gangguan pada membran sel mikrob 30 Metode ini melibatkan pengolahan pangan dengan menempatkannya di antara rangkaian elektrode dengan gelombang bertegangan tinggi dalam ordo 20 80 kV cm Metode seperti ini bahkan bisa diaplikasikan untuk proses pasteurisasi 31 Hingga saat ini teknologi yang tersedia hanya untuk bahan pangan yang bisa mengalir Banyak sel vegetatif dari bakteri jamur dan ragi yang bisa dinon aktifkan dengan metode ini namun spora bakteri tidak 32 Bakteri gram positif lebih resistan terhadap metode ini dan ragi menunjukkan sensivitas yang lebih tinggi dari bakteri 30 Gelombang pendek bertegangan tinggi memecah membran sel dari mikroorganisme vegetatif dalam media cair dengan cara mengembangkan pori pori yang ada elektroporasi atau membuat pori pori membran yang baru 33 34 Pembentukan pori tersebut bisa reversibel maupun irreversibel tergantung banyak faktor seperti intensitas medan listrik durasi gelombang dan jumlah gelombang Membran sel yang terelektrifikasi menjadi sangat permeabel bahkan terhadap molekul yang kecil sehingga menyebabkan pembengkakan dan kerusakan pada membran sel Sejumlah faktor kritis pemrosesan kondisi penelitian yang kurang spesifik dan keragaman alat membuat metode ini sulit untuk didefinisikan secara tepat dalam hal parameter yang esensial untuk inaktivasi mikrob Irradiasi sunting Pada tahun 1990 irradiasi radiasi ionisasi ionizing radiation merujuk pada pasteurisasi dingin telah disetujui oleh FDA sebagai metode pengurangan mikrob yang efektif dan aman untuk bahan pangan tertentu termasuk rempah rempah daging ayam telur daging merah makanan laut kecambah buah buahan dan sayur mayur 35 36 Irradiasi mencakup penggunaan sinar gamma dari Cobalt 60 atau Cesium 137 sinar beta dan sinar X 37 Radiasi ini memberikan energi yang diperlukan untuk memindahkan elektron dari atom untuk membentuk ion atau radikal bebas namun tidak cukup tinggi untuk membuat produk pangan terpengaruh Elektron yang terbebaskan menabrak dan memecah ikatan kimia dari molekul DNA mikrob dan menghancurkannya Smith and Pillai 2004 Tingkat pengurangan mikrob tegrantung pada dosis radioaktif kGy yang diserap oleh bahan pangan 38 Faktor kunci yang mengendalikan ketahanan dari sel sel mikrob terhadap irradiasi adalah ukuran organisme semakin kecil organisme semakin resistan tipe organisme jumlah dan usia relatif dari mikrob di dalam bahan pangan dan keberadaan oksigen Komposisi dari bahan pangan juga memengaruhi respon mikrob terhadap irradiasi 39 Perlakuan radiasi pada dosis 2 7 kGy tergantung kondisi irradiasi dan bahan pangannya bisa secara efektif mengurangi bakteri patogen yang tidak berspora seperti Salmonella sp Staphylococcus aureus Campylobacter jejuni Listeria monocytogenes Escherichia coli tanpa memengaruhi sifat organoleptik rasa bau dsb nutrisi dan kuaitasnya 35 Disinfeksi ultraviolet sunting nbsp Ilustrasi disinfeksi yang dilakukan ultraviolet dengan merusak DNA mikroorganismeCahaya ultra violet gelombang pendek UV C 254 nm dapat digunakan untuk mengurangi keberadaan mikrob di udara maupun di permukaan bahan pangan UV C juga dapat digunakan untuk mengurangi patogen dalam air Jangkauan radiasi 250 260 nm mematikan bagi sebagian besar mikroorganisme termasuk bakteri virus jamur bermiselium ragi dan alga 40 Kerusakan akibat UV C ada pada molekul sel yang menjadi target tergantung dosis UV C misalnya pada dosis antara 0 5 20 J m2 dapat mengakibatkan kerusakan pada DNA mikrob 41 Begitu DNA rusak kemampuan reproduksi dan penyebaran penyakit menjadi tidak ada Sinar UV gelombang panjang UV A gt 320 nm memiliki kemampuan terbatas dalam mengeliminasi mikrob namun UV A mampu menembus air lebih baik dari UV C 40 Kemampuan UV A dalam mengeliminasi bakteri dapat ditingkatkan dengan penambahan senyawa fotosensitif misalnya furocoumarin Parameter yang menentukan keberhasilan penggunaan sinar UV dalam teknik keamanan pangan adalah desain reaktor UV dinamika fluida dan sifat absorptivitas dari bahan pangan Partikel tersuspensi dapat mengurangi efektivitas penggunaan UV karena menyebabkan meningkatnya jumlah absorban pemantulan dan penghalangan sinar UV 42 Untuk mensterilkan udara dalam fasilitas manufaktur pangan kombinasi filter udara dan cahaya UV amat direkomendasikan 43 Kombinasi UV dan ozon memiliki kekuatan mengoksidasi yang kuat dan dapat mengurangi jumlah material organik di dalam air hingga mendekati nol 44 Teknik penggunaan radiasi UV C dan panas sekaligus untuk produksi daging mentah berkualitas tinggi telah dipatenkan 45 Meski relatif mudah dan tidak mahal pemaparan sinar UV dapat menjadikan makanan kehilangan rasa 46 Ozon sunting Ozon adalah biosida yang efektif dalam melawan bakteri virus jamur dan telah lama digunakan dalam pembersihan bahan pangan tanpa pencucian Konsentrasi ozon yang rendah dengan waktu kontak yang sempit cukup untuk mematikan bakteri jamur ragi parasit dan virus 47 Sekarang ozon dalam bentuk gas dan cair dapat digunakan dengan kontak langsung terhadap bahan makanan seperti buah buahan sayur mayur daging mentah maupun daging siap makan ikan dan telur Hasil penelitian menunjukkan bahwa spora bakteri merupakan yang paling resistan dan sel vegetatif bakteri adalah yang paling sensitif terhadap ozon 48 Dalam proses sanitasi air yang diperkaya dengan ozon diketahui dapat mengurangi populasi Staphylococcus aureus Salmonella chloraesuis dan Pseudomonas aeruginosa sebanyak 6 log Escherichia coli sebanyak 5 log dan Listeria monocytogens dan Campylobacter jejuni sebanyak 4 log 9 di mana 1 log adalah 101 Di antara spora yang dihasilkan berbagai jenis bakteri spora Bacillus stearothermophilus memiliki resistansi tertinggi dan spora Bacillus cereus memiliki resistansi terendah sehingga B stearothermophilus dapat digunakan sebagai indikator efektivitas suatu alat sanitasi yang menggunakan ozon 49 Ozon dalam larutan cair dapat digunakan dengan alat alat yang terbuat dari keramik gelas silikon teflon dan baja tahan karat namun tidak cocok digunakan dengan alat yang terbuat dari karet alam poliuretan dan plastik berbasis resin Perbandingan antara masing tipe aplikasi teknologi dalam teknik keamanan pangan sunting Sifat Pemrosesan termal Pemrosesan bertekanan tinggi Pemrosesan medan gelombang listrik Irradiasi Disinfeksi ultraviolet OzonCara pengoperasian Curah kontinu Curah semi kontinu Kontinu Curah Curah kontinu Curah kontinuLuas cakupan penggunaan Bahan pangan padat dan cair Bahan pangan padat dan cair Bahan pangan cair dan semi cair Bahan pangan padat dan cair Udara air minum bahan pangan cair dan permukaan bahan pangan Permukaan bahan panganInaktivasi mikrob Mikroorganisme vegetatif spora alga virus Mikroorganisme vegesatif beberapa virus dan kemungkinan juga spora ketika dikombinasikan dengan panas Mikroorganisme vegetatif Mikroorganisme vegetatif spora parasit Mikroorganisme vegetatif alga virus Mikroorganisme vegetatif spora parasit virusKualitas Mempengaruhi komponen yang sensitif terhadap panas rasa nutrisi dsb menon aktifkan enzim MEmpertahankan kualitas alaminya berpotensi menghasilkan bentuk tekstur tertentu efek bervariasi terhadap inaktivasi enzim Menyebabkan efek minimal efek berariasi terhadap inaktivas enzim Beberapa kehilangan rasa dan vitamin perubahan pada tekstur Kehilangan rasa pada beberapa bahan pangan Penggunaan berlebih akan memengaruhi warna dan rasaPengemasan Pemrosesan setelah pengemasan atau pengemasan aseptik setelah pemrosesan Pemrosesan setelah pengemasan membutuhkan kemasan yang fleksibel minimal pada satu bidang permukaan Pengemasan aseptik setelah pemrosesan Pemrosesan setelah pengemasan dibutuhkan kemasan yang mampu mentransmisikan radiasi Pengemasan aseptik setelah pemrosesan Pengemasan aseptik setelah pemrosesanTeknik pengendalian pemantauan dan identifikasi suntingSebanyak 38 produk makanan yang ditarik oleh FDA pada tahun 2004 terkait dengan kontaminasi mikrob dan juga 44 produk daging daging ayam dan telur oleh USDA Food Safety and Inspection Service 50 Dan sepanjang 20 tahun terakhir 5000 produk yang ditarik dari pasar menunjukkan adanya Salmonella typhimurium Listeria monocytogenes dan Escherichia coli 51 Hal ini menjadikan pendeteksian dan identifikasi patogen pada bahan pangan yang cepat efisien dan dapat diandalkan menjadi suatu kebutuhan Pendeteksian patogen dan kontaminan mikrob lainnya penting demi menjamin keamanan pangan Metode konvensional dalam pendeteksian patogen bahan pangan memakan banyak waktu dan tenaga Untuk menyelesaikan seluruh fase pemeriksaan dibutuhkan 16 48 jam Penemuan terbaru di bidang teknologi menjadikan pendeteksian dan identifikasi lebih cepat nyaman sensitif dan lebih spesifik dibandingkan pengujian konvensional Ada banyak metode yang dilakukan dalam teknik pengendalian pemantauan dan identifikasi dalam teknik keamanan pangan Media mikrobiologis kromogenik sunting Salah satu penemuan yang terkenal dalam bidang mikrobiologi adalah piringan media kromogenik yang mampu membedakan spesies patogen berbahaya dari spesies lainnya Media ini memanfaatkan substansi kromogenik yang menghasilkan sekumpulan warna yang terkait dengan spesies patogen tertentu ketika substrat ini mengalami hidrolisis oleh enzim patogen tersebut Piringan kromogenik mudah digunakan dan spesifik terhadap spesies patogen dan strain tertentu tergantung enzim yang dikeluarkan oleh patogen tersebut Dan pada umumnya hasilnya bisa terlihat setelah 18 24 jam setelah inkubasi Hal ini memungkinkan bagi perusahaan makanan untuk meminimalisasi biaya terkait dengan hal yang serupa dan waktu yang terpakai bisa jauh berkurang 51 Metode pengujian molekuler dan imunologik sunting Pendeteksian berbasis teknologi molekular atau DNA adalah salah satu area yang mengalami perkembangan yang cepat terkait pengembangan sistem pengujian patogen Pengujian berbasis imunologik seperti pengujian imunologik terkait enzim Enzyme Linked Immunological Assay ELISA pengujian imunologik berlapis berbasis fluoresensi fluorence based sandwich immunological assay Western blot dan pengujian aglutinasi juga dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan mikrob di dalam bahan pangan 52 Secara umum kelemahan metode ini adalah ketidak mampuan dalam mendeteksi keberadaan patogen yang terdapat dalam jumlah yang kecil sensitivitas yang bervariasi dan kemungkinan untuk melakukan isolasi pengkulturan untuk satu organismeKuncinya ada pada DNA dari bakteri patogen itu sendiri dan komponen yang ada di sekitarnya Pada pengujian berbasis DNA yang menjadi target adalah gen RNA ribosom yang dapat diambil dalam jumlah banyak sehingga memberikan sensitivitas pengujian yang lebih tinggi 53 Ada juga yang memanfaatkan reaksi berantai polimerase polymerase chain reaction PCR yang memanfaatkan prinsip dasar hibridisasi DNA di mana potongan pendek DNA primer dihibridisasi pada bagian yang spesifik yang diperbanyak secara enzimatis 54 Secara teori PCR dapat memperbanyak satu salinan DNA menjadi jutaan dalam waktu kurang dari 2 jam sehingga mengurangi dan bahkan meniadakan kebutuhan terhadap pengkulturan bakteri Kehadiran inhibitor pada makanan dan pada banyak media kultur dapat mencegah terjadinya pengikatan primer dan mengurangi efisiensi perbanyakan DNA sehingga sensitivitas yang tinggi yang mungkin didapat dari PCR pada kultur murni menjadi berkurang ketika dilakukan pengujian terhadap bahan pangan PCR juga dibatasi oleh kebutuhan terhadap informasi yang spesifik terhadap patogen yang menjadi target PCR juga tidak dapat digunakan untuk mendeteksi jumlah jenis organisme yang banyak dalam suatu campuran secara simultan ELISA enzyme linked immunological assay adalah teknik biokimia yang digunakan untuk mendeteksi antibodi atau antigen dari sampel 55 56 Antibodi yang digunakan dipertemukan dengan enzim yang akan menghasilkan efek kromogenik atau fluoresensi yang akan memberikan tanda kehadiran bakteri dan seberapa besar jumlahnya tergantung waktu yang digunakan untuk melakukan pengayaan kultur Biosensor sunting Biosensor adalah metode yang dikembangkan untuk mendeteksi mikroorganisme dan toksin yang berbahaya Biosensor menggunakan bioreseptor seperti biokatalis bioafinitas dan reseptor hibrida untuk mengenali berbagai tanda khusus yang akan terikat dengan bioreseptor seperti enzim antibodi mikrob protein hormon asam nukleat dan sebagainya lalu transduser akan mengubah sinyal itu ke dalam informasi analitik kuantitatif 57 Prinsipnya sederhana patogen dideteksi berdasarkan karakteristiknya misalnya enzim yang dikeluarkannya Enzim itu akan berikatan dengan senyawa pengenal yang ada pada biosensor misalnya protein yang mampu membuat enzim itu bekerja Hal itulah yang dideteksi oleh biosensor Dan seberapa banyak hasil pekerjaan dari enzim yang menjadi target biosensor menunjukkan berbagai nilai kuantitatif seperti seberapa banyak patogen yang terdapat dalam bahan pangan seberapa berbahaya enzim tersebut jika enzim itu yang menjadikan bahan pangan beracun dsb Pengukuran jumlah zat yang dihasilkan oleh kerja enzim ataupun reaksinya diukur dengan berbagai tipe transduser seperti peralatan elektrokimia amperemeter potensiometer konduktimeter 58 yang mengukur mobilitas ion difusi elektron muatan kimia dsb termal 59 yang mengukur perubahan temperatur optis 60 yang mengukur absorpsi reflektansi atau emisi radiasi elektromagnetik dan piezoelektrik yang mengukur perubahan massa atau viskositas skala mikro Metode biosensor menjanjikan durasi pendeteksian antara 0 5 2 jam lamanyaKelemahan biosensor adalah kemungkinan adanya interaksi antara biosensor dengan bahan pangan kalibrasi perawatan sterilisasi tingkat reproduksi alat biosensor di pabrik dan biaya Spektrometri inframerah sunting nbsp Spektrum absorpsi inframerah untuk Salmonella enterica 61 Spektrometri inframerah adalah metode pemanfaatan spektrum yang dihasilkan dari pemancaran inframerah terhadap sampel Spektrum yang dihasilkan berupa tingkat reflektansi transmisi ataupun keduanya yang dapat ditangkap langsung atau tingkat absorbansi yang didapat dari hasil kalkulasi Setiap bakteri ragi dan mikroorganisme lainnya yang berada di dalam bahan pangan dapat dikarakterisasi menggunakan metode ini 62 Spektrum yang dihasilkan spesifik terhadap spesies dan strain bakteri tertentu Spesies yang tidak diketahui pun bisa diketahui keberadaannya dengan menganalisis spektrum yang didapat di mana setiap jenis komponen organik dari bakteri lipid protein hingga DNA akan mengabsorpsi inframerah pada frekuensi tertentu Referensi sunting IFT Institute of Food Technologists IFT expert report on emerging microbiological food safety issues Implications for control in the 21st century http members ift org pranala nonaktif permanen IFT Research IFTExpertReports microsfs report htm terakhir diunduh tanggal 12 Maret 2006 2002 L A Jaykus G R Acuff F Busta et al Managing food safety Use of performance standards and other critieria in food inspection systems An authoritative report of the Institute of Food Technologists October 2004 S Brul and P Coote Preservative agents in foods Mode of action and microbial resistance mechanisms Int J Food Microbiol 50 1 17 1999 a b J C Cheftel and J Culioli Review High pressure microbial inactivation and food preservation Food Sci Technol Int 1 7590 1995 D Farkas and D Hoover High pressure processing Kinetics of microbial inactivation for alternative food processing technologies J Food Sci Supplement 47 64 2000 R Ramaswamy V M Balasubramaniam and G Kaletunc High pressure processing fact sheet for food processors FST 1 04 Ohio State University Extension Columbus OH 2004 http ohioline pranala nonaktif permanen osu edu fse fact 0001 html Diunduh tanggal 12 Maret 2006 J P P M Smelt Recent advances in the microbiology of high pressure processing Trends Food Sci Technol 9 152 158 1988 K R Calci G K Meade R C Tezloff and D H Kingsley High pressure inactivation of hepatitis A virus within oysters Appl Environ Microbiol 71 339 343 2005 a b J L Bricher Process control Innovation in microbial interventions Food Safety Mag 11 29 33 2005a Kesalahan pengutipan Tanda lt ref gt tidak sah nama Bricher 2005a didefinisikan berulang dengan isi berbeda V M Balasubramaniam High pressure food preservation In Encyclopedia of Agricultural Food and Biological Engineering Dennis R Heldman ed Marcel Dekker Inc 490 496 2003 T Okazaki K Kakugawa T Yoneda and K Suzuki Inactivation behavior of heat resistant bacterial spores by thermal treatments combined with high hydrostatic pressure Food Sci Technol Res 6 204 207 2000 N R Reddy H M Solomon R C Tetzloff and E J Rhodehamel Inactivation of Clostridium botulinum Type A spores by high pressure processing at elevated temperature J Food Prot 66 1402 1407 2003 D Margosch M G Gazle M A Ehrmann and R F Vogel Pressure inactivation of Bacillus endospores Appl Env Microbiol 70 7321 7328 2004a S Rajan J Ahn V M Balasubramaniam and A E Yousef Combined pressure thermal inactivation kinetics of Bacillus amyloliquefaciens spores in egg patty mince J Food Prot 69 853 860 2006a a b c d e f M Patterson Under pressure A novel technology to kill microorganisms in foods Culture 25 2 5 2004 a b c d T Shigehisa T Ohmori A Saito S Taji and R Hayashi Effects of high hydrostatic pressure on characteristics pf pork slurries and inactivation of microorganisms associated with meat and meat products Int J Food Microbiol 12 207 216 1991 a b A Bayindirli H Alpas F Bozoglu and M Hizal Efficacy of high pressure treatment on inactivation of pathogen microorganisms and enzymes in apple orange apricot and sour juices Food Cont 17 52 58 2006 M W Ariefdjohan P E Nelson R K Singh A K Bhunia V M Balasubramaniam and N Singh Efficacy of high hydrostatic pressure treatment in reducing Escherichia coli O157 H7 and Listeria monocytogenes in alfalfa seeds J Food Sci 69 M117 M120 2004 Carlez J P Rosec N Richard and J C Chaftel High pressure inactivation of Citrobacter freundii Pseudomonas fluorescens and Listeria innocua in inoculated minced beef muscle Lebensm Wiss u Technol 26 357 363 1993 F Fioretto C Cruz A Largeteau T A Sarli G Demazeau and A El Moueffak Inactivation of Staphylococcus aureus and Salmonella enteritidis in tryptic soy broth and caviar samples by high pressure processing Braz J Med Biol Res 38 1259 1265 2005 S Y Lee R H Dougherty and D H Kang 2002 Inhibitory effects of high pressure and heat on Alicyclobacillus acidoterrestris spores in apple juice Appl Env Microbiol 68 4158 4161 2002 I van Opstal C F Bagamboula S C M Vanmuysen E Y Wuytack and C W Michiels Inactivation of Bacillus cereus spores in milk by mild pressure and heat treatments Int J Food Microbiol 92 227 234 2004 a b E Ananta V Heinz O Schluter and D Knorr Kinetic studies on high pressure inactivation of Bacillus stearothermophilus spores suspended in food matrices Inno Food Sci Emer Technol 2 261 272 2001 S Rajan V M Balasubramaniam and A E Yousef Inactivation of Bacillus stearothermophilus spores in egg patties by pressure assisted thermal processing Lebensm Wiss u Technol 39 844 851 2006b D Margosch M A Ehrmann M G Gazle and R F Vogel Comparison of pressure and heat resistance of Clostridium botulinum and other endospores in mashed carrots J Food Prot 67 2530 2537 2004b N R Reddy H M Solomon R C Tetzloff and E J Rhodehamel Inactivation of Clostridium botulinum Type A spores by high pressure processing at elevated temperature J Food Prot 66 1402 1407 2003 C E O Reilly P M O Connor A L Kelly T Beresford and P M Murphy Use of hydrostatic pressure for inactivation of microbial contamination in cheese Appl Environ Microbiol 66 4890 4896 2000 K R Calci G K Meade R C Tezloff and D H Kingsley High pressure inactivation of hepatitis A virus within oysters Appl Environ Microbiol 71 339 343 2005 a b D H Kingsley D Guan and D G Hoover Pressure inactivation of hepatitis A virus in strawberry puree and sliced green onions J Food Prot 68 1748 1751 2005 a b F Devlieghere L Vermeiren and J Debevere New preservation technologies Possibilities and limitations Int Dairy J 14 273 285 2004 Q Zhang G V Barbosa Canovas and B G Swanson Engineering aspects of pulses electric field pasteurization J Food Eng 25 261 281 1995 P Butz and B Tauscher Emerging technologies chemical aspects Food Res Int 35 279 284 2002 V Heinz I Alvarez A Angersbach and D Knorr Preservation of liquid foods by high intensity pulsed electric fields basic concepts for process design Trends Food Sci Technol 12 103 111 2001 H Vega Mercado O Martin Belloso B L Qin et al Non thermal food preservation Pulsed electric fields Trends in Food Sci Technol 8 151 157 1997 a b J Farkas Irradiation as a method for decontaminating food A review Int J Food Microbiol 44 189 204 1998 J Henkel Irradiation A safe measure for safer food FDA Consumer Publication No FDA 98 2320 1998 D W Thayer Ionizing irradiation treatment of food In Encyclopedia of Agricultural Food and Biological Engineering Dennis R Heldman ed Marcel Dekker Inc 536 539 2003 D G Olson Irradiation of food Food Technol 52 56 62 1998 J S Smith and S Pillai Irradiation and food safety Food Technol 58 48 55 2004 a b T Bintsis E Litopoulou Tzanetaki and R K Robinson Existing and potential applications of ultraviolet light in the food industry a critical review J Sci Food Agric 80 637 645 2000 W L Ferron A Eisenstark and D Mackay Distinction between far and near ultraviolet light killing of recombinationless recA Salmonella typhimurium Biochem Biophys Acta 277 651 658 1972 H Liltved and S J Cripps Removal of particle associated bacteria by prefiltration and ultraviolet irradiation Aquaculture Res 30 445 450 1999 P B Shah U S Shah and S C B Siripurapu Ultraviolet irradiation and laminar air flow systems for clean air in dairy plants Indian Dairyman 46 757 759 1994 WHO World Health Organization Ultraviolet radiation Environmental Health Criteria 160 Vammala 1994 Y Tanaka and K Kawaguchi Sterilization of vacuum packaged raw meat U S patent 4983411 1991 R A Stermer M Lasater Smith and C F Brasington Ultraviolet radiation an effective bactericide for fresh meat J Food Prot 50 108 111 1987 J G Kim A E Yousef and S Dave Application of ozone for enhancing the microbiological safety and quality of foods A review J Food Prot 62 1071 1087 1999 J G Kim A E Yousef and M A Khadre Ozone and its current and future application in the food industry Adv Food and Nutr Res 45 167 218 2003 M A Khadre and A E Yousef Sporicidal action of ozone and hydrogen peroxide a comparative study Int J Food Microbiol 71 131 138 2001 P Kennedy P Review of U S food recall data illuminates safety trends Silliker s e bulletin 3 2 http www silliker com html eResearch vol3issue2 php top Terakhir diunduh 12 Maret 2006 2005 a b J L Bricher Technology round up New frontiers in pathogen testing Food Safety Mag 11 36 77 2005b L B Blyn Biosensors and food protection Food Technol 60 36 41 2006 D Y C Fung D Y C Rapid methods and automation in microbiology Comprehen Rev Food Sci Food Saf 1 322 2002 W E Hill The polymerase chain reaction application for the detection of foodborne pathogens CRC Crit Rev Food Sci Nutr 36 123 173 1996 M R Adams and M O Moss Food Microbiology Second Edition Panima Publishing Corporation New Delhi 388 399 2003 J M Jay Modern food microbiology Fourth Edition Chapman amp Hall Inc New York p 147 2003 L D Mello and L T Kubota Review of the use of biosensors as analytical tools in the food and drink industries Food Chem 77 237 256 2002 D Ivnitski I Abdel Hamid P Atanasov E Wilkins and S Stricker Application of electrochemical biosensors for detection of food pathogenic bacteria Electroanal 12 317 325 2000 K Mosbach Thermal biosensors Biosen Bioelectron 6 179 182 1995 A G Rand J Ye C W Brown and S V Letcher Optical biosensors for food pathogen detection Food Technol 56 32 39 2002 N Baldauf L A Rodriguez Romo A E Yousef and L E Rodriguez Saona Identification and differentiation of selected Salmonella enterica serovars by Fourier transform mid infrared spectroscopy Appl Spectro 60 592 598 7 2006 L Mariey J P Signolle C Amiel and J Travert 2001 Discrimination classification identification of microorganisms using FTIR spectroscopy and chemometrics Vibrational spectroscopy 26 151 159 2001 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Teknik keamanan pangan amp oldid 18931312