www.wikidata.id-id.nina.az
Staphylococcus aureus S aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning bersifat anaerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 0 8 1 0 µm 1 2 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0 47 jam 3 S aureus merupakan mikroflora normal manusia 3 Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit 1 4 Keberadaan S aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier 1 Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang 1 Staphylococcus aureusPenyakitBintitPewarnaan GramGram positifTaksonomiSuperdomainBiotaSuperkerajaanProkaryotaKerajaanBacteriaSubkerajaanPosibacteriaFilumFirmicutesKelasBacilliOrdoBacillalesFamiliStaphylococcaceaeGenusStaphylococcusSpesiesStaphylococcus aureusRosenbach 1884lbsInfeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi di antaranya bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritits 1 Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik 1 S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengonversi H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal 1 Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat 1 Daftar isi 1 Mikrobiologi 2 Karakteristik S aureus 2 1 Quorum Sensing 3 Patogenisitas S aureus 4 Faktor Virulensi S aureus 4 1 Katalase 4 2 Koagulase 4 3 Hemolisin 4 4 Leukosidin 4 5 Toksin Eksfoliatif 4 6 Toksin Sindrom Syok Toksik TSST 4 7 Enterotoksin 5 Resistensi 5 1 Resisten penisilin 5 2 Resisten Metisilin Methicillin resistant S aureus MRSA 6 Kontrol 7 Referensi 8 Lihat pulaMikrobiologi SuntingS aureus termasuk bakteri osmotoleran yaitu bakteri yang dapat hidup di lingkungan dengan rentang konsentrasi zat terlarut contohnya garam yang luas dan dapat hidup pada konsentrasi NaCl sekitar 3 Molar 3 Habitat alami S aureus pada manusia adalah di daerah kulit hidung mulut dan usus besar di mana pada keadaan sistem imun normal S aureus tidak bersifat patogen mikroflora normal manusia 3 Karakteristik S aureus Sunting nbsp S aureus merupakan bakteri gram positif yang banyak ditemukan pada kulit manusia selaput lendir pada mulut hidung saluran pernapasan saluran pencernaan selain itu juga dapat ditemukan dalam air tanah susu makanan dan udara S aureus berbentuk bulat dan terlihat seperti untaian buah anggur ketika diamati dengan mikroskop S aureus merupakan sel yang berbentuk bulat dengan ukuran diameter 0 7 1 2 mikrometer tersusun dalam koloni yang tidak teratur pada biakan sering terlihat kokus yang tunggal berpasangan tetrad dan berbentuk rantai S aureus dapat tumbuh pada keadaan aerob sampai anaerob fakultatif namun pertumbuhan yang terbaik pada kondisi aerob Pertumbuhan optimal S aureus terjadi pada suhu 35 C 40 C dan paling cepat pada suhu 37 C dengan pH optimal 7 0 7 5 S aureus dapat memfermentasi karbohidrat antara lain glukosa dekstrosa mannitol sukrosa dan laktosa serta dapat menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas S aureus menghasilkan enzim koagulase dan enzim katalase yang bersifat hemolitik mereduksi nitrat menjadi nitrit S aureus relative resistan terhadap pengeringan panas S aureus tahan pada suhu 50 C selama 30 menit dan NaCl 7 8 S aureus juga menghasilkan enterotoksin yang dalam jumlah tertentu akan meracuni tubuh dan menyebabkan gastroenteteritis atau radang mukosa usus Menurut Spicer 2000 S aureus mempunyai 4 karakteristik khusus yaitu faktor virulensi yang menyebabkan penyakit berat pada normal hast faktor diferensiasi yang menyebabkan penyakit yang berbeda pada sisi atau tempat berbeda faktor persisten bakteri pada lingkungan dan manusia yang membawa gejala karier dan faktor resistensi terhadap berbagai antibiotik yang sebelumnya masih efektif Quorum Sensing Sunting S aureus memiliki kemampuan Quorum sensing menggunakan sinyal oligopeptida untuk memproduksi toksin dan faktor virulensi 3 Patogenisitas S aureus SuntingArtikel atau bagian mungkin perlu ditulis ulang agar sesuai dengan standar kualitas Wikipedia Anda dapat membantu memperbaikinya Halaman pembicaraan dari artikel ini mungkin berisi beberapa saran Menurut Warsa 1994 dalam Sri Agung F K 2009 sebagian bakteri Staphylococcus merupakan flora normal pada kulit saluran pernapasan dan saluran pencernaan makanan pada manusia Selain itu bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar S aureus yang patogen bersifat invasif menyebabkan hemolisis membentuk koagulase dan mampu meragikan mannitol Menurut Sri Agung F K 2009 Infeksi yang disebabkan oleh S aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S aureus di antaranya adalah bisul jerawat impetigo dan infeksi luka Infeksi yang lebih berat di antaranya pneumonia mastitis phlebitis meningitis infeksi saluran kemih osteomyelitis dan endocarditis S aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial keracunan makanan dan sindrom syok toksik Ryan et al 1994 Warsa 1994 Keracunan makanan yang disebabkan oleh kontaminasi enterotoksin dari S aureus waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan makanan adalah 1 0 µg gr makanan Sri Agung F K 2009 Gejala keracunan ditandai dengan mual muntah muntah dan diare yang hebat tanpa disertai demam Ryan et al 1994 Jawetz et al 1995 S aureus akan sangat bergantung pada kepekaan setiap individu terhadap toksin jumlah makanan tercemar yang dikonsumsi dan status kesehatan individu tersebut Pada umumnya makanan dapat tercemar dibawah suhu 4 C Gejala yang paling umum akibat keracunan enterotoksin adalah mual muntah kram pada perut abdomen dan diare Pada tingkatan yang lebih parah terjadi sakit kepala kram otot peningkatan denyut nadi perubahan tekanan darah dan kadang kadang sampai pingsan Cara untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan mengganti cairan garam dan mineral yang hilang akibat diare dan muntah Todar 2005 Faktor Virulensi S aureus SuntingArtikel atau bagian mungkin perlu ditulis ulang agar sesuai dengan standar kualitas Wikipedia Anda dapat membantu memperbaikinya Halaman pembicaraan dari artikel ini mungkin berisi beberapa saran S aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein termasuk enzim dan toksin contohnya Katalase Sunting Katalase merupakan enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap proses fagositosis Tes adanya aktivitas katalase menjadi pembeda genus Staphylococcus dari Streptococcus Ryan et al 1994 Brooks et al 1995 Koagulase Sunting Koagulase merupakan protein ekstraseluler yang dihasilkan oleh S aureus yang dapat menggumpalkan plasma dengan bantuan faktor yang terdapat dalam serum Fajar B L dan Siti Isrina O S 2015 Esterase yang dihasilkan dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan sehingga terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis Warsa 1994 Staphylococcus aureus mempunyai dua macam koagulase yaitu Sari Wijayanti 2009 1 Koagulase terikat atau faktor penjendalan yang terikat pada dinding sel bakteri Bila suspensi bakteri dicampur dengan plasma maka enzim tersebut dapat mengumpulkan fibrin yang ada di dalam plasma membentuk deposit pada permukaan selnya Kemampuan ini diduga untuk menghindarkan sel dari serangan sel fagosit hospes Koagulase ini dapat dideteksi dengan slide test Tes ini dilakukan untuk uji cepat atau screening 2 Koagulase bebas merupakan enzim ekstraseluler yang juga dapat menjendalkan fibrin Koagulase ini dapat dideteksi dengan uji tabung yang memberikan hasil lebih baik daripada slide test Anonim 2006 Hemolisin Sunting Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di sekitar koloni bakteri Hemolisin pada S aureus terdiri dari alfa hemolisin beta hemolisin dan delta hemolisin Alfa hemolisin merupakan toksin yang bertanggung jawab terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloni S aureus pada medium darah toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan manusia Beta hemolisin yaitu toksin yang terutama dihasilkan Staphylococcus yang diisolasi dari hewan yang menyebabkan lisis pada sel darah merah domba dan sapi Sedangkan delta hemolisin merupakan toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba Warsa 1994 Leukosidin Sunting Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan Tetapi perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas karena Staphylococcus patogen tidak dapat mematikan sel sel darah putih manusia dan dapat difagositosis Jawetz et al 1995 Toksin Eksfoliatif Sunting Toksin eksfoliatif mempunyai proteolitik dan dapat melarutkan matriks mukopolisakarida epidermis sehingga menyebabkan pemisahan intraepithelial pada ikatan sel di stratum granulosum Toksin eksfoliatif merupakan penyabab Staphylococcal Scalded Skin Syndrome yang ditandai melepuhnya kulit Warsa 1994 Toksin Sindrom Syok Toksik TSST Sunting Sebagian besar galur S aureus yang diisolasi dari penderita sindrom syok toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik Pada manusia toksin ini dapat menyebabkan demam syok ruam kulit dan gangguan multisistem organ dalam tubuh Ryan et al 1994 Jawetz et al 1995 Enterotoksin Sunting Enterotoksin merupakan enzim yang tahan terhadap panas dan tahan terhadap suasana basa di dalam usus Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan di dalam usus Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan makanan yang mengandung karbohidrat dan protein Jawetz et al 1995 Resistensi SuntingResisten penisilin Sunting Hampir semua isolat S aureus resisten terhadap penisilin G 2 Hal ini disebabkan oleh keberadaan enzim b laktamase yang dapat merusak struktur b laktam pada penisilin 2 Untuk mengatasi hal ini dapat digunakan penisilin yang bersifat resisten b laktamase contohnya nafcillin atau oksasilin 2 Resisten Metisilin Methicillin resistant S aureus MRSA Sunting Sebagian isolat S aureus resisten terhadap methisilin karena adanya modifikasi protein pengikat penisilin 2 Protein ini mengodekan peptidoglikan transpeptidase baru yang mempunyai afinitas rendah terhadap antibiotic b laktam sehingga terapi b laktam tidak responsif 2 Salah satu contoh antibiotik yang digunakan terhadap MRSA adalah vankomisin 5 Kontrol SuntingTidak ada vaksin yang efektif terhadap S aureus 2 Kontrol infeksi lebih ditujukan pada tindakan menjaga kebersihan contohnya mencuci tangan 2 Referensi Sunting a b c d e f g h Madigan MT Martinko JM Dunlap PV Clark DP 2008 Biology of Microorganisms 12th edition San Francisco Pearson a b c d e f g h WHO World Health Organization 2004 Guidelines for Drinking water Quality 3rd Edition Geneva World Health Organization a b c d e Inggris Prescott LM Harley JP Klein DA 2002 Microbiology 5th Ed Boston McGraw Hill Honeyman AL Friedman H Bendinelli M 2001 Staphylococcus aureus Infection and Disease New York Plenum Publishers Pollard AJ McCracken GH Finn A 2004 Hot Topics in Infection and Immunity in Children USA Springer Science and Business Media Inc Aprilia P R Santoso S A B amp Harjanti D W 2016 Jumlah Staphylococcus aureus dan kandungan nutrien susu akibat dipping puting menggunakan ekstrak daun belimbing wuluh Averrhoa bilimbi Linn pada sapi perah penderita mastitis subklinis Jurnal Ilmu Ilmu Peternakan Indonesian Journal of Animal Science 26 1 43 51 Agung Fitri Kusuma Sri 2009 Staphylococcus aureus Jatinangor Apt Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Cahyono D 2013 Kajian Kualitas Mikrobiologis Total Plate Count Tpc Enterobacteriaceae Dan Staphylococcus Aureus Susu Sapi Segar Di Kecamatan Krucil Kababupaten Probolinggo Doctoral dissertation Universitas Brawijaya Herlina N F Afiati A D Cahyo P D Herdiyani Q amp Tappa B 2015 Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus aureus dari Susu Masitis Subklinis di Tasikmalaya Jawa Barat In Prosesing Seminar Nasional Masyarakat Biodiversi Indonesia Vol 1 No 3 pp 413 417 Lestari F B amp Salasia S I O Karakterisasi Staphylococcus aureus Isolat Susu Sapi Perah Berdasar Keberadaan Protein A pada Media Serum Soft Agar terhadap Aktivitas Fagositosis Secara In Vitro Jurnal Sain Veteriner 33 2 2 3 Miskiyah M 2011 Kajian standar nasional Indonesia susu cair di Indonesia Jurnal Standardisasi 13 1 1 7 Wasitaningrum I D A 2009 Uji resistensi bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dari isolat susu sapi segar terhadap beberapa antibiotik Doctoral dissertation Universitas Muhammadiyah Surakarta Wijayanti S 2009 Identifikasi dan Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri Susu Sapi Segar dari Koperasi Unit Desa di Kabupaten Boyolali Doctoral dissertation Univerversitas Muhammadiyah Surakarta Tamam Mh Badrut Ciri Ciri Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus Online Tersedia https generasibiologi com 2016 10 ciri ciri morfologi bakteri staphylococcus aureus html internet 01 Juni 2021 Lihat pula Sunting nbsp Wikimedia Commons memiliki media mengenai Staphylococcus aureus nbsp Wikispecies mempunyai informasi mengenai Staphylococcus aureus Gram positif Mikrobiologi Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Staphylococcus aureus amp oldid 23671527