www.wikidata.id-id.nina.az
Aceh bahasa Belanda Atchin atau Acheh bahasa Inggris Achin bahasa Prancis Achen atau Acheh bahasa Arab Asyi bahasa Portugis Achen atau Achem Hanzi A tsi atau Ache 1 2 yang sekarang dikenal sebagai provinsi Aceh diperkirakan memiliki substrat lapis bawah dari rumpun bahasa Mon Khmer 3 dengan pembagian daerah bahasa lain seperti bagian selatan menggunakan bahasa Aneuk Jame sedangkan bagian Tengah Tenggara dan Timur menggunakan bahasa Gayo untuk bagian tenggara menggunakan bahasa Alas seterusnya bagian timur lebih ke timur lagi menggunakan bahasa Tamiang demikian dengan kelompok etnis Kluet yang berada bagian selatan menggunakan bahasa Kluet sedangkan di Simeulue menggunakan bahasa Simeulue akan tetapi masing masing bahasa setempat tersebut dapat dibagi pula menjadi dialek Bahasa Aceh misalnya adalah berbicara dengan sedikit perbedaan di Aceh Besar di Pidie dan di Aceh Utara Demikian pula dalam bahasa Gayo ada Gayo Lut Gayo Deret dan dialek Gayo Lues dan kelompok etnis lainnya Singkil yang berada bagian tenggara Tanoh Alas menggunakan bahasa Singkil sumber sejarah lainnya dapat diperoleh antara lain seperti dari Hikayat Aceh Hikayat Rajah Aceh dan Hikayat Prang Sabi yang berasal dari sejarah narasi yang kemudian umumnya ditulis dalam naskah naskah aksara Jawi Jawoe Namun sebagaimana kelemahan dari sejarah narasi yang berdasarkan pinutur ternyata menurut Prof Ibrahim Alfian bahwa naskah Hikayat Prang Sabi Aceh Hikayat Perang Sabil mempunyai banyak versi dan satu dengan yang lain terdapat perbedaan demikian pula dengan naskah Hikayat Perang Sabil versi tahun 1710 yang berada di perpustakaan Universitas Leiden di negeri Belanda 4 Ada yang percaya bahwa asal usul orang Aceh adalah suku Mantir atau dalam bahasa Aceh Mantee 5 yang dikaitkan dengan Mantra di Malaka dan orang berbahasa Mon Khmer 6 Menurut sumber sejarah narasi lainnya disebutkan bahwa terutama penduduk Aceh Besar tempat kediamannya di kampung Seumileuk yang juga disebut kampung Rumoh Dua Blaih desa Rumoh 12 letaknya di atas Seulimeum antara kampung Jantho dengan Tangse Seumileuk artinya dataran yang luas dan Mantir kemudian menyebar ke seluruh lembah Aceh tiga segi dan kemudian berpindah pindah ke tempat tempat lain 7 Daftar isi 1 Budaya 2 Sejarah awal 3 Samudera Pasai 3 1 Era Malik Al Saleh 3 2 Politik Samudera Pasai bertentangan dengan Politik Gajah Mada 4 Kesultanan Aceh 4 1 Era Sultan Iskandar Muda 4 2 Aceh melawan Portugis 4 3 Hubungan dengan Barat 4 3 1 Inggris 4 3 2 Belanda 4 3 3 Utsmaniyah 4 3 4 Prancis 4 4 Pasca Sultan Iskandar Thani 5 Datangnya pihak kolonial 6 Perang Aceh 7 Surat tanda penyerahan 8 Bangkitnya nasionalisme 9 Perang Dunia II 10 Masa Republik Indonesia 10 1 Kedudukan Aceh di dalam Republik Indonesia Serikat 10 2 Kembali ke Negara Kesatuan 10 3 Maklumat Negara Islam Indonesia Aceh 10 4 Daud Beureueh menyerah 10 5 Hasan Di Tiro mendeklarasi Negara Aceh Sumatra 11 Akhir konflik 12 Rujukan 13 Bacaan lain 14 Pranala luar 15 Lihat pulaBudaya SuntingPengelompokan budaya dalam empat pembagian budaya berdasarkan kaum kawom atau disebut pula sebagai suku sukee besar mengikuti penelusuran antara lain melalui bahasa purba yakni 5 8 9 Kaum Lhee Reutoh kaum sukee tiga ratus yang berasal dari budaya Mantee sebagai penduduk asli Kaum Imeuem Peuet kaum sukee imam empat yang berasal dari India selatan yang beragama Hindu Kaum Tok Batee kaum sukee yang mencukupi batu yang datang kemudian berasal dari berbagai etnis Eurasian Asia Timur dan Arab Kaum Ja Sandang kaum sukee penyandang yaitu para imigran India yang umumnya telah memeluk agama Islam Sejarah awal Sunting nbsp Lokasi Aceh BesarDalam sumber buku kronik kerajaan Liang 10 dan kerajaan Sui 11 di Tiongkok pernah disebutkan sekitar tahun 506 sampai 581 Masehi terdapat kerajaan Poli yang wilayah kekuasaannya meliputi Aceh Besar 12 13 sedangkan dalam Nagarakṛtagama di sebut sebagai Kerajaan Lamuri 14 yang dalam sumber sejarah Arab disebut dengan Lamkrek Lam Urik Rami Ramni sedangkan dan dalam sumber sejarah Tiongkok lainnya disebut pula dengan nama Lan Li Lan wuli atau Lan Wo Li dengan pelabuhan laut bernama Ilamuridesam sebagaimana juga pernah disingahi dan ditulis oleh Marco Polo 1292 asal Venesia dalam buku perjalanan pulang dari Tiongkok menuju ke Persia Iran 15 16 saat itu masih berada di bawah pengaruh kedaulatan kerajaan Sriwijaya di bawah wangsa dinasti Syailendra dengan raja pertamanya Balaputradewa yang berpusat di Palembang Sumatera Selatan yang kuat dan daerah kekuasaannya meluas meliputi Tulang Bawang Pulau Bangka Jambi Genting Kra dan pulau Jawa yang kemudian membangun Borobudur 17 nbsp Rute perdagangan di Asia Timur Selatan pada abad kedua belas Ketika kerajaan Sriwijaya sedang mencapai puncak kejayaannya dan kemakmurannya yang memainkan peran penentu dengan menetapkan pola perdagangan terdiri atas tiga lapisan yakni pelabuhan dan pergudangan utama pada Palembang sedangkan pelabuhan dan pergudangan sub regional seperti Ilamuridesam Lamuri Takuapa Kedah Jambi dan Lampung selanjutnya diikuti Sungsang serta beberapa pelabuhah kecil lainnya menggunakan alur sungai Musi di mana dalam hegemoni alur perdagangan ini kerajaan mendapatkan upeti berkemakmuran ternyata mengundang kedatangnya ekspedisi armada dari raja Rajendra Chola dari Chola India selatan pada tahun 1025 dengan melakukan serangan kepada seluruh pelabuhan pelabuhan di Sriwijaya termasuk Ilamuridesam Lamuri dan Takuapa Kedah yang dihancurkan menjadi sunyi seperti yang diriwayatkan dalam prasasti Tanjore 1030 di India yang mengatakan bahwa dalam mengirimkan sejumlah kapal yang sangat besar ke tengah tengah laut lepas yang bergelombang sekaligus menghancurkan armada gajahnya yang besar dari kerajaan melayu Sriwijaya dan merampas harta benda yang sangat banyak berikut pintu gerbang ratna mutu manikam terhias sangat permai pintu gerbang batu batu besar permata dan akhirnya Raja Sriwijaya yang bernama Sanggrama Wijayatunggawarman dapat ditawan kemudian dilepas setelah mengaku takluk 18 tak lama kemudian armada Chola kembali kenegerinya sedangkan sejumlah lainnya menetap dan menjadi bagian dari penduduk dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa penyerangan tersebut lebih ditujukan untuk mengamankan atau pengambil alihan jalur perdagangan pada selat Malaka yang pada waktu itu sudah merupakan jalur perdagangan internasional yang penting daripada melakukan sebuah pendudukan dikala kekuatan militer dan diplomasi Sriwijaya sedang melemah 19 karena lebih tertuju pada perkembangan perdagangan 20 sejak kekalahan ini kewibawaan kerajaan Sriwijaya mulai menurun dengan dratis yang memberikan peluang bagi kerajaan kerajaan yang dahulu berada di bawah kedaulatan Sriwijaya yang mulai memperbesar dan memperoleh kembali kedaulatan penuh Walaupun demikian keberadaan Sriwijaya baru berakhir pada tahun 1377 Samudera Pasai SuntingArtikel utama Kesultanan Samudera Pasai kerajaan Islam Samudera Pasai di Aceh dengan rajanya Malik Al Saleh dan diteruskan oleh cucunya Malik Al Zahir Era Malik Al Saleh Sunting Sebelum Dinasti Usmaniyah di Turki berdiri pada tahun 699 H 1341 H atau bersamaan dengan tahun 1385 M 1923 M ternyata nun jauh di belahan dunia sebelah timur di dunia bagian Asia telah muncul Kerajaan Islam Samudera Pasai yang berada di wilayah Aceh yang didirikan oleh Meurah Silu Meurah berarti Maharaja dalam bahasa Aceh yang segera berganti nama setelah masuk Islam dengan nama Malik al Saleh yang meninggal pada tahun 1297 Di mana penggantinya tidak jelas namun pada tahun 1345 Samudera Pasai diperintah oleh Malik Al Zahir cucu Malik al Saleh Menurut Hikayat Raja raja Pasai kerajaan ini juga pernah diserang oleh tentara siam pada zaman pemerintahan Sultan Maliku l Nassar dan serangan tersebut berhasil dihalau saat Sultan Maliku l Mahmud tiba dan berhasil membunuh pimpinan Pasukan Siam Talak Sejang 21 Politik Samudera Pasai bertentangan dengan Politik Gajah Mada Sunting Gajah Mada yang diangkat sebagai patih di Kahuripan 1319 1321 oleh Jayanagara dari Majapahit Dan pada tahun 1331 naik pangkat Gajah Mada menjadi mahapatih Majapahit yang diangkat oleh Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi mahapatih Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan sumpah palapa yang berisikan dia tidak akan menikmati palapa sebelum seluruh usantara berada di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit Menurut Hikayat Raja raja Pasai diberitakan serangan Majapahit ke Pasai pada zaman pemerintahan Sultan Ahmad Perumudal Perumal Kemungkinan serangan oleh Majapahit terjadi tahun 1350 atau 1361 bersamaan dengan serangan ke Jambi amp Palembang 22 Gajah Mada Mati di Manyak Pahet Sebuah Kampung mengganti nama Gajah Mada yang Gagal Ekspedisinya ke Aceh kampung tersebut berada di Kabupaten Aceh Tamiang Gajah Mada di Gagalkan Oleh Pasukan Kerajaan Samudera Pasai Pada abad ke 14 Sriwijaya telah digantikan oleh kerajaan Dharmasraya di Sumatra Hal ini dikarenakan Sriwijaya telah melemah setelah serangan Kerajaan Chola dari India pada 1025 menjadikan Dharmasraya sebagai tujuan Ekspedisi Pamalayu oleh Singasari di Pulau Sumatra pada tahun 1275 berdasarakan Prasasti Padang Roco dan Serat Pararaton Kesultanan Aceh SuntingArtikel utama Kesultanan Aceh Era Sultan Iskandar Muda Sunting Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa kejayaannya Menurut seorang penjelajah asal Prancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh pada zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau Sumatra Timur hingga Perak di semenanjung Malaysia Aceh merupakan salah satu bangsa di pulau Sumatra yang memiliki tradisi militer dan pernah menjadi bangsa terkuat di Selat Malaka yang meliputi wilayah Sumatra dan Semenanjung Melayu ketika di bawah kekuasaan Iskandar Muda Sultan Iskandar Muda kemudian menikah dengan seorang putri dari Kesultanan Pahang Putri ini dikenal dengan nama Putroe Phang Konon karena terlalu cintanya sang Sultan dengan istrinya Sultan memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali Taman Istana sebagai tanda cintanya Kabarnya sang puteri selalu sedih karena memendam rindu yang amat sangat terhadap kampung halamannya yang berbukit bukit Oleh karena itu Sultan membangun Gunongan untuk mengubati rindu sang puteri Hingga saat ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi Aceh melawan Portugis Sunting Ketika Kesultanan Samudera Pasai dalam krisis maka Kesultanan Malaka yang muncul di bawah Parameswara Paramisora yang berganti nama setelah masuk Islam dengan panggilan Iskandar Syah Kerajaan Islam Malaka ini maju pesat sampai pada tahun 1511 ketika Portugis di bawah pimpinan Afonso DAlbuquerque dengan armadanya menaklukan Malaka Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis kembali Aceh bangkit di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah 1514 1528 Yang diteruskan oleh Sultan Salahuddin 1528 1537 Sultan Alauddin Riayat Syahal Kahar 1537 1568 Sultan Ali Riyat Syah 1568 1573 Sultan Seri Alam 1576 Sultan Muda 1604 1607 Sultan Iskandar Muda gelar marhum mahkota alam 1607 1636 Semua serangan yang dilancarkan pihak Portugis untuk menguasai aceh dapat ditangkis Disisi lain Aceh juga melakukan berbagai serangan untuk menggulingkan Portugis di Malaka yang meghambat ekspansi Portugis di asia tenggara Hubungan dengan Barat Sunting Inggris Sunting Pada abad ke 16 Ratu Inggris Elizabeth I mengirimkan utusannya bernama Sir James Lancester kepada Kerajaan Aceh dan mengirim surat yang ditujukan Kepada Saudara Hamba Raja Aceh Darussalam serta seperangkat perhiasan yang tinggi nilainya Sultan Aceh kala itu menerima maksud baik saudarinya di Inggris dan mengizinkan Inggris untuk berlabuh dan berdagang di wilayah kekuasaan Aceh Bahkan Sultan juga mengirim hadiah hadiah yang berharga termasuk sepasang gelang dari batu rubi dan surat yang ditulis di atas kertas yang halus dengan tinta emas Sir James pun dianugerahi gelar Orang Kaya Putih Sultan Aceh pun membalas surat dari Ratu Elizabeth I Berikut cuplikan isi surat Sultan Aceh yang masih disimpan oleh pemerintah kerajaan Inggris tertanggal tahun 1585 Sayalah sang penguasa perkasa Negeri negeri di bawah angin yang terhimpun di atas tanah Aceh dan atas tanah Sumatra dan atas seluruh wilayah wilayah yang tunduk kepada Aceh yang terbentang dari ufuk matahari terbit hingga matahari terbenam Hubungan yang mesra antara Aceh dan Inggris dilanjutkan pada masa Raja James I dari Inggris dan Skotlandia Raja James mengirim sebuah meriam sebagai hadiah untuk Sultan Aceh Meriam tersebut hingga kini masih terawat dan dikenal dengan nama Meriam Raja James Belanda Sunting Selain Kerajaan Inggris Pangeran Maurits pendiri dinasti Oranje juga pernah mengirim surat dengan maksud meminta bantuan Kesultanan Aceh Darussalam Sultan menyambut maksud baik mereka dengan mengirimkan rombongan utusannya ke Belanda Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuanku Abdul Hamid Dalam kunjungannya Tuanku Abdul Hamid sakit dan akhirnya meninggal dunia Ia dimakamkan secara besar besaran di Belanda dengan dihadiri oleh para pembesar pembesar Belanda Namun karena orang Belanda belum pernah memakamkan orang Islam maka dia dimakamkan dengan cara agama Nasrani di pekarangan sebuah gereja Kini di makam dia terdapat sebuah prasasti yang diresmikan oleh Mendiang Yang Mulia Pangeran Bernhard suami mendiang Ratu Juliana dan Ayah Yang Mulia Ratu Beatrix Utsmaniyah Sunting Pada masa Iskandar Muda Kerajaan Aceh mengirim utusannya untuk menghadap Sultan Utsmaniyah yang berkedudukan di Istanbul Karena saat itu Sultan Utsmaniyah sedang gering maka utusan Kerajaan Aceh terluntang lantung demikian lamanya sehingga mereka harus menjual sedikit demi sedikit hadiah persembahan untuk kelangsungan hidup mereka Lalu pada akhirnya ketika mereka diterima oleh sang Sultan persembahan mereka hanya tinggal Lada Sicupak atau Lada sekarung Namun sang Sultan menyambut baik hadiah itu dan mengirimkan sebuah meriam dan beberapa orang yang cakap dalam ilmu perang untuk membantu kerajaan Aceh Meriam tersebut pula masih ada hingga kini dikenal dengan nama Meriam Lada Sicupak Pada masa selanjutnya Sultan Utsmaniyah mengirimkan sebuah bintang jasa kepada Sultan Aceh meriam tersebut menurut informasi kini berada di desa Blang Balok kecamatan peureulak sumber MAA Atim Pada 1565 Kesultanan Turki Usmani mengirimkan ekspedisi untuk membantu Kesultanan Aceh memerang Portugis di Malaka Ekspedisi ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan utusan Aceh dengan Sultan Turki Usmani Sulaiman pada tahun 1564 23 Ekspedisi Usmani pertama dipimpin oleh Kurtoglu Hizir Reis yang tediri dari 15 kapal dengan berbagai meriam artileri 24 Prancis Sunting Kerajaan Aceh juga menerima kunjungan utusan Kerajaan Prancis Utusan Raja Prancis tersebut semula bermaksud menghadiahkan sebuah cermin yang sangat berharga bagi Sultan Aceh Namun dalam perjalanan cermin tersebut pecah Akhirnya mereka mempersembahkan serpihan cermin tersebut sebagai hadiah bagi sang Sultan Dalam bukunya Denys Lombard mengatakan bahwa Sultan Iskandar Muda amat menggemari benda benda berharga Pada masa itu Kerajaan Aceh merupakan satu satunya kerajaan Melayu yang memiliki Balee Ceureumeen atau Aula Kaca di dalam Istananya Menurut Utusan Prancis tersebut Istana Kesultanan Aceh luasnya tak kurang dari dua kilometer Istana tersebut bernama Istana Dalam Darud Donya kini Meuligo Aceh kediaman Gubernur Di dalamnya meliputi Medan Khayali dan Medan Khaerani yang mampu menampung 300 ekor pasukan gajah Sultan Iskandar Muda juga memerintahkan untuk memindahkan aliran Sungai Krueng Aceh hingga mengaliri istananya sungai ini hingga sekarang masih dapat dilihat mengalir tenang di sekitar Meuligoe Di sanalah sultan acap kali berenang sambil menjamu tetamu tetamunya Pasca Sultan Iskandar Thani Sunting Kerajaan Aceh sepeninggal Sultan Iskandar Thani mengalami kemunduran yang terus menerus Hal ini disebabkan kerana naiknya empat Sultanah berturut turut sehingga membangkitkan amarah kaum Ulama Wujudiyah Padahal Seri Ratu Safiatudin Seri Ta jul Alam Syah Berdaulat Zilullahil Filalam yang merupakan Sultanah yang pertama adalah seorang wanita yang amat cakap Ia merupakan puteri Sultan Iskandar Muda dan Isteri Sultan Iskandar Thani Ia juga menguasai 6 bahasa Spanyol Belanda Aceh Melayu Arab dan Persia Saat itu di dalam Parlemen Aceh yang beranggotakan 96 orang 1 4 di antaranya adalah wanita Perlawanan kaum ulama Wujudiyah berlanjut hingga datang fatwa dari Mufti Besar Mekkah yang menyatakan keberatannya akan seorang wanita yang menjadi Sultanah Akhirnya berakhirlah masa kejayaan wanita di Aceh Datangnya pihak kolonial SuntingKesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke 16 pertama dengan Portugal lalu sejak abad ke 18 dengan Britania Raya Inggris dan Belanda Pada akhir abad ke 18 Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di Kedah dan Pulau Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya Pada tahun 1824 Perjanjian Britania Belanda ditandatangani Britania menyerahkan wilayahnya di Sumatra kepada Belanda Pihak Britania mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka meskipun hal ini tidak benar Pada tahun 1871 Britania membiarkan Belanda untuk menjajah Aceh kemungkinan untuk mencegah Prancis dari mendapatkan kekuasaan di kawasan tersebut Perang Aceh SuntingArtikel utama Perang Aceh Tahun 1873 pecah perang Aceh melawan Belanda Perang Aceh disebabkan karena Belanda menduduki daerah Siak Akibat dari perjanjian Siak 1858 Di mana Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli Langkat Asahan dan Serdang kepada Belanda padahal daerah daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda ada di bawah kekuasaan Aceh Belanda melanggar Siak maka berakhirlah perjanjian London 1824 Di mana isi perjanjian London adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang batas batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Sinagpura Keduanya mengakui kedaulatan Aceh Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya sehingga kapal kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan Aceh Perbuatan Aceh ini disetujui Inggris karena memang Belanda bersalah Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalulintas perdagangan Dibuatnya Perjanjian Sumatra 1871 antara Inggris dan Belanda yang isinya Inggris memberika keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Sumatra Belanda mengizinkan Inggris bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guinea Barat kepada Inggris Akibat perjanjian Sumatra 1871 Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika Italia Turki di Singapura Dan mengirimkan utusan ke Turki 1871 Akibat hubungan diplomatik Aceh dengan Konsul Amerika Italia dan Turki di Singapura Belanda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh Wakil Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tengtang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873 setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik Sebuah ekspedisi dengan 3 000 serdadu yang dipimpin Mayor Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler dikirimkan pada tahun namun ekspedisi tersebut berhasil dikalahkan tentara Aceh di bawah pimpinan Panglima Polem dan Sultan Machmud Syah yang telah memodernisasikan senjatanya dan bahkan Kohler sendiripun tewas tertembak di depan Mesjid Raya Baiturrahman pada tanggal 10 April 1873 Ekspedisi kedua di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten berhasil merebut istana sultan Ketika Sultan Machmud Syah wafat pada tanggal 26 Januari 1874 digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawood yang dinobatkan sebagai sultan Aceh di mesjid Indrapuri Pada 13 Oktober 1880 pemerintah kolonial setelah berhasil menguasai istana menyatakan pada dunia bahwa Aceh telah ditaklukan dan perang telah berakhir namun pernyataan pemerintah belanda ternyata salah besar perang Aceh terus berlanjut secara gerilya dengan semangat fisabilillah terus berkobar diseluruh Aceh perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1942 menjelang Jepang datang Pada masa perang dengan Belanda Kesultanan Aceh meminta bantuan kepada perwakilan Amerika Serikat di Singapura yang disinggahi Panglima Tibang Muhammad dalam perjalanannya menuju Pelantikan Kaisar Napoleon III dari Prancis Aceh juga mengirim Habib Abdurrahman azh Zhahir untuk meminta bantuan kepada Kesultanan Utsmaniyah Namun Turki Utsmani kala itu sedang menghadapi invasi rusia yang mencaplok kawasanya seperti uzbekistan dan lain lain Sedangkan Amerika Serikat menolak campur tangan dalam urusan Aceh dan Belanda Perang kembali berkobar pada tahun 1883 Pasukan Belanda berusaha membebaskan para pelaut Britania Raya yang sedang ditawan disalah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh dan menyerang kawasan tersebut Sultan Aceh menyerahkan para tawanan dan menerima bayaran yang cukup besar sebagai gantinya Sementara itu Menteri Perang Belanda August Willem Philip Weitzel kembali menyatakan perang terbuka melawan Aceh Belanda kali ini meminta bantuan para pemimpin setempat di antaranya Teuku Umar Teuku Umar diberikan gelar panglima perang besar dan pada 1 Januari 1894 bahkan menerima dana bantuan Belanda untuk membangun pasukannya Ternyata dua tahun kemudian Teuku Umar malah menyerang Belanda dengan pasukan baru tersebut Dalam perang gerilya ini Teuku Umar bersama Panglima Polem dan Sultan terus tanpa pantang mundur Tetapi pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van Der Dussen di Meulaboh Teuku Umar gugur Tetapi Cut NyaK Dhien istri Teuku Umar tampil menjadi komandan perang gerilya Pada tahun 1892 dan 1893 pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh Dr Christiaan Snouck Hurgronje seorang ahli Islam dari Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama bukan kepada sultan Saran ini ternyata berhasil Dr Snouck Hurgronye yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh Hasil kerjanya itu dibukukan dengan judul Rakyat Aceh De Atjehers Dalam buku itu disebutkan rahasia bagaimana untuk menaklukkan Aceh Isi nasihat Snouck Hurgronje kepada Gubernur Militer Belanda yang bertugas di Aceh adalah Mengesampingkan golongan Keumala yaitu Sultan yang berkedudukan di Keumala beserta pengikutnya Senantiasa menyerang dan menghantam kaum ulama Jangan mau berunding dengan para pimpinan gerilya Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya Menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh dengan cara mendirikan langgar masjid memperbaiki jalan jalan irigasi dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh Pada tahun 1898 Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh pada 1898 1904 kemudian Dr Snouck Hurgronye diangkat sebagai penasihatnya dan bersama letnannya Hendrikus Colijn kelak menjadi Perdana Menteri Belanda merebut sebagian besar Aceh Sultan Muhammad Daudsyah akhirnya terpaksa meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istrinya anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda Belanda menggunakan strategi licik dengan menekan menangkap keluarga sultan pejuang Aceh untuk melemahkan perjuangan mereka setelah penyerahan diri sultan perjuangan mempertahankan kedaulatan Aceh dilanjutkan oleh Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman setelah mendapat mandat sebagai wali nanggroe dari sultan Muhammad Daudsyah sebelum menyerahkan diri 1904 Strategis licik penculikan anggota keluarga Pejuang teuntara Aceh Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe 1902 Van der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim Akibatnya Sultan menyerah pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli dan berdamai Van der Maaten dengan diam diam menyergap Tangse kembali Panglima Polem dapat meloloskan diri tetapi sebagai gantinya ditangkap putera Panglima Polem Cut Po Raden saudara perempuannya dan beberapa keluarga terdekatnya Akibatnya Panglima Polem meletakkan senjata dan menyerah ke Lhokseumawe 1903 Akibat Panglima Polem menyerah banyak penghulu penghulu rakyat yang menyerah mengikuti jejak Panglima Polem Taktik licik selanjutnya pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan di bawah pimpinan Van Daalen yang menggantikan Van Heutz Seperti pembunuhan di Kuta Reh 14 Juni 1904 di mana 2922 orang dibunuhnya yang terdiri dari 1773 laki laki 1149 perempuan dan anak anak Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya walaupun kondisi fisik telah sangat lemah bahkan matapun telah buta Cut Nyak Dhien akahir dapat ditangkap setelah pengawal kepercayaannya melakukan perjanjian rahasia dengan belanda Cut nyak Dhien kemudian diasingkan dan meninggal dikemumikan di Sumedang Jawa Barat Surat tanda penyerahan SuntingVan Heutz telah menciptakan surat pendek penyerahan yang harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang telah tertangkap dan menyerah yang isinya Raja Sultan mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah Hindia Belanda Raja berjanji tidak akan mengadakan hubungan dengan kekuasaan di luar negeri Berjanji akan mematuhi seluruh perintah perintah yang ditetapkan Belanda RH Saragih J Sirait M Simamora Sejarah Nasional 1987 Bangkitnya nasionalisme SuntingSementara pada masa kekuasaan Belanda bangsa Aceh mulai mengadakan kerjasama dengan wilayah wilayah lain di Indonesia dan terlibat dalam berbagai gerakan nasionalis dan politik Sarekat Islam sebuah organisasi dagang Islam yang didirikan di Surakarta pada tahun 1912 tiba di Aceh pada sekitar tahun 1917 Ini kemudian diikuti organisasi sosial Muhammadiyah pada tahun 1923 Muhammadiyah membangun sebuah sekolah Islam di Kutaraja kini bernama Banda Aceh pada tahun 1929 Kemudian pada tahun 1939 Partai Indonesia Raya Parindra membukan cabangnya di Aceh menjadi partai politik pertama di sana Pada tahun yang sama para ulama mendirikan PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh sebuah organisasi anti Belanda Perang Dunia II SuntingAceh kian hari kian terlibat dalam gerakan nasionalis Indonesia Saat Volksraad parlemen dibentuk Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh Nyak Arif lalu dilantik sebagai residen Aceh oleh gubernur Sumatra pertama Mr Teuku Muhammad Hasan Seperti banyak penduduk Indonesia dan Asia Tenggara lainnya rakyat Aceh menyambut kedatangan tentara Jepang saat mereka mendarat di Aceh pada 12 Maret 1942 karena Jepang berjanji membebaskan mereka dari penjajahan Namun ternyata pemerintahan Jepang tidak banyak berbeda dari Belanda Jepang kembali merekrut para uleebalang untuk mengisi jabatan Gunco dan Sunco kepala adistrik dan subdistrik Hal ini menyebabkan kemarahan para ulama dan memperdalam perpecahan antara para ulama dan uleebalang Pemberontakan terhadap Jepang pecah di beberapa daerah termasuk di Bayu dekat Lhokseumawe pada tahun 1942 yang dipimpin Teungku Abdul Jalil dan di Pandrah dan Jeunieb pada tahun 1944 Masa Republik Indonesia SuntingKedudukan Aceh di dalam Republik Indonesia Serikat Sunting 41 tahun kemudian semenjak selesainya perang Aceh Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 Ternyata perjuangan untuk bebas dari cengkraman Belanda belum selesai sebelum Hubertus Johannes van Mook menciptakan negara negara bonekanya yang tergabung dalam RIS Republik Indonesia Serikat dan Aceh tidak termasuk salah satu negara bagian dari federal hasil ciptaan Van Mook yang meliputi seluruh Indonesia yang terdiri dari Negara RI yang meliputi daerah status quo berdasarkan Perjanjian Renville Negara Indonesia Timur Negara Pasundan termasuk Distrik Federal Jakarta Negara Jawa Timur Negara Madura Negara Sumatra Timur termasuk daerah status quo Asahan Selatan dan Labuhan Batu Negara Sumatera Selatan Satuan satuan kenegaraan yang tegak sendiri seperti Jawa Tengah Bangka Belitung Riau Daerah Istimewa Kalimantan Barat Dayak Besar Daerah Banjar Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Timur Daerah daerah Indonesia selebihnya yang bukan daerah daerah bagian Aceh sebagai salah satu daerah yang oleh Soekarno dianggap status quo kemudian dimasukkan ke dalam Republik Indonesia dengan cara meleburkankan ke dalam provinsi sumatera utara Sehingga Aceh termasuk juga ke dalam sistem Republik Indonesia Serikat Yang terpilih menjadi Presiden RIS adalah Soekarno dalam sidang Dewan Pemilihan Presiden RIS pada tanggal 15 16 Desember 1949 Pada tanggal 17 Desember 1949 Presiden Soekarno dilantik menjadi Presiden RIS Sedang untuk jabatan Perdana Menteri diangkat Mohammad Hatta Kabinet dan Perdana Menteri RIS dilantik pada tanggal 20 Desember 1949 Belanda di bawah Ratu Juliana Perdana Menteri Dr Willem Drees Menteri Seberang Lautan Mr Maan Sassen dan ketua Delegasi RIS Mohammad Hatta membubuhkan tandatangannya pada naskah pengakuan kedaulatan RIS oleh Belanda dalam upacara pengakuan kedaulatan RIS pada tanggal 27 Desember 1949 Pada tanggal yang sama di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan RI kepada RIS Sedangkan di Jakarta pada hari yang sama Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Antonius Hermanus Johannes Lovink dalam suatu upacara bersama sama membubuhkan tandangannya pada naskah penyerahan kedaulatan 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945 1949 Sekretariat Negara RI 1986 Kembali ke Negara Kesatuan Sunting Tanggal 8 Maret 1950 Pemerintah RIS dengan persetujuan Parlemen DPR dan Senat RIS mengeluarkan Undang Undang Darurat No 11 tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS Berdasarkan Undang Undang Darurat itu beberapa negara bagian menggabungkan ke RI sehingga pada tanggal 5 April 1950 yang tinggal hanya tiga negara bagian yaitu RI NST Negara Sumatra Timur dan NIT Negara Indonesia Timur Pada tanggal 14 Agustus 1950 Parlemen dan Senat RIS mengesahkan Rancangan Undang Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia hasil panitia bersama Pada rapat gabungan Parlemen dan Senat RIS pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden RIS Soekarno membacakan piagam terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Pada hari itu juga Presiden Soekarno kembali ke Yogya untuk menerima kembali jabatan Presiden RI dari Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI Mr Asaat 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950 1964 Sekretariat Negara RI 1986 Maklumat Negara Islam Indonesia Aceh Sunting 3 tahun setelah RIS bubar dan kembali menjadi RI Daud Beureueh di Aceh memaklumatkan Negara Islam Indonesia di bawah Imam Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada tanggal 20 September 1953 Isi Maklumat NII di Aceh adalah Dengan lahirnja peroklamasi Negara Islam Indonesia di Atjeh dan daerah sekitarnja maka lenjaplah kekuasaan Pantja Sila di Atjeh dan daerah sekitarnja digantikan oleh pemerintah dari Negara Islam Dari itu dipermaklumkan kepada seluruh Rakjat bangsa asing pemeluk bermatjam2 Agama pegawai negeri saudagar dan sebagainja Djangan menghalang2i gerakan Tentara Islam Indonesia tetapi hendaklah memberi bantuan dan bekerdja sama untuk menegakkan keamanan dan kesedjahteraan Negara Pegawai2 Negeri hendaklah bekerdja terus seperti biasa bekerdjalah dengan sungguh2 supaja roda pemerintahan terus berdjalan lantjar Para saudagar haruslah membuka toko laksanakanlah pekerdjaan itu seperti biasa Pemerintah Islam mendjamin keamanan tuan2 Rakjat seluruhnja djangan mengadakan Sabotage merusakkan harta vitaal mentjulik merampok menjiarkan kabar bohong inviltratie propakasi dan sebagainja jang dapat mengganggu keselamatan Negara Siapa sadja jang melakukan kedjahatan2 tsb akan dihukum dengan hukuman Militer Kepada tuan2 bangsa Asing hendaklah tenang dan tentram laksanakanlah kewadjiban tuan2 seperti biasa keamanan dan keselamatan tuan2 didjamin Kepada tuan2 yang beragama selain Islam djangan ragu2 dan sjak wasangka jakinlah bahwa Pemerintah N I I mendjamin keselamatan tuan2 dan agama jang tuan peluk karena Islam memerintahkan untuk melindungi tiap2 Umat dan agamanja seperti melindungi Umat dan Islam sendiri Achirnja kami serukan kepada seluruh lapisan masjarakat agar tenteram dan tenang serta laksanakanlah kewadjiban masing2 seperti biasa Negara Islam Indonesia Gubernur Sipil Militer Atjeh dan Daerah sekitarnja MUHARRAM 1373 Atjeh Darussalam September 1953 Daud Beureueh menyerah Sunting Bulan Desember 1962 7 bulan setelah Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo Imam NII tertangkap 4 Juni 1962 di atas Gunung Geber di daerah Majalaya oleh kesatuan kesatuan Siliwangi dalam rangka Operasi Bratayudha Daud Beureueh di Aceh menyerah kepada Penguasa Daulah Pancasila setelah dilakukan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh atas prakarsa Panglima Kodam I Iskandar Muda Kolonel M Jasin 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950 1964 Sekretariat Negara RI 1986 Hasan Di Tiro mendeklarasi Negara Aceh Sumatra Sunting 14 tahun kemudian setelah Daud Beureueh pada masa Hasan Tiro pada tanggal 4 Desember 1976 mendeklarasikan kembali re proklamasi kemerdekaan Aceh Sumatra Bunyi deklarasi kemerdekaan Negara Aceh Sumatra itu adalah 25 Kepada rakyat di seluruh dunia Kami rakyat Aceh Sumatra melaksanakan hak menentukan nasib sendiri dan melindungi hak sejarah istimewa nenek moyang negara kami dengan ini mendeklarasikan bebas dan berdiri sendiri dari semua kontrol politik pemerintah asing Jakarta dan dari orang asing Jawa Atas nama rakyat Aceh Sumatra yang berdaulat Tengku Hasan Muhammad di Tiro National Liberation Front of Acheh Sumatra dan Presiden Aceh Sumatra 4 Desember 1976 Akhir konflik SuntingLihat pula Operasi militer Indonesia di Aceh 2003 2004 Pada 26 Desember 2004 sebuah gempa bumi besar menyebabkan tsunami yang melanda sebagian besar pesisir barat Aceh termasuk Banda Aceh dan menyebabkan kematian ratusan ribu jiwa Di samping itu telah muncul keinginan dari beberapa wilayah Aceh khususnya di bagian barat selatan dan pedalaman untuk memisahkan diri yang dipelopori oleh tokoh politik seperti Tagore cut agam dll untuk membentuk 2 provinsi baru yang disebut dengan Provinsi Aceh Leuser Antara yang terdiri dari Aceh Tengah Bener Meriah Gayo Lues Aceh Tenggara dan Aceh Singkil serta Provinsi Aceh Barat Selatan atau ABAS yang terdiri dari Nagan Raya Aceh Barat Daya Aceh Selatan Simeulue Aceh Barat dan Aceh Jaya Deklarasi pemekaran provinsi dilakuan secara bersama pada tanggal 4 Desember 2005 di Gelora Bung Karno Jakarta yang dihadiri ratusan orang dan 11 bupati yang ingin dimekarkan wilayahnya dan dilanjutkan dengan unjukrasa yang menuntut lepasnya 11 kabupaten tadi dari Aceh Pada 15 Agustus 2005 Gerakan Aceh Merdeka GAM dan pemerintah Indonesia akhirnya sepakat untuk menandatangani persetujuan damai MoU dan sekaligus mengakhiri konflik antara kedua pihak yang telah berlangsung selama hampir 30 tahun Kesepakatan yang memberikan hak self government kepada Aceh Rujukan Sunting Inggris Suryadinata Leo 2005 Admiral Zheng He amp Southeast Asia Institute of Southeast Asian Studies hlm 168 ISBN 9812303294 9789812303295Periksa nilai invalid character isbn bantuan Parameter coauthors yang tidak diketahui mengabaikan author yang disarankan bantuan Indonesia Banda Aceh Indonesia 1998 Kota Banda Aceh hampir 1000 tahun Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh Inggris Summer Institute of Linguistics 2005 Mon Khmer studies Vol 35 University Press of Hawaii hlm 40 Indonesia Alfian Ibrahim 1992 Sastra perang sebuah pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil Balai Pustaka hlm 248 ISBN 9794074225 9789794074220Periksa nilai invalid character isbn bantuan a b Belanda Hurgronje Christiaan Snouck 1893 De Atjehers Landsdrukkerij Batavia Inggris West Barbara A 2009 Facts on File library of world history Encyclopedia of the peoples of Asia and Oceania Vol 2 Facts On File University of California hlm 1002 ISBN 0816071098 9780816071098Periksa nilai invalid character isbn bantuan Indonesia Zainuddin H M 1961 Tarich Atjeh dan Nusantara Pustaka Iskandar Muda Belanda Drewes Gerardus Willebrordus Joannes 1958 Adat Atjeh Verhandelingen Land en Volkendunde Koninklijk Instituut voor Taal land en volkenkunde Vol 24 Leiden KITLV Press hlm 47 Parameter coauthors yang tidak diketahui mengabaikan author yang disarankan bantuan Inggris Drewes Gerardus Willebrordus Joannes 1979 Gerardus Willebrordus Joannes Drewes ed Hikajat Potjut Muhamat An Achehnese Epic The Hague Martinus Nijhoff hlm 2 27 Parameter translate yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Hanzi sederhana 宋书 Hanzi tradisional 宋書 Pinyin Song Shu Song shu an old text compiled by Xu Yuan Hanzi 北史 Pinyin Beishǐ Bei shi which covers the period from A D 386 to 618 written by Li Yan shou during the period A D 627 659 Prancis Dupoizat C Guillot Marie France 1998 Histoire De Barus Sumatra Le Site De Lobu Tua Vol I Etudes Et Documents Association Archipel MSH PARIS ISBN 9782910513276 2910513270Periksa nilai invalid character isbn bantuan Inggris Crawfurd F R S John 1820 History of the Indian Archipelago Vol 3 A Constable and Co hlm 154 Belanda Kern Hendrik 1918 H Kern deel De Nagarakṛtagama slot Spraakkunst van het Oudjavaansch M Nijhoff Inggris Marco Polo 1871 Sir Henry Yule ed The book of Ser Marco Polo concerning the kingdoms and marvels of the East Vol 2 Murray Prancis Paul Pelliot Notes on Marco Polo ouvrage posthume Paris Imprimerie Nationale 1959 1963 Inggris Ion A Hamish 1993 Sir Henry Yule ed Great powers and little wars the limits of power Greenwood Publishing Group ISBN 0275939650 9780275939656Periksa nilai invalid character isbn bantuan Parameter coauthors yang tidak diketahui mengabaikan author yang disarankan bantuan Inggris Hultzsch Eugen 1991 1 2 South Indian inscriptions Vol 3 Director General Archaeological Survey of India Parameter coauthors yang tidak diketahui mengabaikan author yang disarankan bantuan Slamet Muljana 2006 Sriwijaya Yogyakarta LKIS Inggris Nilakanta Sastri Kallidaikurichi Aiyah 1955 The CōLas Madras University historical series no 9 University of Madras hlm 211 220 ASIN B0006CNQCG Phillip L Thomas 1978 Thai Involvement in Pasai Journal of the Siam Society 1971 1980 John Norman Miksic Goh Geok Yian Ancient Southeast Asia Taylor amp Francis h 500 The Cambridge History of Southeast Asia by Nicholas Tarling p 39 Medieval Islamic Civilization An Encyclopedia Josef W Meri p 465 The Price of Freedom the unfinished diary of Tengku Hasan di Tiro National Liberation Front of Acheh Sumatra 1984 p 15 17 Bacaan lain SuntingIbrahim Muhammad Arifin Muhammad Sulaiman Nasruddin Sufi Rusdi Ahmad Zakaria Ambary Hasan Mu arif Alfian Ibrahim 1991 Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh PDF Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan OCLC 27323558 Pranala luar SuntingAceh Books pusat pengunduhan materi tentang Aceh termasuk sejarah Aceh Indonesia International Crisis Group Sejarah Aceh dan Syariat Islam pdf sejarah aceh Atjeh History Diarsipkan 2015 04 25 di Wayback Machine Lihat pula SuntingDaftar provinsi di Indonesia sepanjang masa Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Sejarah Aceh amp oldid 24371149