www.wikidata.id-id.nina.az
Pemberontakan di Aceh dikobarkan oleh Gerakan Aceh Merdeka GAM untuk memperoleh kemerdekaan dari Indonesia antara tahun 1976 hingga tahun 2005 Operasi militer yang dilakukan TNI dan Polri 2003 2004 beserta kehancuran yang disebabkan oleh gempa bumi Samudra Hindia 2004 menyebabkan diadakannya persetujuan perdamaian dan berakhirnya pemberontakan Amnesty International merilis laporan Time To Face The Past pada April 2013 setelah pemerintah Indonesia dianggap gagal menjalankan kewajibannya sesuai perjanjian damai 2005 Laporan tersebut memperingatkan bahwa kekerasan baru akan terjadi jika masalah ini tidak diselesaikan 12 Pemberontakan di Aceh 1976 2005 Lokasi Aceh di IndonesiaTanggal4 Desember 1976 15 Agustus 2005 28 tahun 8 bulan 1 minggu dan 4 hari LokasiAceh IndonesiaHasilKemenangan taktis Indonesia Persetujuan perdamaian Helsinki Otonomi khusus untuk Aceh Pelucutan GAM Ditariknya pasukan non organik Indonesia hanya menyisakan 25 000 prajurit di provinsi tersebut Misi Pemantau Aceh Diadakannya pilkadaPihak terlibat Indonesia Didukung oleh Amerika Serikat 1 Gerakan Aceh MerdekaDidukung oleh Libyan Arab Jamahiriya 2 Tokoh dan pemimpinSoeharto B J Habibie Abdurahman Wahid Megawati Sukarnoputri Susilo YudhoyonoHasan di Tiro Zaini Abdullah Abdullah Syafi i 3 Muzakir Manaf Sofyan Dawood Ayah Muni 4 Kekuatan12 000 1990 5 30 000 2001 5 15 000 2002 6 35 000 7 50 000 2003 5 25 1976 8 200 1979 89 8 750 1991 6 15 000 27 000 1999 8 3 000 2005 9 Korbandibawah 100 tewas 10 15 000 tewas 11 Daftar isi 1 Latar belakang 2 Garis waktu 2 1 Tahap pertama 2 2 Tahap kedua 2 3 Tahap ketiga 2 4 Kesepakatan damai dan pilkada pertama 3 Kemungkinan penyebab konflik 3 1 Sejarah 3 2 Agama 3 3 Keluhan ekonomi 3 4 Peran GAM dalam memprovokasi keluhan 4 Kemungkinan faktor konflik berkepanjangan 4 1 Daya tahan jaringan GAM 4 2 Pelanggaran HAM oleh militer Indonesia 4 3 Kepentingan militer Indonesia di Aceh 5 Kemungkinan faktor resolusi damai 5 1 Melemahnya posisi militer GAM 5 2 Tekanan internasional 5 3 Pergantian kepemimpinan Indonesia 2004 6 Laporan Time To Face The Past 7 Lihat pula 8 Referensi 9 Pranala luarLatar belakang SuntingAda perbedaan budaya dan agama antara Aceh dan daerah lain di Indonesia Bentuk Islam yang lebih konservatif dipraktikkan Selain itu kebijakan kebijakan sekuler dalam administrasi Orde Baru Presiden Soeharto 1965 1998 sangat tidak populer di Aceh di mana banyak tokoh Aceh membenci kebijakan pemerintahan Orde Baru pusat yang mempromosikan satu budaya Indonesia Selanjutnya lokasi provinsi Aceh di ujung Barat Indonesia menimbulkan sentimen yang meluas di provinsi Aceh bahwa para pemimpin di Jakarta yang jauh tidak mengerti masalah yang dimiliki Aceh dan tidak bersimpati pada kebutuhan masyarakat Aceh dan adat istiadat di Aceh Garis waktu SuntingTahap pertama Sunting nbsp Dr Hasan Muhammad di TiroKecenderungan sistem sentralistik pemerintahan Soeharto bersama dengan keluhan lain mendorong tokoh masyarakat Aceh Hasan di Tiro untuk membentuk Gerakan Aceh Merdeka GAM pada tanggal 4 Desember 1976 dan mendeklarasikan kemerdekaan Aceh Ancaman utama yang dianggap melatarbelakangi adalah terhadap praktik agama Islam konservatif masyarakat Aceh budaya pemerintah Indonesia yang dianggap neo kolonial dan meningkatnya jumlah migran dari pulau Jawa ke provinsi Aceh Distribusi pendapatan yang tidak adil dari sumber daya alam substansial Aceh juga menjadi bahan perdebatan Serangan pertama GAM pada tahun 1977 dilakukan terhadap Mobil Oil Indonesia yang merupakan pemegang saham PT Arun NGL perusahaan yang mengoperasikan ladang gas Arun Pada tahap ini jumlah pasukan yang dimobilisasi oleh GAM yang sangat terbatas Meskipun telah ada ketidakpuasan cukup besar di Aceh dan simpati yang mungkin pada tujuan GAM hal ini tidak mengundang partisipasi aktif massa 13 Dalam pengakuan Hasan di Tiro sendiri hanya 70 orang yang bergabung dengannya dan mereka kebanyakan berasal dari kabupaten Pidie terutama dari desa di Tiro sendiri yang bergabung karena loyalitas pribadi kepada keluarga di Tiro sementara yang lain karena kekecewaan terhadap pemerintah pusat 13 Banyak pemimpin GAM adalah pemuda dan profesional berpendidikan tinggi yang merupakan anggota kelas ekonomi atas dan menengah masyarakat Aceh 14 Kabinet pertama GAM yang dibentuk oleh di Tiro di Aceh antara tahun 1976 dan 1979 terdiri dari tokoh pemberontakan Darul Islam berikut ini 15 Teungku Hasan di Tiro Wali Negara Menteri Pertahanan dan Panglima Agung Dr Muchtar Hasbi Wakil Presiden Menteri Dalam Negeri Teungku Usman Lampoh Awe Menteri Keuangan Teungku Ilyas Leube Menteri Kehakiman Dr Husaini M Hasan Menteri Pendidikan dan Informasi Dr Zaini Abdullah Menteri Kesehatan Dr Zubir Mahmud Menteri Sosial Dr Asnawi Ali Menteri Pekerjaan Umum dan Industri Amir Ishak Menteri Komunikasi Amir Mahmud Rasyid Menteri Perdagangan Malik Mahmud Menteri Luar NegeriPara prajurit kelas menengah dan serdadu yang bergabung dalam GAM sendiri telah berjuang pada tahun 1953 1959 dalam pemberontakan Darul Islam 13 Banyak dari mereka adalah laki laki tua yang tetap setia kepada mantan gubernur militer Aceh dan pemimpin pemberontakan Darul Islam di Aceh Daud Beureueh 16 Orang yang paling menonjol dari kelompok ini adalah Teungku Ilyas Leube seorang ulama terkenal yang pernah menjadi pemimpin pemberontakan Darul Islam 16 Beberapa orang anggota Darul Islam juga kemungkinan terkait dengan di Tiro melalui keluarga atau ikatan regional namun kesetiaan mereka terutama adalah untuk Beureueh 17 Orang orang inilah yang menyediakan pengetahuan militer pertempuran pengetahuan lokal dan keterampilan logistik yang tidak memiliki pemimpin muda GAM yang berpendidikan 17 Pada akhir tahun 1979 tindakan penekanan yang dilakukan militer Indonesia telah menghancurkan GAM pemimpin pemimpin GAM berakhir di pengasingan dipenjara atau dibunuh pengikutnya tercerai berai melarikan diri dan bersembunyi 18 Para pemimpinnya seperti Di Tiro Zaini Abdullah menteri kesehatan GAM Malik Mahmud menteri luar negeri GAM dan Dr Husaini M Hasan menteri pendidikan GAM telah melarikan diri ke luar negeri dan kabinet GAM yang asli berhenti berfungsi 19 Tahap kedua Sunting nbsp Teungku Muhammad Daud BeureuehPada tahun 1985 Tgk Hasan di Tiro mendapat dukungan Libya dan Iran untuk GAM dengan mengambil keuntungan dari kebijakan Muammar Gaddafi yang mendukung pemberontakan nasionalis melalui Mathaba Melawan Imperialisme Rasisme Zionisme dan Fasisme 20 Tidak jelas apakah Libya kemudian telah mendanai GAM tapi yang pasti disediakan adalah tempat perlindungan di mana para serdadu GAM bisa menerima pelatihan militer yang sangat dibutuhkan 20 Sejumlah pejuang GAM yang dilatih oleh Libya selama periode 1986 1989 atau 1990 menceritakan pengakuan yang berbeda beda 21 Perekrut GAM mengklaim bahwa jumlah mereka ada sekitar 1 000 sampai 2 000 sedangkan laporan pers yang ditulis berdasar laporan militer Indonesia menyatakan bahwa mereka berjumlah 600 800 20 Di antara para pemimpin GAM yang bergabung selama fase ini adalah Sofyan Dawood yang kemudian menjadi komandan GAM Pase Aceh Utara dan Ishak Daud yang menjadi juru bicara GAM di Peureulak Aceh Timur 22 Insiden di tahap kedua dimulai pada tahun 1989 setelah kembalinya peserta pelatihan GAM dari Libya 23 Operasi yang dilakukan GAM antara lain operasi merampok senjata serangan terhadap polisi dan pos militer pembakaran dan pembunuhan yang ditargetkan kepada polisi dan personel militer informan pemerintah dan tokoh tokoh yang pro Republik Indonesia Meskipun gagal mendapatkan dukungan yang luas tindakan kelompok GAM yang lebih agresif ini membuat pemerintah Indonesia untuk memberlakukan tindakan represif Periode antara tahun 1989 dan 1998 kemudian menjadi dikenal sebagai era Daerah Operasi Militer DOM Aceh ketika militer Indonesia meningkatkan operasi kontra pemberontakan di Aceh 18 Langkah ini meskipun secara taktik berhasil menghancurkan kekuatan gerilya GAM telah mengakibatkan korban di kalangan penduduk sipil lokal di Aceh Karena merasa terasing dari Republik Indonesia setelah operasi militer tersebut penduduk sipil Aceh kemudian memberi dukungan dan membantu GAM membangun kembali organisasinya ketika militer Indonesia hampir seluruhnya ditarik dari Aceh atas perintah presiden Habibie pada akhir era 1998 setelah kejatuhan Soeharto 24 Komandan penting GAM telah entah dibunuh komandan GAM Pase Yusuf Ali dan panglima senior GAM Keuchik Umar ditangkap Ligadinsyah atau lari Robert Arjuna dan Ahmad Kandang 25 Tahap ketiga Sunting nbsp Tentara Wanita dari Gerakan Aceh Merdeka dengan Panglima GAM Abdullah Syafi i 1999Pada tahun 1999 terjadi kekacauan di Jawa dan pemerintah pusat yang tidak efektif karena jatuhnya Soeharto memberikan keuntungan bagi Gerakan Aceh Merdeka dan mengakibatkan pemberontakan tahap kedua kali ini dengan dukungan yang besar dari masyarakat Aceh 26 Pada tahun 1999 penarikan pasukan diumumkan namun situasi keamanan yang memburuk di Aceh kemudian menyebabkan pengiriman ulang lebih banyak tentara Jumlah tentara diyakini telah meningkat menjadi sekitar 15 000 selama masa jabatan Presiden Megawati Soekarnoputri 2001 2004 pada pertengahan 2002 GAM mampu menguasai 70 persen pedesaan di seluruh Aceh 27 Selama fase ini ada dua periode penghentian konflik singkat yaitu Jeda Kemanusiaan tahun 2000 dan Cessation of Hostilities Agreement COHA Kesepakatan Penghentian Permusuhan yang hanya berlangsung antara Desember 2002 ketika ditandatangani dan berakhir pada Mei 2003 ketika pemerintah Indonesia menyatakan darurat militer di Aceh dan mengumumkan bahwa ingin menghancurkan GAM sekali dan untuk selamanya 28 Dalam istirahat dari penggunaan cara cara militer untuk mencapai kemerdekaan GAM bergeser posisi mendukung penyelenggaraan referendum Dalam demonstrasi pro referendum 8 November 1999 di Banda Aceh GAM memberikan dukungan dengan menyediakan transportasi pada para pengunjuk rasa dari daerah pedesaan ke ibu kota provinsi 29 Pada tanggal 21 Juli 2002 GAM juga mengeluarkan Deklarasi Stavanger setelah pertemuan Worldwide Achehnese Representatives Meeting di Stavanger Norwegia 30 Dalam deklarasi tersebut GAM menyatakan bahwa Negara Aceh mempraktikkan sistem demokrasi 31 Impuls hak hak demokratis dan hak asasi manusia dalam GAM ini ini dilihat sebagai akibat dari upaya kelompok berbasis perkotaan di Aceh yang mempromosikan nilai nilai tersebut karena lingkungan yang lebih bebas dan lebih terbuka setelah jatuhnya rezim otoriter Soeharto 32 Memburuknya kondisi keamanan sipil di Aceh menyebabkan tindakan pengamanan keras diluncurkan pada tahun 2001 dan 2002 Pemerintah Megawati akhirnya pada tahun 2003 meluncurkan operasi militer untuk mengakhiri konflik dengan GAM untuk selamanya dan keadaan darurat dinyatakan di Provinsi Aceh Pada bulan November 2003 darurat militer diperpanjang lagi selama enam bulan karena konflik belum terselesaikan Menurut laporan Human Rights Watch 33 militer Indonesia kembali melakukan pelanggaran hak asasi manusia dalam operasi ini seperti operasi sebelumnya dengan lebih dari 100 000 orang mengungsi di tujuh bulan pertama darurat militer dan pembunuhan di luar hukum yang umum Konflik ini masih berlangsung ketika tiba tiba bencana Tsunami bulan Desember 2004 memporakporandakan provinsi Aceh dan membekukan konflik yang terjadi di tengah bencana alam terbesar dalam sejarah Indonesia tersebut Kesepakatan damai dan pilkada pertama Sunting Lihat pula Kesepakatan Helsinki Setelah bencana Tsunami dahsyat menghancurkan sebagian besar Aceh dan menelan ratusan ribu korban jiwa kedua belah pihak GAM dan pemerintah Indonesia menyatakan gencatan senjata dan menegaskan kebutuhan yang sama untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan ini 34 Namun bentrokan bersenjata sporadis terus terjadi di seluruh provinsi Karena gerakan separatis di daerah pemerintah Indonesia melakukan pembatasan akses terhadap pers dan pekerja bantuan Namun setelah tsunami pemerintah Indonesia membuka daerah untuk upaya bantuan internasional 35 Bencana tsunami dahsyat tersebut walaupun menyebabkan kerugian manusia dan material yang besar bagi kedua belah pihak juga menarik perhatian dunia internasional terhadap konflik di Aceh Upaya upaya perdamaian sebelumnya telah gagal tetapi karena sejumlah alasan termasuk tsunami tersebut perdamaian akhirnya menang pada tahun 2005 setelah 29 tahun konflik berkepanjangan Era pasca Soeharto dan masa reformasi yang liberal demokratis serta perubahan dalam sistem militer Indonesia membantu menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi pembicaraan damai Peran Presiden Indonesia yang baru terpilih Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla adalah sangat signifikan dalam menangnya perdamaian di Aceh 36 Pada saat yang sama kepemimpinan juga GAM mengalami perubahan dan militer Indonesia telah menimbulkan begitu banyak kerusakan pada gerakan pemberontak yang mungkin menempatkan GAM di bawah tekanan kuat untuk bernegosiasi 37 Perundingan perdamaian tersebut difasilitasi oleh LSM berbasis Finlandia Crisis Management Initiative dan dipimpin oleh mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari Perundingan ini menghasilkan kesepakatan damai 38 ditandatangani pada 15 Agustus 2005 Berdasarkan perjanjian tersebut Aceh akan menerima otonomi khusus di bawah Republik Indonesia dan tentara non organik mis tentara beretnis non Aceh akan ditarik dari provinsi Aceh hanya menyisakan 25 000 tentara dan dilakukannya pelucutan senjata GAM Sebagai bagian dari perjanjian tersebut Uni Eropa mengirimkan 300 pemantau yang tergabung dalam Aceh Monitoring Mission Misi Pemantau Aceh Misi mereka berakhir pada tanggal 15 Desember 2006 setelah suksesnya pilkada atau pemilihan daerah gubernur Aceh yang pertama Aceh telah diberikan otonomi yang lebih luas melalui UU Pemerintah meliputi hak khusus yang disepakati pada tahun 2002 serta hak masyarakat Aceh untuk membentuk partai politik lokal untuk mewakili kepentingan mereka Namun pendukung HAM menyoroti bahwa pelanggaran HAM sebelumnya di provinsi Aceh akan perlu ditangani 39 Selama pilkada gubernur Aceh diadakan pada bulan Desember 2006 mantan anggota GAM dan partai nasional berpartisipasi Pemilihan itu dimenangkan oleh Irwandi Yusuf yang basis dukungannya sebagian besar terdiri dari para mantan anggota GAM Kemungkinan penyebab konflik SuntingSejarah Sunting Akademis dari ANU Edward Aspinall berpendapat bahwa pengalaman sejarah Aceh selama Revolusi Nasional Indonesia menyebabkan munculnya separatisme Aceh Peristiwa masa lalu menyebabkan perkembangan selanjutnya Dia berargumen bahwa pemberontakan Aceh di bawah pemerintahan Indonesia terjadi berdasarkan jalur sejarah Aceh Hal ini bisa ditelusuri ke konflik kepentingan dan peristiwa peristiwa tertentu dalam sejarah Aceh terutama otonomi yang didapat oleh para ulama Aceh selama revolusi nasional dan kehilangan yang dramatis setelah kemerdekaan Indonesia 40 Aspinall berpendapat lebih lanjut bahwa ada dua tonggak jalan sejara berkembangnya separatisme Aceh 1945 1949 Aceh memainkan peranan penting dalam revolusi dan perang kemerdekaan melawan Belanda dan akibatnya disinyalir mampu mendapatkan janji dari Presiden Soekarno saat kunjungannya ke Aceh pada 1947 bahwa Aceh akan diizinkan untuk menerapkan hukum Islam atau syariah setelah perang kemerdekaan Indonesia 41 1953 1962 Gubernur militer Aceh Daud Beureueh menyatakan bahwa provinsi Aceh akan memisahkan diri dari Republik Indonesia RI untuk bergabung dengan Negara Islam Indonesia NII sebagai reaksi terhadap penolakan pemerintah pusat untuk mengizinkan pelaksanaan syariah dan penurunan Aceh dari status provinsi Pemberontakan dimana Aceh merupakan bagian ini kemudian dikenal sebagai Pemberontakan Darul Islam Aspinall berpendapat bahwa kegagalan pemberontakan ini menandai berakhirnya identifikasi Aceh dengan haluan pan Indonesia Islamis dan meletakkan dasar bagi partikularisme 42 Argumen oleh Aspinall di atas bertentangan dengan pandangan ulama sebelumnya Sebelumnya pada 1998 Geoffrey Robinson berpendapat bahwa kekalahan dan penyerahan pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh pada 1962 diikuti oleh sekitar 15 tahun periode di mana tidak ada masalah keamanan atau politik khusus di Aceh terhadap pemerintah pusat 43 Tim Kell juga menunjukkan bahwa mantan pemimpin pemimpin pemberontakan Darul Islam 1953 1962 telah dengan niat bergabung dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dalam operasi penumpasan berdarah Partai Komunis Indonesia PKI pada tahun 1965 dan 1966 44 Agama Sunting Aceh memiliki penganut Islam sebagai kelompok agama mayoritas Namun secara umum diakui bahwa Aceh adalah daerah di mana Islam pertama kali masuk ke kepulauan Melayu Kerajaan Islam pertama yang dikenal adalah Pasai dekat Lhokseumawe sekarang di Aceh Utara yang didirikan pertengahan abad ke 13 Bukti arkeologis paling awal yang ditemukan untuk mendukung pandangan ini adalah batu makam Sultan Malik al Saleh yang meninggal pada tahun 1297 Dalam abad abad berikutnya Pasai dikenal sebagai pusat pembelajaran agama Islam dan model pemerintahan Islam di mana kerajaan lain di kepulauan Melayu melihat untuk belajar 45 Bagian identitas Aceh yang berbeda dari daerah lainnya ini berasal dari statusnya tersebut sebagai wilayah Islam awal dan contoh untuk kesultanan kesultanan lain di kepulauan Melayu Keterpisahan Aceh dari daerah lain di Indonesia karena agama Islam ini bisa dilihat dari sejarah terutama dari pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh PUSA tahun 1939 oleh ulama Islam modernis Aceh Organisasi ini secara eksklusif beranggotakan suku Aceh Perlu dicatat bahwa di Aceh sendiri sebagian besar ormas pan Indonesia telah lemah bahkan Muhammadiyah organisasi terbesar bagi umat Islam yang berhaluan modernis di Indonesia gagal membuat terobosan di Aceh di luar daerah perkotaan dan sebagian besar anggotanya beretnis non Aceh 46 Namun juga perlu dicatat bahwa meskipun organisasi PUSA bersifat parokial organisasi ini tetap diidentifikasi berhaluan pan Islamisme di mana tujuannya adalah untuk semua umat Islam untuk bersatu di bawah syariah 47 Faktor penyebab keagamaan lain bagi separatisme di Aceh adalah perlakuan yang didapat kelompok Muslim dan partai politik di Aceh oleh administrasi Orde Baru rezim Presiden Soeharto Pertama adanya penggabungan paksa semua partai politik yang mewakili kepentingan Islam ke dalam Partai Persatuan Pembangunan PPP pada tahun 1973 Anggota dan simpatisan partai politik Islam di Aceh mengalamiberbagai tingkat pelecehan 48 Walaupun Aceh mempunyai status wilayah khusus Aceh tidak diizinkan untuk menerapkan syariah atau untuk mengintegrasikan sekolah sekolah agama Islam madrasah dengan sekolah sekolah nasional untuk menjadi sistem pendidikan terpadu kedua proposal Aceh ini diabaikan oleh pemerintah pusat 49 Meskipun Indonesia adalah negara bermayoritas penduduk Muslim dengan membangun adanya konsepsi diri di Aceh akan perannya dalam Islam dan dengan adanya sikap bermusuhan Orde Baru terhadap pengaruh sosial dalam bentuk bentuk Islam di Aceh GAM mampu membingkai perjuangan mereka melawan pemerintah Indonesia sebagai prang sabi perang suci atau jihad menurut Islam Dalam banyak cara yang sama istilah ini banyak digunakan dalam Perang Kafir atau Perang Aceh melawan Belanda tahun 1873 1913 Indikasi tentang ini adalah peminjaman istilah istilan dalam buku Hikayat Prang Sabi Cerita Perang Suci sebuah kumpulan cerita Aceh yang digunakan untuk menginspirasi perlawanan terhadap Belanda oleh beberapa simpatisan GAM sebagai propaganda melawan pemerintah Indonesia Sebelum gelombang kedua pemberontakan oleh GAM pada akhir 1980 an telah diamati bahwa beberapa orang telah memaksa anak anak sekolah Aceh untuk malah menyanyikan lagu Hikayat Prang Sabi daripada lagu nasional Indonesia Indonesia Raya 50 Bahan publikasi politik GAM juga menggambarkan Pancasila ideologi negara resmi Indonesia sebagai ajaran politeistik yang dilarang oleh Islam 51 Kendati hal di atas terlihat bahwa pada masa setelah jatuhnya Soeharto pada tahun 1998 agama Islam sebagai faktor pendorong separatisme Aceh mulai mereda bahkan setelah terjadi proliferasi munculnya serikat mahasiswa Muslim dan kelompok kelompok ormas Islam lainnya di Aceh Telah dicatat bahwa kelompok kelompok baru yang muncul tersebut jarang menyerukan pelaksanaan syariah di Aceh Sebaliknya mereka menekankan perlunya referendum kemerdekaan Aceh dan menyoroti pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia TNI di Aceh 52 Demikian pula posisi GAM pada syariah juga bergeser Ketika pemerintah pusat mengeluarkan UU Nomor 44 1999 tentang Otonomi Aceh yang mencakup ketentuan pelaksanaan syariah di Aceh GAM malah mengutuk langkah pemerintah Indonesia tersebut sebagai tidak relevan dan mungkin upaya untuk menipu Aceh atau menggambarkan mereka ke dunia luar sebagai fanatik agama 53 Meskipun mengubah sikap terhadap syariah posisi GAM tidaklah jelas Hal ini dicatat oleh International Crisis Group ICG bahwa antara tahun 1999 dan 2001 terjadi beberapa kasus secara periodik di mana komandan militer lokal GAM memaksakan penerapan hukum syariah di masyarakat Aceh di mana mereka memiliki pengaruh 54 Aspinall mengamati bahwa secara keseluruhan posisi GAM yang berubah ubah terhadap syariah dan Islam di Aceh tergantung pada lingkungan internasional dan negara yang mereka inginkan dukungannya untuk kemerdekaan mereka yaitu jika negara Barat yang mereka anggap penting Islam akan tidak ditekankan namun jika negara negara Islam yang dianggap penting Islam akan sangat ditekankan 55 Keluhan ekonomi Sunting Masalah utama yang berkaitan dengan masalah ekonomi Aceh adalah terkait pendapatan yang diperoleh dari industri minyak dan gas di Aceh Robinson berpendapat bahwa manajemen Orde Baru eksploitasi sumber daya alam Aceh dan pembagian yang tidak adil dari sumber daya tersebut adalah akar penyebab pemberontakan Aceh 56 Dari tahun 1970 an sampai pertengahan 1980 an Aceh telah mengalami booming LNG setelah penemuan gas alam di pantai timur laut provinsi Aceh Selama periode yang sama Aceh menjadi sumber pendapatan utama bagi pemerintah pusat Pada tahun 1980 Aceh memberikan kontribusi yang signifikan kepada ekspor Indonesia ketika menjadi sumber ekspor terbesar ketiga setelah provinsi Kalimantan Timur dan Riau 57 Meskipun demikian hampir semua pendapatan minyak dan gas dari kegiatan produksi dan ekspor di Aceh dialokasikan ke pemerintah pusat baik secara langsung maupun melalui perjanjian bagi hasil dengan perusahaan minyak negara Pertamina 58 Selain itu pemerintah pusat tidak kembali menginvestasikan cukup banyak pendapatan tersebut kembali ke provinsi Aceh 59 Hal ini menyebabkan beberapa teknokratis Aceh yang mulai menonjol saat itu untuk mengeluh bahwa provinsi Aceh telah diperlakukan tidak adil secara ekonomi dan bahwa Aceh telah terpinggirkan dan diabaikan sebagai daerah pinggiran 60 Robinson mencatat bahwa meskipun beberapa pengusaha bisnis yang kecil di Aceh telah mendapat manfaat dari masuknya modal asing selama booming LNG ada banyak yang merasa dirugikan saat kalah dari orang lain dengan koneksi politik yang lebih kuat ke pemerintah pusat terutama pemimpin GAM sendiri yaitu Hasan di Tiro Hasan di Tiro adalah salah satu pihak yang dirugikan ketika ia mengajukan tawaran kontrak pipa minyak untuk Mobil Oil Indonesia pada tahun 1974 namun dikalahkan oleh sebuah perusahaan Amerika Serikat 61 Robinson mencatat waktu deklarasi kemerdekaan GAM pada bulan Desember 1976 dan aksi militer pertama GAM pada tahun 1977 terhadap Mobil Oil terjadi pada waktu yang sama ketika fasilitas ekstraksi dan pengolahan gas alam telah diresmikan 62 Memang dalam deklarasi kemerdekaan GAM GAM mengklaim sebagai berikut Aceh Sumatra telah menghasilkan pendapatan lebih dari 15 miliar dolar AS setiap tahunnya untuk neokolonialis Jawa yang mereka gunakan seluruhnya untuk kepentingan Jawa dan orang Jawa 63 Walaupun demikian Robinson mencatat bahwa meskipun faktor ini menjelaskan sebagian alasan munculnya pemberontakan GAM pada pertengahan 1970 an hal ini tidak menjelaskan munculnya kembali GAM pada tahun 1989 dan tingkat kekerasan yang tidak pernah dilihat sebelumnya sejak saat itu 64 Aspinall juga mendukung sudut pandang ini dan berpendapat bahwa meskipun keluhan mengenai sumber daya alam dan ekonomi tidak boleh dihiraukan sebagai penyebab faktor ini bukan penyebab secara keseluruhan dengan contoh provinsi Riau dan Kalimantan Timur yang juga menghadapi eksploitasi ekonomi yang sama atau bahkan lebih buruk oleh pemerintah pusat tetapi tidak memunculkan pemberontakan separatis karena perbedaan kondisi politik 65 Dia melanjutkan bahwa keluhan berlatar ekonomi dan sumber daya alam telah menjadi sarana bagi GAM untuk meyakinkan masyarakat Aceh bahwa mereka harus meninggalkan harapan untuk perlakuan khusus dan otonomi di Indonesia dan sebaliknya berjuang untuk memulihkan kejayaan Aceh dengan mendapat kemerdekaan 66 Peran GAM dalam memprovokasi keluhan Sunting Pendiri GAM Hasan di Tiro dan rekan rekan pemimpin GAM nya yang ada di pengasingan di Swedia berperan penting dalam memberikan pesan yang mudah dimengerti tentang kebutuhan dan hak penentuan nasib sendiri untuk Aceh Oleh karena itu argumen tentang perlunya kemerdekaan Aceh ditargetkan oleh GAM pada penduduk domestik Aceh sedangkan argumen hak untuk merdeka ditargetkan pada komunitas internasional untuk memenangkan dukungan diplomatik terhadap GAM Dalam propaganda tersebut Kesultanan Aceh yang telah lama bubar berperan sebagai aktor yang seolah masih ada di panggung internasional dengan penekanan pada hubungan masa lalu Kesultanan Aceh dengan negara negara Eropa seperti misi diplomatik perjanjian serta pernyataan pengakuan kedaulatan Kesultanan Aceh pada masa lampau 67 Sesuai dengan logika ini Aceh yang berdaulat dan diwakili oleh GAM akan menjadi negara penerus Kesultanan Aceh yang telah dibubarkan pasca kekalahan pada Belanda setelah Perang Aceh 1873 1914 67 Perang Aceh kemudian dipandang oleh masyarakat Aceh sebagai perbuatan agresi militer oleh Belanda dan penggabungan Aceh ke Indonesia pada tahun 1949 dianggap sebagai perpanjangan pendudukan yang tidak sah oleh Belanda tersebut 67 Argumen ini ditargetkan oleh GAM pada masyarakat Aceh sendiri serta komunitas internasional yaitu melalui seruan pada hukum internasional Dalam nada yang sama negara Indonesia telah dilabeli oleh propaganda GAM sebagai kedok dominasi Jawa Dalam deskripsi di Tiro sendiri Indonesia was a fraud A cloak to cover up Javanese colonialism Since the world begun sic there never was a people much less a nation in our part of the world by that name 68 BI Indonesia adalah sebuah penipuan Sebuah kedok untuk menutupi kolonialisme Jawa Sejak dunia mulai tidak pernah ada orang apalagi bangsa dalam bagian dari dunia kami dengan nama tersebut Upaya untuk menyebarkan propaganda GAM banyak mengandalkan dari mulut ke mulut Elizabeth Drexler akademis Universitas Pennsylvania telah mengamati bahwa masyarakat Aceh dan pendukung GAM sering mengulangi klaim yang sama yang dibuat dalam propaganda GAM yang mereka telah datangi melalui modus penyebaran ini 69 Almarhum M Isa Sulaiman penulis buku Sejarah Aceh menulis bahwa ketika di Tiro pertama kali memulai kegiatan separatis itu antara tahun 1974 dan 1976 ia mengandalkan jaringan kerabatnya dan sejumlah intelektual muda yang berpikiran sama untuk menyebarkan pesannya yang kemudian memperoleh massa simpatisan khususnya di Medan Sumatera Utara 70 Aspinall juga menuliskan ingatan para simpatisan GAM tentang hari hari awal pemberontakan di mana mereka akan menyebarkan pamflet kepada teman atau menyelipkannya secara anonim di bawah pintu kantor rekan rekan mereka 71 Namun hasil dari upaya propaganda tersebut cukup berbeda beda Eric Morris ketika mewawancarai pendukung GAM tahun 1983 untuk tesisnya mencatat bahwa daripada untuk kemerdekaan para pendukung GAM lebih tertarik baik pada sebuah negara Islam Indonesia atau bagi Aceh untuk diperlakukan lebih adil oleh pemerintah pusat 72 Aspinall juga mencatat bahwa untuk beberapa daerah GAM tidak membedakan dirinya dari Darul Islam atau Partai Persatuan Pembangunan yang berkampanye di atas panggung Islam untuk Pemilu legislatif Indonesia tahun 1977 73 Namun bagi individu yang telah menjadi pendukung inti GAM pesan kemerdekaan yang ditemukan dalam propaganda GAM dipandang sebagai pewahyuan Islam dan banyak yang merasakan momen kebangkitan Islam 73 Kemungkinan faktor konflik berkepanjangan SuntingDaya tahan jaringan GAM Sunting Banyak anggota GAM adalah entah anggota pemberontakan Darul Islam atau anak anak dari mereka Aspinall mencatat bahwa hubungan kekerabatan antara ayah dan anak serta antara saudara telah menjadi penting dalam membentuk solidaritas GAM sebagai sebuah organisasi 74 Banyak yang merasa bahwa mereka sedang melanjutkan aspirasi ayah paman saudara atau sepupu laki laki yang biasanya adalah orang orang yang melantik mereka menjadi anggota GAM dan orang orang yang aktivitas atau kematiannya di tangan aparat keamanan negara telah mengilhami mereka untuk bergabung dengan GAM 74 Konstituen GAM juga sering merupakan penduduk masyarakat pedesaan di mana semua orang tahu dan kenal erat dengan tetangga mereka 74 Adanya pertalian erat ini memungkinkan kesinambungan serta resistensi tingkat tinggi terhadap infiltrasi oleh aparat intelijen negara Aspinall juga mengakui kuatnya ketahanan GAM ada pada strukturnya yang seperti sel pada tingkat yang lebih rendah Tingkat di bawah komandan militer regional atau panglima wilayah adalah satuan yang diperintah oleh komandan junior panglima muda dan bahkan komandan tingkat yang lebih rendah Panglima Sagoe dan Ulee Sagoe yang tidak mengetahui identitas rekan rekan mereka di daerah tetangga dan hanya mengenal mereka yang langsung berpangkat di atas mereka 75 Karakter ini memungkinkan GAM untuk bertahan sebagai sebuah organisasi meskipun ada di bawah upaya penekanan kuat oleh aparat keamanan negara Indonesia Pelanggaran HAM oleh militer Indonesia Sunting Robinson mengatakan bahwa penggunaan teror oleh militer Indonesia dalam aksi kontra pemberontakan melawan GAM dalam periode rezim Orde Baru pertengahan 1990 dalam tahap kedua pemberontakan telah menyebabkan meluasnya dukungan dari masyarakat Aceh yang terpengaruh oleh kebijakan militer Indonesia tersebut dan mendorong mereka untuk menjadi lebih simpatik dan mendukung GAM 76 Ia menilai bahwa metode militer tersebut malah memiliki efek meningkatkan tingkat kekerasan mengganggu masyarakat Aceh dan luka yang ditimbulkan terbukti sulit untuk disembuhkan 76 Amnesty International mencatat Otoritas politik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang besar bahkan dalam kondisi normal sekarang telah menjadi tak tertandingi Atas nama keamanan nasional otoritas militer dan polisi dikerahkan di Aceh kemudian bebas untuk menggunakan hampir segala cara yang dipandang perlu untuk menghancurkan GPK Gerakan Pengacauan Keamanan yang merupakan nomenklatur istilah pemerintah Indonesia untuk GAM 77 Amnesty International mendokumentasikan penggunaan penangkapan sewenang wenang penahanan di luar legalitas eksekusi perkosaan dan pembumi hangusan sebagai karakter operasi militer Indonesia terhadap GAM sejak tahun 1990 Di antara tindakan yang lebih mengerikan diamati oleh Amnesty International adalah pembuangan publik mayat mayat korban eksekusi atau Penembakan Misterius yang dilakukan sebagai peringatan untuk orang Aceh untuk menahan diri dari bergabung atau mendukung GAM Berikut ini adalah deskripsi tindakan tersebut oleh Amnesty International Penembakan misterius Petrus di Aceh memiliki fitur umum sebagai berikut Mayat mayat korban biasanya dibiarkan di tempat umum di samping jalan utama di ladang dan perkebunan sungai atau tepi sungai tampaknya sebagai peringatan kepada orang lain untuk tidak bergabung atau mendukung pemberontak Sebagian besar jelas adalah tahanan ketika mereka dibunuh jempol mereka dan kadang kadang kaki mereka diikat dengan jenis simpul tertentu Sebagian besar telah ditembak dari jarak dekat meskipun peluru jarang ditemukan di tubuh mereka Kebanyakan juga menunjukkan tanda tanda telah dipukuli dengan benda tumpul atau disiksa dan karena itu wajah mereka sering tidak bisa dikenali Dalam banyak kasus mayat mayat tersebut tidak diambil oleh kerabat atau teman baik karena takut pembalasan oleh militer dan karena korban biasanya dibuang agak jauh dari desa asal mereka 77 Taktik TNI lain yang dipertanyakan adalah aktivitas yang disebut operasi sipil militer di mana warga sipil dipaksa untuk berpartisipasi dalam intelijen dan operasi keamanan Sebuah contoh terkenal dari hal ini adalah Operasi Pagar Betis seperti yang dijelaskan oleh Amnesty International berikut Strategi kerjasama sipil militer adalah Operasi Pagar Betis digunakan sebelumnya di Timor Timur di mana penduduk desa biasa dipaksa menyapu melalui daerah tertentu di depan pasukan bersenjata baik dalam rangka untuk menghalau pemberontak dan juga untuk menghambat mereka untuk membalas tembakan Elemen penting dalam keberhasilan operasi ini adalah kelompok kelompok lokal yang main hakim sendiri dan patroli malam yang terdiri dari warga sipil tetapi dibentuk di bawah perintah dan pengawasan militer Antara 20 dan 30 pemuda dimobilisasi dari setiap desa di daerah yang dicurigai daerah pemberontak Dalam kata kata seorang komandan militer setempat Para pemuda adalah garis depan Mereka adalah yang terbaik dalam mengetahui siapa adalah anggota GPK Kami kemudian menyelesaikan masalah tersebut Menolak untuk berpartisipasi dalam kelompok kelompok tersebut atau kegagalan untuk menunjukkan komitmen yang cukup untuk menghancurkan musuh dengan mengidentifikasi menangkap atau membunuh terduga pemberontak kadang kadang mengakibatkan hukuman oleh pasukan pemerintah termasuk penyiksaan umum penangkapan dan eksekusi 77 Kepentingan militer Indonesia di Aceh Sunting Damien Kingsbury yang menjabat sebagai penasihat informal pimpinan GAM di Swedia selama Perundingan Damai Helsinki 2005 menyatakan bahwa militer Indonesia memiliki kepentingan tersembunyi di Aceh sehingga mereka sengaja menjaga konflik supaya tetap terjadi di tingkat yang akan membenarkan kehadiran mereka di provinsi bergolak tersebut 78 ICG juga menegaskan dalam sebuah laporan tahun 2003 bahwa Aceh adalah tempat yang terlalu menguntungkan untuk para perwira militer yang sangat bergantung pada pendapatan yang bersumber non anggaran 79 Kingsbury menguraikan berikut sebagai kegiatan usaha yang diduga dilakukan oleh militer Indonesia di Aceh 80 Obat terlarang Pasukan keamanan mendorong petani lokal Aceh untuk menanam ganja dan membayar mereka harga yang jauh di bawah nilai pasar gelap Salah satu contoh kasus yang disorot adalah di mana seorang polisi pilot helikopter mengakui setelah penangkapannya bahwa ia mengangkut 40 kg konsinyasi obat ganja untuk atasannya kepala polisi Aceh Besar perlu dicatat bahwa pada saat itu Kepolisian Republik Indonesia atau Polri berada di bawah komando militer atau ABRI Kasus lain adalah pada bulan September 2002 di mana sebuah truk tentara dicegat oleh polisi di Binjai Sumatera Utara dengan muatan 1 350 kg ganja Penjualan senjata ilegal Wawancara pada tahun 2001 dan 2002 dengan para pemimpin GAM di Aceh mengungkapkan bahwa beberapa senjata mereka sebenarnya dibeli dari oknum militer Indonesia Metode pertama penjualan ilegal tersebut adalah personel militer Indonesia melaporkan senjata senjata tersebut sebagai senjata yang disita dalam pertempuran Kedua oknum personel militer utama Indonesia yang mempunyai otoritas akses bahkan langsung mensuplai GAM dengan pasokan senjata serta amunisi Pembalakan liar Oknum militer dan polisi disuap oleh perusahaan penebangan untuk mengabaikan kegiatan penebangan yang dilakukan di luar wilayah berlisensi Proyek Pembangunan Leuser yang didanai oleh Uni Eropa dari pertengahan 1990 an untuk memerangi pembalakan liar sebenarnya telah menemukan bahwa oknum polisi dan militer Indonesia yang seharusnya membantu mencegah pembalakan liar pada kenyataannya malah memfasilitasi dan dalam beberapa kasus bahkan memulai kegiatan ilegal tersebut Perlindungan liar Oknum militer Indonesia mengelola usaha perlindungan liar untuk mengekstrak pembayaran besar dari perusahaan perusahaan besar seperti Mobil Oil dan PT Arun NGL di industri minyak dan gas serta perusahaan perkebunan yang beroperasi di Aceh Sebagai imbalan untuk pembayaran liar tersebut militer akan mengerahkan personelnya untuk mengamankan properti dan daerah operasi perusahaan tersebut Perikanan nelayan lokal Aceh dipaksa untuk menjual tangkapan mereka kepada oknum militer dengan harga jauh di bawah harga pasar Oknum militer kemudian menjual ikan untuk bisnis lokal dengan harga yang jauh lebih tinggi Oknum dari Angkatan Laut Indonesia mungkin juga mencegat kapal kapal nelayan untuk memeras pembayaran dari nelayan Kopi Serupa dengan nelayan penanam kopi dipaksa menjual biji kopi kepada oknum militer dengan harga murah yang kemudian menjualnya dengan harga tinggi Kemungkinan faktor resolusi damai SuntingMelemahnya posisi militer GAM Sunting Dinyatakannya status darurat militer di Aceh oleh pemerintah Indonesia pada Mei 2003 menghasilkan perlawanan terpadu oleh militer Indonesia terhadap GAM ICG melaporkan bahwa pada pertengahan 2004 jalur pasokan dan komunikasi GAM terganggu secara serius 81 GAM juga makin sulit berpindah pindah dan keberadaan mereka di kawasan perkotaan hilang sepenuhnya 81 Akibatnya komando GAM di Pidie menginstruksikan kepada semua komandan lapangan melalui telepon agar mundur dari sagoe subdistrik ke daerah distrik dan aksi militer hanya dapat dilaksanakan jika ada perintah dari komandan daerah disertai izin komandan wilayah 81 Sebelumnya saat GAM masih kuat satuan tingkat sagoe nya memiliki otonomi komando yang lebih besar sehingga mampu melancarkan aksi militer atas kemauannya sendiri 81 Menurut Endriartono Sutarto yang saat itu menjabat Komandan Jenderal ABRI pasukan keamanan Indonesia berhasil mengurangi jumlah pasukan GAM sebanyak 9 593 orang yang diduga mencakup anggota yang menyerahkan diri ditangkap dan tewas dalam baku tembak 82 Meski meragukan keakuratan jumlah tersebut banyak pemantau sepakat bahwa tekanan militer yang baru terhadap GAM pasca penerapan darurat militer memberikan pukulan telak bagi GAM 83 Akan tetapi Aspinall mencatat bahwa sebagian besar petinggi GAM yang ia wawancarai terutama petugas lapangan bersikeras bahwa mereka mengakui MoU Helsinki bukan karena militer mereka semakin lemah 84 Mantan pemimpin GAM Irwandi Yusuf yang kelak menjadi Gubernur Aceh melalui pilkada langsung tanggal 11 Desember 2006 mengaku bahwa bukannya bubar situasi GAM justru membaik sejak anggota yang sakit dan lemah ditangkap militer Indonesia sehingga anggota di lapangan tidak terbebani oleh mereka 84 Walaupun pasukan GAM tetap komit melanjutkan perjuangan mereka para petinggi GAM mungkin sudah putus asa membayangkan mungkinkah mencapai kemenangan militer atas pasukan pemerintah Indonesia 84 Kata mantan perdana menteri GAM Malik Mahmud kepada Aspinall bulan Oktober 2005 Strategi yang diterapkan oleh kedua pihak berujung pada kebuntuan yang sangat merugikan 85 Saat diwawancarai Jakarta Post tentang apakah mengakui MoU Helsinki adalah tindakan pencitraan oleh GAM pasca kemunduran militernya Malik menjawab Kami harus realistis Kami harus mempertimbangkan kenyataan di lapangan Jika perjanjian damai itu solusi terbaik bagi kedua pihak tentunya dengan segala kerendahan hati mengapa tidak Ini demi perdamaian demi kemajuan masa depan Jadi tidak ada yang salah dengan perjanjian itu dan saya pikir negara manapun di dunia akan melakukan hal yang sama Selain itu ketika kami menghadapi situasi semacam ini kami harus sangat sangat tegas dan berani menghadapi kenyataan Inilah yang kami lakukan 86 Tekanan internasional Sunting Opini internasional pasca tsunami juga lebih condong ke dialog damai Helsinki yang dilaksanakan antara pemerintah Indonesia dan GAM Kedua pihak mengirimkan pejabat tertingginya sebagai negosiator sementara perwakilan pada dialog Cessation of Hostilities Agreement CoHA yang ditandatangani bulan Desember 2002 adalah perwakilan yang cenderung masih di tingkat junior Para petinggi GAM juga menilai bahwa selama dialog damai Helsinki tidak ada komunitas internasional yang mendukung aspirasi kemerdekaan Aceh 87 Tentang hal ini Malik berkata Kami melihat dunia tidak memedulikan keinginan kami untuk merdeka jadi kami berpikir selama proses negosiasi ini bahwa otonomi dan pemerintahan sendiri itulah solusi terbaik yang ada di hadapan kami 87 Saat menjelaskan kepada para komandan GAM mengenai penerimaan tawaran pemerintahan sendiri alih alih melanjutkan perjuangan kemerdekaan para petinggi GAM menegaskan bahwa jika mereka terus memaksa menuntut kemerdekaan setelah tsunami 2004 mereka akan terancam dikucilkan oleh komunitas internasional 88 Pergantian kepemimpinan Indonesia 2004 Sunting Pada Oktober 2004 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dilantik setelah memenangkan pemilu presiden 2004 pemilu langsung pertama di Indonesia Aspinall berpendapat bahwa sebelum pemilu langsung ini ada keseimbangan posisi antara pejabat pemerintahan Indonesia yaitu antara pejabat yang percaya bahwa kemenangan militer mustahil tercapai dan negosiasi sangat diperlukan dengan pihak pejabat garis keras yang percaya bahwa GAM dapat sepenuhnya dilenyapkan Terpilihnya SBY dan Kalla mendorong kebijakan pemerintah untuk condong ke posisi pertama 89 Aspinall menunjukkan bahwa ketika SBY masih menjabat sebagai menteri dalam kabinet Presiden Megawati Soekarnoputri ia mendukung pendekatan terintegrasi berupa penyertaan upaya militer dengan negosiasi terhadap GAM 89 Kalla yang saat itu kolega SBY di kementerian juga mendukung dimulainya kembali dialog dengan GAM pada awal 2004 yaitu ketika darurat militer masih diberlakukan di Aceh dan operasi militer masih berlangsung 90 Saat itu Kalla melalui orang kepercayaannya mendekati komandan GAM di lapangan sekaligus pemimpinnya di Swedia 89 Posisi presiden dan wakil presiden Indonesia yang lebih memilih jalur negosiasi sebagai solusi pemberontakan Aceh memberikan jalan untuk mencapai keberhasilan dialog perdamaian Helsinki Kingsbury penasihat resmi untuk GAM juga menyebut terpilihnya SBY dan Kalla tahun 2004 sebagai prawarsa upaya damai yang berakhir dengan perjanjian resmi 91 Selain itu ia menyebut penunjukan Kalla menjadi pengawas delegasi Indonesia pada dialog damai sebagai faktor penting dikarenakan status Kalla yang merupakan ketua umum Golkar partai mayoritas di DPR saat itu sehingga pemerintahan SBY mudah menghadapi penolakan dari anggota DPR lainnya 92 Laporan Time To Face The Past SuntingPada April 2013 Amnesty International meluncurkan laporan Time To Face The Past Saatnya Menghadapi Masa Lalu yang isinya pernyataan mereka bahwa sebagian besar korban dan kerabatnya sudah lama dijauhkan dari kebenaran keadilan dan pemulihan dan Indonesia telah melanggar kewajibannya menurut hukum internasional Mereka masih menunggu otoritas lokal dan nasional Indonesia untuk mengakui dan memperbaiki apa yang telah mereka dan keluarganya alami pada masa konflik Dalam perumusan laporannya Amnesty International menggunakan hasil penelitiannya saat berkunjung ke Aceh pada Mei 2012 Pada kunjungan tersebut perwakilan organisasi tersebut mewawancarai lembawa swadaya masyarakat LSM organisasi masyarakat pengacara anggota dewan pejabat pemerintah setempat jurnalis dan korban dan perwakilan mereka mengenai situasi di Aceh pada saat wawancara dilaksanakan Korban menyatakan apresiasi mereka terhadap proses perdamaian dan meningkatnya keamanan di provinsi Aceh tetapi juga menyatakan frustrasi atas tidak adanya tindakan dari pemerintah Indonesia sesuai nota kesepahaman 2005 yang mencantumkan rencana pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia di Aceh dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Aceh 93 Selain itu laporan Time To Face The Past berisi peringatan potensi munculnya kekerasan baru di Aceh jika pemerintah Indonesia tetap stagnan dalam pelaksanaan komitmennya yang tercantum pada MoU 2005 Wakil direktur Asia Pasifik Amnesty International Isabelle Arradon menjelaskan saat peluncuran laporan tersebut Situasi yang sedang terjadi adalah munculnya benih benih ketidakpuasan yang bisa tumbuh menjadi aksi kekerasan baru Per 19 April 2013 pemerintah Indonesia belum menanggapi laporan ini Juru bicara presiden SBY memberitahukan BBC bahwa ia belum bisa memberi komentar karena belum membaca laporan tersebut 94 Lihat pula SuntingDaftar operasi militer dan non militer TNI Operasi militer Indonesia di Aceh 1990 1998 Operasi militer Indonesia di Aceh 2003 2004 Pelanggaran hak asasi manusia oleh Tentara Nasional Indonesia The Black RoadReferensi Sunting Resource War in Aceh Thirdworldtraveler com name Aspinall Islam 105 gt Aspinall 2009 hlm 105 Indonesia OCHA consolidated situation report No 60 http reliefweb int report indonesia indonesia ocha consolidated situation report no 60 sthash zrgPBcJj dpuf ReliefWeb 25 January 2002 TNI claims to have shot GAM commander Diarsipkan 3 June 2015 di Wayback Machine The Jakarta Post 30 May 2011 a b c Uppsala conflict data expansion Non state actor information Codebook pp 295 296 a b Kesalahan pengutipan Tag lt ref gt tidak sah tidak ditemukan teks untuk ref bernama REF1 Global Security Free Aceh Movement a b c Michael L Ross 2007 Resources and Rebellion in Aceh Indonesia Diarsipkan 30 October 2008 di Wayback Machine PDF pp 6 The World Bank ECP Annuario 2006 de procesos de paz Vicenc Fisas Diarsipkan 2016 03 04 di Wayback Machine pag 75 Paul Christopher Clarke Colin P Grill Beth Dunigan Molly 2013 Indonesia Aceh 1976 2005 Paths to Victory RAND Corporation hlm 403 414 ISBN 9780833081094 JSTOR 10 7249 j ctt5hhsjk 47 Casualties Of The War In Ache Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008 09 19 Diakses tanggal 2008 08 17 Amnesty Indonesia failing to uphold Aceh peace terms BBC News 18 April 2013 Diakses tanggal 18 April 2013 a b c Ibid hlm 14 di Tiro Hasan M 1984 The Price of Freedom The Unfinished Diary Norsborg Sweden Information Department National Liberation Front Acheh Sumatara hlm 108 Schulz Op Cit hlm 10 a b Aspinall Edward 2009 Islam and Nation Separatist Rebellion in Aceh Indonesia Singapore National University of Singapore Press hlm 63 ISBN 978 9971 69 485 2 a b ibid hlm 64 a b Schulz Op Cit hlm 4 ibid hlm 11 a b c Aspinall Islam and Nation hlm 105 ibid Schulz Op cit hlm 15 16 Aspinall Islam and Nation hlm 110 Leonard Sebastian Realpolitik Indonesia s Use of Military Force 2006 Institute of Southeast Asian Studies Aspinall Islam and Nation hlm 113 Miller Michelle Ann op cit The Indonesian Observer 2 December 1999 Tidak memiliki atau tanpa title bantuan Aspinall Edward 2005 The Helsinki Agreement A More Promising Basis for Peace in Aceh Washington East West Center Washington hlm vii ISBN 978 1 932728 39 2 Millions demand referendum in Aceh Green Left Diakses tanggal 23 October 2012 Acheh The Stavanger Declaration Unrepresented Nations and Peoples Organization Diakses tanggal 23 October 2012 ibid Tidak memiliki atau membutuhkan url bantuan Parameter access date membutuhkan url bantuan Aspinall Islam and Nation hlm 142 Human Rights Watch Pengakuan yang sangat berguna dan rinci dari proses negosiasi dari pihak Indonesia dalam buku oleh negosiator kunci Indonesia Hamid Awaludin Peace in Aceh Notes on the peace process between the Republic of Indonesia and the Aceh Freedom Movement GAM in Helsinki diterjemahkan Tim Scott 2009 Centre for Strategic and International Studies Jakarta ISBN 978 979 1295 11 6 Salinan arsip PDF Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2008 02 28 Diakses tanggal 2013 04 20 See Hamid Awaludin op cit Asia Times Online Southeast Asia news A happy peaceful anniversary in Aceh Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 02 03 Diakses tanggal 2013 04 20 Text of the MOU Diarsipkan 2013 04 18 di Wayback Machine PDF format 1 Aspinall Islam and Nation hlm 47 ibid hlm 31 ibid hlm 48 Robinson Geoffrey 1998 Rawan is as Rawan Does The Origins of Disorder in New Order Aceh Indonesia 66 130 Parameter month yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Kell Tim 1995 Ithaca N Y Cornell Modern Indonesia Project hlm 28 ISBN 978 6028397179 Tidak memiliki atau tanpa title bantuan Aspinall Islam and Nation hlm 23 Morris Eric Eugene 1983 Islam and Politics in Aceh A Study of Center Periphery Relations in Indonesia Ithaca N Y PhD Dissertation Cornell University hlm 78 ibid hlm 84 Aspinall Islam and Nation hlm 52 Morris Islam and Politics in Aceh hlm 276 281 Aspinall Islam and Nation hlm 110 ibid hlm 199 ibid hlm 197 ibid hlm 194 Islamic Law and Criminal Justice in Aceh International Crisis Group 117 5 31 Parameter month yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Periksa nilai tanggal di date year date mismatch bantuan Aspinall Islam and Nation hlm 200 202 Robinson Rawan is as Rawan Does Indonesia 66 160 Dawood Dayan 1989 Aceh The LNG Boom and Enclave Development Unity and Diversity Regional Economic Development in Indonesia Since 1970 ed Hal Hall Singapore Oxford University Press 117 Parameter coauthors yang tidak diketahui mengabaikan author yang disarankan bantuan ibid 115 Robinson Rawan is as Rawan Does Indonesia 66 136 Kell The Roots of Acehnese Rebellion hlm 30 Robinson Rawan is as Rawan Does Indonesia 66 137 ibid 138 di Tiro The Price of Freedom hlm 16 Robinson Rawan is as Rawan Does Indonesia 66 139 Aspinall Edward 2007 The Construction of Grievance Natural Resources and Identity in a Separatist Conflict The Journal of Conflict Resolution 6 51 964 967 Parameter month yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan ibid 964 a b c Aspinall Islam and Nation hlm 76 Tiro The Price of Freedom hlm 248 Drexler Elizabeth 2008 Aceh Indonesia Securing the Insecure State Philadelphia Pennsylvania University of Pennsylvania Press hlm 69 ISBN 978 0 8122 4057 3 Sulaiman M Isa 2006 From Autonomy to Periphery Verandah of Violence The Background of the Aceh Problem ed Anthony Reid Singapore Singapore University Press 138 Aspinall Islam and Nation hlm 78 Morris Islam and Politics in Aceh hlm 301 a b Aspinall Islam and Nation hlm 79 a b c ibid hlm 91 Tidak memiliki atau tanpa title bantuan ibid hlm 90 Tidak memiliki atau tanpa title bantuan a b Robinson Rawan is as Rawan Does Indonesia 140 a b c Document Indonesia Shock Therapy Restoring Order in Aceh 1989 1993 Amnesty International 1993 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010 11 14 Diakses tanggal 2013 04 24 Kingsbury Damien 2006 Military Business in Aceh Verandah of Violence The Background to the Aceh Conflict ed Anthony Reid 212 Parameter coauthors yang tidak diketahui mengabaikan author yang disarankan bantuan Indonesian Crisis Group 3 Aceh How Not to Win Hearts and Minds Indonesia Briefing 7 Parameter month yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Periksa nilai tanggal di date year date mismatch bantuan Kingsbury Military Businesses in Aceh Verandah of Violence 212 217 a b c d International Crisis Group 15 Aceh A New Chance for Peace Crisis Group Asia Briefing 40 4 Parameter month yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Periksa nilai tanggal di date year date mismatch bantuan Kompas 10 June 2005 Tidak memiliki atau tanpa title bantuan Aspinall Edward 2005 The Helsinki Agreement A More Promising Basis for Peace in Aceh PDF Washington East West Center Washington hlm 8 ISBN 978 1 932728 39 2 a b c Aspinall Islam and Nation hlm 231 ibid hlm 232 Salinan arsip Jakarta Post 28 May 2006 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015 06 03 Diakses tanggal 2013 04 24 a b Aspinall Islam and Nation hlm 234 ibid hlm 235 a b c Aspinall A More Promising Basis for Peace in Aceh hlm 13 14 ibid hlm 16 Kingsbury Damien 2006 Peace in Aceh A Personal Account of the Helsinki Peace Process Jakarta Equinox hlm 15 ISBN 979 3780 25 8 ibid hlm 15 16 Time To Face The Past PDF Amnesty International Amnesty International 2013 Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2013 05 25 Diakses tanggal 18 April 2013 Amnesty Indonesia failing to uphold Aceh peace terms https www kompas com stori read 2021 08 02 130000979 gerakan aceh merdeka latar belakang perkembangan dan penyelesaian page all page2Pranala luar SuntingINDONESIA THE WAR IN ACEH HRW report 2001 Aceh Peace Diarsipkan 2010 06 16 di Wayback Machine From Reuters Alertnet Diarsipkan 2009 03 11 di Wayback Machine Full text of the Agreement between the Government of Indonesia and the Free Aceh Movement 18 August 2005 UN Peacemaker Full text of the Cessation of Hostilities Agreement Between the Government of Indonesia and the Free Aceh Movement 9 December 2002 UN Peacemaker Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Pemberontakan di Aceh amp oldid 24383342