www.wikidata.id-id.nina.az
Halaman ini berisi artikel tentang kualitas mental dari keyakinan dalam agama Buddha Untuk deskripsi praktik bakti Buddhis lihat Bakti Buddhis Dalam Buddhisme keyakinan atau iman bahasa Pali saddha Sanskerta sraddha mengacu pada iman kepada Tiga Permata dan Hukum Karma Keyakinan juga dipandang sebagai komitmen untuk mempraktikkan ajaran Buddha Umat Buddha pada umumnya mengakui beberapa objek keyakinan utama tetapi beberapa aliran Buddhisme secara khusus membaktikan diri kepada tokoh tertentu Keyakinan tak hanya berupa bakti terhadap suatu tokoh tetapi juga terkait dengan konsep konsep dalam ajaran Buddha seperti efikasi karma buah karma dan kemungkinan mencapai kecerahan Ananda kiri dianggap sebagai murid teladan Buddha Terjemahan dariKeyakinan atau ImanPalisaddhaSanskritsraddhaTionghoa信 T amp S Pinyin xin Jepang信 rōmaji shin Korea믿음 RR sin eum Tibetanདད པ Wylie dad paTHL dat pa Bengaliশ র দ ধ রThaisrththa RTGS satthaa Vietnamđức tinSinhalaශ රද ධDaftar Istilah Buddhis lihatbicarasunting Keyakinan atau iman dalam Buddhisme awal dan aliran Theravada dipusatkan pada 1 2 Tiga Permata Tiratana Iman kepada Buddha yaitu meyakini para Buddha masa lalu Buddha masa kini Siddhattha Gotama dan kedatangan calon Buddha bodhisatta masa depan juga pencapaian Kebuddhaan Nya di Nibbana Iman kepada Dhamma yaitu meyakini ajaran yang disampaikan oleh Buddha Iman kepada Saṅgha yaitu meyakini komunitas para pengikut yang dianggap maju secara spiritual atau komunitas rahib yang berupaya mencapai kecerahan Pada jenis klasifikasi di atas iman kepada Hukum Karma merupakan bagian dari iman kepada Dhamma Akan tetapi beberapa bagian kitab suci juga secara spesifik merincikan iman kepada Hukum Karma sebagai dua poin tambahan Hukum Karma Kamma Niyama Iman kepada kamma yaitu meyakini adanya perbuatan berkehendak yang secara moral dikategorikan sebagai baik atau buruk Iman kepada resultan atau buah kamma vipaka atau phala yaitu meyakini adanya akibat dari perbuatan berkehendak yang secara moral baik atau buruk Secara tradisional pernyataan iman ditunjukkan dengan pengambilan perlindungan kepada Tiga Permata dalam syair Tiga Perlindungan Tisarana 3 4 5 Buddhaṁ saraṇaṁ gacchami Dhammaṁ saraṇaṁ gacchami Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchami Aku berlindung kepada Buddha Aku berlindung kepada Dhamma Aku berlindung kepada Saṅgha Khuddakapaṭha 1 Khuddaka Nikaya Seorang umat awam yang berlindung kepada Tiga Permata disebut upasaka atau upasika sedangkan yang tidak berlindung kepada Tiga Permata disebut titthiya Keyakinan dianggap sebagai langkah pertama menuju kebijaksanaan dan kecerahan Sementara itu agama Buddha awal secara moral tidak mengecam pemberian persembahan secara damai kepada dewa dewi Sepanjang sejarah agama Buddha pemujaan dewa dewi sering kali berasal dari keyakinan pra Buddhis dan animis kemudian disesuaikan menjadi praktik dan kepercayaan Buddhis Sebagai bagian dari proses itu dewa dewi tersebut dinyatakan sebagai bawahan dari Tiga Permata yang masih terus memegang peran utama Pada masa berikutnya dalam sejarah agama Buddha khususnya Buddha Mahayana keyakinan memiliki peran yang jauh lebih penting Aliran Mahayana memperkenalkan bakti kepada para Buddha dan bodhisatwa yang berada di Tanah Murni Dengan berkembangnya bakti kepada Buddha Amitabha dan agama Buddha aliran Tanah Murni keyakinan memperoleh peran utama dalam praktik agama Buddha Agama Buddha aliran Tanah Murni versi Jepang yang dipimpin oleh Hōnen dan Shinran bahkan meyakini bahwa satu satunya praktik yang bermanfaat bagi umat Buddha adalah keyakinan penuh kepercayaan kepada Buddha Amitabha karena aliran tersebut menganggap selibasi meditasi dan praktik Buddhis lainnya sebagai praktik yang tidak lagi mujarab atau bertolak belakang dengan sifat utama keyakinan Sementara itu umat Buddha Tanah Murni pada umumnya mengartikan keyakinan sebagai sebuah keadaan yang mirip dengan pencerahan Dampak keyakinan dalam religiositas umat Buddhis kemudian menjadi sangat penting dalam gerakan gerakan milenarian di beberapa negara Buddhis yang terkadang mengakibatkan kehancuran dinasti dinasti kerajaan dan perubahan politik penting lainnya Dengan demikian peran keyakinan terus meningkat sepanjang sejarah agama Buddha Namun semenjak abad ke 19 modernisme Buddhis di negara negara seperti Sri Lanka dan Jepang dan juga di dunia Barat cenderung memandang rendah dan mengkritik peran keyakinan dalam agama Buddha Keyakinan dalam agama Buddha masih memiliki peran di Asia dan negara negara Barat pada zaman modern tetapi dipahami dan diartikan secara berbeda dengan nilai nilai modern dan eklektisisme menjadi lebih penting Di sisi lain komunitas Buddha Dalit khususnya gerakan Nawayana menafsirkan konsep konsep Buddhis melalui sudut pandang keadaan politik kaum Dalit dan dalam gerakan tersebut terdapat ketegangan antara rasionalisme modern dengan praktik kebaktian setempat Daftar isi 1 Peran dalam ajaran Buddha 2 Sejarah 2 1 Agama Buddha awal 2 1 1 Mengambil perlindungan 2 1 2 Melalui verifikasi 2 1 3 Langkah awal 2 2 Mahayana 2 2 1 Aliran Tiantai Tendai dan Nichiren 2 2 2 Aliran Tanah Murni 2 2 2 1 Jepang 2 2 3 Aliran Zen 2 2 4 Awalokiteswara 2 3 Perkembangan sejarah lain 2 3 1 Dewa dewi 2 3 2 Milenarianisme 2 4 Perkembangan modern 2 4 1 Modernisme Buddhis 2 4 2 Buddhisme abad kedua puluh di dunia Barat 2 4 3 Nawayana 3 Lihat pula 4 Catatan 5 Kutipan 6 Sumber 7 Pranala luarPeran dalam ajaran Buddha suntingKeyakinan diartikan sebagai kepercayaan bahwa praktik ajaran Buddha akan membuahkan hasil 6 7 Keyakinan adalah rasa percaya dan berserah diri kepada tokoh tokoh yang tercerahkan atau mereka yang dianggap sudah maju secara spiritual seperti para Buddha atau bodhisatwa atau bahkan biksu atau lama tertentu yang sangat dihormati 6 8 9 Umat Buddha biasanya mengakui berbagai objek keyakinan tetapi beberapa penganut secara khusus berbakti kepada satu objek keyakinan tertentu seperti seorang Buddha tertentu 6 Namun agama Buddha tidak pernah memiliki satu wewenang pusat baik itu dalam bentuk manusia maupun kitab suci Kitab suci biasanya dijadikan sebagai panduan dan konsensus yang berkenaan dengan praktik biasanya dibentuk melalui perdebatan dan diskusi 10 Berikut adalah beberapa istilah dipakai dalam agama Buddha untuk mengacu kepada keyakinan dan istilah istilah ini memiliki aspek kognitif maupun afektif 7 Sraddha Sanskerta bahasa Pali saddha Tionghoa klasik wen hsin yang berarti komitmen atau kepercayaan kepada orang lain atau bentuk ikrar atau komitmen untuk berpraktik 6 11 Sraddha sering kali dipandang sebagai penawar niat buruk dalam pikiran 12 13 Lawan kata sraddha adalah asraddhya yang merujuk kepada ketiadaan kemampuan untuk mengembangkan keyakinan kepada guru dan ajaran ajarannya sehingga tak dapat mengembangkan energi pada perjalanan spiritual 14 Kata sraddha berasal dari kata srat memiliki keyakinan dan dha mempertahankan note 1 Dengan demikian cendekiawan kajian agama Sung bae Park menyimpulkan bahwa sraddha berarti mempertahankan kelangsungan kepercayaan tetap bertekad kuat atau menopang kepercayaan yang berarti berpegang teguh 16 Prasada Sanskerta bahasa Pali pasada Tionghoa klasik ching hsin yang lebih afektif ketimbang sraddha Istilah ini digunakan dalam konteks yang berkenaan dengan ritual dan upacara Istilah tersebut merujuk kepada penerimaan diri secara khusyuk atas berkah dan keagungan objek bakti 17 Kata prasada berasal dari awalan pra dan sad yang artinya tenggelam duduk dan diartikan oleh Park sebagai duduk dalam kejernihan dan kesejukan 16 Dengan demikian prasada merujuk kepada fokus pikiran sang penganut komitmennya dan kualitasnya yang telah mengalami peningkatan 18 Keyakinan biasanya dikaitkan dengan Tiga Mestika yang meliputi Buddha Dharma ajarannya dan Saṅgha komunitasnya Oleh sebab itu keyakinan sering kali menjadikan individu tertentu sebagai objeknya Walaupun begitu keyakinan dalam agama Buddha berbeda dengan bakti dalam agama agama India lainnya bhakti karena keyakinan tersebut berhubungan dengan objek objek impersonal seperti kerja karma dan efikasi dari pelimpahan jasa 19 Keyakinan tampaknya berfokus pada atau bermuara pada pandangan benar atau pemahaman atas aspek aspek utama ajaran Buddha seperti bagaimana sistem kerja hukum karma kebajikan dan kelahiran kembali 20 21 22 Terkait dengan Tiga Mestika keyakinan berfokus pada dan bersukacita atas karakteristik Buddha Dharma dan Saṅgha 23 Berkaitan dengan hukum karma keyakinan merujuk kepada anggapan bahwa segala perbuatan memiliki dampak perbuatan baik menghasilkan dampak baik dan perbuatan buruk menghasilkan dampak buruk 24 Dengan demikian keyakinan memberikan panduan dalam menuju kehidupan kedermawanan moralitas dan sifat religius 25 Keyakinan juga meliputi gagasan seperti keberadaan ketidakkekalan dan hakikat pengondisian dan pada akhirnya pencerahan sempurna Buddha atau Nirwana dan metode praktik menuju Nirwana 20 21 22 Keyakinan berarti harus percaya bahwa sudah ada orang yang telah mencapai Nirwana dan mereka dapat mengajarkan cara untuk mewujudkan hal yang sama 26 Sejarah suntingDalam agama Buddha perihal perkembangan pemahaman keyakinan ada dua tahapan sejarah yaitu tahapan agama Buddha awal dan tahapan Buddha aliran Mahayana yang berkembang pada periode berikutnya Beberapa cendekiawan awal abad ke 20 seperti Louis de La Vallee Poussin Arthur Berriedale Keith dan Caroline Rhys Davids dikritik oleh para cendekiawan dari Sri Lanka karena tak membedakan dengan jelas dua tahapan tersebut 27 28 Agama Buddha awal sunting Artikel utama Sejarah agama Buddha Tahap awal agama Buddha dan Mazhab mazhab Buddhis awal Dalam teks teks agama Buddha awal seperti teks teks dalam bahasa Pali saddha biasanya diterjemahkan sebagai keyakinan tetapi dengan makna tambahan yang berbeda ketimbang istilah Inggris nya 29 Istilah tersebut terkadang juga diterjemahkan menjadi kepercayaan dalam hal kepercayaan akan doktrin 22 30 Menurut cendekiawan John Bishop keyakinan dalam agama Buddha awal pada dasarnya religius tanpa nuansa teistik 31 Keyakinan Buddha awal tidaklah menjadikan Tuhan sebagai pusat dari agama 32 Berlawanan dengan Brahmanisme Weda yang mendahului agama Buddha gagasan keyakinan dalam agama Buddha lebih berkaitan dengan ajaran ajaran yang dipelajari dan dipraktikkan ketimbang berfokus pada dewa dewi 33 Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan realitas menurut agama Buddha tak dipengaruhi oleh tradisi lain pada saat agama Buddha berkembang beberapa komunitas agama India sudah mengajarkan pendekatan kritis dalam memahami kebenaran 34 Keyakinan bukan sekadar komitmen batin atas sejumlah prinsip 35 tetapi juga memiliki sifat afektif 7 36 Para cendekiawan dalam agama Buddha awal membedakan antara keyakinan sebagai kebahagiaan dan keyakinan sebagai ketenangan memperluas pikiran menuju tingkat yang lebih tinggi 36 dan keyakinan sebagai sebuah energi yang memproduksi kepercayaan diri wajib menghadapi cobaan dan pengendalian diri 7 37 Karena keyakinan membantu mengurangi kebingungan ini menginspirasi dan memberikan energi kepada penganutnya 38 Seorang penganut Buddha berkeyakinan kepada Tiga Mestika yang meliputi Buddha Dharma dan Saṅgha serta kedisiplinan Namun dalam teks agama Buddha awal keyakinan bukan berarti bermusuhan atau menyangkal keberadaan dewa dewi lainnya Meskipun Buddha menolak pengurbanan hewan ia sendiri tidaklah menentang persembahan damai kepada dewa dewi tetapi menganggap hal tersebut kurang bermanfaat bila dibandingkan dengan persembahan amal kepada saṅgha biksu 39 35 Oleh sebab itu segala hal memiliki kodratnya tersendiri terkait dengan kemanfaatannya dan perilaku moral lebih dihargai dibandingkan upacara atau ritual 40 Keyakinan adalah konsekuensi dari ketidakkekekalan dan pemahaman benar atas penderitaan dukkha Refleksi tentang penderitaan dan ketidakkekekalan menuntun para penganut merasakan takut dan agitasi bahasa Pali saṃvega yang memotivasi mereka untuk mengambil perlindungan kepada Tiga Mestika dan menumbuhkan keyakinan sebagai sebuah hasil 41 Kemudian keyakinan pada gilirannya mengantarkan kepada beberapa kualitas mental penting lainnya sepanjang jalan menuju Nirwana seperti sukacita konsentrasi dan kebijaksanaan 42 Namun hanya berbekal keyakinan saja tak pernah dianggap cukup untuk mencapai Nirwana 43 44 nbsp Saṅgha dideskripsikan sebagai ladang kasih karena umat Buddha memberikan persembahan kepada mereka sebagai pembuahan karma tertentu 45 Umat Buddha awam laki laki dan perempuan yang berbudi luhur disebut upasaka atau upasika Untuk menjadi umat Buddha tak ada ritual formal yang diwajibkan 46 47 Beberapa ayat dalam Kitab Pali serta para ahli tafsir pada masa berikutnya seperti Buddhaghosa menyatakan bahwa umat awam Buddhis dapat mencapai surga hanya dengan memperkuat keyakinan mereka dan kasih sayang kepada Buddha demikian juga dalam ayat lainnya menyatakan bahwa keyakinan disandingkan dengan kebajikan lainnya seperti moralitas sebagai penyebab yang menuntun penganutnya terlahir ke surga 48 49 Terlepas dari semua itu keyakinan adalah bagian penting dari cara pandang umat awam Buddhis karena keyakinan diwujudkan dalam bentuk kebiasaan bertemu dengan saṅgha menyimak ajarannya dan yang terpenting memberikan dana kepada saṅgha Saddha dalam kehidupan awam berkaitan erat dengan dana kedermawanan Pemberian tulus adalah pemberian spritual yang paling penting 50 Keyakinan termasuk dalam daftar kebajikan untuk umat awam sehingga dideskripsikan sebagai kualitas progresif untuk para umat Buddha karena umat yang baru masuk agama Buddha memiliki ciri ciri hijau dalam bakti 51 Sehingga terdapat berbagai daftar kebajikan yang mana keyakinan diikutsertakan 52 48 dan tradisi Buddhis awal lainnya juga menekankan betapa pentingnya peranan keyakinan seperti tradisi Sarwastiwada 7 Selain itu agama Buddha awal mendeskripsikan keyakinan sebagai kualitas berpengaruh dalam pemasuk arus sebuah keadaan yang mendahului pencerahan 53 54 Dalam deskripsi standar dari mereka yang meninggalkan rumah menerima penahbisan biksu keyakinan disebut sebagai motivasi penting Disamping peran tersebut beberapa pakar Indologi seperti Andre Bareau dan Lily De Silva meyakini bahwa agama Buddha awal tak memegang nilai yang sama dengan kepercayaan seperti dalam beberapa agama lain seperti Kristen Bareau berpendapat bahwa agama Buddha tak memiliki keyakinan murni sebagai padanannya dalam agama Kristen Pandangan tentang kepercayaan membuta keyakinan absolut akan firman seorang master secara terang terangan berbertolak belakang dengan semangat agama Buddha awal 55 56 Namun penerjemah Caroline Rhys Davids tak sepakat dengan pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa keyakinan sama pentingnya bagi semua penganut agama karena itulah yang disebut sebagai penganut agama 57 58 Indologis Richard Gombrich berpendapat bahwa agama Buddha tak menentukan percaya akan seseorang atau sesuatu sampai taraf berlawanan dengan penalaran Selain itu Gombrich meyakini bahwa Buddha tak berniat untuk membuat sebuah agama yang berfokus pada bakti kepada dirinya meskipun ia mengakui bahwa bakti semacam itu telah dimulai saat Buddha masih hidup 59 60 Gombrich menyatakan bahwa ada banyak catatan dalam naskah naskah awal yang menjelaskan betapa pentingya pengaruh keyakinan tersebut 61 namun ia juga berpendapat bahwa perkembangan seremoni dan liturgi Buddhis benar benar sebuah konsekuensi tanpa disengaja secara keseluruhan kotbah dari Buddha 62 Mengambil perlindungan sunting Artikel utama Perlindungan Buddha nbsp Dalam Kitab Pali biksu Buddha memberikan peran signifikan dalam mempromosikan dan menegakkan keyakinan di kalangan kaum awam 63 64 Sejak agama Buddha awal para penganut menyatakan keyakinannya melalui mengambil perlindungan yang terdiri dari tiga lapisan Dalam hal ini berpusat pada otoritas Buddha sebagai sosok yang telah tercerahkan sepenuhnya dengan menempatkan peran Buddha sebagai guru umat manusia dan para dewa makhluk surgawi Perlinungan ini juga mencakup para Buddha dari masa lampau dan Buddha yang belum hadir di dunia ini Kedua mengambil perlindungan dengan cara menghormati kebenaran dan efikasi ajaran spiritual Buddha yang mencakup karakteristik fenomena bahasa Pali saṅkhara seperti ketidakkekalan bahasa Pali anicca fenomena dan jalan menuju pembebasan 65 66 Mengambil perlindungan terakhir yaitu dengan menerima komunitas para praktisi yang telah berkembang secara spiritual saṅgha yang kebanyakan didefinisikan sebagai komunitas monastik selain itu juga meliputi kaum awam dan bahkan para dewa dengan anggapan bahwa mereka sudah hampir atau sepenuhnya mencapai pencerahan 45 67 Agama Buddha awal tak mengikutsertakan elemen bodhisatwa dalam Tiga Perlindungan karena para bodhisatwa dianggap masih berada dalam perjalanan menuju pencerahan 68 Teks teks awal mendeksripsikan saṅgha sebagai ladang kebajikan karena penganut Buddha awal memberikan persembahan kepada mereka sehingga bisa mendatangkan karma baik 45 Para penganut awam mendukung dan menghormati saṅgha mereka yakin dengan cara demikian akan menghasilkan kebajikan dan membawa mereka semakin dekat dengan pencerahan 69 Sementara itu biksu Buddhis memberikan peran signifikan dalam meningkatkan dan mempertahankan keyakinan umat awam Meskipun ada banyakcontoh dalam kitab suci menyebutkan perilaku baik para monastik tetapi ada juga kasus para biksu berperilaku buruk Kasus biksu berperilaku buruk ditanggapi dengan hati hati sebagaimana reaksi dari para umat hal demikian disebutkan dalam kitab suci Saat Buddha mulai menetapkan aturan baru dalam peraturan monastik untuk menangani perilaku buruk monastiknya Beliau menyatakan bahwa perilaku demikian hendaknya dihentikan karena tak akan menyakinkan umat lain dan umat sendiri akan menjauh Beliau mengharapkan para biksu biksuni dan samanera samaneri untuk hidup bukan hanya demi memberikan manfaat untuk diri sendiri saja tetapi juga menopang keyakinan masyarakat Di sisi lain tugas menginspirasi keyakinan umat bukanlah demi menyuburkan kemunafikan atau hal yang tidak sepantasnya sebagai contohnya monastik yang tidak menjalankan tugas sebagai monastik malahan berprofesi lain atau memberikan oleh oleh kepada umat awam dengan harapan untuk meminta bantuannya 63 64 Dengan demikian mengambil perlindungan merupakan sebuah bentuk aspirasi untuk menjadikan Tiga Mestika sebagai pedoman inti kehidupan Mengambil perlindungan dilakukan lewat formula singkat seseorang menyebutkan Buddha Dharma dan Saṅgha sebagai perlindungan 70 67 Pada naskah naskah Buddhis awal mengambil perlindungan adalah sebuah pernyataan tekad untuk mengikuti petunjuk dari Buddha tetapi bukan berarti melepaskan tanggung jawab 66 Melalui verifikasi sunting nbsp Stupa Buddha di Kesariya Bihar India didirikan untuk menghormati Kalama Sutta Keyakinan dapat menuntun para praktisi untuk memegang teguh perlindungan kepada Tiga Mestika hal ini juga yang membukakan jalan menuju pengalaman spiritual baru yang belum pernah mereka ketahui Ini adalah aspek bakti atau aspek mistis dari keyakinan Namun ada juga aspek rasional makna perlindungan berakar pada verifikasi pribadi 10 Dalam Kalama Sutta Buddha menegaskan bahwa Ia tidak setuju dengan prinsip seseorang mengikuti otoritas suci tradisi doktrin logika atau demi menghormati seorang guru 71 Pengetahuan yang datang dari sumber seperti itu berdasarkan pada kesombongan kebencian dan delusi dan para buddhis harus menyerap pengetahuan demikian secara berimbang dan jangan percaya begitu saja Namun ajaran seperti itu juga perlu dipertanyakan Mereka perlu mencari tahu apakah ajaran itu benar melalui verifikasi pribadi atas kebenaran spiritual membedakan apa saja yang menuntun kepada kebahagiaan dan memberikan manfaat dan apa saja yang sebaliknya 72 73 note 2 Setelah memberikan contoh melalui pendekatan seperti itu Buddha menyatakan bahwa praktik yang mengurangi kebencian keserakahan dan kegelapan batin akan bermanfaat bagi para praktisi terlepas dari apakah retribusi karma dan kelahiran kembali itu ada atau tiada 74 Dengan demikian pengalaman pribadi dan penilaian sangat ditekankan apabila berkenaan dengan apakah seseorang berkenan menerima Buddha dan agama Buddha Seseorang seharusnya juga mendengarkan arahan dari para bijaksana 48 Dalam Canki Sutta Buddha menekankan bahwa cara seseorang memunculkan keyakinan terdiri dari dua bentuk keyakinan tulus yang berlandaskan fakta dan tidak keliru atau sia sia kosong dan palsu Sehingga saat seseorang menganut keyakinan tertentu mereka tak harus memberikan pernyataan Hanya ini yang benar sisanya keliru namun sebagai gantinya menyajikan kebenaran dengan kesadaran Ini adalah keyakinanku 75 73 note 3 Sehingga sutta itu mengkritik wahyu ilahi tradisi dan laporan lainnya karena dianggap keyakinan tak berdasar dan pengertian tak lengkap dari penyerapan pengetahuan atau kebenaran spiritual 48 76 Namun dalam Sandaka Sutta Buddha juga mengkritik cara memahami kebenaran hanya lewat akal budi dan logika saja 75 76 Sebagai gantinya pengetahuan intiuitif langsung dan personal diharuskan untuk mencapai kebenaran kemudian pengetahuan itu tak dipengaruhi oleh sikap bias 77 78 Jadi kepercayaan dan keyakinan saja tidak mencukupi untuk memperoleh kebenaran walaupun berkaitan dengan spiritual para penganut agama lain menyebutnya sebagai keyakinan Buddha tidak setuju dengan tradisi yang menuntut kepercayaan buta terhadap kitab suci atau guru 27 78 Dalam satu wejangan Buddha ditanya hal apa yang menjadi landasan keabsahan ajarannya ia menjawab bahwa ia tak menggunakan tradisi keyakinan dan penalaran sebagai landasan keabsahan ajarannya tetapi cenderung menggunakan pengalaman pribadi sebagai sumber otoritasnya 79 nbsp Buddha menyatakan dalam beberapa catatan termasuk Vimaṁsaka Sutta bahwa para muridnya harus menyelidikan dirinya sendiri apakah ia benar benar tercerahkan dan bertindak murni dengan mengamatinya selama jangka panjang 80 81 Kesimpulannya umat Buddha wajib memverifikasi kebenaran dan moralitas lewat pengalaman pribadi Ini kemudian berujung pada penerimaan sementara yang disebut mempertahankan kebenaran Keyakinan berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya dengan sikap terbuka atas kehendak untuk mempelajari dan berusaha memfamiliarisasikan diri sendiri dengan ajaran Meskipun verifikasi pribadi dari keyakinan seseorang mendalam secara mutlak berubah dari mempertahankan menjadi menemukan kebenaran 48 73 Proses verifikasi melibatkan berbagai pengalaman pada umumnya selain itu juga pengalaman yoga dari pelatihan batin 82 Selain itu Buddha menyebutkan kriteria untuk ajarannya sendiri Dia sendiri memiliki kualifikasi untuk mengajarkan Dharmanya karena dia sendiri telah memverifikasinya tetapi tak mempelajarinya dari orang lain atau diperoleh dari logika 83 Buddha menyatakan dalam beberapa wejangan termasuk Vimaṁsaka Sutta bahwa para muridnya harus menyelidikinya termasuk menyelidiki Buddha cari tahu apakah dia sudah tercerahkan atau tindak tanduknya sudah murni dengan cara mengamatinya dalam kurun waktu panjang 80 81 Beberapa orang yang dideskripsikan dalam kanon Pali menyebutkan bahwa ada orang yang mengamati Buddha dengan sedemikian rupa sehingga dia bisa memunculkan keyakinan kokoh 80 Hal ini bukan berarti Buddha tidak menerima sikap penghormatan dari orang lain kepada dirinya Buddha mengajarkan tata cara bakti bisa membantu pikiran praktisi awam menjadi bersemangat dan membantu mereka sepanjang jalan agar bisa memperoleh kelahiran yang lebih baik dan pencerahan 84 Oleh karena itu bakti merupakan topik bagi praktisi serius yang berminat untuk mendalaminya 85 Langkah awal sunting Keyakinan merupakan kepercayaan kepada Buddha sebagai guru spiritual dan menerima ajaran ajaran Buddha di tahap awal Keyakinan dianggap bermanfaat besar bagi praktisi pemula dari ajaran Buddha 10 37 Dalam Cula hatthipadopama Sutta Buddha mendeskripsikan jalan menuuju pencerahan dimulai dari memiliki keyakinan kepadanya namun tetap mempraktikkan kebajikan meditasi dan kebijaksanaan semua itu berujung pada pencerahan Dengan demikian keyakinan ditahap awal mendukung kepercayaan diri untuk meneruskan perjalanan menuju tujuan akhir 86 dan untuk alasan ini pula dalam ajaran Buddha awal keyakinan biasanya disebutkan sebagai kualitas pertama dalam nilai kebajikan progresif 51 Selain saddha istilah lainnya yaitu pasada dan sinonim sinonim terkaitnya pasanna dan pasidati terkadang juga diterjemahkan menjadi keyakinan tetapi memberi nilai yang lebih tinggi daripada saddha Saddha menjadi semakin mendalam ketika seseorang semakin maju dalam perjalanan spiritualnya dan teks teks awal terkadang menyebutnya sebagai pasada 87 88 89 dan terkadang sebagai bhakti 25 Pasada adalah keyakinan dan kecenderungan tertarik kepada seorang guru tetapi dibarengi oleh kejernihan batin kedamaian hati dan pengertian 89 Sang murid yang berlatih mulai mengembangkan dan menstabilkan keyakinannya berlandaskan kewawasan spiritual 37 90 Semua ini menuntun keyakinan menjadi tak tergoyahkan 91 92 Dengan demikian keyakinan saja belumlah cukup untuk mencapai keselamatan tetap itu hanyalah langkah pertama menuju kebijaksanaan dan pencerahan 93 Beberapa ajaran dalam agama Buddha awal menyebut keyakinan sebagai langkah awal sementara kebijaksanaan disebutkan sebagai yang terakhir 94 95 Pada tahap akhir jalan praktik Buddhis untuk menuju arahat seorang praktisi secara keseluruhan mengganti keyakinan dengan kebijaksanaan Pada titik tersebut arahat tak lagi mengandalkan keyakinan 96 97 44 walaupun sudah tiba pada tahap tersebut kadang kadang bentuk keyakinan komplet juga pernah dijelaskan 98 Sehingga Buddha memuji sebagian besar muridnya karena kebijaksanaannya bukan keyakinannya Pengecualian pada Bhant Vakkali ia dipuji oleh buddha sebagai Dia yang tertinggi dalam keyakinan diantara orang lain Buddha juga mengajarkan muridnya agar fokus pada ajarannya bukan pada sosok Buddha 37 97 44 Tampaknya Buddha juga menegur muridnya Bhante Ananda melalui cara yang serupa 99 Dalam Kitab Pali menjelaskan beberapa pendekatan berbeda berkenaan dengan keyakinan Saat mengembangkan keyakinan kepada seseorang atau kepada Buddha upaya ini memberikan manfaat kecil apalagi terlalu berlebihan berkaitan dengan fitur tidak signifikan seperti tampak fisik lalu tidak terlalu fokus pada ajaran Buddha Pendekatan keyakinan seperti ini mengarahkan kepada perasaan sayang dan marah dan juga ada kekurangan lainnya Hal demikian merupakan penghalang dalam menyusuri jejak Buddha dan pencapaian pencerahan serupa dengan kasus Vakkali Keyakinan dan bakti perlu berjalan bersama sama dengan dibarengi dengan Ekuanimitas 100 101 102 Mahayana sunting nbsp Buddha Gautama dengan adegan adegan dari legenda Awadana Dalam periode kaisar Ashoka abad ke 3 sampai ke 2 SM umat Buddha banyak menitikberatkan pada keyakinan karena Ashoka membantu mengembangkan agama Buddha sebagai agama populer untuk menyatukan kekuasaanya Tren baru ini berujung pada peningkatan pemujaan stupa dan bertambah banyaknya sastra berlandaskan keyakinan yaitu Awadana 103 104 Pada abad ke 2 SM Buddha semakin lumrah digambarkan dalam bentuk lukisan dan ada peralihan penekanan pada bakti emosional dalam agama India Ini menuntun pada perspektif baru dalam agama Buddha seperti yang dirangkum oleh Peter Harvey seorang cendekiawan studi agama Buddha dia menyatakan bawah welas asih keyakinan dan kebijaksanaan Perspektif tersebut membuka jalan lahirnya Aliran Mahayana 105 106 Pada umumnya peran keyakinan dalam Mahayana mirip dengan Theravada 88 107 keyakinan merupakan bagian tak terhindarkan dari praktik Mahayana maupun Theravada 74 Bahkan dalam aliran Theravada saat ini yang bermula dari teks Pali keyakinan masih merupakan bagian penting dalam masyarakat Buddhis tradisional Penganut aliran Theravada memandang keyakinan kepada Tiga Mestika sebagai unsur protektif dalam kehidupan sehari hari khususnya saat dipadukan dengan etika Buddhis 108 Namun dengan kebangkitan aliran Mahayana kedalaman dan rangkaian ajaran tentang keyakinan semakin intensif Sejumlah besar bodhisatwa menjadi fokus bakti dan keyakinan memberikan nuansa teistik kepada aliran Mahayana 109 110 Dalam agama Buddha awal ada beberapa sumber tulisan yang menyatakan bahwa Buddha dan makhluk tercerahkan lainnya yang memiliki alam di luar batas dunia Kemudian penganut Theravada meyakini bahwa Maitreya Buddha masa depan menunggu mereka di surga dan secara hari demi hari mereka semakin menghormati Maitreya Selain itu penganut Mahayana membawa gagasan tersebut lebih lanjut 111 112 Setelah Buddha mangkat ada sebuah perasaan menyesal dari komunitas pengikut Buddha mereka merasa Buddha sudah tiada lagi di dunia ini dan ada keinginan untuk bertemu dengan Buddha Sanskerta darsana dan menerima kekuatannya 113 114 Penganut Mahayana memperluas pengertian Tiga Mestika dengan mengikutsertakan para Buddha yang berdiam di surga dan yang kemudian disebut sebagai Buddha sambhogakaya perwujudan dari kesenangan Dharma 114 115 Seiring dengan penekanan pada para Buddha di tanah murni Buddha yang bermanifestasi setiap waktu dan tempat kondisi ini membuat peranan Buddha Gautama semakin kabur dalam keyakinan Buddhis 116 117 Buddha Tanah Murni banyak memfokuskan keyakinannya ke Buddha di alam tersebut khususnya Buddha Amitabha 118 119 Dimulai dari bakti kepada para Buddha di tanah murni 118 119 sosok sosok bodhisatwa tingkat tinggi yang merupakan gagasan gagasan Mahayana secara bertahap menjadi fokus dari ibadah dan kultus ekstensif 120 Semenjak abad ke 6 penggambaran para bodhisatwa dalam ikonografi buddhis menjadi suatu hal yang lumrah 118 seperti bodhisatwa Awalokiteswara yang mewakili welas asih dan Manjusri manifestasi dari kebijaksanaan 121 Catatan tentang para bodhisatwa akan perbuatan baik mereka sering kali meliputi tindakan tindakan dengan pengorbanan besar dan para penulis tampaknya mengartikan catatan tersebut lebih condong pada praktik bakti ketimbang sebagai panutan 122 Berdasarkan itulah pada abad ke 12 dan ke 13 agama Buddha di Jepang mulai terjadi pergeseran dari tujuan akhir pencapaian pencerahan berubah menjadi praktik yang berkaitan dengan hakikat Buddha universal dan tanah murni tempat para Buddha bersemayam 123 Seiring dengan perkembangan sistem pemikiran Madhyamaka Buddha Sakyamuni tidak lagi dianggap sebagai satu satunya tokoh sejarah dan gagasan persatuan esensial dalam seluruh makhluk hidup menjadi bagian intrinsik dari teori dan praktik Buddha 124 Perkembangan tersebut berujung pada gerakan bakti dari agama Buddha aliran Tanah Murni sementara dalam agama Buddha aliran Zen bertujuan menemukan Hakikat Buddha dalam dirinya sendiri 125 Istilah untuk keyakinan yang umum dipakai dalam Buddha Mahayana adalah Xin Tionghoa dan shin Jepang istilah istilah tersebut dapat merujuk kepada rasa percaya selain juga penerimaan tanpa dipertanyakan atas objek bakti seseorang Istilah itu juga dipakai tradisi Chan atau Zen yang mana berkaitan dengan keyakinan terhadap Hakikat Buddha tathagatagarbha yang terbenam dalam pikiran seseorang dan Hakikat Buddha akan muncul ketika seseorang berhasil menghentikan kebiasaan kebiasaan pikiran 17 126 7 Sehingga aliran Chan atau Zen menganggap keyakinan sebagai salah satu dari Tiga Esensial dalam praktik meditasi bersama dengan ketekunan dan keraguan 127 128 Di sisi lain aliran Tanah Murni membedakan antara aspek pikiran yaitu kepercayaan dan aspek yang disadarkan oleh praktik bakti dan kerendahan hati kepada Buddha Amitabha yang disebut sebagai xinji Tionghoa atau shinjin Jepang dan sukacita dan keyakinan karena dapat bertemu dengan Buddha Amitabha yang disebut sebagai xinfa Tionghoa atau shingyō Jepang 126 129 130 Tradisi Tanah Murni mendeskripsikan bahwa bangkitnya keyakinan merupakan pengalaman transendental melampaui waktu mirip dengan keadaan yang mendahului pencerahan 131 Ajaran dari Master Tanah Murni yaitu Shinran menyatakan bahwa pengalaman keyakinan itu disebut Cahaya Terang Jepang kōmyō melibatkan perasaan sepenuh hati pada tekad dan kebijaksanaan Buddha Amitabha yang mampu menyelamatkannya juga mengandalkan sepenuhnya kepada Amitabha karena para penganut sama sekali tidak berdaya 132 133 Terlepas dari betapa pentingnya perkembangan yang terjadi pada kemunculan Buddha Mahayana jika disebutkan bahwa tiada pergerakan tentang bakti sebelum Mahayana maka itu pernyataan terlalu dangkal Bakti telah ditemukan dalam teks dan praktik yang bersamaan dengan periode ketika teks Abhidhamma mulai dikompilasi bahkan sebelum kemunculan Mahayana 134 Lebih jauh lagi tradisi Theravada dikemudian hari mulai menekankan pada hagiografi tentang Buddha dan bodhisatwa lebih banyak lagi dan banyak catatan menyebutkan bahwa Buddha memainkan peranan utama dalam pencerahan banyak orang 135 Aliran Tiantai Tendai dan Nichiren sunting Artikel utama Sutra Teratai nbsp Fragmen abad kelima dari manuskrip Sutra Teratai Sansekerta dari Rouran Wei Utara yang diangkat dari Hetian provinsi Xinjiang Disimpan di Museum Mausoleum Raja Nanyue Sutra Teratai merupakan satu dari sekian teks Sanskerta sutra yang disanjung tinggi di Asia Tenggara 136 teks ini banyak mengetengahkan konsep ideal keyakinan 137 Di abad pertengahan Tiongkok dan Jepang ada banyak legenda ajaib yang berkenaan dengan Sutra Teratai legenda tersebut juga yang membuat sutra ini semakin populer Para cendekiawan berpendapat bahwa dalam sutra ini menekankan pada cara pandang bahwa Buddha sebagai seorang ayah cara pandang demikianlah yang membantu sutra tersebut menjadi populer 138 Sutra Teratai ditulis pada abad pertama dan kedua Masehi Di bagian dari pengkultusan dari buku itu penganut Mahayana menggantikan bagian pemujaan relik dan stupa menjadi pemujaan kepada Dharma sebagai perwakilan dari sutra Mereka menyanjung dan memuja Sutra Teratai sebagaimana mereka memuja Sutra Mahayana lainnya setara dengan pemujaan kepada stupa sebelum lahirnya aliran Mahayana Di antara semua sutra mereka paling menyanjung tinggi Sutra Teratai Sutra Teratai menjelaskan tentang berbagai bentuk bakti seperti menerima dan menjaga membaca melafalkan mengajarkan dan mentranskripkan dan juga berbagai cara untuk menyanjung tinggi sutra itu Dalam beberapa salinan mereka menggambarkan setiap huruf laksana Buddha lalu ditempatkan di dalam stupa 139 140 141 Walaupun implikasi teoretis dari Sutra Teratai dipengaruhi oleh cendekiawan tradisional praktik yang berkenaan dengan bakti dalam sutra tersebut semakin memberikan pengaruh kepada sutra itu sendiri 142 Aliran Tiantai Tiongkok abad ke 6 dan bentuk Jepang nya pada masa berikutnya adalah Tendai semakin mengedepankan pemujaan terhadap Sutra Teratai dengan memadukan bakti terhadap Buddha Amitabha 143 144 Aliran aliran tesebut meyakini bahwa sutra tersebut merupakan ajaran tertinggi di antara semua ajaran Buddha dan menuntun menuju pencerahan dalam kehidupan saat ini 145 Beberapa aliran dari periode Kamakura abad ke 12 sampai ke 14 bahkan menganggap Sutra Teratai merupakan satu satunya kendaraan atau jalur Dharma Ekayana lalu Nichiren 1222 1282 menyakini bahwa hanya praktik ini yang bisa menuntun masyarakat ke Tanah Buddha ideal 146 Nichiren menyampaikan bahwa keyakinan dalam dan pemujaan sutra atas alasan tersebut di atas ia mengkritik keras aliran dan tipe pemujaan berbeda 147 148 Ia menganggap sutra itu sebagai prediksi atas misi dari pergerakannya 149 150 Nichiren yakin bahwa melalui bakti terhadap sutra itu maka Tanah Murni di bumi bisa direalisasikan sebuah tanah yang merupakan penggambaran dari pencerahan ideal dalam aliran Mahayana 151 152 Ia mengajarkan bahwa pemujaan kepada sutra ini akan menuntun seorang praktisi bermanunggal dengan Buddha primordial ia menyakini bahwa Buddha Primordial merupakan manifestasi dari semua Buddha 142 Nichiren menyatakan bahwa melalui pelantunan judul sutra itu hanya berlandaskan keyakinan saja 153 Walaupun memiliki kekuatan bakti kuat kepada Sutra Teratai Nichiren tidak begitu menekankan pada studi atas sutra itu ia percaya bahwa hanya melafalkan judul sutra itu saja merupakan cara praktik paling efektif bagi banya orang yang hidup di masa kemunduran 154 Lihat Buddhisme Tanah Murni di bawah Saat ini lebih dari empat puluh organisasi meneruskan tradisi Nichiren beberapa diantaranya adalah organisasi awam 155 Aliran Tanah Murni sunting Artikel utama Aliran Tanah Murni dan Shinjin nbsp Buddha Amitabha Tampaknya sutra dari aliran Tanah Murni yang menjadi keyakinan dan bakti menjadi hal paling penting tertinggi dalam konteks soteriologi Ketika bakti kepada emanasi para Buddha di tanah murni mulai berkembang dalam Mahayana gagasan yang berkembang menyatakan bahwa para Buddha tersebut dapat menciptakan Setra Buddha Sanskerta buddha kṣetra atau Tanah Tanah Murni Sanskerta sukhawati 106 Dalam Aliran Tanah Murni ini adalah keyakinan seseorang dalam welas kasih dari Buddha Amitabha 156 didukung dengan kombinasi permintaan tulus untuk memasuki Tanah Murni Nya yang dijelaskan bahwa akan merealisasi pembebasan di sana Aliran Tanah Murni tersebut mempersiapkan para penganutnya untuk merealisasi pencerahan dan Nirwana 157 158 Aliran Tanah Murni memiliki beberapa perbedaan dengan agama Buddha pada umumnya pada masa itu yang mana pada zaman itu pada umumnya agama Buddha mengandalkan upaya pribadi dan teknik pengendalian diri 159 Penganut Mahayana menganggap Amitabha Sanskerta terang tanpa batas sebagai salah satu emanasi Buddha 106 160 Sutra Sukhavativyuha Panjang mendeskripsikan Buddha Amitabha sebagai seorang biksu yang berpraktik di bawah bimbingan seorang Buddha pada masa sebelumnya berkomitmen untuk menciptakan sebuah area melalui kekuatan spiritualnya Melalui area ideal tersebut Amitabha akan dengan mudah menuntun banyak makhluk merealisasikan pencerahan final 161 Dengan demikian Ia bertekad seketika mencapai pencerahan sebagai seorang Buddha melalui penjapaan namanya saja akan cukup untuk terlahir ke Tanah Murni itu 162 Praktik bakti kepada Amitabha tersebar di Jepang Korea Tiongkok dan Tibet yang mana tradisi ini awalnya berkembang di India pada permulaan Era Masehi 160 163 Inti dari Aliran Tanah Murni adalah gagasan bahwa manusia masa sekarang hidup dalam Zaman Kemunduran Dharma Tionghoa mofa Jepang mappō tahap akhir dari periode Buddha saat ini 157 158 Umat Buddha penganut Aliran Tanah Murni meyakini bahwa pada periode ini kemampuan rata rata orang sangat terbatas dalam meraih pembebasan Mereka perlu mengandalkan kekuatan eksternal Buddha Amitabha untuk mencapai pembebasan dan menunda perealisasian Nirwana pada kehidupan lain yaitu merealisasi Nirwana pada kelahiran kembali ke Tanah Murni 157 158 Kepercayaan serupa ini terjadi barangkali disebabkan oleh kekerasan konflik sipil kelaparan kebakaran dan kehancuran institusi monastik 164 Namun gagasan tentang mengandalkan kekuatan ekstenal bisa saja juga merupakan konsekuensi dari ajaran Mahayana tentang hakikat Buddha yang mana konsep tersebut membedakan antara yang belum tercerahkan dan pencapaian Buddha yang lebih tinggi 165 nbsp Lukisan pendeta dan penulis Tionghoa Shandao Aliran Tanah Murni berdiri sebagai sebuah institusi oleh Master Huiyuan 334 416 Masehi di Gunung Lu dengan pendirian Sekte Teratai Putih 114 Shandao 613 681 mulai menekankan pada penjapaan mantra mantra untuk menyanjung Buddha Amitabha Tionghoa nianfo Jepang nembutsu dipadukan dengan beberapa praktik lainnya 166 131 Tampaknya sejak awal aliran ini sudah menimbulkan paradoks dalam keyakinan terhadap Tanah Murni dua gagasan itu dibabarkan secara simultan di satu sisi para master dari aliran Tanah Murni mengajarkan bahwa para bodhisatwa yang menciptakan Tanah Murni nya sendiri merupakan contoh dari upaya mereka sendiri dalam menggunakan jasa kebajikan sebagai energi untuk menciptakan Tanah Murni menginspirasi pengikutnya untuk meneladani contoh itu Di sisi lain para praktisi diajarkan hanya perlu membangkitkan bakti kepada para Buddha di Tanah Murni utamanya Amitabha yang akan datang menyelamatkan mereka gagasan inilah yang banyak diikuti 167 Gagasan yang kedua yang berhasil menyebar di Jepang Ternyata di Jepang juga banyak perdebatan besar tentang penekanan seperti apa yang diberikan kepada upaya upaya aktif dari penganut di satu sisi dan sikap pasif terhadap Buddha Amitabha dan tekadnya di sisi lain 168 169 note 4 Aliran Tanah Murni sekarang masih menjadi salah satu aliran paling populer di Asia Timur dan dipraktikkan oleh sebagian besar biksu Asia Timur 171 172 173 Pada 1990an generasi lama dari masyarakat Tiongkok masih memakai mantra Amitabha dalam salam sehari hari 174 Jepang sunting Cendekiawan aliran Tendai Master Genshin 942 1017 pendeta Tendai Hōnen 1133 1212 dan muridnya Shinran 1173 1262 menerapkan ajaran Shandao di Jepang membentuk aliran Tanah Murni sebagai aliran terpisah untuk pertama kalinya 175 176 164 Mereka meyakini dan mengajarkan bahwa mendatas ulang nembutsu dengan penuh kewawasan mindfully akan mendorong seseorang masuk ke Tanah Murni Barat 177 178 Meskipun Hōnen awalnya menyatakan bahwa menjapa mantra itu berulang ulang akan membuat keselamatannya semakin pasti Kemudian Shinran menyatakan bahkan hanya satu kalimat saja sudah cukup bisa menyelamatkan seseorang Jepang ichinengi note 5 Repetisi berikutnya akan menjadi ekspresi penghormatan kepada Buddha Amitabha yang juga dilakukan untuk rutinitas dan praktik spiritual lainnya Pengertian mendalam tentang ajaran Buddha menerapkan etika dan meditasi tidak dibutuhkan demikian kesimpulan Shinran 180 181 kadang praktik sejenis meditasi dianggap kontraproduktif dengan praktik mengandalkan Buddha Amitabha 182 Konsep keyakinan yang diadopsi oleh Shinran berasal dari Shandao 183 mula mula kepercayaan tulus pada sosok Buddha Amitabha kedua kepercayaan mendalam atas tekad Buddha Amitabha dan menyadari bahwa kemampuan diri sendiri yang masih lemah dan terakhir keinginan kuat untuk mendedikasikan tumpukan kebajikan dari berbuat kebajikan agar bisa terlahir ke Tanah Murni yang merupakan tempat Amitabha Buddha bersemayam Tiga kepercayaan itu juga dikenal sebagai hati tanpa bentuk Jepang isshin 184 185 Lebih jauh lagi Shinran mengajarkan bahwa dengan membangkitkan keyakinan penuh seperti itu membuat seseorang setara dengan Maitreya Buddha akan datang karena sudah bisa dipastikan bahwa pencerahan yang akan mereka cara sudah tidak bisa mundur lagi 186 187 Shinran menganut ajaran Hōnen sampai titik ekstrem dia yakin bahwa dirinya akan jatuh ke dalam neraka tanpa bantuan Buddha Amitabha bakti dan kepercayaan akan tekadnya Buddha Amitabha adalah jalan tunggal menuju pembebasan 188 189 Walaupun Hōnen juga pada umumnya menitikberatkan praktik bakti kepada Buddha Amitabha ia tak melakukannya secara eksklusif berlebihan sementara itu Shinran hanya mengajarkan bakti tunggal kepada Buddha Amitabha 190 Kemudian Buddha Tanah Murni pimpinan Shinran berfokus pada serangkaian praktik tertentu kontras dengan beberapa praktik aliran Tendai Karakteristik agama Buddha di Jepang pada periode tersebut merupakan kondisi selektif dari keyakinan para guru Tanah Murni Jepang seperti Shinran mengajarkan bahwa Tanah Murni adalah satu satunya bentuk agama Buddha yang merupakan jalan yang benar bentuk agama Buddha lainnya dikritik karena tak efektif untuk Zaman Kemunduran Dharma Kelanjutan dari selektif agama Buddha Jepang senchaku bukkyō juga berdampak pada aliran Nichiren 191 192 Ketiga walaupun pada perkembangan awal agama Buddha menitikberatkan pada pelepasan sang aku yang tidak nyata melalui mempraktikkan Dharma pada aliran Tanah Murni berikutnya diperdalam lagi melalui pernyataan bahwa setiap manusia perlu meletakkan semua kekuatan diri dan mengizinkan kekuatan penyembuhan Amitabha agar mereka bisa mencapai pembebasan 193 194 Kekuatan ini bahkan diyakini melampaui hukum karma Selain itu meskipun Honen mengajarkan bahwa keyakinan dapat dibangun dengan praktik nembutsu Shinran menyatakan bahwa keyakinan dibutuhkan sebagai kebutuhan awal dan tak dapat dibangun melalui praktik 195 Karakteristik keempat dari gerakan tersebut adalah hakikat demokratisnya 164 175 dalam beberapa pasal Shinran menyatakan bahwa orang yang jahat memiliki banyak kesempatan untuk mencapai Tanah Murni sebagai orang yang baik sebuah gagasan yang mirip dengan konsep keselamatan pendosa dari agama Kristen 196 note 6 Ordo ordo Buddhis lama sangat menentang gerakan tersebut karena memulai sebuah aliran baru menyingkirkan ajaran ajaran Buddha dan memelintir Buddha Gautama Saat kaisar merasa bahwa ada beberapa monastik Honen bertindak tak pantas Hōnen dicekal pada sebuah provinsi terpencil selama empat tahun 198 199 200 Saat Shinran mulai mengajarkan tentang ketidaksetujuannya terhadap praktik selibat menyatakan bahwa ini mengindikasikan kurangnya kepercayaan terhadap Buddha Amitabha ia juga dicekal 198 201 Selain Shinran para pendeta lain yang menunjung keyakinan dalam tafsiran tafsiran mereka juga dicekal karena ajaran mereka sering kali tak diterima otoritas aristokrat yang berkuasa 169 Pada abad ke 15 Rennyo 1415 99 seorang murid dari Shinran pendiri kedua dari aliran Jōdo Shinshu pimpinan Shinran berniat untuk mereformasi aliran tersebut Ia menentang gagasan Shinran bahwa moralitas tak dibutuhkan untuk memasuki Tanah Murni dan bertemu dengan Buddha Amitabha Ia meyakini bahwa moralitas harus bergandengan tangan dengan keyakinan dan merupakan cara untuk mengekspresikan rasa terima kasih mendalam kepada Amitabha 202 203 Jōdo Shinshu masih menjadi sekte Buddha terbesar dan paling populer di Jepang pada saat ini 204 205 206 yang hadir sebagai tradisi Nishi Hongwanji dan Higashi Hongwanji 207 208 Aliran Zen sunting Artikel utama Zen nbsp Lukisan Dōgen seorang guru Zen Jepang Seperti Jōdo Shinshu beberapa aliran Zen bermunculan sebagai reaksi atas aliran Tendai Sebagaimana aliran Tanah Murni keyakinan juga memainkan peran dalam aliran tersebut terutama dalam Sōtō Zen Bentuk Zen tersebut yang juga disebut sebagai Zen petani karena popularitasnya di kalangan pertanian dikembangkan oleh Dōgen 1200 53 Selain berfokus pada praktik meditasi yang umum dalam aliran Zen Dōgen memimpin kebangkitan peminatan dalam kajian sutra sutra apa pun yang ia ajarkan akan menginspirasi pemahaman yang berlandaskan keyakinan Terinspirasi oleh aliran Chan dari Tiongkok Dōgen berniat kembali ke kehidupan yang sederhana seperti teladan yang dilakoni oleh Buddha dalam sutra sutra Ia juga meyakini bahwa meditasi duduk bukanlah satu satunya jalan menuju pencerahan tetapi juga cara untuk mewujudkan hakikat Buddha dari internal Para Praktisi harus memiliki keyakinan bahwa hakikat Buddha sudah ada dalam masing masing orang berdasarkan pada yang diajarkan oleh Dōgen meskipun dia tidak meyakininya bahwa hakikat Buddha sebagai jiwa yang kekal 209 Dōgen meyakini bahwa pencerahan itu memungkinkan dalam kehidupan ini bahkan kehidupan sekuler dan ia tak meyakini gagasan Zaman Kemerosotan Dharma 210 Awalokiteswara sunting Artikel utama Awalokiteswara nbsp Patung Awalokiteswara dengan lima Buddha Kelestial di tepi atas luar Dalam agama Buddha yang menyebar di Asia Timur terdapat fokus kuat terhadap pemujaan Bodhisatwa Awalokiteswara Pemujaannya bermula di perbatasan utara India tetapi ia dihormati karena sifat welas asihnya di beberapa negara seperti Tiongkok Tibet Jepang Sri Lanka dan belahan Asia Tenggara lainnya dan berbagai tingkat masyarakat 211 212 Teks yang disebut Sutra Awalokiteswara menyatakan bahwa Awalokiteswara akan membantu siapapun yang menyebut namanya dengan penuh keyakinan memenuhi berbagai jenis harapan dan membangkitkan sifat welas asih Buddha setiap orang 213 214 Awalokiteswara berkaitan erat dengan Buddha Amitabha saat ia diyakini berada di Tanah Murni yang sama dan akan datang untuk menyelamatkan mereka yang menyebut nama Buddha Amitabha 215 216 Berfokus pada manfaat keduniawian dan keselamatan bakti kepada Awalokiteswara dipromosikan melalui penyebaran Sutra Teratai terdapat satu bab tentang Awalokiteswara 142 216 217 serta melalui sutra sutra Kesempurnaan Kebijaksanaan 218 Para pengikut Awalokiteswara sering kali menggambarkannya sebagai seorang perempuan dan dalam bentuk perempuannya ia dikenal sebagai Guanyin di Tiongkok bermula dari sebuah asosiasi dengan Istadewata Tara 213 214 219 Saat ini Awalokiteswara dan bentuk perempuannya Guanyin adalah salah satu figur yang paling banyak digambarkan dalam agama Buddha dan Guanyin juga dipuja oleh penganut Taoisme 220 Perkembangan sejarah lain sunting Dewa dewi sunting Dalam agama Buddha para Buddha dan makhluk tercerahkan merupakan fokus utama penghormatan berbeda dengan dewa dewi dalam agama lain Walaupun demikian agama Buddha juga mengakui keberadaan dewa dewi para Buddha dan makhluk tercerahkan telah terbebas dari samsara siklus kelahiran dan kematian oleh karena itulah dianggap berbeda dengan dewa dewi Hal demikian bukan berarti para dewa dewi tidak eksis dalam agama Buddha Namun pemujaan para dewa dewi sering dikaitkan dengan ketakhayulan atau bentuk upaya mahir dalam membimbing mereka yang belum tercerahkan agar memiliki kehidupan lebih baik dan tak lebih dari itu 221 Dalam sejarah penyebaran agama Buddha hubungan antara agama Buddha dan dewa dewi lokal adalah aspek kesuksesan yang berpengaruh tetapi umat Buddha sering kali menolaknya karena gerakan lokal yang bersifat ortodoks Selain itu para cendekiawan kurang menaruh perhatian kepada peran dewa dewi lokal karena hal tersebut tak disoroti oleh disiplin akademik standar manapun yang mengkaji agama Buddha seperti kajian Buddha atau antropologi Meskipun demikian dewa dewi memiliki peran dalam kosmologi Buddhis dari masa masa awal Namun tradisi tradisi Buddhis memandang hal tersebut sebagai bawahan Buddha dan mengaitkan beberapa cerita dari dewa dewi tersebut dengan ajaran Buddha dan bahkan menjadi pelindung Buddha Ketika para guru besar Buddhis mengadopsi kosmologi yang sama selain menempatkan Buddha di bagian atas sistem tersebut kosmologi Buddhis mulai berkembang 222 223 Bagian dari proses tersebut menggambarkan dewa dewi tersebut secara kasar dan kacau berantakan karena bertolak belakang dengan prinsip agama Buddha dan para praktisinya ini mendekati kebenaran karena para misionaris Buddhis sering kali berasal dari budaya tanpa kekerasan dan lebih tertata rapi Dengan demikian dewa dewi seperti ular naga dewa dewi mirip burung dan makhluk halus jahat yang sebelumnya menjadi fokus pemujaan pemujaan pra Buddhis menjadi pelindung ajaran Buddha 224 Proses adopsi para dewa dewi menjadi bagian dari agama Buddha tampaknya terjadi ketika pada umat Buddha atau para biksu tidak sepenuhnya meninggalkan kepercayaan terdahulunya ketika memeluk agama Buddha 225 Ada suatu masa ketika agama Buddha harus bersaingan dengan pemujaan naga kejadian itu masih bisa ditemukan dalam kitab Pali dan beberapa budaya tradisional masyarakat Buddhis tidak heran jika pemujaan itu diadopsi ke dalam agama Buddha 226 Di beberapa negara buddhis seperti Jepang muncul beberapa perspektif tentang manusia di muka bumi ini merupakan mikrokosmos dari makrokosmik ranah para Buddha Hal demikian mengizinkan tolerasi lebih lebar bagi tradisi lokal dan kepercayaan leluhur yang mana tradisi tersebut berkaitan dengan makrokosmos tersebut oleh karena itulah dianggap bagian dari agama Buddha 126 Semua perkembangan tersebut membuat agama Buddha memasukkan beberapa dewa dewi ke dalam sistem keyakinannya selain setiap dewa diberi tempat dan peran yang merupakan bawahan dari Buddha 227 228 Bahkan secara eksklusif Jōdo Shinshu tak menyingkirkan pemujaan dewa dewi Shinto yang dikenal dengan kami meskipun aliran tersebut tak mengizinkan pemujaan tersebut 229 Lebih jauh lagi banyak ritual di beberapa negara Buddhis dari masa pra Buddhis juga mendapat tugas selain biksu Tugas khusus tersebut biasanya dilakukan oleh umat awam mereka yang menunaikan fungsi tersebut disampaing menunaikan tugas sebagai umat perumah tangga 230 66 Agama Buddha tak hanya memasukkan dewa dewi ke dalam agama tetapi juga mengadaptasi ajaran ajarannya sendiri Menurut cendekiawan kajian agama Donald Swearer para bodhisatwa pemujaan relik dan hagiografi para guru Buddhis adalah cara dari agama Buddha untuk mengadaptasi dewa dewi pra Buddhis dan kepercayaan animistik dengan menyelaraskannya ke dalam sistem pemikiran Buddhis Gerakan gerakan Buddhis Asia Timur seperti Teratai Putih Tiongkok adalah transformasi dari kepercayaan animistik sejenis itu Transformasi semacam itu dari kepercayaan pra Buddhis juga menjelaskan popularitas gerakan gerakan seperti aliran Tanah Murni Jepang di bawah Hōnen dan Shinran bahkan meskipun dalam ajaran ajaran mereka mereka menentang animisme 231 Milenarianisme sunting Artikel utama Milenarianisme Agama Buddha adalah bentuk terkuat dari milenarianisme non barat 232 Dalam beberapa tradisi Buddhis ada konsep periode waktu dunia akan berakhir Konsep figur milenarian yang timbul di dunia pada zaman apokaliptik tersebar dalam beberapa tradisi Buddhis Dalam agama Buddha perkembangan dan keruntuhan dunia ini diyakini terjadi dalam siklus siklus dan periode kehancuran diyakini berakhir dengan kebangkitan cakrawartin dan pada akhirnya kedatangan Buddha masa depan yang akan memulai periode kemakmuran baru Bakti kepada figur Buddha mesianik semacam itu telah menjadi bagian dari hampir setiap tradisi Buddhis 233 Gerakan milenarian biasanya adalah bentuk kekhasan budaya dari budaya dominan berseberangan dengan upaya untuk memegang akal budi dan logika daripada keyakinan menurut ilmuwan politik William Miles 234 Tradisi tradisi Asia Timur secara khusus mengasosiasikan berakhirnya dunia ini dengan kedatangan Buddha masa depan yakni Maitreya Teks teks Pali awal hanya secara singkat menyebutkannya tetapi Maitreya banyak disebutkan dalam tradisi tradisi Sanskerta yang berkembang belakangan seperti Mahasaṃghika Tiongkok Myanmar dan Thailand menghormati Maitreya sebagai bagian dari gerakan gerakan milenarian dan mereka meyakini bahwa Buddha Maitreya akan hadir pada masa masa penderitaan dan krisis untuk mengantarkan mereka ke era kebahagiaan yang baru 233 235 Dari abad ke 14 sektarianisme Teratai Putih berkembang di Tiongkok yang mencakup keyakinan akan kedatangan Maitreya pada zaman apokalips 236 Para penganut sekte Teratai Putih mempercayai bahwa keyakinan mereka akan ajaran ajaran yang benar akan menyelamatkan mereka ketika era dunia baru 237 Kepercayaan milenarianis Teratai Putih akan menunjang persisten dan selamat sepanjang jalan menuju abad ke 19 saat Tiongkok mengaitkan zaman Maitreya dengan revolusi politik Namun abad ke 19 tak menjadi abad pertama yang mana kepercayaan milenarian menimbulkan perubahan politik pada sebagian besar sejarah Tiongkok keyakinan dan pemujaan terhadap Buddha Maitreya sering kali menyulut pemberontakan untuk mengubah masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik untuk menunggu Maitreya 238 239 Beberapa pemberontakan tersebut berujung pada revolusi revolusi berpengaruh dan kehancuran dinasti dinasti kerajaan 232 Meskipun demikian keyakinan akan kedatangan era baru Maitreya tak sekadar propaganda politik untuk menyulut pemberontakan tetapi mengakar dalam kehidupan pemujaan yang ada secara berkelanjutan menurut cendekiawan kajian Tiongkok Daniel Overmyer 240 Di Jepang tren tren milenarian dapat ditemukan dalam gagasan Zaman Kemerosotan Dharma yang banyak berpengaruh dalam aliran Nichiren Namun bentuk bentuk milenarianisme yang lebih kokoh berkembang dari abad ke 19 dengan kebangkitan agama agama baru 241 Perkembangan modern sunting Modernisme Buddhis sunting Artikel utama Modernisme Buddhis Meskipun pada zaman pra modern beberapa aliran agama Buddha tidak terlalu menekankan pada sisi keyakinan dalam praktik 242 peran keyakinan benar benar baru dikritik secara besar besaran pada zaman modern Pada abad ke 18 Abad Pencerahan para intelektual barat memandang agama sebagai kerabat budaya berseberangan dengan kebenaran akal budi tunggal Pada akhir abad ke 19 pandangan tentang agama tersebut menunjukkan bagaimana dunia Barat merespons agama Buddha Para penulis Barat seperti Edwin Arnold mulai menghadirkan agama Buddha sebagai jawaban untuk kontradiksi antara sains dan agama karena agama rasional bukanlah budaya Saat sains barat dan rasionalisme menyebar ke Asia para intelektual Asia seperti di Sri Lanka mengembangkan gagasan serupa 243 Karena ancaman pemerintah kolonial dan agama Kristen dan kebangkitan kelas menengah perkotaan pada akhir abad ke 19 agama Buddha di Sri Lanka mulai berubah Dideskripsikan oleh para cendekiawan saat ini sebagai modernisme Buddhis atau Buddhisme protestan masyarakat Barat dan Sri Lanka bersama sama yang berasal dari didikan Inggris mengadvokasikan agama Buddha sebagai filsafat rasional bebas dari keyakinan dan pemberhalaan buta menyanjung sains dan gagasan modern 244 245 246 Mereka memandang praktik tradisional seperti pemujaan relik dan kegiatan bakti lainnya sebagai kesalahan dari sebuah gagasan bentuk rasional dari agama Buddha 247 248 sementara itu mengasimilasikan nilai nilai Victorian dan nilai nilai modern lainnya dan menyebut mereka sebagai Buddhis tradisional sering kali tidak mengetahui dari mana asal usulnya tradisi itu 249 nbsp Daisetsu Teitarō Suzuki difoto oleh Shigeru Tamura Di Jepang dari zaman Meiji Jepang sangat menyerang agama Buddha sebagai sistem keyakinan asing dan takhayul Dalam menanggapinya aliran aliran Buddha seperti Zen mengembangkan sebuah gerakan yang disebut agam Buddha Baru Jepang shin bukkyo yang mengedepankan rasionalisme modernisme dan gagasan keprajuritan 250 Masih di agama Buddha Jepang pada abad ke 20 tanggapan kritikal terhadap agama Buddha tradisional berkembang yang dipimpin oleh dua akademisi Hakamaya Noriaki dan Matsumoto Shirō disebut Buddhisme Kritikal Aliran pemikiran Noriaki dan Shirō mengkritik gagasan agama Buddha Tiongkok dan Jepang karena merendahkan pemikiran kritis mempromosikan kepercayaan buta dan kurang mendukung perkembangan masyarakat Namun cendekiawan kajian Asia Timur Peter Gregory menyatakan bahwa upaya Buddhis Kritikal untuk menemukan agama Buddha murni tanpa campur tangan secara ironi diikuti dengan kritikal terhadap esensialisme yang sangat sama 251 252 Cendekiawan lainnya juga menyatakan argumen serupa Agama Buddha Kritikal mengkritik bahwa kepercayaan membabi buta dan kepercayaan akan hakikat Buddha namun tidak ada tempat bagi keyakinan Keyakinan buddhis sebagaimana yang dinyatakan oleh Noriaki adalah kapasitas kritital tanpa kompromi untuk membedakan antara agama Buddha benar dan yang keliru dan komitmen pada agama Buddha yang benar Noriaki mengontraskan keyakinan dengan gagasan harmoni Jepang wa yang ia percaya bisa saling bergandengan tangan dengan penerimaan non kritikal dari ideal non Buddhis termasuk kekerasan 253 254 Walaupun tren modernisasi di Asia semakin merebak para cendekiawan juga menemukan bahwa rasionalisme dan kemunculan kembali ajaran dan praktik religius pra modern semakin menurun Dari tahun 1980an dan setelah itu mereka juga menemukan bahwa agama Buddha Sri Lanka yaitu sisi bakti religius praktik magis memuja dewa dewi demikian juga kebingungan moralitas telah merebak kemana mana sebagai efek dari agama Buddha Protestan menjadi semakin lemah Richard Gombrich dan antropolog Gananath Obeyesekere telah menyebutkan istilah Agama Buddha pasca protestan untuk mendeskripsikan tren tersebut 255 256 257 Buddhisme abad kedua puluh di dunia Barat sunting nbsp Bhikkhu Bodhi Melalui penyebaran agama Buddha di dunia Barat pada abad ke 20 praktik praktik kebaktian masih memainkan peran penting di kalangan komunitas etnis Asia namun tidak begitu berperan dalam komunitas Barat yang berpindah agama Pengaruh modernisme Buddhis juga terasa di dunia Barat ada organisasi organisasi yang dipimpin oleh awam sering kali menawarkan kursus kursus meditasi tanpa ada kaitan dengan bakti Para penulis seperti D T Suzuki mendeskripsikan meditasi sebagai praktik trans kultural dan non relijius yang banyak diterapkan di kalangan dunia Barat 258 note 7 Dengan demikian di dunia Barat meditasi Buddhis sekuler lebih diutamakan ketimbang dalam komunitas Buddhis tradisional dan tanpa ada kaitan dengan keyakinan atau bakti 259 260 Seperti di Asia modern aspek aspek rasional dan intelektual dari agama Buddha banyak diutamakan di dunia Barat karena agama Buddha sering kali dibandingkan dengan agama Kristen 261 Pengarang dan guru Buddhis Stephen Batchelor berupaya mendorong bentuk agama Buddha yang ia yakini adalah agama Buddha asli agama Buddha kuno sebelum agama Buddha menjadi terlembagakan sebagai agama 262 Berseberangan dengan tipikal tren modernis beberapa komunitas Buddhis barat juga tampak menunjukkan komitmen besar kepada praktik dan keyakinan mereka dan untuk itu akal budi menjadi lebih relijius tradisional ketimbang kebanyakan bentuk spiritualitas Zaman Baru 263 Lebih jauh lagi ada beberapa guru Buddhis telah menyuarakan ketidaksetujuan atas interpretasi agama Buddha yang menafikan keyakinan dan bakti termasuk penerjemah dan biarawan Biksu Bodhi Biksu Bodhi menyatakan bahwa banyak kalangan barat yang keliru dalam memahami Kalama Sutta Lihat Verifikasi di atas sebagaimana agama Buddha mengajarkan bahwa keyakinan dan pembuktian secara personal seharusnya berjalan bersamaan lalu keyakinana tidak seharusnya dicampakkan 264 Di penghujung abad ke 20 muncul keadaan unik berkaitan dengan agama Buddha di dunia barat Untuk pertama kali sejak agama Buddha meninggalkan India sejak itu banyak tradisi Buddhis bisa berkomunikasi dengan satu bahasa Hal ini meningkatkan eklestisisme antar tradisi berbeda 265 Lebih jauh lagi saat penelitian saintifik semakin maju dalam menelaah metode meditasi para penulis Buddhis terkenal juga merujuk pada bukti bukti saintifik untuk membuktikan apakah praktik Buddhis sungguh efektif atau tidak daripada sekadar merujuk pada naskah kitab suci atau otoritas monastik 266 Nawayana sunting Artikel utama Nawayana dan Gerakan Buddha Dalit Pada 1956 Dalit kaum tak berkasta India dan tokoh ikonik Ambedkar 1891 1956 memimpin perpindahan agama massal ke agama Buddha memulai gerakan Buddha baru Nawayana Gerakan baru tersebut berujung pada serangkaian perpindahan agama massal beberapa diantaranya mencapai lebih dari 500 000 orang yang berpindah agama Dalit yang terpinggirkan akibat sistem kasta India mengambil perlindungan dalam agama Buddha sebagai jalan keluar Pada 2010an insiden kekerasan yang dialami para dalit membuat kebangkitan perpindahan agama massal di Gujarat dan negara bagian lainnya Beberapa orang yang berpindah agama menyatakan bahwa perpindahan agama adalah adalah pilihan politik untuk mereorganisasikan diri mereka sendiri karena perpindahan agama dapat membantu mereka tak lagi terklasifikasi oleh sistem kasta Hindu 267 Para cendekiawan mendeskripsikan sudut pandang Ambedkar tentang agama Buddha sebagai sekuler dan modernis ketimbang relijius karena ia mengedepankan aspek aspek ateis dari agama Buddha dan rasionalitas dan menyangkal hierarki dan soteriologi Hindu 268 269 Para cendekiawan lainnya menyatakan bahwwa gerakan Ambedkarisme merupakan bentuk kritis terhadap pandangan tradisional Ambedkar menginterpretasikan ulang tentang berbagai konsep tradisi Hindu daripada menyangkal semuanya Secara spesifik cendekiawan Gauri Vishwanathan de menyatakan bahwa perpindahan agama Dalit oleh Ambedkar memberikan keyakinan yang lebih sentral lebih berperan ketimbang sebelumnya Namun peneliti lintas budaya Ganguly Debjani menekankan unsur unsur keagamaan dalam deskripsi Ambedkar tentang kehidupan dan ajaran Buddha dan menyatakan bahwa Ambedkar mendeifikasi Buddha sebagai fondasi rasionalitas Beberapa cendekiawan berpendapat bahwa Buddha dan Ambedkar dihargai oleh para pengikutnya melalui praktik kebaktian tradisional Sanskerta bhakti seperti pengisahan cerita lagu dan syair perayaan dan gambar meskipun Ambedkar menolak praktik semacam itu 270 271 Lihat pula suntingIman dalam KekristenanCatatan sunting Beberapa cendekiawan tak sepakat dengan pengartian tersebut Selain itu sraddha dalam Weda diartikan sebagai sikap pikiran berdasarkan pada kebenaran 15 Catatan tersebut dapat ditemukan di dunia maya di Kalama Sutta diterjemahkan olehSoma Thera Catatan tersebut dapat ditemukan di Bhikkhu Thanissaro Canki Sutta With Canki Diakses tanggal 2017 05 26 Cendekiawan kajian agama Allan A Andrews menekankan bahwa selain penganut aliran utama Buddha Tanah Murni aliran aliran berorientasi monastik juga berdiri Ini menempatkan visualisasi ketimbang pengutipan kembali nama Buddha Amitabha dan mendorong pencerahan dalam kehidupan saat ini ketimbang mendatangi Tanah Murni setelah kematian 170 Meskipun demikian dalam beberapa teks Shinran berpendapat bahwa beberapa kali nembutsu dikutip ulang entah sekali atau beberapa kali tak memberikan jawaban lengkap untuk pertanyaan keselamatan 179 Namun bberapa cendekiawan menurunkan peran gerakan gerakan baru seperti Buddhisme Tanah Murni pada periode Kamakura dengan alasan bahwa reformasi juga terjadi dalam aliran aliran Buddhis lama dan beberapa gerakan baru hanya meraih signifikansi lebih pada masa berikutnya 197 Pada kenyataannya D T Suzuki membuat sebuah poin dalam beberapa tulisannya bahwa Zen tak dapat terpisahkan dari agama Buddha 258 Kutipan sunting Kheminda Ashin 2019 09 01 Manual Abhidhamma Bab 2 Faktor Faktor Mental Yayasan Dhammavihari ISBN 978 623 94342 7 4 Kheminda Ashin 2020 02 01 KAMMA Pusaran Kelahiran amp Kematian Tanpa Awal Yayasan Dhammavihari ISBN 978 623 94011 0 8 SuttaCentral Saraṇattaya SuttaCentral dalam bahasa Inggris Diakses tanggal 2024 05 22 The Threefold Refuge tisarana www accesstoinsight org Diakses tanggal 2024 05 22 Refuge in the Buddha www accesstoinsight org Diakses tanggal 2024 05 22 a b c d Gomez 2004b hlm 277 a b c d e f Buswell amp Lopez 2013 Sraddha Kinnard 2004 hlm 907 Melton 2010 hlm 2392 a b c Nakamura 1997 hlm 392 Jayatilleke 1963 hlm 388 9 Buswell amp Lopez 2013 Ananda Pancabala Sraddha Conze 2003 hlm 14 Buswell amp Lopez 2013 Asraddhya Rotman 2008 Footnotes n 23 a b Park 1983 hlm 15 a b Gomez 2004b hlm 278 Findly 2003 hlm 200 Rotman 2008 Seeing and Knowing Getting and Giving a b Buswell amp Lopez 2013 Sraddha Murdhan Pancabala Xinxin a b Conze 2003 hlm 78 a b c Findly 2003 hlm 203 Barua 1931 hlm 332 3 Findly 2003 hlm 205 6 a b Barua 1931 hlm 333 Robinson amp Johnson 1997 hlm 35 a b Suvimalee 2005 hlm 601 Jayatilleke 1963 hlm 384 5 De Silva 2002 hlm 214 Gombrich 1995 hlm 69 70 Bishop 2016 Gombrich 1995 hlm 71 Findly 1992 hlm 258 Jayatilleke 1963 hlm 277 a b Lamotte 1988 hlm 74 5 a b Werner 2013 hlm 45 a b c d De Silva 2002 hlm 216 Barua 1931 hlm 332 Giustarini 2006 hlm 162 Lamotte 1988 hlm 81 Trainor 1989 hlm 185 6 Harvey 2013a hlm 31 49 Thomas 1953 hlm 258 a b c Jayatilleke 1963 hlm 384 a b c Harvey 2013b hlm 246 Tremblay 2007 hlm 87 Lamotte 1988 hlm 247 a b c d e De Silva 2002 hlm 215 Thomas 1953 hlm 56 117 Findly 2003 hlm 200 202 a b Findly 2003 hlm 202 Lamotte 1988 hlm 74 Harvey 2013b hlm 85 237 De Silva 2002 De Silva 2002 hlm 214 5 Ergardt 1977 hlm 1 Jayatilleke 1963 hlm 383 Findly 2003 hlm 201 Gombrich 2006a hlm 119 22 Gombrich 2009 hlm 199 Gombrich 2006a hlm 120 22 Gombrich 2009 hlm 200 a b Wijayaratna 1990 hlm 130 1 a b Buswell amp Lopez 2013 Kuladușaka Harvey 2013b hlm 245 a b c Kariyawasam 1995 a b Robinson amp Johnson 1997 hlm 43 Buswell amp Lopez 2013 Paramatthasaṅgha Werner 2013 hlm 39 Irons 2008 hlm 403 Suvimalee 2005 hlm 604 Jayatilleke 1963 hlm 390 a b c Fuller 2004 hlm 36 a b Blakkarly 2014 a b Suvimalee 2005 hlm 603 a b Kalupahana 1976 hlm 27 8 Kalupahana 1976 hlm 27 9 a b Holder 2013 hlm 225 6 Jayatilleke 1963 hlm 169 71 a b c De Silva 2002 hlm 215 6 a b Jayatilleke 1963 hlm 390 3 Hoffmann 1987 hlm 409 Holder 2013 hlm 227 Werner 2013 hlm 43 4 Tuladhar Douglas 2005 hlm 7496 Suvimalee 2005 hlm 602 3 De Silva 2002 hlm 214 216 a b Harvey 2013b hlm 31 a b Trainor 1989 hlm 187 Jayatilleke 1963 hlm 297 Suvimalee 2005 hlm 601 2 De Silva 2002 hlm 217 Findly 1992 hlm 265 Harvey 2013b hlm 237 Jayatilleke 1963 hlm 396 7 Barua 1931 hlm 336 a b Lamotte 1988 hlm 49 50 Hoffmann 1987 hlm 405 409 Findly 1992 hlm 268 9 Harvey 2013b hlm 28 Jayatilleke 1963 hlm 388 Werner 2013 hlm 47 Harvey 2013b hlm 103 Swearer 2010 hlm 77 Harvey 2013b hlm 103 105 a b c Smart 1997 hlm 282 Spiro 1982 hlm 34 n 6 Spiro 1982 hlm 15m1 Harvey 2013b hlm 172 Leaman 2000 hlm 212 Reynolds amp Hallisey 1987 hlm 1064 Conze 2003 hlm 154 Getz 2004 hlm 699 a b c Barber 2004 hlm 707 Smart 1997 hlm 283 4 Reynolds amp Hallisey 1987 hlm 1067 Snellgrove 1987 hlm 1078 9 a b c Harvey 2013b hlm 175 a b Leaman 2000 hlm 215 Conze 2003 hlm 150 Higham 2004 hlm 210 Derris 2005 hlm 1084 Bielefeldt 2004 hlm 389 90 Murti 1955 hlm 6 Kiyota 1985 hlm 222 a b c Bielefeldt 2004 hlm 390 Buswell amp Lopez 2013 Sanyao Zongmen huomen Powers 2013 dai funshi great resolve Gomez 2004b hlm 279 Buswell amp Lopez 2013 Xinxin a b Harvey 2013b hlm 255 Dobbins 2002 hlm 29 Bloom 1987 hlm 8355 Schopen 2004 hlm 496 Derris 2005 hlm 1085 1087 Shields 2013 hlm 512 Shields 2013 hlm 512 514 Shields 2013 hlm 512 514 5 Stone 2004a hlm 471 474 Buswell amp Lopez 2013 Saddharmapuṇḍarikasutra Gummer 2005 hlm 1262 a b c Stone 2004a hlm 474 Harvey 2013b hlm 227 Stone 2004a hlm 475 Stone 2004a hlm 475 6 Shields 2013 hlm 514 519 521 Harvey 2013b hlm 233 4 Araki 1987 hlm 1244 Stone 2004a hlm 476 Irons 2008 hlm 366 Stone 2004a hlm 477 Kotatsu 1987 hlm 7502 Stone 1998 hlm 123 Cabezon 2004 hlm 757 Stone 2004b hlm 595 Green 2013 hlm 122 a b c Hsieh 2009 hlm 236 7 a b c Green 2013 hlm 123 Irons 2008 hlm 394 a b Gomez 2004a hlm 14 Harvey 2013b hlm 173 Buswell amp Lopez 2013 Dharmakara Smart 1997 hlm 284 a b c Andrews 1987 hlm 4119 Williams 2008 hlm 247 Getz 2004 hlm 701 Getz 2004 hlm 698 9 Hirota 2016 a b Dobbins 2002 hlm 19 Andrews 1993 Hsieh 2009 hlm 236 Welch 1967 hlm 396 Hudson 2005 hlm 1293 Robinson amp Johnson 1997 hlm 198 a b Abe 1997 hlm 689 Barber 2004 hlm 708 Harvey 2013b hlm 229 Green 2013 hlm 121 3 Buswell amp Lopez 2013 Ichinengi Green 2013 hlm 122 3 Harvey 2013b hlm 230 255 Hudson 2005 hlm 1294 Williams 2008 hlm 262 Conze 2003 hlm 158 Dobbins 2002 hlm 34 5 Dobbins 2002 hlm 42 3 Williams 2008 hlm 264 Abe 1997 hlm 692 Porcu 2008 hlm 17 Irons 2008 hlm 258 Bielefeldt 2004 hlm 388 9 Dobbins 2004a hlm 412 Harvey 2013b hlm 230 Conze 2003 hlm 159 Shōto 1987 hlm 4934 5 Harvey 2000 hlm 143 Dobbins 2004a hlm 414 a b Abe 1997 hlm 691 2 Andrews 1987 hlm 4120 Buswell amp Lopez 2013 namu Amidabutsu Dobbins 2004a hlm 413 Harvey 2013b hlm 234 Porcu 2008 hlm 18 Green 2013 hlm 121 Abe 1997 hlm 694 Shōto 1987 hlm 4933 Irons 2008 hlm 268 Buswell amp Lopez 2013 Jodo Shinshu Harvey 2013b hlm 231 2 Araki 1987 hlm 1245 Higham 2004 hlm 29 Birnbaum 1987 hlm 704 a b Harvey 2013b hlm 250 1 253 a b Irons 2008 hlm 98 Gomez 2004a hlm 15 a b Birnbaum 1987 hlm 705 Ford 2006 hlm 90 Powers 2013 Avalokitesvara Snellgrove 1987 hlm 1079 Irons 2010 hlm 2721 Rambelli 2004 hlm 465 6 Glassman 2004 Rambelli 2004 hlm 466 Rambelli 2004 hlm 467 Snellgrove 1987 hlm 1076 Gombrich 2006b hlm 72 5 Rambelli 2004 hlm 465 7 Swearer 1987 hlm 3154 Dobbins 2002 hlm 39 58 Rambelli 2004 hlm 467 8 Swearer 1987 hlm 3155 6 a b Landes 2000 hlm 463 a b DuBois 2004 hlm 537 8 Miles 2011 hlm 647 Lazich 2000 hlm 66 7 DuBois 2004 hlm 537 Naquin 1976 hlm 13 DuBois 2004 hlm 537 539 Lazich 2000 hlm 67 8 Overmyer 2013 hlm 83 4 Reader 2000 hlm 350 1 Buswell amp Lopez 2013 Baotang zong Robinson amp Johnson 1997 hlm 302 Baumann 1987 hlm 1187 Harvey 2013b hlm 378 Gombrich 2006a hlm 196 7 Trainor 1997 hlm 19 20 McMahan 2008 hlm 65 69 Gombrich 2006a hlm 191 2 Ahn 2004 hlm 924 Dennis 2005 hlm 1250 Gregory 1997 Swanson 1993 hlm 133 4 Williams 2008 hlm 324 n 61 Harvey 2013b hlm 384 Cousins 1997 hlm 188 Gombirch amp 1990 415 7 a b Robinson amp Johnson 1997 hlm 303 McMahan 2008 hlm 5 Harvey 2013b hlm 429 444 Baumann 1987 hlm 1189 McMahan 2008 hlm 244 Phillips 2005 hlm 228 McMahan 2008 hlm 248 Robinson amp Johnson 1997 hlm 307 Wilson 2018 Dore 2016 Ganguly 2006 Contursi 1989 hlm 448 Ganguly 2006 hlm 54 7 59 60 Gokhale Tuerner 1980 hlm 38 9 Sumber suntingAbe Masao 1997 Buddhism in Japan dalam Carr Brian Mahalingam Indira Companion encyclopedia of Asian philosophy London Routledge hlm 675 719 ISBN 0 415 03535 X Ahn Juhn 2004 Popular conceptions of Zen PDF Dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 924 ISBN 0 02 865720 9 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 2017 06 14 Andrews Allen A 1987 Hōnen dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion 6 edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale ISBN 0 02 865739 X Andrews Allan A 1993 Lay and Monastic Forms of Pure Land Devotionalism Typology and History Numen 40 1 passim doi 10 2307 3270396 JSTOR 3270396 Araki Michio 1987 Buddhism Schools of Japanese Buddhism dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale hlm 1241 6 ISBN 0 02 865997 X Barber A W 2004 Pure Land Schools dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 706 9 ISBN 0 02 865720 9 Barua B M 1931 Faith in Buddhism PDF dalam Law B C Buddhistic studies Thacker s Indian Directory OCLC 701790696 Baumann Martin 1987 Buddhism Buddhism in the West dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale hlm 1186 92 ISBN 0 02 865997 X Bielefeldt Carl 2004 Japan dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale ISBN 0 02 865720 9 Birnbaum Raoul 1987 Avalokitesvara dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale hlm 704 7 ISBN 0 02 865997 X Bishop John 30 March 2016 Faith Dalam Zalta Edward N The Stanford Encyclopedia of Philosophy edisi ke Winter 2016 Metaphysics Research Lab Stanford University Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 November 2017 Diakses tanggal 17 August 2017 Blakkarly Jarni 5 November 2014 The Buddhist Leap of Faith ABC Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 July 2017 Diakses tanggal 24 July 2017 Bloom Alfred 1987 Shinran PDF Dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion 12 edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale ISBN 0 02 865981 3 Archived from the original on 2017 03 02 Pemeliharaan CS1 BOT status url asli tidak diketahui link Buswell Robert E Jr Lopez Donald S Jr 2013 Princeton Dictionary of Buddhism Princeton NJ Princeton University Press ISBN 978 0 691 15786 3 Cabezon Jose Ignacio 2004 Scripture PDF Dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale ISBN 0 02 865720 9 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 2017 06 14 Contursi Janet A 1989 Militant Hindus and Buddhist Dalits Hegemony and Resistance in an Indian Slum American Ethnologist 16 3 JSTOR 645267 Conze Edward 2003 1951 Buddhism its essence and development Mineola N Y Dover Publications ISBN 0 486 43095 2 diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 11 22 diakses tanggal 2018 08 15 Cousins L S 1997 Aspects of Esoteric Southern Buddhism nbsp Dalam Connolly P Hamilton S Indian Insights Buddhism Brahmanism and Bhakti Papers from the Annual Spalding Symposium on Indian Religions Luzac Oriental hlm 188 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 11 22 Dennis Mark 2005 Buddhism Schools of East Asian Buddhism PDF Dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion 2 edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale hlm 1250 ISBN 0 02 865997 X Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2017 03 02 Derris Karen 2005 Buddhas and Bodhisattvas Ethical practices dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale hlm 1084 ISBN 0 02 865997 X De Silva Lily 2002 Faith dalam Malalasekera Gunapala Piyasena Encyclopaedia of Buddhism V Government of Ceylon pranala nonaktif permanen Dobbins James C 2002 Jodo Shinshu Shin Buddhism in medieval Japan Honolulu University of Hawaii Press ISBN 0 8248 2620 5 Dobbins James C 2004a Kamakura Buddhism Japan dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 411 5 ISBN 0 02 865720 9 Dore Bhavya 1 October 2016 Rising caste related violence pushes many Indians to new faith Houston Chronicle Religion News Service Hearst Newspapers Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 September 2017 Diakses tanggal 23 September 2017 DuBois Thomas 2004 Millenarianism and millenarian movements dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 537 40 ISBN 0 02 865720 9 Findly Ellison Banks 1992 Ananda s Hindrance Faith Saddha in early Buddhism Journal of Indian Philosophy 20 3 253 273 doi 10 1007 bf00157758 Ergardt Jan T 1977 Faith and knowledge in early Buddhism an analysis of the contextual structures of an arahant formula in the Majjhima Nikaya Leiden Brill penerbit hlm 1 doi 10 2307 2054272 ISBN 9004048413 Der Buddhismus kennt keinen dem des Christentums vergleichbaren reinen Glauben Die Idee eines blinden Glaubens eines absoluten Vertrauens in die Worte eines Meisters ist dem Geist des alten Buddhismus ganz entgegengesetzt Findly Ellison Banks 2003 Dana giving and getting in Pali Buddhism Buddhist Traditions 52 Delhi Motilal Banarsidass Publishers ISBN 81 208 1956 X Ford J L 2006 Jōkei and Buddhist Devotion in Early Medieval Japan Oxford University Press ISBN 978 0 19 972004 0 Fuller Paul 2004 The notion of diṭṭhi in Theravada Buddhism the point of view London RoutledgeCurzon ISBN 0 203 01043 4 Ganguly Debjani 7 August 2006 Buddha Bhakti and Superstition A Post secular Reading of Dalit Conversion Postcolonial Studies 7 1 doi 10 1080 1368879042000210621 Getz Daniel A 2004 Pure Land Buddhism dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale ISBN 0 02 865720 9 Giustarini G 2006 Faith and renunciation in Early Buddhism saddha and nekkhamma Rivista di Studi Sud Asiatici I Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 September 2014 Glassman Hank 2004 Sexuality PDF Dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 762 ISBN 0 02 865720 9 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 2017 06 14 Gombrich Richard Obeyesekere Gananath 1990 Buddhism transformed religious change in Sri Lanka Dehli Motilal Banarsidass ISBN 8120807022 Gombrich Richard F 1995 Buddhist precept and practice traditional Buddhism in the rural highlands of Ceylon London u a Kegan Paul ISBN 0 7103 0444 7 Gombrich Richard F 2006 Theravada Buddhism a social history from ancient Benares to modern Colombo edisi ke 2nd London u a Routledge ISBN 0 415 36508 2 Gombrich Richard F 2006 How Buddhism began the conditioned genesis of the early teachings edisi ke 2nd London Routledge hlm 72 5 ISBN 0 415 37123 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 11 22 Gombrich Richard F 2009 What the Buddha thought London u a Equinox Publishing ISBN 978 1 84553 612 1 Gokhale Tuerner J B 1980 Bhakti or Vidroha Continuity and Change in Dalit Sahitya Journal of Asian and African Studies 15 1 Gomez Luis O 2004a Amitabha dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 14 5 ISBN 0 02 865720 9 Gomez Luis O 2004b Faith dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 277 9 ISBN 0 02 865720 9 Green Ronald S 2013 East Asian Buddhism dalam Emmanuel Steven M A companion to Buddhist philosophy Chichester West Sussex Wiley Blackwell ISBN 978 0 470 65877 2 Gregory P N 1997 Is Critical Buddhism Really Critical PDF Pruning the Bodhi Tree The Storm Over Critical Buddhism passim Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 2016 08 17 Gummer Natalie 2005 Buddhist books and texts Ritual uses of books PDF Dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion 2 edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale ISBN 0 02 865997 X Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2017 03 02 Harvey Peter 2000 An Introduction to Buddhist Ethics Foundations Values and Issues PDF New York Cambridge University Press ISBN 978 0 511 07584 1 Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2016 01 28 Diakses tanggal 2018 08 20 Harvey Peter 2013 Dukkha non self and the Four Noble Truths PDF Dalam Emmanuel Steven M A companion to Buddhist philosophy Chichester West Sussex Wiley Blackwell ISBN 978 0 470 65877 2 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 22 November 2017 Harvey Peter 2013 An introduction to Buddhism teachings history and practices edisi ke 2nd New York Cambridge University Press ISBN 978 0 521 85942 4 Higham Charles F W 2004 Encyclopedia of ancient Asian civilizations PDF New York Facts On File ISBN 0 8160 4640 9 Hirota Dennis 19 November 2012 Japanese Pure Land Philosophy Dalam Zalta Edward N The Stanford Encyclopedia of Philosophy edisi ke Winter 2016 Metaphysics Research Lab Stanford University Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 November 2017 Diakses tanggal 18 August 2017 Hoffmann Frank J 1987 The pragmatic efficacy of Saddha Journal of Indian Philosophy 15 4 399 412 doi 10 1007 BF00178816 ISSN 1573 0395 diarsipkan dari versi asli nbsp tanggal 2017 11 22 diakses tanggal 2018 08 15 Holder John J 2013 A survey of early Buddhist epistemology dalam Emmanuel Steven M A companion to Buddhist philosophy Chichester West Sussex Wiley Blackwell ISBN 978 0 470 65877 2 Hsieh Ding hwa 2009 Buddhism Pure Land dalam Cheng Linsun Brown Kerry Berkshire encyclopedia of China Great Barrington MA Berkshire Publishing Group ISBN 978 0 9770159 4 8 Hudson Clarke 2005 Buddhist meditation East Asian Buddhist meditation dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale hlm 1290 5 ISBN 0 02 865997 X Irons Edward A 2008 Encyclopedia of Buddhism Encyclopedia of World Religions New York Facts on File ISBN 978 0 8160 5459 6 Jayatilleke K N 1963 Early Buddhist theory of knowledge George Allen amp Unwin ISBN 1 134 54287 9 Irons Edward A 2010 Statues Buddhist PDF Dalam Melton J Gordon Baumann Martin Religions of the world a comprehensive encyclopedia of beliefs and practices edisi ke 2nd Santa Barbara California ABC CLIO ISBN 978 1 59884 204 3 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 22 November 2017 Kalupahana David J 1976 Buddhist Philosophy A Historical Analysis Honolulu University of Hawaii Press ISBN 0 8248 0360 4 Kariyawasam A G S 1995 Buddhist Ceremonies and Rituals of Sri Lanka The Wheel Publication Kandy Sri Lanka Buddhist Publication Society Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 March 2013 Diakses tanggal 23 October 2007 Kinnard Jacob N 2004 Worship dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 905 7 ISBN 0 02 865720 9 Kiyota Minoru 1985 Tathagatagarbha Thought A Basis of Buddhist Devotionalism in East Asia Japanese Journal of Religious Studies 12 2 3 doi 10 2307 30233958 tidak aktif 2018 01 29 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 03 20 Kotatsu Fujita 1987 Pure and Impure Lands PDF Dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion 11 Diterjemahkan oleh Tanaka Kenneth K edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale ISBN 0 02 865743 8 Archived from the original on 2017 03 02 Pemeliharaan CS1 BOT status url asli tidak diketahui link Lamotte Etienne 1988 Histoire du Bouddhisme Indien des origines a l ere Saka History of Indian Buddhism from the origins to the Saka era dalam bahasa french diterjemahkan oleh Webb Boin Sara Louvain la Neuve Universite catholique de Louvain Institut orientaliste ISBN 906831100X Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Landes Richard A 2000 Millennialism in the Western World PDF Dalam Landes Richard A Encyclopedia of Millennialism and Millennial Movements Hoboken Taylor amp Francis hlm 463 ISBN 0 203 00943 6 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 22 November 2017 Lazich Michael C 2000 Asia dalam Landes Richard A Encyclopedia of Millennialism and Millennial Movements Hoboken Taylor amp Francis hlm 64 71 ISBN 0 203 00943 6 Leaman Oliver 2000 Eastern philosophy key readings London u a Routledge ISBN 0 415 17357 4 Lindtner Chr 1997 Nagarjuna dalam Carr Brian Mahalingam Indira Companion encyclopedia of Asian philosophy London Routledge hlm 314 33 ISBN 0 415 03535 X McMahan David L 2008 The Making of Buddhist Modernism Oxford University Press ISBN 978 0 19 972029 3 Melton J Gordon 2010 Relics PDF Dalam Melton J Gordon Baumann Martin Religions of the world a comprehensive encyclopedia of beliefs and practices edisi ke 2nd Santa Barbara California ABC CLIO ISBN 978 1 59884 204 3 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 22 November 2017 Miles W F S 29 March 2011 Millenarian Movements as Cultural Resistance The Karen and Martinican Cases PDF Comparative Studies of South Asia Africa and the Middle East 30 3 doi 10 1215 1089201x 2010 041 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 27 January 2018 Nakamura Hajime 1997 Knowledge and reality in Buddhism dalam Carr Brian Mahalingam Indira Companion encyclopedia of Asian philosophy London Routledge hlm 391 406 ISBN 0 415 03535 X Park Sung Bae 1983 Buddhist faith and sudden enlightenment Albany N Y State University of New York Press ISBN 0 87395 673 7 Porcu E 2008 Pure Land Buddhism in Modern Japanese Culture Leiden Brill Publishers Phillips Tim Aarons Haydn June 2005 Choosing Buddhism in Australia towards a traditional style of reflexive spiritual engagement The British Journal of Sociology 56 2 228 doi 10 1111 j 1468 4446 2005 00056 x Powers John 2013 A Concise Encyclopedia of Buddhism Oneworld Publications ISBN 978 1 78074 476 6 Rambelli Fabio 2004 Local divinities and Buddhism dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 465 9 ISBN 0 02 865720 9 Reader Ian 2000 Japan PDF Dalam Landes Richard A Encyclopedia of Millennialism and Millennial Movements Hoboken Taylor amp Francis hlm 350 1 ISBN 0 203 00943 6 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 22 November 2017 Reynolds Frank E Hallisey Charles 1987 Buddha dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale hlm 1075 83 ISBN 0 02 865997 X Robinson Richard H Johnson Willard L 1997 The Buddhist religion a historical introduction edisi ke 4th Belmont California Cengage ISBN 0 534 20718 9 Rotman Andy 2008 Thus Have I Seen Visualizing Faith in Early Indian Buddhism Oxford University Press ISBN 978 0 19 045117 2 Schopen Gregory 2004 Mahayana dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 492 9 ISBN 0 02 865720 9 Shields James Mark 2013 Political Interpretations of the Lotus Sutra dalam Emmanuel Steven M A companion to Buddhist philosophy Chichester West Sussex Wiley Blackwell ISBN 978 0 470 65877 2 Shōto Hase 1987 Jōdo Shinshu dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion 7 diterjemahkan oleh Becker Carl edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale hlm 4933 6 ISBN 0 02 865740 3 Trainor Kevin 1997 Relics ritual and representation in Buddhism rematerializing the Sri Lankan Theravada tradition edisi ke digital Cambridge u a Cambridge University Press ISBN 0 521 58280 6 Smart Ninian 1997 The Buddha dalam Carr Brian Mahalingam Indira Companion encyclopedia of Asian philosophy London Routledge hlm 276 85 ISBN 0 415 03535 X Murti T R V 2008 1955 The central philosophy of Buddhism a study of the Madhyamika system London Routledge ISBN 1 135 02946 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 11 22 Naquin Susan 1976 Millenarian Rebellion in China The Eight Trigrams Uprising of 1813 New Haven Yale University Press hlm 13 ISBN 0 300 01893 2 Overmyer Daniel L 2013 Folk Buddhist Religion Dissenting Sects in Late Traditional China Harvard University Press ISBN 978 0 674 18316 2 Snellgrove David L 1987 Buddhas and Bodhisattvas Celestial Buddhas and Bodhisattvas dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion 2 edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale hlm 1059 71 ISBN 0 02 865997 X Spiro Melford E 1982 Buddhism and society a great tradition and its Burmese vicissitudes edisi ke 2nd Berkeley u a University of California Press ISBN 0 520 04672 2 Stone Jacqueline I 1998 Chanting the August Title of the Lotus Sutra Daimoku Practices in Classical and Medieval Japan dalam Payne Richard K Re Visioning Kamakura Buddhism University of Hawaii Press hlm 116 66 ISBN 0 8248 2078 9 diarsipkan dari versi asli tanggal 4 January 2015 Stone Jacqueline I 2004a Lotus Sutra Saddharmapuṇḍarika Sutra dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 471 7 ISBN 0 02 865720 9 Stone Jacqueline I 2004b Nichiren School dalam Buswell Robert E Encyclopedia of Buddhism New York u a Macmillan Reference USA Thomson Gale hlm 595 8 ISBN 0 02 865720 9 Suvimalee Samaneri 2005 Saddha dalam Malalasekera Gunapala Piyasena Encyclopaedia of Buddhism VII Government of Ceylon OCLC 781859662 pranala nonaktif permanen Swanson P L 1993 Zen Is Not Buddhism Recent Japanese Critiques of Buddha Nature Numen 40 2 115 49 doi 10 1163 156852793x00112 Swearer Donald K 1987 Folk Religion Folk Buddhism dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale ISBN 0 02 865738 1 Swearer Donald K 2010 The Buddhist world of Southeast Asia PDF edisi ke 2nd Albany State University of New York Press ISBN 978 1 4384 3251 9 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 22 November 2017 Thomas Edward J 1953 The History of Buddhist Thought PDF History of Civilization edisi ke 2nd London Routledge and Kegan Paul OCLC 499999025 Trainor K M 1989 Pasanna Pasada in the Pali Vamsa Literature PDF Vidyodaya 3 185 90 ISSN 1391 1937 Tremblay Xavier 2007 The spread of Buddhism in Serindia PDF Dalam Heirman Ann Bumbacher Stephan Peter The spread of Buddhism edisi ke online Leiden Brill Publishers hlm 87 ISBN 9789004158306 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 22 November 2017 Tuladhar Douglas William 2005 Puja Buddhist puja PDF Dalam Jones Lindsay Encyclopedia of religion 11 edisi ke 2nd Detroit Thomson Gale ISBN 0 02 865980 5 Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2017 03 02 Welch Holmes 1967 The Practice of Chinese Buddhism 1900 1950 PDF Harvard University Press Werner Karel 2013 Love and Devotion in Buddhism dalam Werner Karel Love Divine Studies in Bhakti and Devotional Mysticism Hoboken Taylor and Francis ISBN 1 136 77461 0 Wijayaratna Mohan 1990 Buddhist monastic life according to the texts of the Theravada tradition diterjemahkan oleh Grangier Claude Collins Steven Cambridge University Press ISBN 0 521 36428 0 Williams Paul 2008 Mahayana Buddhism The Doctrinal Foundations edisi ke 2 Taylor amp Francis ISBN 0 203 42847 1 Wilson Jeff 2018 The New Science of Health and Happiness Investigating Buddhist Engagements with the Scientific Study Of Meditation Zygon 53 1 doi 10 1111 zygo 12391 Pranala luar suntingBBC documentary about the nature of Buddhist faith in traditional Buddhist countries with comments from notable scholars BBC documentary about self power and other power in Japanese Buddhism by Ronald Eyre part of the awarded The Long Search series Is Buddhism a Religion First of a series of articles in the British newspaper The Guardian about the religious and secular aspects of Buddhism Debate held by the Melbourne Insight Meditation Group about being Buddhist orthodoxy and faith between Ajahn Brahmali and Stephen Batchelor Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Keyakinan dalam Buddhisme amp oldid 25779304