www.wikidata.id-id.nina.az
Mgr Albertus Soegijapranata S J Ejaan Yang Disempurnakan Albertus Sugiyapranata 25 November 1896 22 Juli 1963 lebih dikenal dengan nama lahir Soegija merupakan Vikaris Apostolik Semarang kemudian menjadi uskup agung Ia merupakan uskup pribumi Indonesia pertama dan dikenal karena pendiriannya yang pro nasionalis yang sering disebut 100 Katolik 100 Indonesia Yang MuliaAlbertus SoegijapranataS J Uskup Agung SemarangSoegijapranata pada tahun 1946Keuskupan agungSemarangPenunjukan1 Agustus 1940Masa jabatan berakhir22 Juli 1963PendahuluTidak ada jabatan baruPenerusJustinus DarmojuwonoImamatTahbisan imam15 Agustus 1931oleh Laurentius SchrijnenTahbisan uskup6 Oktober 1940oleh Petrus Johannes WillekensInformasi pribadiNama lahirSoegijaLahir 1896 11 25 25 November 1896Surakarta Hindia BelandaMeninggal22 Juli 1963 1963 07 22 umur 66 Steyl BelandaMakamTaman Makam Pahlawan Giri TunggalKewarganegaraanIndonesiaDenominasiKatolikOrang tuaAyah KarijosoedarmoIbu SoepiahMoto In Nomine Jesu Dalam nama Yesus Dengarkan versi lisan dari artikel ini 5 bagian 1 jam 8 menit source source source source source source source source source source source source source source source Berkas berkas suara berikut dibuat berdasarkan revisi dari artikel ini per tanggal 29 September 2022 2022 09 29 sehingga isinya tidak mengacu pada revisi terkini Bantuan Artikel lainnya Soegija dilahirkan di Surakarta Hindia Belanda dari keluarga seorang abdi dalem dan istrinya Keluarga Muslim itu lalu pindah ke kota Yogyakarta saat Soegija masih kecil Karena diakui sebagai anak yang cerdas pada tahun 1909 Soegija diminta oleh Pr Frans van Lith untuk bergabung dengan Kolese Xaverius suatu sekolah Yesuit di Muntilan Di sana Soegija menjadi tertarik dengan agama Katolik dan dibaptis pada tanggal 24 Desember 1910 Setelah lulus dari Xaverius pada tahun 1915 dan menjadi seorang guru di sana selama satu tahun Soegija menghabiskan dua tahun belajar di seminari di Muntilan sebelum berangkat ke Belanda pada tahun 1919 Ia menjalani masa pendidikan calon biarawan dengan Serikat Yesus selama dua tahun di Grave ia juga menyelesaikan juniorate di sana pada tahun 1923 Setelah tiga tahun belajar filsafat di Kolese Berchmann di Oudenbosch ia dikirim kembali ke Muntilan sebagai guru ia bekerja di sana selama dua tahun Pada tahun 1928 ia kembali ke Belanda untuk belajar teologi di Maastricht dan ditahbiskan pada tanggal 15 Agustus 1931 Setelah itu Soegija menambahkan kata pranata di belakang namanya Pada tahun 1933 Soegijapranata dikirim kembali ke Hindia Belanda untuk menjadi pastor Soegijapranata memulai keimamannya sebagai vikaris paroki untuk Pr van Driessche di Paroki Kidul Loji Yogyakarta tetapi diberi paroki sendiri setelah Gereja St Yoseph di Bintaran dibuka pada tahun 1934 Dalam periode ini ia berusaha untuk meningkatkan rasa ke Katolikan dalam masyarakat Katolik dan menekankan perlunya hubungan yang kuat antara keluarga Katolik Pada tahun 1940 Soegijapranata dikonsekrasikan sebagai vikaris apostolik dari Vikariat Apostolik Semarang yang baru didirikan Meskipun jumlah pemeluk Katolik meningkat setelah ia dikonsekrasikan Soegijapranata harus menghadapi berbagai tantangan Kekaisaran Jepang menduduki Hindia Belanda pada awal tahun 1942 dan selama periode pendudukan itu banyak gereja diambil alih dan banyak pastor ditangkap atau dibunuh Soegijapranata bisa lolos dari kejadian ini dan menghabiskan periode pendudukan dengan mendampingi orang Katolik dalam vikariatnya sendiri Setelah Presiden Soekarno memproklamasi kemerdekaan Indonesia Semarang dipenuhi dengan kekacauan Soegijapranata membantu menyelesaikan Pertempuran Lima Hari dan menuntut agar pemerintah pusat mengirim seseorang dari pemerintah untuk menghadapi kerusuhan di Semarang Biarpun permintaan ini ditanggapi Semarang menjadi semakin rusuh dan pada tahun 1947 Soegijapranata pindah ke Yogyakarta Selama revolusi nasional Soegijapranata berusaha untuk meningkatkan pengakuan Indonesia di dunia luas dan meyakinkan orang Katolik untuk berjuang demi negera mereka Tidak lama setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia Soegijapranata kembali ke Semarang Dalam periode pasca revolusi ia banyak menulis mengenai komunisme dan berusaha untuk mengembangkan pengaruh Katolik serta menjadi perantara beberapa faksi politik Pada tanggal 3 Januari 1961 ia diangkat sebagai uskup agung saat Tahta Suci mendirikan enam provinsi gerejawi di wilayah Indonesia Soegijapranata bergabung dengan sesi pertama dari Konsili Vatikan II Ia meninggal pada tahun 1963 di Steyl Belanda dan jenazahnya diterbangkan kembali ke Indonesia Ia dijadikan seorang Pahlawan Nasional dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang Soegijapranata sampai sekarang dihormati orang Indonesia baik pemeluk Katolik maupun bukan Berbagai biografi tentang ia sudah ditulis oleh berbagai penulis dan pada tahun 2012 sebuah film biopik fiksi garapan Garin Nugroho yang diberi judul Soegija diluncurkan Universitas Katolik Soegijapranata sebuah universitas di Semarang dinamakan untuk Soegijapranata Daftar isi 1 Kehidupan awal 2 Kolese Xaverius 3 Jalan menuju imamat 4 Menjadi pastor 5 Vikaris apostolik 5 1 Pendudukan Jepang 5 2 Revolusi Nasional 5 3 Pasca revolusi 6 Uskup Agung Semarang dan kematian 7 Warisan 8 Dalam budaya populer 9 Keterangan 10 Referensi 10 1 Catatan kaki 10 2 Bibliografi 11 Pranala luarKehidupan awalSoegija dilahirkan pada 25 November 1896 di Surakarta Ia merupakan anak kelima dari sembilan bersaudara dengan ayah Karijosoedarmo seorang abdi dalem di Keraton Kasunanan Surakarta dan ibu Soepiah Keluarga tersebut merupakan keluarga Muslim abangan dan kakek Soegija Soepa seorang kyai 1 2 3 Namanya Soegija diambil dari kata sugih dalam bahasa Jawa yang berarti kaya 4 Keluarga itu lalu berpindah ke Ngabean Yogyakarta Di sana Karijosoedarmo bertugas sebagai abdi dalem di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk Sultan Hamengkubuwono VII sementara istrinya merupakan pedagang ikan 1 keluarga Soegija miskin dan sering kurang makan 5 Soegija anak yang berani suka berkelahi pintar bermain sepak bola dan dikenal karena kecerdasannya sejak kecil 6 Saat masih kecil Soegija berpuasa bersama ayahnya sesuai hukum Islam 4 nbsp Albertus Soegijapranata berdiri paling kiri nbsp Pater Albertus Soegijapranata di masa mudanya Soegija mulai menempuh pendidikannya di sebuah Sekolah Angka Loro di wilayah Kraton Di sana ia belajar membaca dan menulis Ia kemudian dipindahkan ke suatu sekolah di Wirogunan Yogyakarta dekat Pakualaman Pada tahun ketiga ia mulai menempuh pendidikan di sebuah Hollands Inlands School di Lempuyangan 7 Di luar sekolah ia belajar gamelan dan menembang bersama orang tuanya 1 Sekitar 1909 Soegija diminta oleh Pater Frans van Lith untuk bergabung dengan sebuah sekolah Yesuit di Muntilan 30 kilometer barat laut Yogyakarta Biarpun awalnya kedua orang tuanya khawatir bahwa Soegija akan menjadi seperti anak Eropa mereka merestui 8 Kolese XaveriusPada 1909 Soegija mulai belajar di Kolese Xaverius di Muntilan sebuah sekolah asrama untuk calon guru 9 10 Ada 54 siswa lain dalam angkatannya Anak anak itu menjalani jadwal yang ketat Mereka mengikuti pelajaran di pagi hari dan mengisi siang hari dengan kegiatan lain seperti berkebun berdebat dan bermain catur Anak anak Katolik juga diwajibkan untuk rajin berdoa 11 Biarpun kolese itu tidak mewajibkan siswanya menjadi orang Katolik Soegija merasa tertekan oleh teman temannya Oleh karena itu sering terjadi perkelahian Saat Soegija mengeluh kepada gurunya Pater L van Rijckevorsel bahwa para pastor Belanda sama seperti pedagang Belanda di kota yaitu hanya memikirkan uang romo itu menjawab bahwa mereka tidak digaji dan hanya mengharapkan yang terbaik untuk siswa siswa mereka Ini membuat Soegija lebih menghargai para guru dan saat van Rijckevorsel memberi tahu siswa lain bahwa Soegija tidak ingin menjadi Katolik anak anak itu tidak lagi menekan Soegija 9 nbsp Albertus Magnus seorang santo dari abad ke 13 nama baptis Soegija didasarkan nama AlbertusTahun berikutnya Soegija minta agar bisa mengikuti pelajaran agama Katolik Menurut dia ini agar ia bisa menggunakan fasilitas sekolah dengan sepenuhnya Gurunya Pater Mertens menyatakan bahwa Soegija memerlukan izin orang tua sebelum ia bisa bergabung Kendati orang tuanya tidak merestui Soegija masih diizinkan mengikuti pelajaran Soegija menjadi tertarik dengan soal Tritunggal dan meminta keterangan dari beberapa guru Van Lith mengutip karya karya Thomas Aquinas sementara Mertens membahas Tritunggal berdasarkan karya Agustinus dari Hippo Mertens menyatakan bahwa manusia tidak dimaksud untuk benar benar memahami Tuhan sebab pengetahuan manusia terbatas 12 Soegija yang menjadi semakin tertarik minta agar dibaptis ia mengutip cerita Yesus ditemukan di Bait Allah untuk menunjukkan mengapa ia tidak memerlukan restu orang tua Para romo menyetujui pembaptisan itu dan Soegija dibaptis pada 24 Desember 1910 ia mengambil nama baptis Albertus 12 berdasarkan nama Albertus Magnus 13 Saat liburan Natal Soegija menceritakan hal ini kepada keluarganya Meski ayah dan ibunya bisa menerima dan bahkan mungkin merestui a keluarga besar Soegija tidak mau berurusan dengannya lagi 14 Soegija terus melanjutkan pelajarannya di Xaverius Menurut Pater G Budi Subanar seorang dosen ilmu teologi di Universitas Sanata Dharma dalam periode ini salah satu guru mengajarkan Perintah Keempat dari Sepuluh Perintah Allah dengan pengertian bahwa seseorang tidak boleh hanya menghormati ayah dan ibu kandung melainkan semua nenek moyangnya ini memberi pengertian nasionalis kepada para siswa 15 Pada kesempatan lain Xaverius dikunjungi seorang misionaris Kapusin yang secara fisik jauh berbeda dari para guru Yesuit membuat Soegija mempertimbangkan untuk menjadi seorang pastor sebuah gagasan yang diterima orang tuanya 16 Pada 1915 Soegija menyelesaikan pendidikannya di Xaverius lalu menjadi guru di sana selama satu tahun Pada 1916 di masuk di seminari Xaverius ada dua anak pribumi lain yang masuk seminari tahun itu Soegija lulus pada 1919 setelah mempelajari bahasa Prancis Latin Yunani dan sastra 17 Jalan menuju imamat nbsp Soegija menyelesaikan periode novisiat di Mariendaal di Grave Belanda Pada 1919 Soegija dan siswa lain pergi ke Uden Belanda untuk meneruskan pendidikan mereka mereka berangkat dari Tanjung Priok di Batavia Di Uden Soegija menghabiskan satu tahun untuk mendalami bahasa Latin dan Yunani sesuatu yang diperlukan untuk menjadi romo di Hindia Belanda Ia dan rekan kelasnya juga harus beradaptasi dengan budaya Belanda 18 Pada tanggal 27 September 1920 Soegija memulai periode novisiat untuk bergabung dengan Serikat Yesus rekan rekannya baru mulai pada tahun berikutnya 19 Selama menjalani novisiatnya di Mariendaal di Grave Soegija dipisah dari dunia luar dan menghabiskan waktunya dengan meditasi Ia menyelesaikan novisiat pada 22 September 1922 dan dijadikan anggota Yesuit Soegija bersumpah agar tetap miskin murni dan taat 19 Setelah bergabung dengan Serikat Yesus Soegija menghabiskan satu tahun di Mariendaal sebagai yuniorat Mulai pada 1923 ia belajar filsafat di Kolese Berchmann di Oudenbosch 20 Dalam periode ini ia lebih mendalami ajaran Thomas Aquinas Ia juga mulai menulis tentang agama Katolik Dalam sebuah surat tertanggal 11 Agustus 1923 ia menulis bahwa orang Jawa belum dapat membedakan antara orang Katolik dan Protestan dan bahwa cara yang terbaik untuk menambahkan jumlah orang Katolik ialah dengan perilaku dan bukti nyata bukan hanya janji Ia juga menerjemahkan hasil Kongres Ekaristi ke 27 yang diadakan di Amsterdam pada 1924 untuk majalah berbahasa Jawa Swaratama ada pula tulisan yang dimuat dalam St Claverbond Berichten uit Java 21 Soegija lulus dari Berchmann pada 1926 lalu bersiap untuk kembali ke Hindia Belanda 20 Soegija tiba di Muntilan pada September 1926 22 dan menjadi guru agama bahasa Jawa dan aljabar di Kolese Xaverius Tidak banyak diketahui tentang masa Soegija menjadi guru di Muntilan 23 Menurut catatan dari sekolah gaya mengajar Soegija berdasar kepada gaya van Lith yaitu dengan menjelaskan konsep agama berdasarkan istilah yang ada dalam tradisi Jawa 24 Soegija juga mengawasi kegiatan gamelan 25 dan berkebun 26 Selama di Xaverius Soegija menjadi redaktur Swaratama yang cenderung dibaca alumni Xaverius Sebagai redaktur ia menulis resensi mengenai berbagai topik termasuk serangan terhadap paham komunisme dan pembahasan kemiskinan 27 Setelah dua tahun di Xaverius pada Agustus 1928 Soegija kembali ke Belanda dan belajar teologi di Maastricht Ia juga bepergian saat belajar Pada 3 Desember 1929 ia dan empat Yesuit keturunan Asia lain mengikuti Pater Jenderal Wlodzimierz Ledochowski dalam sebuah pertemuan dengan Paus Pius XI di Vatikan paus itu menyatakan bahwa para Yesuit Asia itu akan menjadi tulang punggung untuk agama Katolik dalam negeri mereka sendiri 28 Soegija dijadikan seorang diaken pada Mei 1931 26 ia lalu ditahbiskan oleh Uskup Roermond Mgr Laurentius Schrijnen pada 15 Agustus 1931 saat masih menjadi siswa teologi b 29 Setelah ditahbiskan Soegija menambahkan kata pranata yang artinya doa atau harapan di belakang namanya 30 ia menyelesaikan pelajaran teologinya pada 1932 dan pada 1933 menjalani masa tersiat di Drongen Belgia 31 Tahun itu ia menulis sebuah autobiografi berjudul La Conversione di un Giavanese Pertobatan Seorang Jawa karya tersebut diterbitkan dalam bahasa Italia Belanda dan Spanyol 32 Menjadi pastorPada tanggal 8 Agustus 1933 Soegijapranata dan dua pastor lain berangkat dari Belanda menuju Hindia Belanda Soegijapranata ditugaskan di paroki Kidul Loji di Yogyakarta dekat Kraton 33 Ia bertugas sebagai pembantu Pr van Driessche salah satu gurunya dari Xaverius 34 Dari romo yang lebih tua itu Soegijapranata belajar bagaimana menangani keperluan paroki sementara van Driessche kemungkinan besar menugaskan Soegijapranata untuk berkhotbah kepada warga kota pribumi yang Katolik c 35 nbsp Gereja paroki di Ganjuran tempat Soegijapranata bertugas sekaligus dengan BintaranSetelah Gereja Santo Yoseph di Bintaran sekitar satu kilometer dari Kidul Loji buka pada bulan April 1934 Soegijapranata dipindahtugaskan ke sana sebagai pastor utama 36 3 gereja itu terutama dimaksud kalangan pribumi 6 Bintaran pada saat itu merupakan satu dari empat paroki di kota Yogyakarta pada saat itu bersama dengan Kidul Loji Kotabaru dan Pugeran setiap gereja paroki melayani daerah yang luas dan pastor dari gereja paroki juga ikut serta berkhotbah di gereja yang jauh dari kota Setelah van Driessche meninggal pada bulan Juni 1934 tugas Soegijapranata ditambah lagi dengan desa Ganjuran Bantul sekitar 20 kilometer selatan kota Yogyakarta Daerah itu merupakan tempat tinggal untuk lebih dari seribu orang Katolik pribumi 37 38 Soegijapranata juga menjadi penasihat untuk berbagai kelompok serta mendirikan sebuah koperasi untuk masyarakat Katolik 39 Pada saat itu Gereja Katolik di Indonesia kesulitan dengan mempertahankan orang Katolik baru orang Jawa yang sudah pindah agama saat sekolah terkadang kadang menjadi Muslim lagi setelah mengalami pengasingan dari teman teman atau keluarga mereka Dalam sebuah pertemuan pada tahun 1935 Soegijapranata menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan tidak adanya rasa identitas Katolik atau sensus Catholicus serta sedikitnya pernikahan antara orang Katolik Soegijapranata menolak pernikahan antara orang Katolik dan yang bukan Katolik 40 dan mulai menjadi penasihat untuk pasangan Katolik muda sebelum mereka menikah ia percaya bahwa pernikahan antara orang Katolik akan mengeratkan hubungan antara keluarga Katolik di Yogyakarta 41 Soegijapranata terus menulis untuk Swaratama dan menjabat sebagai redaktur 39 Pada tahun 1938 Soegijapranata dipilih sebagai penasihat untuk Serikat Yesus dan mengkoordinasikan karya Yesuit di Hindia Belanda 42 Vikaris apostolikMeningkatnya jumlah orang Katolik di Hindia Belanda membuat Mgr Petrus Willekens yang menjabat sebagai Vikaris Apostolik Batavia mengusulkan bahwa suatu vikariat apostolik didirikan di Jawa Tengah dengan pusatnya di Semarang 43 sebab Jawa Tengah memiliki budaya yang berbeda dan jarak yang jauh dari Batavia 44 Vikariat Apostolik Batavia dibagi menjadi dua pada tanggal 25 Juni 1940 bagian timur menjadi Vikariat Apostolik Semarang 45 Pada tanggal 1 Agustus 1940 Willekens menerima telegram dari Kardinal Giovanni Battista Montini yang menyatakan bahwa Soegijapranata akan menjadi pemimpin vikariat apostolik yang baru itu Bersamaan dengan itu Soegija ditunjuk menjadi Uskup Tituler Danaba Telegram tersebut dikirim ke Soegijapranata di Yogyakarta yang menyetujui tugas itu 43 biarpun terkejut dan gelisah 46 Asistennya Hardjosoewarno menyatakan bahwa Soegijapranata menangis setelah membaca telegram itu sebuah tanggapan yang tidak biasa untuk dia dan saat makan semangkuk soto bertanya kalau Hardjosoewarno pernah melihat seorang uskup menikmati makanan itu 47 Soegijapranata pergi ke Semarang pada tanggal 30 September 1940 dan dikonsekrasi Willekens pada tanggal 6 Oktober di Gereja Rosario Suci di Randusari yang menjadi tempat jabatannya 46 48 Dalam penahbisan itu Willekens didampingi oleh Vikaris Apostolik Malang Mgr Antoine Everard Jean Avertanus Albers O Carm yang bergelar Uskup Tituler Thubunae di Numidia bersama dengan Vikaris Apostolik Palembang Mgr Henri Martin Mekkelholt S C J yang bergelar Uskup Tituler Athyra Upacara itu diikuti berbagai tokoh politik serta sultan dari Batavia Semarang Yogyakarta dan Surakarta serta klerus dari Malang dan Lampung 46 dengan konsekrasi ini Soegijapranata menjadi uskup pribumi pertama d 49 Tindakan pertama Soegijapranata sebagai uskup ialah mengeluarkan sebuah surat pastoral bersama Willekens yang menceritakan sejarah sehingga Soegijapranata bisa ditentukan sebagai uskup termasuk surat Maximum Illud yang dibuat Paus Benediktus XV e serta usaha Paus Pius XI dan Paus Pius XII untuk menahbiskan lebih banyak pastor dan uskup dari suku asli di seluruh dunia 50 51 Soegijapranata lalu mulai menentukan hierarki Gereja di Jawa Tengah termasuk mendirikan paroki baru 52 Dalam wilayah yang dipimpin Soegijapranata terdapat 84 pastor 73 orang Eropa 11 orang pribumi 137 bruder 103 orang Eropa 34 orang pribumi dan 330 biarawati 251 orang Eropa 79 orang pribumi 53 Vikariat ini meliputi Semarang Yogyakarta Surakarta Kudus Magelang Salatiga Pati dan Ambarawa Keadaan geografisnya juga berbeda beda termasuk wilayah Dataran Kedu yang subur hingga daerah Pegunungan Sewu yang kering Sebagian besar penduduknya orang Jawa 54 Ada lebih dari 15 000 orang Katolik pribumi di wilayah tersebut pada tahun 1940 dengan jumlah orang Katolik Eropa yang hampir sama jumlah orang Katolik pribumi meningkat dengan cepat 55 sehingga ada lebih dari 30 000 pada tahun 1942 56 Ada pula sejumlah organisasi Katolik yang sebagian besarnya bergerak di bidang pendidikan 57 Pendudukan Jepang nbsp Pastoran di Gedangan yang dilindungi Soegijapranata dari pasukan Jepang pada tahun 1942Setelah Jepang memasuki Nusantara pada awal tahun 1942 yang tidak dapat dicegah pasukan kolonial pada tanggal 9 Maret 1942 Guberner Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer dan pemimpin KNIL Jenderal Hein ter Poorten menyerah Ini membawa berbagai perubahan dalam pemerintahan di Nusantara dan mengurangi kualitas hidup orang non Jepang 58 Dalam buku hariannya Soegijapranata menulis bahwa di mana mana ada kebakaran Tidak ada tentara tidak ada polisi tidak ada pegawai Di jalanan pun terdapat berbagai bangkai kendaraan yang terbakar Untung masih ada beberapa pegawai kejaksaan dan beberapa tokoh Katolik yang tidak pergi Mereka bekerja dengan mengatasnamakan diri dari instansi yang berwenang untuk mengatur kota agar tercipta suasana rust en order tertib dan damai 59 Pemerintah Jepang menangkap dan menahan ribuan pria dan wanita sebagian besar orang Belanda baik orang awam maupun klerus f Pemerintah juga menentukan kebijakan yang mengubah cara orang mengadakan misa Penggunaan bahasa Belanda dilarang baik yang dilafalkan maupun yang ditulis dan sejumlah bangunan milik Gereja disita 59 Soegijapranata berusaha untuk mencegah penyitaan ini Ia pernah mengisi gedung kosong dengan orang supaya tidak disita dan menyatakan bahwa gedung lain misalkan bioskop akan lebih bermanfaat untuk Jepang 60 Saat penguasa Jepang berusaha untuk menyita Katedral Semarang untuk digunakan sebagai kantor Soegijapranata menyatakan bahwa mereka hanya boleh mengambil gereja tersebut kalau mereka memenggal kepalanya dulu pihak Jepang kemudian menemukan tempat lain Soegijapranata juga mencegah penyitaaan Pastoran Gedangan tempat ia tinggal 61 serta menugaskan penjaga di sekolahan dan tempat lain supaya tidak disita 62 Namun usaha ini tidak selalu berhasil dan berbagai bangunan milik Gereja disita 63 begitu pula dana Gereja 64 Soegijapranata tidak dapat menghentikan disiksanya tahanan perang termasuk para klerus g 65 tetapi diri Soegijapranata diperlakukan dengan baik oleh Jepang Ia kerap diundang untuk upacara Jepang tetapi tidak pernah hadir sebagai ganti ia mengirim karangan bunga 66 Ia menggunakan kedudukannya itu untuk memastikan bahwa tahanan perang diperlakukan dengan baik Ia berhasil membujuk penguasa Jepang untuk membiarkan para biarawati bekerja di rumah sakit dan tidak diwajibkan untuk mengikuti paramiliter Ia dan warga Katolik lain juga mengumpulkan makanan untuk klerus yang ditahan dan Soegijapranata terus menjaga hubungannya dengan para tahanan ia memberikan informasi dan berita kepada mereka 67 Karena jumlah klerus terbatas sekali Soegijapranata pergi dari gereja ke gereja untuk berkhotbah secara aktif hal ini juga menangkal desas desus bahwa ia telah ditangkap Jepang 68 Ia pergi dengan berjalan kaki naik sepeda atau naik kereta kuda sebab mobilnya telah disita 69 Ia juga dapat mengirimkan imam ke prefektur apostolik lainnya antara lain ke Bandung Surabaya dan Malang untuk menghadapi kurangnya jumlah klerus di sana 70 Soegijapranata juga menentukan agar seminari terus menghasilkan pastor baru dengan menentukan Pr Hardjawasita yang baru ditahbiskan pada tahun 1942 sebagai rektor 71 Ia juga memberi pastor lokal kekuasaan untuk memimpin acara pernikahan 72 Supaya masyarakat Katolik tetap tenang Soegijapranata mengunjungi rumah mereka dan menyatakan bahwa semuanya aman aman saja 73 Revolusi Nasional Setelah serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus 1945 74 orang orang Jepang mulai mengundurkan diri dari negara Indonesia Untuk mendukung kemerdekaan Indonesia Soegijapranata memerintahkan agar sebuah bendera Indonesia dikibarkan di depan Pastoran Gedangan 75 Ia dan klerus lain juga merawat misionaris Belanda yang baru dibebaskan orang orang ini banyak yang terluka dan sangat kurang gizi sehingga ada yang harus dirawat di rumah sakit Beberapa orang ditahan lagi oleh pihak Indonesia tetapi pemerintah masih mengizinkan agar tahanan itu dirawat orang orang Katolik Sementara beberapa gedung gereja dibakar dan klerus dibunuh karena perselisihan antar agama 76 77 Pemerintah juga mengambil alih beberapa bangunan milik Gereja dan dari bangunan yang pernah disita Jepang tidak semuanya dikembalikan 78 Pasukan Sekutu yang ditugaskan untuk mengambil senjata Jepang dan membawa pulang tahanan perang mendarat di Indonesia pada bulan September 1945 79 Di Semarang hal ini memicu suatu pertempuran antara pihak Jepang dan Republik yang mulai pada tanggal 15 Oktober orang orang Indonesia bermaksud untuk mengambil senjata Jepang 76 Pada tanggal 20 Oktober 1945 pasukan Sekutu mulai mendarat di Semarang dan beberapa di antara mereka pergi ke Gedangan untuk berbicara dengan Soegijapranata Karena peduli akan kesengsaraan rakyat Soegija menyatakan bahwa pihak Sekutu harus menghentikan pertempuran di luar pihak Sekutu mengaku bahwa mereka tidak bisa sebab mereka tidak kenal dengan komandan Jepang Soegijapranata lalu menghubungi pihak Jepang dan siang itu menjadi perantara dalam pembuatan gencatan senjata 80 nbsp Gereja Santo Yoseph di Bintaran yang menjadi tempat jabatan Sogijapranata dalam tahun tahun terakhir Revolusi Nasional IndonesiaAdanya pertempuran besar di seluruh wilayah Semarang serta terus beradanya pihak Sekutu membuat masyarakat kota Semarang kelaparan dan juga diberlakukannya jam malam dan pemadaman listrik Kelompok kelompok yang dipimpin warga sipil berusaha untuk menangani kekurangan ini tetapi tidak mampu mengatasinya Sebagai usaha untuk menyelesaikan masalah di Semarang Soegijapranata mengirim seorang warga lokal ke ibu kota di Jakarta untuk membicarakannya dengan pemerintah pusat Warga itu bertemu dengan Perdana Menteri Sutan Sjahrir yang mengirim Wongsonegoro ke Semarang untuk membantu dalam pembentukan pemerintahan sipil 81 Namun pemerintah kota itu masih tidak mampu menangani masalah di Semarang dan beberapa pemimpinnya ditangkap oleh Nederlandsch Indie Civil Administratie NICA dan ditahan Soegijapranata biarpun kadang kadang menyembunyikan para revolusioner Indonesia tidak ditahan 82 Pada bulan Januari 1946 pemerintah Indonesia pindah dari Jakarta yang sudah dikuasai Belanda ke Yogyakarta 83 Hal ini diikuti sejumlah warga sipil mengungsi dari daerah yang dikuasai Belanda Soegijapranata awalnya tetap di Semarang tempat ia berusaha untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan Namun pada tanggal 18 Januari 1947 ia akhirnya pindah ke Yogyakarta sehingga ia bisa berkomunikasi dengan pemerintah dengan mudah 84 85 Ia berkedudukan di Gereja Santo Yoseph di Bintaran 86 dan menasihati orang orang Katolik agar berjuang demi negara Indonesia ia menyatakan bahwa mereka baru boleh pulang kalau mati 87 nbsp Soegijapranata dan Georges de Jonghe d Ardoye dengan Presiden Soekarno 1947Setelah tidak berhasilnya Perjanjian Linggajati yang dimaksudkan untuk menghentikan perang antara Indonesia dan Belanda serta serangan besar Belanda terhadap Indonesia pada tanggal 21 Juli 1947 Soegijapranata melalui sebuah pidato di Radio Republik Indonesia menyatakan bahwa orang orang Katolik akan bekerja sama dengan pejuang Indonesia 88 Soegijapranata juga banyak menulis kepada Tahta Suci yang menanggapi surat surat Soegijapranata dengan mengirim Georges de Jonghe d Ardoye sebagai duta ke Indonesia ini membuka jalur diplomasi antara Vatikan dan Indonesia D Ardoye tiba di wilayah Republik pada bulan Desember 1947 dan bertemu dengan Presiden Soekarno 85 Soegijapranata di kemudian hari berteman dengan presiden 89 Setelah Agresi Militer Belanda II ketika Belanda menduduki ibu kota di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948 Soegijapranata menyatakan bahwa perayaan Hari Natal tidak boleh mewah sebab rakyat sedang sengsara 86 Selama Belanda menguasai Yogyakarta Soegijapranata dapat mengirim beberapa tulisannya ke luar negeri tulisan ini yang dimuat di majalah Commonweal mendetail kehidupan sehari hari orang Indonesia di bawah kekuasaan Belanda dan menggugat agar masyarakat internasional mengutuk Belanda 87 Soegijapranata juga berpendapat bahwa blokade Belanda terhadap Indonesia tidak hanya mencekik ekonomi Indonesia tetapi juga meningkatkan kekuasaan orang orang Komunis 90 Ketika Belanda mulai mengundurkan diri setelah Serangan Umum 1 Maret 1949 Soegijapranata mulai berusaha agar orang Katolik mendapat peran dalam pemerintahan Bersama I J Kasimo ia menyiapkan Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia yang diadakan dari tanggal 7 sampai 12 Desember Kongres ini berakhir dengan disatukannya berbagai partai Katolik sebagai Partai Katolik Indonesia Soegijapranata dan Kasimo terus mengkonsolidasikan Partai Katolik setelah berakhirnya perang revolusi 91 Pasca revolusi nbsp Katedral Rosario Suci di Randusari Semarang yang menjadi tempat Soegijapranata berjabat untuk sebagian besar waktunya sebagai uskupSetelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949 yang diawali dengan Konferensi Meja Bundar di Den Haag Soegijapranata kembali ke Semarang 92 Periode pasca revolusi ditandai dengan meningkat tajamnya jumlah orang yang masuk di seminari pastor pribumi yang ke 100 ditahbiskan pada tahun 1956 93 Namun pemerintah Indonesia juga memberlakukan beberapa peraturan yang membatasi Gereja Pada tahun 1953 Kementerian Agama memutuskan bahwa misionaris asing tidak akan diizinkan masuk Indonesia sementara kebijakan lain melarang orang asing yang sudah di Indonesia dari mengajar Untuk menghadapi hal ini Soegijapranata membujuk klerus klerus untuk menjadi warga negara Indonesia sehingga mereka tidak terhalang kebijakan baru itu 94 Selain mengawasi para klerus baru Soegijapranata terus bertugas supaya anak dari keluarga Katolik mendapatkan pendidikan dan bahwa keluarga mereka makmur Ia menekankan bahwa siswa harus menjadi bukan hanya orang Katolik yang baik tetapi juga orang Indonesia yang baik 93 ia juga menerangkan bahwa siswa harus belajar di mana mana bukan hanya di sekolah 95 Gereja juga terus mengembangkan sarana pendidikan dari sekolah dasar hingga universitas 96 Soegijapranata juga mulai mereformasi Gereja di vikariat apostoliknya sehingga menjadi lebih Indonesia Ia mengadvokasi penggunaan bahasa Indonesia dan daerah dalam misa ini diizinkan mulai tahun 1956 Ia juga mendukung penggunaan musik gamelan saat misa dan menyetujui penggunaan wayang untuk mengajar cerita Al Kitab ke anak anak 97 Dengan Perang Dingin yang semakin meningkat terjadi perselisihan besar antara Gereja di Indonesia dan Partai Komunis Indonesia PKI Soegijapranata beranggapan bahwa PKI mendapatkan lebih banyak pendukung dari kalangan miskin karena menawarkan hak buruh melalui serikat pekerjanya Untuk melawan ini ia bekerja sama dengan orang Katolik lain untuk mendirikan kelompok pekerja yang dibuka untuk orang Katolik dan non Katolik Dengan memberdayakan buruh Soegijapranata berharap agar PKI akan kehilangan kekuatannya Salah satu kelompok yang didirikan ialah Buruh Pancasila yang dibentuk pada tanggal 19 Juni 1954 98 organisasi tersebut juga merupakan salah satu cara Soegijapranata untuk mempromosikan falsafat Pancasila 3 Tahun berikutnya Konferensi Waligereja Indonesia KWI yang mengakui bakti Soegijapranata untuk orang miskin menentukan agar Soegijapranata menjadi pemimpin program bakti sosial di seluruh Nusantara 98 Pada tanggal 2 November 1955 Soegijapranata dan beberapa uskup lain mengeluarkan sebuah surat pastoral yang mencela paham komunisme Marxisme dan materialisme mereka juga minta agar pemerintah memperlakukan setiap warga negara dengan adil dan bijaksana 99 Ada pula gangguan di dalam hierarki Gereja Hubungan antara Indonesia dan Belanda masih buruk dan adanya konflik mengenai penguasaan Papua bagian barat daerah itu secara historis dikuasai Belanda tetapi diklaim oleh Indonesia Soegijapranata dengan tegas mendukung penguasaan Indonesia atas daerah tersebut Dalam sebuah surat Soegijapranata menulis bahwa orang Indonesia terus sengsara dan bahwa Katholieke Nationale Partij di Belanda adalah penyebab hubungan buruk antara dua negara itu Papua bagian barat digabung dengan Indonesia pada tahun 1963 100 Ada pula gangguan pada tahun 1957 setelah Presiden Soekarno menyatakan bahwa dirinya merupakan presiden seumur hidup dan menentukan sistem Demokrasi Terpimpin Faksi yang dipimpin Soegijapranata mendukung pemerintah sementara faksi yang dipimpin Kasimo menentangnya Soekarno lalu minta agar Soegijapranata bergabung dengan Dewan Nasional sebuah permintaan yang ditolak Soegijapranata Namun ia tetap mengirim dua orang agar orang Katolik tetap diwakili h Ini serta dukungan Soegijapranata untuk Dekret Presiden 5 Juli 1959 yang menentukan kembalinya ke Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membuat Uskup Jakarta Adrianus Djajasepoetra menyatakan bahwa Soegijapranata seorang penjilat Namun Soegijapranata sangat tegas menolak gagasan Nasakom yang mendasarkan pemerintahan Indonesia pada komunisme 101 Uskup Agung Semarang dan kematian nbsp Soegijapranata pada tahun tahun selanjutnyaPada akhir dasawarsa 50 an KWI sering mengadakan pertemuan untuk membahas perlunya hierarki Katolik Roma di Indonesia yang berdaulat Pembahasan ini yang diadakan setahun sekali membahas soal administrasi serta kepastoran termasuk penerjemahan lagu rohani ke dalam bahasa daerah Pada tahun 1959 Kardinal Gregoire Pierre Agagianian mengunjungi Indonesia untuk memeriksa persiapan Gereja Pada bulan Mei 1960 KWI secara resmi mengajukan permohonan untuk dibentuknya Gereja Katolik Indonesia yang berdaulat surat permohonan ini dibalas Paus Yohanes XXIII dalam surat bertanggal 20 Maret 1961 yang membagi nusantara Indonesia menjadi enam provinsi gerejawi yaitu dua di pulau Jawa satu di Sumatra satu di Flores satu di Sulawesi dan Maluku dan satu di Kalimantan Semarang menjadi pusat provinsi Semarang dan Soegijapranata menjadi uskup agung 102 Ia diangkat pada tanggal 3 Januari 1961 57 Saat ini terjadi Soegijapranata berada di Eropa untuk Konsili Vatikan II mulai dengan sesi persiapan termasuk sebagai anggota Komisi Persiapan Sentral 102 di komisi tersebut Soegijapranata merupakan salah satu dari enam uskup dan uskup agung dari Asia 103 Soegijapranata mengikuti sesi pertama Konsili dan menunjukkan keprihatinan akan keadaan kepastoran 102 dan memohon agar sistem Gereja dimodernisasi 104 Dia lalu kembali ke Indonesia tetapi dalam kesehatan yang kurang baik 105 Setelah dirawat di Rumah Sakit Elisabeth Candi pada tahun 1963 Soegijapranata dilarang melaksanakan tugasnya Justinus Darmojuwono seorang mantan tahanan Jepang dan vikaris jenderal Semarang sejak tanggal 1 Agustus 1962 menjalani tugas uskup Pada tanggal 30 Mei 1963 Soegijapranata meninggalkan Indonesia dan kembali ke Eropa untuk menghadiri pemilihan Paus Paulus VI Ia lalu pergi ke Nijmegen dan dirawat di Rumah Sakit Canisius Hospital dari tanggal 29 Juni hingga 6 Juli perawatan ini tidak berhasil Soegijapranata meninggal dunia pada tanggal 22 Juli 1963 di sebuah susteran di desa Steyl Belanda ia mengalami serangan jantung tidak lama sebelum meninggal 105 102 nbsp Jenazah Mgr Albertus Soegijapranata saat disemayamkanKarena Soekarno tidak ingin Soegijapranata dikebumikan di Belanda jenazah Soegijapranata diterbangkan ke Indonesia setelah doa yang dipimpin Kardinal Bernardus Johannes Alfrink 106 Soegijapranata dinyatakan seorang Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 26 Juli 1963 melalui Keputusan Presiden No 152 1963 saat jenasahnya masih dalam perjalanan ke Indonesia 107 Pesawat yang membawa Soegijapranata tiba di Bandar Udara Kemayoran di Jakarta pada tanggal 28 Juli Pada hari berikutnya jenasahnya diterbangkan ke Semarang dan pada tanggal 30 Juli dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal 108 Darmojuwono dipilih pada bulan Desember 1963 sebagai Uskup Agung Semarang yang baru ia dikonsekrasi pada tanggal 6 April 1964 oleh Uskup Agung Ottavio De Liva 109 Warisan nbsp Makam Soegijapranata di Giri TunggalSoegijapranata dibanggakan oleh orang Jawa yang beragama Katolik 89 mereka memuji kekuatannya selama pendudukan Jepang dan revolusi nasional 45 Penulis Anhar Gonggong menyatakan bahwa Soegijapranata bukan hanya seorang uskup melainkan pemimpin Indonesia yang teruji sebagai pemimpin yang baik dan memang layak dijadikan pahlawan nasional i 107 Sejarawan Indonesia Anton Haryono menyatakan bahwa kenaikan Soegijapranata menjadi uskup sangat monumental mengingat bahwa ia baru ditahbiskan sembilan tahun sebelumnya dan tetap diangkat meskipun ada pastor lain yang lebih berpengalaman 110 Henricia Moeryantini seorang suster dalam Ordo Carolus Borromeus menulis bahwa di bawah Soegijapranata Gereja Katolik berperan di tingkat nasional dan bahwa Soegijapranata terlalu peduli akan keperluan masyarakat sehingga tidak bisa menjadi bagaikan orang luar saat revolusi 111 Universitas Katolik Soegijapranata di Semarang dinamakan untuk Soegijapranata 112 113 Ada pula berbagai jalan yang diberi nama Soegijapranata termasuk di Semarang 114 Malang 115 dan Medan 116 Makam Soegijapranata di Giri Tunggal sering menjadi tempat ziarah untuk orang Indonesia yang Katolik mereka sering mengadakan misa di tempat itu 117 118 Pada bulan Juni 2012 sutradara Garin Nugroho mengeluarkan film biopik tentang Soegijapranata yang diberi judul Soegija Dibintangi Nirwan Dewanto sebagai Soegijapranata film ini mengikuti kegiatan Soegijapranata pada dasawarsa 40 an yang dilatarbelakangi dengan pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan Indonesia Film ini yang menelan dana Rp 12 miliar 107 112 ditonton lebih dari 100 000 orang pada hari pertama tayang 119 Peluncuran film ini diikuti oleh novelisasi kehidupan Soegijapranata yang dilakukan secara fiksi oleh pengarang Katolik Ayu Utami 120 121 Beberapa tulisan biografis yang bukan fiksi yang ditulis baik oleh orang beragama Katolik maupun tidak juga diterbitkan dalam kurung waktu itu 121 Dalam budaya populer Indonesia Soegijapranata dikenang karena pernyataan 100 Katolik 100 Indonesia 122 3 Moto ini yang sudah digunakan dalam iklan berbagai tulisan biografi serta film Soegija 122 berasal dari pidato Soegijapranata saat Kongres Katolik Seluruh Indonesia di Semarang pada tahun 1954 123 sebagaimana berikut Jika kita merasa sebagai orang Kristen yang baik kita semestinya juga menjadi seorang patriot yang baik Karenanya kita merasa bahwa kita 100 patriotik sebab kita juga merasa 100 Katolik Malahan menurut perintah keempat dari Sepuluh Perintah Allah sebagaimana tertulis dalam Katekismus kita harus mengasihi Gereja Katolik dan dengan demikian juga mengasihi negara dengan segenap hati Soegijapranata dikutip dalam Subanar 2005 hlm 82 Dalam budaya populerDalam film Soegija 2012 Albertus Soegijapranata diperankan oleh Nirwan Dewanto Keterangan adik perempuan Soegija konon belajar di sekolah Katolik di Muntilan saat meninggal Subanar menganggap ini sebagai bukti bahwa keluarga Soegija dapat merestui perpindahan agama itu Subanar 2003 hlm 41 Pastor keturunan Jawa pertama ditahbiskan pada 1927 Gonggong 2012 hlm 17 Seorang Yesuit keturunan Jawa lain Reksaatmadja ditahbiskan bersama Soegija Subanar 2003 hlm 90 Pada tahun 1933 jumlah orang Katolik keturunan Jawa di Yogyakarta sebanyak 7 092 dibanding tiga puluh tahun sebelumnya yang berjumlah 6 Subanar 2003 hlm 102 Yang kedua seorang keturunan Timor bernama Gabriel Manek dikonsekrasi pada tahun 1951 sebagai Vikaris Apolistik Larantuka Aritonang amp Steenbrink 2008 hlm 269 Surat pastoral tersebut menyatakan perlunya untuk lebih banyak romo dari bangsa setempat Subanar 2003 hlm 131 132 Subanar 2003 hlm 155 163 mencatat 109 Yesuit 61 anggota Fratrum Immaculatae Conceptionis dan 21 biarawati dalam Ordo Carolus Borromeus yang ditahan selama periode pendudukan Jepang Sebanyak dua belas pastor ditahbiskan dalam kurung waktu yang sama Antara tahun 1942 dan 1945 sebanyak 74 pastor 47 bruder dan 160 biarawati dibunuh Jepang Misalkan Uskup Maluku dan Papua Barat Giovanni Aerts bersama dengan sebelas bruder dan pendeta dieksekusi kilat Gonggong 2012 hlm 50 Beberapa klerus termasuk Willekens memanfaatkan hubungan diplomatik antara Vatikan dan Jepang untuk menyatakan diri sebagai duta sehingga mereka dilindungi dari kekejaman Jepang Subanar 2005 hlm 57 Partai Katolik yang menolak sistem pemerintahan baru tidak mengirim wakil Gonggong 2012 hlm 117 118 Asli was tested as a good leader and deserved the hero status ReferensiCatatan kaki a b c Subanar 2003 hlm 19 21 Gonggong 2012 hlm 10 a b c d Flinn 2010 hlm 576 577 a b Gonggong 2012 hlm 11 Moeryantini 1975 hlm 13 a b Gonggong 2012 hlm 19 Subanar 2003 hlm 27 Subanar 2003 hlm 28 29 a b Subanar 2003 hlm 34 35 Gonggong 2012 hlm 14 Subanar 2003 hlm 36 37 a b Subanar 2003 hlm 38 40 Subanar 2003 hlm 91 Subanar 2003 hlm 41 Subanar 2003 hlm 44 Subanar 2003 hlm 46 48 Subanar 2003 hlm 52 53 Subanar 2003 hlm 61 64 a b Subanar 2003 hlm 65 67 a b Subanar 2003 hlm 69 Subanar 2003 hlm 70 71 Subanar 2003 hlm 75 Subanar 2003 hlm 77 Subanar 2003 hlm 79 Subanar 2003 hlm 81 a b Moeryantini 1975 hlm 17 Subanar 2003 hlm 82 86 Subanar 2003 hlm 87 88 Subanar 2003 hlm 89 Gonggong 2012 hlm 22 Subanar 2003 hlm 96 Subanar 2003 hlm 99 Subanar 2003 hlm 97 98 Subanar 2003 hlm 103 Subanar 2003 hlm 105 Subanar 2003 hlm 106 Subanar 2003 hlm 107 113 Moeryantini 1975 hlm 18 a b Gonggong 2012 hlm 23 Aritonang amp Steenbrink 2008 hlm 709 Subanar 2003 hlm 116 118 Subanar 2003 hlm 121 122 a b Subanar 2003 hlm 123 Subanar 2003 hlm 127 a b Moeryantini 1975 hlm 7 a b c Subanar 2003 hlm 129 130 Moeryantini 1975 hlm 21 Moeryantini 1975 hlm 22 Gonggong 2012 hlm 3 Subanar 2003 hlm 131 132 Subanar 2005 hlm 41 Subanar 2005 hlm 42 Gonggong 2012 hlm 36 Subanar 2005 hlm 44 45 Subanar 2005 hlm 49 Subanar 2005 hlm 61 a b Moeryantini 1975 hlm 11 Adi 2011 hlm 18 24 a b Subanar 2003 hlm 133 134 Subanar 2003 hlm 135 Gonggong 2012 hlm 49 Subanar 2003 hlm 139 Subanar 2005 hlm 59 Subanar 2005 hlm 67 Subanar 2003 hlm 136 Gonggong 2012 hlm 48 Subanar 2005 hlm 64 66 Subanar 2003 hlm 140 Gonggong 2012 hlm 52 Subanar 2003 hlm 142 Subanar 2003 hlm 143 144 Aritonang amp Steenbrink 2008 hlm 705 Subanar 2005 hlm 63 Adi 2011 hlm 32 Subanar 2003 hlm 146 a b Subanar 2003 hlm 147 Subanar 2005 hlm 72 Subanar 2005 hlm 74 Adi 2011 hlm 36 Gonggong 2012 hlm 64 66 Gonggong 2012 hlm 68 69 Gonggong 2012 hlm 71 Adi 2011 hlm 53 Gonggong 2012 hlm 74 77 a b Subanar 2005 hlm 79 a b Gonggong 2012 hlm 88 89 a b Gonggong 2012 hlm 90 92 Gonggong 2012 hlm 82 a b Prior 2011 hlm 69 Aritonang amp Steenbrink 2008 hlm 193 Gonggong 2012 hlm 106 108 Gonggong 2012 hlm 96 a b Gonggong 2012 hlm 97 98 Gonggong 2012 hlm 110 111 Gonggong 2012 hlm 101 Gonggong 2012 hlm 102 Gonggong 2012 hlm 104 105 a b Gonggong 2012 hlm 99 100 Gonggong 2012 hlm 112 Gonggong 2012 hlm 114 116 Gonggong 2012 hlm 117 118 a b c d Subanar 2005 hlm 113 114 Cahill 1999 hlm 51 Cahill 1999 hlm 195 a b Moeryantini 1975 hlm 29 31 Gonggong 2012 hlm 124 a b c Loka 2012 Soegijapranata A biopic Gonggong 2012 hlm 124 125 Subanar 2005 hlm 146 Gonggong 2012 hlm 127 Moeryantini 1975 hlm 125 a b Setiawati 2012 Soegija sends a message Suara Merdeka 2003 Mengajar Umat Google Maps Semarang Google Maps Malang Google Maps Medan Fiska 2007 Menghormati Pahlawan Suara Merdeka 2009 Semarang Metro Kurniawan and Aziz 2012 Hari Pertama Tayang Raditya 2012 Ayu Utami a b Gonggong 2012 hlm 140 a b Gonggong 2012 hlm 138 Subanar 2005 hlm 134 Bibliografi Adi A Kresna 2011 Soedirman Bapak Tentara Indonesia Yogyakarta Mata Padi Pressindo ISBN 978 602 95337 1 2 Aritonang Jan S Steenbrink Karel A ed 2008 A History of Christianity in Indonesia Studies in Christian Mission dalam bahasa Inggris 35 Leiden Brill ISBN 978 90 04 17026 1 Parameter trans title yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Cahill Brendan J 1999 The Renewal of Revelation Theology 1960 1962 The Development and Responses to the Fourth Chapter of the Preparatory Schema De Deposito Fidei Gregorian Theses dalam bahasa Inggris 51 Rome Pontifical Gregorian University ISBN 978 88 7652 832 3 Parameter trans title yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Fiska Modesta 30 June 2007 Menghormati Pahlawan di Bawah Guyuran Hujan Suara Merdeka Semarang Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 07 07 Diakses tanggal 7 July 2012 Flinn Frank K 2010 Soegijapranata Albert Albertus Soegijapranata Encyclopedia of Catholicism Encyclopedia of world religions Facts on File library of religion and mythology dalam bahasa Inggris New York Facts On File hlm 576 577 ISBN 978 0 8160 7565 2 Parameter trans title yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Gonggong Anhar 2012 Mgr Albertus Soegijapranata SJ Antara Gereja dan Negara edisi ke Revised Jakarta Grasindo ISBN 978 979 081 803 3 Peta Google Malang Peta Kartografi oleh Google Inc Google Inc Diakses tanggal 7 Juli 2012 Peta Google Medan Peta Kartografi oleh Google Inc Google Inc Diakses tanggal 7 Juli 2012 Peta Google Semarang Peta Kartografi oleh Google Inc Google Inc Diakses tanggal 7 Juli 2012 Kurniawan Aloysius Budi Aziz Nasru Alam 8 June 2012 Hari Pertama Tayang 100 000 Tiket Film Soegija Ludes Kompas Jakarta Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 07 03 Diakses tanggal 3 July 2012 Loka Emanuel Dapa 16 May 2012 Soegijapranata A biopic of Indonesia s humanist hero The Jakarta Post dalam bahasa Inggris Jakarta Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 06 29 Diakses tanggal 29 June 2012 Parameter trans title yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Mengajar Umat agar Membela Kaum Miskin Suara Merdeka Semarang 5 August 2003 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 06 29 Diakses tanggal 29 June 2012 Moeryantini Henricia 1975 Mgr Albertus Soegijapranata S J Ende Nusa Indah OCLC 7245258 Prior John 2011 Indonesia Dalam Phan Peter Christianities in Asia Blackwell guides to global Christianity dalam bahasa Inggris Malden Wiley Blackwell hlm 61 77 ISBN 978 1 4443 9260 9 Parameter trans title yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Raditya Garna 8 June 2012 Ayu Utami Luncurkan Buku Soegija Suara Merdeka Semarang Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 06 29 Diakses tanggal 29 June 2012 Semarang Metro Suara Merdeka Semarang 4 August 2009 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 07 07 Diakses tanggal 7 July 2012 Setiawati Indah 3 June 2012 Soegija sends a message of humanity The Jakarta Post dalam bahasa Inggris Jakarta Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 06 29 Diakses tanggal 29 June 2012 Parameter trans title yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Subanar G Budi 2005 Menuju Gereja Mandiri Sejarah Keuskupan Agung Semarang di Bawah Dua Uskup 1940 1981 Yogyakarta Penerbit Sanata Dharma ISBN 978 978 979 210 8 Subanar G Budi 2003 Soegija Si Anak Bethleham van Java Yogyakarta Kanisius ISBN 978 979 21 0727 2 Pranala luar Inggris Entri Albertus Soegijapranata pada situs web Catholic Hierarchy Inggris Entri Albertus Soegijapranata pada situs web Giga CatholicKoordinat 6 59 49 34 S 110 25 16 04 E 6 9970389 S 110 4211222 E 6 9970389 110 4211222 Jabatan Gereja KatolikPertama Vikaris Apostolik Semarang1 Agustus 1940 3 Januari 1961Uskup Agung Semarang 3 Januari 1961 22 Juli 1963 Diteruskan oleh Justinus DarmojuwonoVikaris Militer Indonesia25 Desember 1949 22 Juli 1963Hanya gelar sajaDidahului oleh Valentin Wojciech TITULER Uskup Danaba1 Agustus 1940 3 Januari 1961 Diteruskan oleh Luis Mena Arroyo Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Albertus Soegijapranata amp oldid 23914868