www.wikidata.id-id.nina.az
Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak bahasa Belanda Operatie Kraai terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta ibu kota Indonesia saat itu serta penangkapan Soekarno Mohammad Hatta Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara Agresi Militer Belanda II bahasa Belanda Operatie Kraai Bagian dari Revolusi Nasional IndonesiaSearah jarum jam dari kiri atas Pasukan Belanda masuk Djokjakarta Di sebelah kiri ada mobil yang terbakar Pasukan Belanda dalam memajukan Jawa Timur Stasiun Ngebroek Sebuah bivak telah disiapkan Kemajuan di Tapanoeli Sumatra Utara Patroli tentara Belanda melewati beberapa rumah khas Batak Kemajuan di Padang Sumatra oleh pasukan Belanda Tentara Belanda di jalan utama Rantau PrapatTanggal19 Desember 1948 1948 12 19 05 Januari 1949 1949 01 05 LokasiJawa dan Sumatra 1 HasilKemenangan Belanda Yogyakarta direbut oleh Belanda Pemerintah Indonesia diasingkan Peperangan Gerilya terus berlanjutPihak terlibat Indonesia BelandaTokoh dan pemimpinSoedirmanDjatikoesoemoAbdul Haris NasutionSimon Hendrik SpoorDirk van LangenPasukanTentara IndonesiaAngkatan Udara IndonesiaTentara Kerajaan Hindia BelandaKekuatan3 Mitsubishi Zero100 000 tentara 1 800 900 pasukan payung10 000 tentara 2 130 000 tentara 3 23 Douglas DC 3s 2 Pesawat tempur dan pembom Belanda 2 Korbantidak diketahuitidak diketahui Pada hari pertama Agresi Militer Belanda II mereka menerjunkan pasukannya di Pangkalan Udara Maguwo dan dari sana menuju ke Ibu kota RI di Yogyakarta Kabinet mengadakan sidang kilat Dalam sidang itu diambil keputusan bahwa pimpinan negara tetap tinggal dalam kota agar dekat dengan Komisi Tiga Negara KTN sehingga kontak kontak diplomatik dapat diadakan Daftar isi 1 Serangan ke Maguwo 2 Pemerintahan Darurat 3 Pengasingan Pimpinan Republik 4 Gerilya 5 Lihat pula 6 Referensi 7 Daftar pustakaSerangan ke Maguwo SuntingTanggal 18 Desember 1948 pukul 23 30 siaran radio selang dari Jakarta menyebutkan bahwa esok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda Dr Beel akan mengucapkan pidato yang penting Sementara itu Jenderal Spoor yang telah berbulan bulan mempersiapkan rencana pemusnahan TNI memberikan instruksi kepada semua tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk memulai penyerangan terhadap kubu Republik Operasi tersebut dikata Operasi Kraai Pukul 2 00 pagi 1e para compgnie pasukan para I KST di Andir mendapat parasut mereka dan memulai memuat keenambelas pesawat transportasi dan pukul 3 30 dilaksanakan briefing terakhir Pukul 3 45 Mayor Jenderal Engles tiba di bandar udara Andir disertai oleh Jenderal Spoor 15 menit selanjutnya Dia melaksanakan inspeksi dan mengucapkan pidato singkat Pukul 4 20 pasukan elit KST di bawah pimpinan Kapten Eekhout naik ke pesawat dan pukul 4 30 pesawat Dakota pertama tinggal landas Rute penerbangan ke arah timur menuju Maguwo diambil menempuh Lautan Hindia Pukul 6 25 mereka menerima berita dari para pilot pesawat pemburu bahwa zona penerjunan telah dapat digunakan Pukul 6 45 pasukan para mulai diterjunkan di Maguwo Seiring dengan penyerangan terhadap bandar udara Maguwo pagi hari tanggal 19 Desember 1948 WTM Beel berpidato di radio dan menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Renville Penyerbuan terhadap semua wilayah Republik di Jawa dan Sumatera termasuk serangan terhadap Ibukota RI Yogyakarta yang selanjutnya diketahui untuk Serangan Militer Belanda II telah dimulai Belanda konsisten dengan menamakan serangan militer ini untuk Sikap yang dibuat Polisional Penyerangan terhadap ibu kota republik diawali dengan pengeboman atas lapangan terbang Maguwo di pagi hari Pukul 05 45 lapangan terbang Maguwo dihujani bom dan tembakan mitraliur oleh 5 pesawat Mustang dan 9 pesawat Kittyhawk Pertahanan TNI di Maguwo hanya terdiri atas 150 orang pasukan pertahanan pangkalan udara dengan persenjataan yang sangat minim sebagian senapan dan satu senapan anti pesawat 12 7 Senjata berat masih dalam kondisi rusak Pertahanan pangkalan hanya diperkuat dengan satu kompi TNI bersenjata lengkap Pukul 06 45 15 pesawat Dakota menerjunkan pasukan KST Belanda di atas Maguwo Pertempuran merebut Maguwo hanya berlanjut lebih kurang 25 menit Pukul 7 10 bandara Maguwo telah jatuh ke tangan pasukan Kapten Eekhout Di pihak republik tercatat 128 tentara tewas sedangkan di pihak penyerang tak satu pun jatuh korban Lebih kurang pukul 9 00 semua 432 anggota pasukan KST telah mendarat di Maguwo dan pukul 11 00 semua daya Grup Tempur M sebanyak 2 600 orang termasuk dua batalyon 1 900 orang dari Brigade T beserta persenjataan beratnya di bawah pimpinan Kolonel D R A van Langen telah terkumpul di Maguwo dan mulai bangung ke Yogyakarta Serangan terhadap kota Yogyakarta juga dimulai dengan pemboman serta menerjunkan pasukan payung di kota Di daerah daerah lain di Jawa selang lain di Jawa Timur dilaporkan bahwa penyerangan bahkan telah dilaksanakan sejak tanggal 18 Desember malam hari Segera setelah mendengar berita bahwa tentara Belanda telah memulai serangannya Panglima Akbar Soedirman mengeluarkan perintah kilat yang dibacakan di radio tanggal 19 Desember 1948 pukul 08 00 Pemerintahan Darurat SuntingSoedirman dalam keadaan sakit melaporkan diri kepada Presiden Soedirman didampingi oleh Kolonel Simatupang Komodor Suriadarma serta dr Suwondo dokter pribadinya Kabinet mengadakan sidang dari pagi sampai siang hari Karena merasa tidak diundang Jenderal Soedirman dan para perwira TNI lainnya menunggu di luar ruang sidang Setelah mempertimbangkan segala kemungkinan yang dapat terjadi akhirnya pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak meninggalkan Ibu kota Mengenai hal hal yang dibahas serta keputusan yang diambil dalam sidang kabinet tanggal 19 Desember 1948 Berhubung Soedirman masih sakit Presiden berusaha membujuk supaya tinggal dalam kota tetapi Sudirman menolak Simatupang mengatakan sebaiknya Presiden dan Wakil Presiden ikut bergerilya Menteri Laoh mengatakan bahwa sekarang ternyata pasukan yang akan mengawal tidak ada Jadi Presiden dan Wakil Presiden terpaksa tinggal dalam kota agar selalu dapat berhubungan dengan KTN sebagai wakil PBB Setelah dipungut suara hampir seluruh Menteri yang hadir mengatakan Presiden dan Wakil Presiden tetap dalam kota Sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan oleh Dewan Siasat yaitu basis pemerintahan sipil akan dibentuk di Sumatra maka Presiden dan Wakil Presiden membuat surat kuasa yang ditujukan kepada Mr Syafruddin Prawiranegara Menteri Kemakmuran yang sedang berada di Bukittinggi Presiden dan Wakil Presiden mengirim kawat kepada Syafruddin Prawiranegara di Bukittinggi bahwa ia diangkat sementara membentuk satu kabinet dan mengambil alih Pemerintah Pusat Pemerintahan Syafruddin ini kemudian dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia Selain itu untuk menjaga kemungkinan bahwa Syafruddin tidak berhasil membentuk pemerintahan di Sumatra juga dibuat surat untuk Duta Besar RI untuk India dr Sudarsono serta staf Kedutaan RI L N Palar dan Menteri Keuangan Mr A A Maramis yang sedang berada di New Delhi Empat Menteri yang ada di Jawa namun sedang berada di luar Yogyakarta sehingga tidak ikut tertangkap adalah Menteri Dalam Negeri dr Sukiman Menteri Persediaan Makanan Mr I J Kasimo Menteri Pembangunan dan Pemuda Supeno dan Menteri Kehakiman Mr Susanto Mereka belum mengetahui mengenai Sidang Kabinet pada 19 Desember 1948 yang memutuskan pemberian mandat kepada Mr Syafrudin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat di Bukittinggi dan apabila ini tidak dapat dilaksanakan agar dr Sudarsono Mr Maramis dan L N Palar membentuk Exile Government of Republic Indonesia di New Delhi India Pada 21 Desember 1948 keempat Menteri tersebut mengadakan rapat dan hasilnya disampaikan kepada seluruh Gubernur Militer I II dan III seluruh Gubernur sipil dan Residen di Jawa bahwa Pemerintah Pusat diserahkan kepada 3 orang Menteri yaitu Menteri Dalam Negeri Menteri Kehakiman Menteri Perhubungan Pengasingan Pimpinan Republik SuntingPada pukul 07 00 WIB tanggal 22 Desember 1948 Kolonel D R A van Langen memerintahkan para pemimpin republik untuk berangkat ke Pelabuhan Udara Yogyakarta untuk diterbangkan tanpa tujuan yang jelas Selama di perjalanan dengan menggunakan pesawat pembom B 25 milik angkatan udara Belanda tidak satupun yang tahu arah tujuan pesawat pilot mengetahui arah setelah membuka surat perintah di dalam pesawat akan tetapi tidak disampaikan kepada para pemimpin republik Setelah mendarat di Pelabuhan Udara Kampung Dul Pangkalpinang sekarang Bandara Depati Amir para pemimpin republik baru mengetahui bahwa mereka diasingkan ke Pulau Bangka akan tetapi rombongan Presiden Soekarno Sutan Sjahrir dan Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim terus diterbangkan lagi menuju Medan Sumatera Utara untuk kemudian diasingkan ke Brastagi dan Parapat sementara Drs Moh Hatta Wakil Presiden RS Soerjadarma Kepala Staf Angkatan Udara MR Assaat Ketua KNIP dan MR AG Pringgodigdo Sekretaris Negara diturunkan di pelabuhan udara Kampung Dul Pangkalpinang dan terus dibawa ke Bukit Menumbing Mentok dengan dikawal truk bermuatan tentara Belanda dan berada dalam pengawalan pasukan khusus Belanda Corps Speciale Troepen Gerilya SuntingSetelah itu Soedirman meninggalkan Yogyakarta untuk memimpin gerilya dari luar kota Perjalanan bergerilya selama delapan bulan ditempuh kurang lebih 1000 km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur Tidak jarang Soedirman harus ditandu atau digendong karena dalam keadaan sakit keras Setelah berpindah pindah dari beberapa desa rombongan Soedirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949 Kolonel A H Nasution selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun rencana pertahanan rakyat Totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat No 1 Salah satu pokok isinya ialah Tugas pasukan pasukan yang berasal dari daerah daerah federal adalah ber wingate menyusup ke belakang garis musuh dan membentuk kantong kantong gerilya sehingga seluruh Pulau Jawa akan menjadi medan gerilya yang luas Salah satu pasukan yang harus melakukan wingate adalah pasukan Siliwangi Pada tanggal 19 Desember 1948 bergeraklah pasukan Siliwangi dari Jawa Tengah menuju daerah daerah kantong yang telah ditetapkan di Jawa Barat Perjalanan ini dikenal dengan nama Long March Siliwangi Perjalanan yang jauh menyeberangi sungai mendaki gunung menuruni lembah melawan rasa lapar dan letih dibayangi bahaya serangan musuh Sesampainya di Jawa Barat terpaksa pula menghadapi gerombolan DI TII Lihat pula SuntingWehrkreise Indonesia Era 1945 1949Referensi Sunting a b Kahin 2003 p 89 a b c Kesalahan pengutipan Tag lt ref gt tidak sah tidak ditemukan teks untuk ref bernama KahinSEA90 Nasution Abdul H 1965 Fundamentals of Guerilla Warfare page 179 180 New York Praeger Daftar pustaka SuntingBertrand Jacques 2004 Nationalism and Ethnic Conflict in Indonesia Cambridge University Press hlm 166 ISBN 0 521 52441 5 Darusman Suryono 1992 Singapore and the Indonesian Revolution 1945 50 Singapore Institute of Southeast Asian Studies ISBN 981 3016 17 5 Jason Robert 2008 Modern Military Aircraft in Combat First Edition London Amber Books Kahin George McTurnan 2003 Southeast Asia A Testament London Routledge Curzon ISBN 0 415 29975 6 Parameter coauthors yang tidak diketahui mengabaikan author yang disarankan bantuan Ricklefs M C 1993 A History of Modern Indonesia Since c 1300 San Francisco Stanford University Press Zweers L 1995 Agressi II Operatie Kraai De vergeten beelden van de tweede politionele actie The Hague SDU Uitgevers Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 02 08 Diakses tanggal 2013 03 23 Operation KraAi General Spoor vs Surat Perintah no 1 General Sudirman Gramedia Publisher Indonesian Language Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Agresi Militer Belanda II amp oldid 24342029