www.wikidata.id-id.nina.az
Yudistira Dewanagari य ध ष ठ र IAST Yudhiṣṭhira य ध ष ठ र alias Dharmawangsa adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa atau para putra Pandu Dalam tradisi pewayangan Yudistira diberi gelar prabu dan memiliki julukan Puntadewa sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta Yudistiraय ध ष ठ रPatung Yudistira di Birla mandir Tokoh MahabharataNamaYudistiraEjaan Dewanagariय ध ष ठ रEjaan IASTYudhiṣṭhiraNama lainBharata Ajatasatru Dharmaraja Kurunandana Puntadewa Jawa dan lain lainKitab referensiMahabharata BhagawatapuranaAsalHastinapura Kerajaan KuruKediamanHastinapura IndraprasthaKastakesatriaDinastiCandraKlanKuruSenjatatombak Jamus KalimasadaAyahPanduIbuKuntiIstriDropadiDewikaAnakPratiwindya dari Dropadi Yodeya dari Dewika Daftar isi 1 Etimologi 2 Kelahiran 3 Masa muda dan pendidikan 4 Pembakaran Laksagraha 5 Pernikahan 6 Raja Indraprastha 7 Pemerintahan Yudistira versi pewayangan Jawa 7 1 Pembangunan kerajaan Amarta 7 2 Anugerah Ketentraman 8 Upacara Rajasuya 9 Permainan dadu 10 Kehidupan dalam Pembuangan 10 1 Peristiwa telaga beracun 11 Penyamaran di Matsya 12 Yudistira saat Bharatayuddha 12 1 Awal pertempuran 12 2 Pertempuran melawan Drona 12 3 Pertempuran melawan Salya 12 4 Tantangan bagi Duryodana 13 Maharaja dunia 14 Pengunduran diri 15 Referensi 16 Pranala luarEtimologi SuntingNama Yudistira dibentuk dari kata yuddha य द ध perang dan sthira स थ र teguh 1 yang dalam bahasa Sanskerta bermakna teguh dalam peperangan Dalam kitab Mahabharata ia juga disebut dengan nama Bharata 2 keturunan Maharaja Bharata dan Ajatasatru 3 Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja yang bermakna raja Dharma karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya Beberapa julukan lain yang dimiliki Yudhisthira adalah Kururaja क र र ज pemuka bangsa Kuru Kurunandana क र नन दन kesayangan Dinasti Kuru Kurupati क र पत raja Dinasti Kuru Pandawa प न दव putra Pandu Parta प र थ putra Prita atau Kunti Beberapa di antara nama nama di atas juga dipakai oleh tokoh tokoh Dinasti Kuru lainnya misalnya Arjuna Bisma dan Duryodana Selain nama nama di atas dalam versi pewayangan Jawa masih terdapat beberapa nama atau julukan yang lain lagi untuk Yudistira misalnya Puntadewa derajat keluhurannya setara para dewa Yudistira pandai memerangi nafsu pribadi Gunatalikrama pandai bertutur bahasa Samiaji menghormati orang lain bagai diri sendiri Kelahiran SuntingYudistira adalah putra tertua pasangan Pandu dan Kunti raja dan ratu dari kalangan Dinasti Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura Kitab Mahabharata bagian pertama Adiparwa mengisahkan tentang kutukan yang dialami Pandu setelah membunuh brahmana bernama Resi Kindama tanpa sengaja Brahmana itu terkena panah Pandu ketika ia dan istrinya sedang bersanggama dalam wujud sepasang rusa Menjelang ajalnya tiba Resi Kindama sempat mengutuk Pandu bahwa kelak ia akan mati ketika bersetubuh dengan istrinya Dengan penuh penyesalan Pandu meninggalkan takhta Hastinapura dan memulai hidup sebagai pertapa di hutan untuk mengurangi hawa nafsu Kedua istrinya yaitu Kunti dan Madri dengan setia mengikutinya Setelah lama tidak dikaruniai keturunan Pandu mengutarakan niatnya untuk memiliki anak Kunti yang menguasai mantra Adityahredaya segera mewujudkan keinginan suaminya Mantra tersebut adalah ilmu pemanggil dewa untuk mendapatkan putera Dengan menggunakan mantra itu Kunti berhasil mendatangkan Dewa Dharma dan mendapatkan anugerah putra darinya tanpa melalui persetubuhan Putra pertama itu diberi nama Yudistira Dengan demikian Yudistira menjadi putra sulung Pandu sebagai hasil pemberian Dharma yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan Kisah dalam pewayangan Jawa agak berbeda Menurut versi ini Puntadewa merupakan anak kandung Pandu yang lahir di istana Hastinapura Kedatangan Bhatara Dharma hanya sekadar menolong kelahiran Puntadewa dan memberi restu untuknya Berkat bantuan dewa tersebut Puntadewa lahir melalui ubun ubun Kunti Dalam pewayangan Jawa nama Puntadewa lebih sering dipakai sedangkan nama Yudistira baru digunakan setelah ia dewasa dan menjadi raja Versi ini melukiskan Puntadewa sebagai seorang manusia berdarah putih yang merupakan kiasan bahwa ia adalah sosok berhati suci dan selalu menegakkan kebenaran Masa muda dan pendidikan SuntingYudistira dan keempat adiknya yaitu Bima Bimasena Arjuna Nakula dan Sadewa kembali ke Hastinapura setelah ayah mereka Pandu meninggal dunia Pada waktu itu Hastinapura dipimpin oleh Dretarastra kakak Pandu yang buta 4 Kelima putra Pandu yang terkenal dengan sebutan para Pandawa membuat sepupu mereka yaitu para putra Dretarastra seratus Korawa yang dipimpin Duryodana merasa iri Bisma sesepuh Dinasti Kuru dan Widura perdana menteri lebih menyukai Yudistira daripada putra Dretarastra sehingga Duryodana merasa cemas apabila Yudistira berhasil dinobatkan sebagai putra mahkota Duryodana berusaha menyingkirkan kelima Pandawa terutama Bima yang dianggap paling kuat Di lain pihak Yudistira selalu berusaha untuk menyabarkan Bima supaya tidak membalas perbuatan para Korawa Pandawa dan Korawa kemudian mempelajari ilmu agama hukum dan tata negara daripada Resi Krepa Dalam pendidikan tersebut Yudistira tampil sebagai murid yang paling pandai Krepa sangat mendukung apabila tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandawa tertua itu Setelah itu Pandawa dan Korawa berguru ilmu perang kepada Resi Drona Dalam pendidikan kedua ini Arjuna tampil sebagai murid yang paling pandai terutama dalam ilmu memanah Sementara itu Yudistira sendiri lebih terampil dalam menggunakan senjata tombak Pembakaran Laksagraha SuntingSelama Pandu hidup di hutan sampai akhirnya meninggal dunia tahta Hastinapura untuk sementara dipegang oleh kakaknya yaitu Dretarastra ayah para Korawa Ketika Yudistira menginjak usia dewasa sudah tiba saatnya bagi Dretarastra untuk menyerahkan tahta kepada Yudhisthira selaku putra sulung Pandu sekaligus pangeran tertua di kalangan Dinasti Kuru Sementara itu Duryodana berusaha keras merebut takhta dan menyingkirkan Pandawa Dengan bantuan Sangkuni paman dari pihak ibu Duryodana pura pura menjamu kelima sepupunya itu dalam sebuah gedung di Waranawata Gedung itu sendiri terbuat dari bahan yang mudah terbakar dan oleh arsiteknya Purocana disebut Laksagraha artinya Rumah Lilin Ketika malam tiba para Korawa membakar gedung tempat para Pandawa dan Kunti ibu mereka tidur Namun Yudistira sudah mempersiapkan diri karena rencana pembunuhan itu telah terdengar oleh pamannya yaitu Widura adik Pandu Akibatnya kelima Pandawa dan Kunti berhasil lolos dari maut Pandawa dan Kunti kemudian menjalani berbagai pengalaman sulit Bersama sang ibu Pandawa memutuskan untuk memalsukan keselamatan mereka dari kebakaran dan tidak kembali ke Hastinapura Kemudian mereka memulai persembunyian dengan hidup sebagai pertapa di dalam hutan Pernikahan SuntingSetelah selamat dari konspirasi pembunuhan oleh Duryodana dan Sangkuni para Pandawa dan Kunti pergi melintasi kota Ekachakra lalu tinggal sementara di kerajaan Panchala Arjuna berhasil memenangkan sayembara di kerajaan tersebut dan memperoleh seorang putri cantik yang bernama Dropadi Tanpa sengaja Kunti memerintahkan agar Dropadi dibagi lima Akibatnya Dropadi pun menjadi istri kelima Pandawa Dari perkawinan dengan Yudistira Dropadi melahirkan Pratiwindya 5 Istri keduanya bernama Dewika putri Gowasana dari suku Saibya dan memiliki putra bernama Yodeya 6 Versi Jawa menyebut Dropadi dengan nama Drupadi Menurut pewayangan Jawa setelah memenangkan sayembara Arjuna menyerahkan putri itu kepada Puntadewa selaku kakak tertua Semula Puntadewa menolak tetapi setelah didesak oleh ibu dan keempat adiknya akhirnya ia pun bersedia menikahi Drupadi Dari perkawinan itu lahir seorang putra bernama Pancawala Jadi menurut versi asli tokoh Dropadi menikah dengan kelima Pandawa sedangkan menurut versi Jawa ia hanya menikah dengan Yudistira seorang Raja Indraprastha SuntingBerkas Narada yudhisthira jpgYudistira kiri mencakupkan tangan sambil menghadap Narada kanan yang berdiri di depan Kresna saat penyelenggaraan Upacara Rajasuya di Indraprastha Setelah menikahi Dropadi para Pandawa kembali ke Hastinapura dan memperoleh sambutan luar biasa kecuali dari pihak Duryodana Persaingan antara Pandawa dan Korawa atas takhta Hastinapura kembali terjadi Para sesepuh akhirnya sepakat untuk memberi Pandawa sebagian dari wilayah kerajaan tersebut Korawa mendapatkan istana Hastinapura sedangkan Pandawa mendapatkan hutan Kandawaprastha sebagai tempat untuk membangun istana baru Meskipun daerah tersebut sangat gersang dan angker tetapi para Pandawa bersedia menerima wilayah tersebut Selain wilayahnya yang seluas hampir setengah wilayah kerajaan Kuru Kandawaprastha juga merupakan ibu kota kerajaan Kuru yang dulu sebelum Hastinapura Para Pandawa dibantu sepupu mereka yaitu Kresna dan Baladewa dan berhasil membuka Kandawaprastha menjadi permukiman baru Para Pandawa kemudian memperoleh bantuan dari Wiswakarma yaitu ahli bangunan dari kahyangan dan juga Anggaraparna dari bangsa Gandharwa Maka terciptalah sebuah istana megah dan indah bernama Indraprastha yang bermakna kota Dewa Indra Pemerintahan Yudistira versi pewayangan Jawa SuntingPembangunan kerajaan Amarta Sunting Dalam versi pewayangan Jawa nama Indraprastha lebih terkenal dengan sebutan kerajaan Amarta Menurut versi ini hutan yang dibuka para Pandawa bukan bernama Kandawaprastha melainkan bernama Wanamarta Versi Jawa mengisahkan setelah sayembara Dropadi para Pandawa tidak kembali ke Hastinapura melainkan menuju kerajaan Wirata tempat kerabat mereka yang bernama Prabu Matsyapati berkuasa Matsyapati yang bersimpati pada pengalaman Pandawa menyarankan agar mereka membuka kawasan hutan tak bertuan bernama Wanamarta menjadi sebuah kerajaan baru Hutan Wanamarta dihuni oleh berbagai makhluk halus yang dipimpin oleh lima bersaudara bernama Yudistira Danduncana Suparta Sapujagad dan Sapulebu Pekerjaan Pandawa dalam membuka hutan tersebut mengalami banyak rintangan Akhirnya setelah melalui suatu percakapan para makhluk halus merelakan Wanamarta kepada para Pandawa Yudistira kemudian memindahkan istana Amarta dari alam jin ke alam nyata untuk dihuni para Pandawa Setelah itu ia dan keempat adiknya menghilang Salah satu versi menyebut kelimanya masing masing menyatu ke dalam diri lima Pandawa Puntadewa kemudian menjadi Raja Amarta setelah didesak dan dipaksa oleh keempat adiknya Untuk mengenang dan menghormati raja jin yang telah memberinya istana Puntadewa pun memakai gelar Prabu Yudistira Anugerah Ketentraman Sunting Setelah menjadi Raja Amarta Puntadewa berusaha keras untuk memakmurkan negaranya Konon terdengar berita bahwa barang siapa yang bisa menikahi puteri Kerajaan Slagahima yang bernama Dewi Kuntulwinanten maka negeri tempat ia tinggal akan menjadi makmur dan sejahtera Puntadewa sendiri telah memutuskan untuk memiliki seorang istri saja Namun karena Dropadi mengizinkannya menikah lagi demi kemakmuran negara maka ia pun berangkat menuju Kerajaan Slagahima Di istana Slagahima telah berkumpul sekian banyak raja dan pangeran yang datang melamar Kuntulwinanten Namun sang puteri hanya sudi menikah dengan seseorang yang berhati suci dan ia menemukan kriteria itu dalam diri Puntadewa Kemudian Kuntulwinanten tiba tiba musnah dan menyatu ke dalam diri Puntadewa Sebenarnya Kuntulwinanten bukan manusia asli melainkan wujud penjelmaan anugerah dewata untuk seorang raja adil yang hanya memikirkan kesejahteraan negaranya Sedangkan anak raja Slagahima yang asli bernama Tambakganggeng Ia kemudian mengabdi kepada Puntadewa dan diangkat sebagai patih di kerajaan Amarta Upacara Rajasuya SuntingKitab Mahabharata bagian kedua atau Sabhaparwa mengisahkan niat Yudistira untuk menyelenggarakan upacara Rajasuya demi menyebarkan dharma dan menyingkirkan raja raja angkara murka Bima Arjuna Nakula dan Sadewa memimpin tentara masing masing ke empat penjuru Bharatawarsha India Kuno untuk mengumpulkan upeti dalam penyelenggaraan upacara agung tersebut Pada saat yang sama seorang raja angkara murka juga mengadakan upacara mengorbankan seratus orang raja Raja tersebut bernama Jarasanda dari kerajaan Magadha Yudistira mengirim Bima dan Arjuna dengan didampingi Kresna sebagai penasihat untuk menumpas Jarasanda Akhirnya melalui sebuah pertandingan seru Bima berhasil membunuh Jarasanda Setelah semua persyaratan terpenuhi Yudistira melaksanakan upacara Rajasuya yang dihadiri sekian banyak kaum raja dan pendeta Dalam kesempatan itu Yudistira ditetapkan sebagai Maharajadhiraja Kemudian muncul seorang sekutu Jarasanda bernama Sisupala yang menghina Kresna di depan umum Setelah melewati penghinaan ke 100 Krishna akhirnya memenggal kepala Sisupala di depan umum Permainan dadu Sunting nbsp Lukisan dari Punjab dibuat sekitar abad ke 18 menggambarkan suasana aula permainan dadu antara Pandawa dan Korawa Tampak dalam gambar Dropadi yang berusaha ditelanjangi oleh Dursasana Di sebelah kiri bawah tampak kelima Pandawa sedang diam menerima kekalahannya Ketika menjadi tamu dalam acara Rajasuya Duryodana sangat kagum sekaligus iri menyaksikan keindahan istana Indraprastha Timbul niatnya untuk merebut kerajaan itu apalagi setelah ia tersinggung oleh ucapan Dropadi dalam sebuah pertemuan Sangkuni membantu niat Duryodhana dengan memanfaatkan kegemaran Yudistira terhadap permainan dadu Yudistira memang seorang ahli agama tetapi di sisi lain ia sangat menyukai permainan tersebut Undangan Duryodana diterimanya dengan baik Permainan dadu antara Pandawa melawan Korawa diadakan di istana Hastinapura Mula mula Yudistira hanya bertaruh kecil kecilan Namun semuanya jatuh ke tangan Duryodana berkat kepandaian Sakuni dalam melempar dadu Hasutan Sangkuni membuat Yudistira nekad mempertaruhkan semua hartanya bahkan Indraprastha Akhirnya negeri yang dibangun dengan susah payah itu pun jatuh ke tangan lawan Yudistira yang sudah gelap mata juga mempertaruhkan keempat adiknya secara berurutan Keempatnya pun jatuh pula ke tangan Duryodana satu per satu bahkan akhirnya Yudistira sendiri Duryodana tetap memaksa Yudistira yang sudah kehilangan kemerdekaannya untuk melanjutkan permainan dengan mempertaruhkan Dropadi Akibatnya Dropadi pun ikut bernasib sama Ratapan Dropadi saat dipermalukan di depan umum terdengar oleh Gandari ibu para Korawa Ia memerintahkan agar Duryodana menghentikan permainan dan mengembalikan semuanya kepada Pandawa Dengan berat hati Duryodhana terpaksa mematuhi perintah ibunya itu Duryodana yang kecewa kembali menantang Yudistira beberapa waktu kemudian Kali ini peraturannya diganti Barang siapa yang kalah harus menyerahkan negara beserta isinya dan menjalani hidup di hutan selama 12 tahun serta menyamar selama setahun di dalam sebuah kerajaan Apabila penyamaran itu terbongkar maka wajib mengulangi lagi pembuangan selama 12 tahun dan menyamar setahun begitulah seterusnya Akhirnya berkat kelicikan Sakuni pihak Pandawa pun mengalami kekalahan untuk yang kedua kalinya Sejak saat itu lima Pandawa dan Dropadi menjalani masa pembuangan mereka di hutan Kehidupan dalam Pembuangan SuntingKehidupan para Pandawa dan Dropadi dalam menjalani masa pembuangan selama 12 tahun di hutan dikisahkan pada jilid ketiga kitab Mahabharata yang dikenal dengan sebutan Wanaparwa Yudistira yang merasa paling bertanggung jawab atas apa yang menimpa keluarga dan negaranya berusaha untuk tetap tabah dalam menjalani hukuman Ia sering berselisih paham dengan Bima yang ingin kembali ke Hastinapura untuk menumpas para Korawa Meskipun demikian Bima tetap tunduk dan patuh terhadap perintah Yudistira supaya menjalani hukuman sesuai perjanjian Suatu ketika para Korawa datang ke dalam hutan untuk berpesta demi menyiksa perasaan para Pandawa Namun mereka justru berselisih dengan kaum Gandharwa yang dipimpin Citrasena Dalam peristiwa itu Duryodana tertangkap oleh Citrasena Akan tetapi Yudistira justru mengirim Bima dan Arjuna untuk menolong Duryodana Ia mengancam akan berangkat sendiri apabila kedua adiknya itu menolak perintah Akhirnya kedua Pandawa itu berhasil membebaskan Duryodana Niat Duryodana datang ke hutan untuk menyiksa perasaan para Pandawa justru berakhir dengan rasa malu luar biasa yang ia rasakan Peristiwa lain yang terjadi adalah penculikan Dropadi oleh Jayadrata adik ipar Duryodana Bima dan Arjuna berhasil menangkap Jayadrata dan hampir saja membunuhnya Yudistira muncul dan memaafkan raja kerajaan Sindu tersebut Peristiwa telaga beracun Sunting Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa pembuangan Yudistira dan keempat adiknya membantu seorang brahmana yang kehilangan peralatan upacaranya karena tersangkut pada tanduk seekor rusa liar Dalam pengejaran terhadap rusa itu kelima Pandawa merasa haus Yudistira pun menyuruh Sadewa mencari air minum Karena lama tidak kembali Nakula disuruh menyusul kemudian Arjuna lalu akhirnya Bima menyusul pula Yudistira semakin cemas karena keempat adiknya tidak ada yang kembali Yudistira kemudian berangkat menyusul Pandawa dan menjumpai mereka telah tewas di tepi sebuah telaga Ada seekor bangau baka yang mengaku sebagai pemilik telaga itu Ia menceritakan bahwa keempat Pandawa tewas keracunan air telaganya karena mereka menolak menjawab pertanyaan darinya Sambil menahan haus Yudistira mempersilakan Sang bangau untuk bertanya Sang bangau lalu berubah wujud menjadi Yaksa Satu per satu pertanyaan demi pertanyaan berhasil ia jawab Inilah sebagian pertanyaan yang diajukan Yaksa pada Yudistira Yaksa Apa yang lebih berat daripada Bumi lebih luhur daripada langit lebih cepat daripada angin dan lebih berjumlah banyak daripada gundukan jerami Yudhishthira Sang Ibu lebih berat daripada Bumi Sang Ayah lebih luhur daripada langit Pikiran lebih cepat daripada angin dan kekhawatiran kita lebih berjumlah banyak daripada gundukan jerami Yaksa Siapakah kawan dari seorang musafir Siapakah kawan dari seorang pesakitan dan seorang sekarat Yudhishthira Kawan dari seorang musafir adalah pendampingnya Tabib adalah kawan seorang yang sakit dan kawan seorang sekarat adalah amal Yaksa Hal apakah yang jika ditinggalkan membuat seseorang dicintai bahagia dan kaya Yudhishthira Keangkuhan bila ditinggalkan membuat seseorang dicintai Hasrat bila ditinggalkan membuat seseorang kaya dan keserakahan bila ditinggalkan membuat seseorang bahagia Yaksa Musuh apakah yang tidak terlihat Penyakit apa yang tidak bisa disembuhkan Manusia macam apa yang mulia dan hina Yudhishthira Kemarahan adalah musuh yang tidak terlihat Ketidakpuasan adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan Manusia mulia adalah yang mengharapkan kebaikan untuk semua makhluk dan Manusia hina adalah yang tidak mengenal pengampunan Yaksa Siapakah yang benar benar berbahagia Apakah keajaiban terbesar Apa jalannya Dan apa beritanya Yudhishthira Seorang yang tidak punya hutang adalah benar benar berbahagia Hari demi hari tak terhitung orang meninggal Namun yang masih hidup berharap untuk hidup selamanya Ya Tuhan keajaiban apa yang lebih besar Perbedaan pendapat membawa pada kesimpulan yang tidak pasti Antara Sruti saling berbeda satu sama lain bahkan tidak ada seorang Resi yang pemikirannya bisa diterima oleh semua Kebenaran Dharma dan tugas tersembunyi dalam gua gua hati kita Karena itu kesendirian adalah jalan dimana terdapat yang besar dan kecil Dunia yang dipenuhi kebodohan ini layaknya sebuah wajan Matahari adalah apinya hari dan malam adalah bahan bakarnya Bulan bulan dan musim musim merupakan sendok kayunya Waktu adalah Koki yang memasak semua makhluk dalam wajan itu dengan berbagai bantuan seperti itu Inilah beritanya Akhirnya Yaksa pun mengaku kalah tetapi ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saja Dalam hal ini Yudistira memilih Nakula untuk dihidupkan kembali Yaksa heran karena Nakula adalah adik tiri bukan adik kandung Yudistira menjawab bahwa dirinya harus berlaku adil Ayahnya yaitu Pandu memiliki dua orang istri Karena Yudistira lahir dari Kunti maka yang dipilihnya untuk hidup kembali harus putra yang lahir dari Madri yaitu Nakula Yaksa terkesan pada keadilan Yudistira Ia pun kembali ke wujud aslinya yaitu Dewa Dharma Kedatangannya dengan menyamar sebagai rusa liar dan yaksa adalah untuk memberikan ujian kepada para Pandawa Berkat keadilan dan ketulusan Yudistira maka tidak hanya Nakula yang dihidupkan kembali melainkan juga Bima Arjuna dan Sadewa 7 Penyamaran di Matsya SuntingSetelah 12 tahun menjalani pembuangan di hutan kelima Pandawa dan Dropadi kemudian memasuki masa penyamaran selama setahun Sebagai tempat persembunyian mereka memilih Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Wirata Kisah ini terdapat dalam kitab Mahabharata jilid keempat atau Wirataparwa Yudistira menyamar dengan nama Kanka sebagai seorang brahmana yang mengajari Raja Wirata permainan dadu Bima menjadi Balawa sebagai tukang masak Arjuna menjadi Wrihanala sebagai banci guru tari Nakula menjadi Damagranti sebagai tukang kuda Sadewa menjadi Tantripala sebagai penggembala sapi sedangkan Dropadi menjadi Sailandri sebagai dayang istana 8 Pada akhir tahun penyamaran Pandawa terjadi peristiwa serangan kerajaan Kuru terhadap kekuasaan Wirata Seluruh kekuatan kerajaan Matsya dikerahkan menghadapi tentara kerajaan Trigartha sekutu Duryodhana Akibatnya istana Matsya menjadi kosong dan dalam keadaan terancam oleh serangan pasukan Hastinapura Utara putra Wirata yang ditugasi menjaga istana berangkat ditemani Wrihanala Arjuna sebagai kusir Di medan perang Wrihanala membuka samaran dan tampil menghadapi pasukan Duryodana sebagai Arjuna Seorang diri ia berhasil memukul mundur pasukan dari Hastinapura tersebut Sementara itu pasukan Wirata juga mendapat kemenangan atas pasukan Trigartha Wirata dengan bangga memuji muji kehebatan Utara yang berhasil mengalahkan para Korawa seorang diri Kanka alias Yudistira menjelaskan bahwa kunci kemenangan Utara adalah Wrihanala Hal itu membuat Wirata tersinggung dan memukul kepala Kanka sampai berdarah Dalam versi pewayangan Jawa Wirata adalah nama kerajaan bukan nama orang Sedangkan rajanya bernama Matsyapati Dalam kerajaan tersebut Yudistira atau Puntadewa menyamar sebagai pengelola pasar ibu kota bernama Dwijakangka Saat batas waktu penyamaran telah genap setahun kelima Pandawa dan Dropadi pun membuka penyamaran Mengetahui hal itu Wirata merasa sangat menyesal telah memperlakukan mereka dengan buruk Ia pun berjanji akan menjadi sekutu Pandawa dalam usaha mendapatkan kembali takhta Indraprastha Yudistira saat Bharatayuddha Sunting nbsp Yudistira berunding dengan Kresna tentang keputusan berperang melawan Korawa Lukisan cat air dari Himachal Pradesh ca 1750 1800 Ketika para Pandawa pulang ke Hastinapura demi menuntut hak yang seharusnya mereka terima Duryodana bersikap sinis terhadap mereka Ia tidak mau menyerahkan Hastinapura kepada Yudistira Berbagai usaha damai dilancarkan pihak Pandawa namun selalu ditolak oleh Duryodana Bahkan Duryodana tetap menolak ketika Yudistira hanya meminta lima buah desa saja bukan seluruh Indraprastha Pada puncaknya Duryodana berusaha membunuh duta Pandawa yaitu Kresna tetapi gagal Perang di Kurukshetra antara Pandawa dan Korawa tidak dapat lagi dihindari Para pujangga Jawa menyebut peristiwa itu dengan nama Bharatayuddha Sementara itu dalam Mahabharata kisah perang besar tersebut ditemukan pada jilid keenam sampai kesepuluh Saat berperang kereta Yudistira dihiasi panji panji bergambar bulan emas yang dikitari planet planet Dua genderang yang diberi nama Nanda dan Upananda diikat di tiangnya 9 10 11 Awal pertempuran Sunting Pada bagian Bhismaparwa dikisahkan bahwa sebelum perang hari pertama dimulai Yudistira turun dari keretanya berjalan kaki ke arah pasukan Korawa yang berbaris di hadapannya Duryodana mengejeknya sebagai pengecut yang langsung menyerah begitu melihat kekuatan Korawa dan sekutu mereka Namun kedatangan Yudistira bukan untuk menyerah melainkan meminta doa restu kepada empat sesepuh yang berperang di pihak lawan Mereka adalah Bisma Krepa Drona dan Salya Keempatnya mendoakan semoga pihak Pandawa menang Hal itu tentu saja membuat Duryodana sakit hati Yudistira kembali ke pasukannya Ia mempersilakan siapa saja yang ingin pindah pasukan sebelum perang benar benar dimulai Ternyata yang pindah justru adik tiri Duryodhana yang lahir dari selir bernama Yuyutsu yang bergerak meninggalkan Korawa untuk bergabung bersama Pandawa Pertempuran melawan Drona Sunting Bisma memimpin pasukan Korawa selama sepuluh hari Setelah ia tumbang kedudukannya digantikan oleh Drona yang mendapat amanat dari Duryodana supaya menangkap Yudistira hidup hidup Drona senang atas tugas tersebut padahal niat Duryodana adalah menjadikan Yudistira sebagai sandera untuk memaksa para pendukungnya menyerah Berbagai cara dilancarkan Drona untuk menangkap Yudistira Tidak terhitung banyaknya sekutu Pandawa yang tewas di tangan Drona karena melindungi Yudistira misalnya Drupada dan Wirata Akhirnya pada hari ke 15 penasihat Pandawa yaitu Kresna menemukan cara untuk mengalahkan Drona yaitu dengan mengumumkan berita kematian seekor gajah bernama Aswatama Aswatama juga merupakan nama putra tunggal Drona Kemiripan nama tersebut dimanfaatkan oleh Kresna untuk menipu Drona Atas perintah Kresna Bima segera membunuh gajah itu dan berteriak mengumumkan kematiannya Drona cemas mendengar berita kematian Aswatama Ia segera mendatangi Yudistira yang dianggapnya sebagai manusia paling jujur untuk bertanya tentang kebenaran berita tersebut Yudistira terpaksa bersikap tidak jujur Ia membenarkan berita kematian Aswatama tanpa berusaha menjelaskan bahwa yang mati adalah gajah bukan putra Drona Jawaban Yudistira membuat Drona jatuh lemas Ia membuang semua senjatanya dan duduk bermeditasi Tiba tiba saja Drestadyumna putra Drupada mendatanginya dan kemudian memenggal kepalanya dari belakang Drona pun tewas seketika Dalam peristiwa ini yang paling merasa bersalah adalah Yudistira Pertempuran melawan Salya Sunting Salya adalah kakak ipar Pandu yang terpaksa membantu Korawa karena tipu daya mereka Pada hari ke 18 ia diangkat sebagai panglima oleh Duryodana Akhirnya ia pun tewas terkena tombak Yudistira Naskah Bharatayuddha berbahasa Jawa Kuno mengisahkan bahwa Salya memakai senjata bernama Rudrarohastra sedangkan Yudistira memakai senjata bernama Kalimahosaddha Pusaka Yudistira yang berupa kitab itu dilemparkannya dan tiba tiba berubah menjadi tombak menembus dada Salya Sementara itu menurut versi pewayangan Jawa Salya mengerahkan ilmu Candabirawa berupa raksasa kerdil mengerikan yang jika dilukai jumlahnya justru bertambah banyak Puntadewa maju mengheningkan cipta Candabirawa lumpuh seketika karena Puntadewa telah dirasuki arwah Resi Bagaspati yaitu pemilik asli ilmu tersebut Selanjutnya Puntadewa melepaskan Jamus Kalimasada yang melesat menghantam dada Salya Salya pun tewas seketika Tantangan bagi Duryodana Sunting Setelah kehabisan pasukan Duryodhana bersembunyi di dasar telaga Kelima Pandawa didampingi Kresna berhasil menemukan tempat itu Duryodana pun naik ke darat siap menghadapi kelima Pandawa sekaligus Yudistira menolak tantangan Duryodhana karena Pandawa pantang berbuat pengecut dengan cara main keroyok sebagaimana para Korawa ketika membunuh Abimanyu pada hari ke 13 Sebaliknya Duryodana dipersilakan bertarung satu lawan satu melawan salah seorang di antara lima Pandawa Apabila ia kalah maka kerajaan harus dikembalikan kepada Pandawa Sebaliknya apabila ia menang Yudistira bersedia kembali hidup di hutan Bima terkejut mendengar keputusan Yudistira yang seolah olah memberi kesempatan Duryodana untuk berkuasa lagi padahal kemenangan Pandawa tinggal selangkah saja Dalam hal ini Yudistira justru menyalahkan Bima yang dianggap kurang percaya diri Duryodana meskipun bersifat angkara murka namun ia juga seorang pemberani Ia memilih Bima sebagai lawan perang tanding yang paling gagah di antara kelima Pandawa Setelah pertarungan sengit terjadi cukup lama akhirnya menjelang senja Duryodana berhasil dikalahkan dengan dipukul titik kelemahannya yaitu paha Ini sekaligus menuntaskan sumpah Bima yang akan membunuh Duryodana karena penghinaannya terhadap Dropadi Balarama marah dan bertekad untuk membunuh Bima karena paha merupakan sasaran yang terlarang dalam duel gada tetapi diperingatkan oleh Kresna bahwa Bima hanya berusaha menjalankan sumpahnya Duryodana pun tewas secara perlahan setelah saling bersilat lidah dengan Kresna Maharaja dunia SuntingSetelah perang berakhir Yudistira melaksanakan upacara Tarpana untuk memuliakan mereka yang telah tewas Ia kemudian diangkat sebagai raja Hastinapura sekaligus raja Indraprastha Yudistira dengan sabar menerima Dretarastra sebagai raja sepuh di kota Hastinapura Ia melarang adik adiknya bersikap kasar dan menyinggung perasaan ayah para Korawa tersebut tetapi Bima selalu saja menyinggung Dretarastra akan perbuatan anak anaknya sehingga sang raja sepuh pun lengser dari takhta Hastinapura Yudistira kemudian menyelenggarakan Aswamedha Yadnya yaitu suatu upacara pengorbanan untuk menegakkan kembali aturan dharma di seluruh dunia Pada upacara ini seekor kuda dilepas untuk mengembara selama setahun Arjuna ditugasi memimpin pasukan untuk mengikuti dan mengawal kuda tersebut Para raja yang wilayah negaranya dilalui oleh kuda tersebut harus memilih untuk mengikuti aturan Yudistira atau diperangi Arjuna mengirim pasukan ke daerah utara Bima ke timur Nakula ke barat dan Sadewa ke selatan Akhirnya setelah beberapa pertempuran semua kerajaan memilih membayar upeti Sekali lagi Yudistira pun dinobatkan sebagai Maharaja Dunia setelah Upacara Rajasuya dahulu Pengunduran diri SuntingSetelah permulaan zaman Kaliyuga dan wafatnya Kresna Yudistira dan keempat adiknya mengundurkan diri dari urusan duniawi Mereka meninggalkan tahta kerajaan harta dan sifat keterikatan untuk melakukan perjalanan terakhir mengelilingi Bharatawarsha lalu menuju puncak Himalaya Di kaki gunung Himalaya Yudistira menemukan anjing dan kemudian hewan tersebut menjdi pendamping perjalanan Pandawa yang setia Saat mendaki puncak satu per satu mulai dari Dropadi Sadewa Nakula Arjuna dan Bima meninggal dunia Masing masing terseret oleh kesalahan dan dosa yang pernah mereka perbuat Hanya Yudistira dan anjingnya yang berhasil mencapai puncak gunung karena kesucian hatinya Dewa Indra pemimpin masyarakat kahyangan datang menjemput Yudistira untuk diajak naik ke swarga dengan kereta kencananya Namun Indra menolak anjing yang dibawa Yudistira dengan alasan bahwa hewan tersebut tidak suci dan tidak layak untuk masuk swarga Yudistira menolak masuk swargaloka apabila harus berpisah dengan anjingnya Indra merasa heran karena Yudistira tega meninggalkan saudara saudaranya dan Dropadi tanpa mengadakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka tetapi lebih memilih untuk tidak mau meninggalkan seekor anjing Yudistira menjawab bahwa bukan dirinya yang meninggalkan mereka tetapi merekalah yang meninggalkan dirinya Kesetiaan Yudistira telah teruji Anjingnya pun kembali ke wujud asli yaitu Dewa Yama atau batara dharma ayahnya 12 nbsp Indra menunjukkan keadaan neraka kepada Yudistira Ilustrasi karya Eveyn Paul 1911 Yudistira dan dewa dharma naik ke surga menggunakan kereta Indra Namun ternyata keempat Pandawa tidak ditemukan di sana Yang ada justru Duryodana dan adik adiknya yang selama hidup mengumbar angkara murka Indra menjelaskan bahwa keempat Pandawa dan para pahlawan lainnya sedang menjalani penyiksaan di neraka Yudistira menyatakan siap masuk neraka menemani mereka Namun ketika terpampang pemandangan neraka yang disertai suara menyayat hati dan dihiasi darah kental membuatnya ngeri Saat tergoda untuk kabur dari neraka Yudistira berhasil menguasai diri Terdengar suara saudara saudaranya memanggil manggil Yudistira memutuskan untuk tinggal di neraka Ia merasa lebih baik hidup tersiksa bersama sudara saudaranya yang baik hati daripada bergembira di surga namun ditemani oleh kerabat yang jahat Tiba tiba pemandangan berubah menjadi indah Dewa Indra muncul dan berkata bahwa sekali lagi Yudistira lulus ujian karena waktunya yang sebentar di Neraka adalah sebagai penebus dosa ketidakjujuran Yudistira terhadap Drona soal kematian Aswatama Ia menyatakan bahwa sejak saat itu Pandawa Lima dan para pahlawan lainnya dinyatakan sebagai penghuni Surga sementara para Korawa akan menjalani siksaan yang kekal di neraka Menurut versi pewayangan Jawa kematian para Pandawa terjadi bersamaan dengan Kresna ketika mereka bermeditasi di dalam Candi Sekar Namun versi ini kurang begitu populer karena banyak dalang yang lebih suka mementaskan versi Mahabharata yang penuh dramatisasi sebagaimana dikisahkan di atas Referensi Sunting www wisdomlib org 2010 12 26 Yudhishthira Yudhiṣṭhira Yudhisthira 15 definitions www wisdomlib org Diakses tanggal 2020 09 08 Ashram Vidur Sewa 1979 Age of Bharata War Motilal Banarsidass Publishers hlm 167 Godbole Justin E Abbott a Pandit Narhar R 1988 Stories of indian saints edisi ke 4 Delhi Motilal Banarsidass Publ hlm 402 ISBN 9788120804692 Lochtefeld James G 2002 The illustrated encyclopedia of Hinduism edisi ke 1st ed New York Rosen hlm 194 196 ISBN 9780823931798 Pemeliharaan CS1 Teks tambahan link Kapoor edited by Subodh 2004 An introduction to epic philosophy epic period history literature pantheon philosophy traditions and mythology New Delhi India Cosmo Publications hlm 1062 ISBN 9788177558821 Pemeliharaan CS1 Teks tambahan authors list link Mahabharata Text Sehgal Sunil 1999 Encyclopaedia of Hinduism edisi ke 1st ed New Delhi Sarup amp Sons ISBN 9788176250641 Pemeliharaan CS1 Teks tambahan link Kishore B R 2001 Hinduism New Delhi Diamond Publ ISBN 9788171820733 Mahabharata Text Mahabharata Text Kapoor edited by Subodh 2002 The Indian encyclopaedia biographical historical religious administrative ethnological commercial and scientific edisi ke 1st ed New Delhi Cosmo Publications hlm 4462 ISBN 9788177552713 Pemeliharaan CS1 Teks tambahan authors list link Pemeliharaan CS1 Teks tambahan link Agarwal Satya P 2002 Selections from the Mahabharata re affirming Gita s call for the god of all edisi ke 1 Aufl Delhi Motilal Banarsidass ISBN 9788120818743 Pranala luar Sunting nbsp Wikimedia Commons memiliki media mengenai Yudistira Inggris Mahabharata Online com Inggris Cerita pendek yang menunjukkan keagungan Yudhishthira 1 2 3Didahului oleh Dretarastra Raja HastinapuraDinasti Kuru Diteruskan oleh Parikesit Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Yudistira amp oldid 24093511