www.wikidata.id-id.nina.az
Rumah Baanjung Ba anjung adalah nama kolektif untuk rumah tradisional suku Banjar dan suku Dayak Bakumpai 1 Suku Banjar biasanya menamakan rumah tradisonalnya dengan sebutan Rumah Banjar atau Rumah Bahari Rumah Bubungan Tinggi yang dibangun selalu memiliki dua anjung Tawing Halat pada Rumah Bubungan Tinggi di Banjarmasin Umumnya rumah tradisional Banjar dibangun dengan beranjung bahasa Banjar ba anjung yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itulah disebut Rumah Ba anjung ber anjung Anjung merupakan ciri khas rumah tradisional Banjar walaupun ada pula beberapa jenis Rumah Banjar yang tidak beranjung Rumah tradisional Banjar pada umumnya beranjung dua yang disebut Rumah Ba anjung Dua namun kadangkala rumah banjar hanya hanya beranjung satu biasanya rumah tersebut dibangun oleh pasangan suami isteri yang tidak memiliki keturunan Sebagaimana arsitektur tradisional pada umumnya demikian juga rumah tradisonal Banjar berciri ciri antara lain memiliki perlambang memiliki penekanan pada atap ornamental dekoratif dan simetris Rumah tradisional Banjar adalah jenis rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri sejak sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935 Pada tahun 1871 pemerintah kota Banjarmasin mengeluarkan segel izin pembuatan Rumah Bubungan Tinggi di kampung Sungai Jingah yang merupakan rumah tertua yang pernah dikeluarkan segelnya 2 Jenis rumah yang bernilai paling tinggi adalah Rumah Bubungan Tinggi yang diperuntukan untuk bangunan Dalam Sultan kedaton yang diberi nama Dalam Sirap 3 Dengan demikian nilainya sama dengan rumah joglo di Jawa yang dipakai sebagai kedhaton istana kediaman Sultan 4 Keagungan seorang penguasa pada masa pemerintahan kerajaan diukur oleh kuantitas ukuran dan kualitas seni serta kemegahan bangunan bangunan kerajaan khususnya istana raja Rumah Bubungan Tinggi Dalam suatu perkampungan suku Banjar terdapat berbagai jenis rumah Banjar yang mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah Dalam kampung tersebut rumah dibangun dengan pola linier mengikuti arah aliran sungai maupun jalan raya terdiri dari rumah yang dibangun mengapung di atas air rumah yang didirikan di atas sungai maupun rumah yang didirikan di daratan baik pada lahan basah alluvial maupun lahan kering Rumah Banjar terdiri Rumah Banjar masa Kesultanan Banjar dan Rumah Banjar masa kolonial Daftar isi 1 Jenis jenis Rumah Adat Banjar 2 Sejarah dan Perkembangan Rumah Adat Banjar 2 1 Rumah Adat Banjar di Kalteng dan Kaltim 2 2 Kondisi Rumah Adat Banjar 3 Bagian dan Konstruksi Rumah Tradisonal Banjar 3 1 Pondasi Tiang dan Tongkat 3 2 Kerangka 3 3 Lantai 3 4 Dinding 3 5 Atap 3 6 Ornamentasi Ukiran 4 Pengaruh Sistem Religi dan Sistem Pengetahuan 5 Cara Menentukan Ukuran Rumah Adat Banjar 6 Filosofi Rumah Adat Banjar 6 1 Dwitunggal Semesta 6 2 Pohon Hayat 6 3 Payung 6 4 Simetris 6 5 Kepala Badan Kaki 6 6 Tata Nilai Ruang 6 7 Tawing Halat 6 8 Denah Cacak Burung 7 Referensi 8 Lihat pula 9 Pranala luar 10 RujukanJenis jenis Rumah Adat Banjar SuntingBentuk bangunan rumah menunjukan status penghuninya 5 Jenis jenis Rumah Adat Banjar antara lain 6 Rumah Bubungan Tinggi Rumah Gajah Baliku Rumah Palimasan Rumah Gajah Rumah Balai Bini Rumah Tadah Alas Rumah Gajah Manyusu Rumah Balai Laki Rumah Palimbangan Rumah Cacak Burung Rumah Anjung Surung Rumah Lanting Rumah Joglo Gudang Rumah Bangun Gudang nbsp Rumah Cacak Burung gambar kiri dan Rumah Palimbangan dengan Anjung memakai Tawing Layar kanan nbsp model kiri Rumah Balai Laki yang asli dan model kanan pengembangan bentuk Rumah Balai Laki dengan tambahan atap jurai pada emper depan sampai emper samping kiri dan kananSejarah dan Perkembangan Rumah Adat Banjar SuntingIkon Rumah adat Banjar biasa disebut juga dengan Rumah Bubungan Tinggi karena bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45º Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan telah ada sejak abad ke 16 yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam dan mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah dengan gelar Panembahan Batu Habang Sebelum memeluk agama Islam Sultan Suriansyah tersebut menganut agama Hindu Ia memimpin Kerajaan Banjar pada tahun 1596 1620 Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan Namun perkembangannya kemudian bentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan di samping kiri dan kanan bangunan dan agak ke belakang ditambah dengan sebuah ruangan yang berukuran sama panjang Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi Bangunan tambahan di samping kiri dan kanan ini tamapak menempel dalam bahasa Banjar Pisang Sasikat dan menganjung keluar Bangunan tambahan di kiri dan kanan tersebut disebut juga anjung sehingga kemudian bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan nama Rumah Ba anjung Sekitar tahun 1850 bangunan bangunan perumahan di lingkungan keraton Banjar terutama di lingkungan keraton Martapura dilengkapi dengan berbagai bentuk bangunan lain Namun Rumah Ba anjung adalah bangunan induk yang utama karena rumah tersebut merupakan istana tempat tinggal Sultan Bangunan bangunan lain yang menyertai bangunan rumah ba anjung tersebut ialah yang disebut dengan Palimasan sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan kesultanan berupa emas dan perak Balai Laki adalah tempat tinggal para menteri kesultanan Balai Bini tempat tinggal para inang pengasuh Gajah Manyusu tempat tinggal keluarga terdekat kesultanan yaitu para Gusti Gusti dan Anang Selain bangunan bangunan tersebut masih dijumpai lagi bangunan bangunan yang disebut dengan Gajah Baliku Palembangan dan Balai Seba Pada perkembangan selanjutnya semakin banyak bangunan bangunan perumahan yang didirikan baik di sekitar kesultanan maupun di daerah daerah lainnya yang meniru bentuk bangunan rumah ba anjung Sehingga pada akhirnya bentuk rumah ba anjung bukan lagi hanya merupakan bentuk bangunan yang merupakan ciri khas kesultanan keraton tetapi telah menjadi ciri khas bangunan rumah penduduk daerah Banjar Rumah Adat Banjar di Kalteng dan Kaltim Sunting Kemudian bentuk bangunan rumah ba anjung ini tidak saja menyebar di daerah Kalimantan Selatan tetapi juga menyebar sampai sampai ke daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur Sekalipun bentuk rumah rumah yang ditemui di daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur memiliki ukuran yang sedikit berbeda dengan rumah Ba anjung di daerah Banjar namun bentuk bangunan pokok merupakan ciri khas bangunan rumah adat Banjar tetap kelihatan Di Kalimantan Tengah bentuk rumah ba anjung ini dapat dijumpai di daerah Kotawaringin Barat yaitu di Pangkalan Bun Kotawaringin Lama dan Kumai Menyebarnya bentuk rumah adat Banjar ke daerah Kotawaringin ialah melalui berdirinya Kerajaan Kotawaringin yang merupakan pemecahan dari wilayah Kerajaan Banjar ketika diperintah oleh Sultan Musta inbillah Sultan Musta inbillah memerintah sejak tahun 1650 sampai 1672 kemudian ia digantikan oleh Sultan Inayatullah Kerajaan Kotawaringin yang merupakan pemecahan wilayah Kerajaan Banjar tersebut diperintah oleh Pangeran Dipati Anta Kesuma sebagai sultannya yang pertama Menyebarnya bentuk rumah adat Banjar sampai ke daerah Kalimantan Timur disebabkan oleh banyaknya penduduk daerah Banjar yang merantau ke daerah ini yang kemudian mendirikan tempat tinggalnya dengan bentuk bangunan rumah ba anjung sebagaimana bentuk rumah di tempat asal mereka Demikianlah pada akhirnya bangunan rumah adat Banjar atau rumah adat ba anjung ini menyebar ke mana mana tidak saja di daerah Kalimantan Selatan tetapi juga di daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur Di luar Kalimantan juga dibangun replika rumah adat Banjar seperti di Kisaran Kabupaten Asahan yang dibangun oleh organisasi warga Kalimantan yaitu Paduan Masyarakat Keluarga Kalimatan PMKK Asahan 7 8 9 10 11 12 dan juga di Serdang Bedagai oleh Ikatan Masyarakat Banjar Indonesia IMBAI Sergai 13 Kondisi Rumah Adat Banjar Sunting nbsp Arsitektur tradisonal Rumah Adat Banjar Ba anjung type Bubungan Tinggi dan arsitektur tradisonal Masjid Bubungan Tinggi Tumpang Talu di Distrik Negara Akan tetapi sekarang dapat dikatakan bahwa rumah ba anjung atau rumah Bubungan Tinggi yang merupakan arsitektur klasik Banjar itu tidak banyak dibuat lagi Sejak tahun 1930 an orang orang Banjar hampir tidak pernah lagi membangun rumah tempat tinggal mereka dengan bentuk rumah ba anjung Masalah biaya pembangunan rumah dan masalah areal tanah serta masalah mode tampaknya telah menjadi pertimbangan yang membuat para penduduk tidak mau membangun lagi rumah rumah mereka dengan bentuk rumah ba anjung Banyak rumah ba anjung yang dibangun pada tahun tahun sebelumnya sekarang dirombak dan diganti dengan bangunan bangunan bercorak modern sesuai selera zaman Tidak jarang dijumpai di Kalimantan Selatan si pemilik rumah ba anjung justru tinggal di rumah baru yang didirikan kemudian bentuknya sudah mengikuti mode sekarang Apabila sekarang ini di daerah Kalimantan Selatan ada rumah rumah penduduk yang memiliki gaya rumah adat ba anjung maka dapatlah dipastikan bangunan tersebut didirikan jauh sebelum tahun 1930 Untuk daerah Kalimantan Selatan masih dapat dijumpai beberapa rumah adat Banjar yang sudah sangat tua umurnya seperti di Kelurahan Sungai Jingah Kampung Melayu Laut di Kelurahan Melayu Banjarmasin Tengah Banjarmasin Desa Teluk Selong Ulu Desa Dalam Pagar Desa Tibung Raya Desa Gambah Kandangan Desa Birayang desa Habirau desa Lawahan desa Penghulu dan desa Tarangan Masing masing rumah adat tersebut sudah dalam kondisi yang amat memprihatinkan banyak bagian bagian rumah tersebut yang sudah rusak sama sekali 14 Pemerintah sudah mengusahakan subsidi buat perawatan bangunan bangunan tersebut Namun tidak jarang anggota keluarga pemilik rumah menolak subsidi tersebut karena alasan alasan tertentu seperti malu atau gengsi Karena merasa dianggap tidak mampu merawat rumahnya sendiri Bagaimanapun keadaan rumah rumah tersebut dari sisa sisa yang masih bisa dijumpai dapat dibayangkan bagaimana artistiknya bangunan tersebut yang penuh dengan berbagai ornamen menarik nbsp Rumah Banjar yang lapuk dimakan zamanBagian dan Konstruksi Rumah Tradisonal Banjar SuntingPondasi Tiang dan Tongkat Sunting Keadaan alam yang berawa rawa di tepi sungai sebagai tempat awal tumbuhnya rumah tradisional Banjar menghendaki bangunan dengan lantai yang tinggi Pondasi tiang dan tongkat dalam hal ini sangat berperan Pondasi sebagai konstruksi paling dasar biasanya menggunakan kayu Kapur Naga atau kayu Galam Tiang dan tongkat menggunakan kayu ulin dengan jumlah mencapai 60 batang untuk tiang dan 120 batang untuk tongkat Kerangka Sunting Kerangka rumah ini biasanya menggunakan ukuran tradisional depa atau tapak kaki dengan ukuran ganjil yang dipercayai punya nilai magis sakral Bagian bagian rangka tersebut adalah susuk dibuat dari kayu Ulin Gelagar dibuat dari kayu Ulin Belangiran Damar Putih Lantai dari papan Ulin setebal 3 cm Watun Barasuk dari balokan Ulin Turus Tawing dari kayu Damar Rangka pintu dan jendela dari papan dan balokan Ulin Balabad dari balokan kayu Damar Putih Mbr gt Titian Tikus dari balokan kayu Damar Putih Bujuran Sampiran dan Gorden dari balokan Ulin atau Damar Putih Tiang Orong Orong dan Sangga Ributnya serta Tulang Bubungan dari balokan kayu Ulin kayu Lanan dan Damar Putih Kasau dari balokan Ulin atau Damar Putih Riing dari bilah bilah kayu Damar putih Lantai Sunting Di samping lantai biasa terdapat pula lantai yang disebut dengan Lantai Jarang atau Lantai Ranggang Lantai Ranggang ini biasanya terdapat di Surambi Muka Anjung Jurai dan Ruang Padu yang merupakan tempat pembasuhan atau pambanyuan Sedangkan yang di Anjung Jurai untuk tempat melahirkan dan memandikan jenazah Biasanya bahan yang digunakan untuk lantai adalah papan ulin selebar 20 cm dan untuk Lantai Ranggang dari papan Ulin selebar 10 cm Dinding Sunting Dindingnya terdiri dari papan yang dipasang dengan posisi berdiri sehingga di samping tiang juga diperlukan Turus Tawing dan Balabad untuk menempelkannya Bahannya dari papan Ulin sebagai dinding muka Pada bagian samping dan belakang serta dinding Tawing Halat menggunakan kayu Ulin atau Lanan Pada bagian Anjung Kiwa Anjung Kanan Anjung Jurai dan Ruang Padu kadang kadang dindingnya menggunakan Palupuh Atap Sunting Atap bangunan biasanya menjadi ciri yang paling menonjol dari suatu bangunan Karena itu bangunan ini disebut Rumah Bubungan Tinggi Bahan atapnya terbuat dari sirap dengan bahan kayu Ulin atau atap rumbia Ornamentasi Ukiran Sunting nbsp Ukiran gaya Tatah Surut bermotif Kambang Talipuk pada Rumah Bubungan Tinggi Desa Habirau nbsp Pahatan swastika pada Sungkul Tihang Tangga rumah Banjar di Kalimantan Selatan Penampilan rumah tradisional Bubungan Tinggi juga ditunjang oleh bentuk bentuk ornamen berupa ukiran Penempatan ukiran tersebut biasanya terdapat pada bagian yang konstruktif seperti tiang tataban papilis dan tangga Sebagaimana pada kesenian yang berkembang di bawah pengaruh Islam motif yang digambarkan adalah motif floral daun dan bunga Motif motif binatang seperti pada ujung pilis yang menggambarkan burung enggang gading dan naga juga distilir dengan motif floral Disamping itu juga terdapat ukiran bentuk kaligrafi Kaligrafi Arab merupakan ragam hias yang muncul belakangan yang memperkaya ragam hias suku Banjar Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru Rumah Tradisional Bubungan Tinggi dan Kelengkapannya 1992 1993 Ornamen sebagai suatu aspek seni rupa telah mengalami perkembangan yang cukup maju dalam budaya tradisional orang Banjar Ornamen sebagai ragam hias banyak ditemukan di rumah rumah adat Banjar dan karya seni ini ternyata tak hanya sebagai hiasan tetapi juga sarat filosofi Ornamen dalam arsitektur tradisional Banjar dikenal dengan istilah Tatah yang berbentuk Tatah Surut ukiran berupa relief Tatah Babuku ukiran dalam bentuk tiga dimensi dan Tatah Baluang ukiran berlubang Dalam buku Arsitektur Tradisional Banjar Kalimantan Selatan Drs H Syamsiar Seman mengatakan dalam sebuah rumah adat Banjar terutama tipe bubungan tinggi gajah baliku dan palimbangan terdapat dua belas bagian bangunan yang diberi ornamen khas Pertama pucuk bubungan berbentuk lancip yang disebut layang layang Layang layang dalam jumlah yang ganjil lima dengan ukiran motif tumbuhan paku alai bogam tombak atau keris Pada rumah tipe palimasan ornamen berbentuk sungkul dengan motif anak catur piramida dan bulan bintang Ukiran jamang sebagai mahkota bubungan terdapat pada rumah adat tipe palimbangan balai laki balai bini dan cacak burung Jamang dalam bentuk simetris ini biasanya bermotif anak catur dengan kiri kanan bermotif paku alai halilipan atau babalungan ayam Kedua tawing layar atau tampuk bubungan penutup kuda kuda Terutama terdapat pada rumah adat Banjar tipe palimbangan balai laki dan cacak burung anjung surung yang memiliki bubungan atap pelana dengan puncak depan yang tajam Karena ruangannya terbatas hiasannya pun tak banyak Umumnya berupa bundaran yang diapit segitiga dalam komposisi dedaunan Ornamen di sini selalu dalam komposisi simetris Ketiga pilis atau papilis listplank Terdapat pada tumbukan kasau yang sekaligus menjadi penutup ujung kasau bubungan tersebut Juga pada banturan di bawah cucuran atap serta pada batis tawing kaki dinding bagian luar Banyak motif digunakan antara lain rincung gagatas pucuk rabung tali bapintal dadaunan dalam berbagai kreasi kumbang bagantung distiril paku alai kulat karikit gagalangan i itikan sarang wanyi kambang cangkih teratai gigi haruan dan lainnya Keempat tangga Pada puncak tangga terdapat ornament buah nenas Adapula motif kembang melati yang belum mekar tongkol daun pakis belimbing manggis payung atau bulan sabit Pada panapih tangga biasanya terdapat motif tali bapintal dadaunan buang mingkudu dan sulur suluran Pada pagar tangga digunakan ukiran tali bapintal atau garis geometris pada kisi kisi pagar tangga digunakan motif bunga melati galang bakait anak catur motif huruf S dan berbagai motif campuran Kelima palatar teras Bagian depan rumah yang mendapat sentuhan ukiran pada jurai samping kiri dan kanan atas batis tawing dan kandang rasi Ornamen pada jurai bisasnya mengambil motif hiris gagatas pucuk rabung daun paku atau sarang wanyi Pada batis tawing bermotif dadaunan sulur suluran atau buah mingkudu Keenam lawang pintu Bagian bagian lawang yang diberi ornamen adalah dahi lawang bagian atas pintu semacam ventilasi berukiran tali bapintal dalam bentuk lingkaran bulat telur Komposisi bagiannya dilengkapi dengan motif suluruluran dan bunga bungaan dengan kaligrafi Arab antara lain bertulis Laa ilaaha illallah Muhammadarrasulullah Allah dan Muhammad Kemudian jurai lawang ornamen mirip tirai terbuka berbentuk setengah lingkaran atau bulan sabit dengan kombinasi tali bapintal sulur suluran bunga bunga dan kaligrafi Arab Tulisan dengan bentuk berganda atau berpantulan dengan komposisi dapat dibaca dari arah kiri ke kanan dan arah kanan ke kiri Selanjutnya daun lawang daun pintu selalu menempatkan motif tali bapintal baik pada pinggiran kusen pintu maupun hiasan bagian dalam tali bapintal pada bagian dalam dalam bentuk bulat telur atau hiris gagatas Keempat sudut daun lawang banyak ornament bermotif pancar matahari dengan kombinasi dedaunan di antaranya motif daun jaruju Ketujuh lalungkang jendela Umumnya menempatkan ornamen sederhana pada dahi atau pula daun lalungkang berupa tatah bakurawang dengan motif bulan penuh bulan sahiris bulan bintang bintang sudut lima daun jalukap atau daun jaruju Kedelapan watun Sebagai sarana pinggir lantai terbuka yang diberi ornamen pada panapih yaitu dinding watun tersebut Ornamen biasanya untuk panapih watun sambutan watun jajakan dan watun langkahan yang ada pada ruangan panampik kacil panampik tangah dan panampik basar Terdapat ukiran dengan motif tali bapintal sulur suluran dadaunan kambang taratai kacapiring kananga kambang matahari buah buahan dan lainnya Kesembilan tataban Terletak di sepanjang kaki dinding bagian dalam ruang panampik basar Ukiran di situ adalah pada panapih tataban tersebut Umumnya sepanjang tataban tersebut mempergunakan ornamen dengan motif tali bapintal pada posisi pinggir Motif lain pada dedaunan dan sulur suluran dalam ujud kecil sepanjang jalur tataban tersebut Kesepuluh tawing halat dinding pembatas Ornamen di dua daun pintu kembar ini harus seimbang dengan ragam hias Biasanya motif tali bapintal tak ketinggal buah dan dedaunan dengan kombinasi kaligrafi Arab Kesebelas sampukan balok pertemuan balok Rumah adat Banjar tidak mengenal plafon sehingga tampak adanya pertemuan dua balok pada bagian atas Ukiran bermotif dedaunan dan garis garis geometris Keduabelas gantungan lampu Balok rentang yang ada di atas pada posisi tengah dipasang pangkal tali untuk gantungan lampu Sekeliling pangkal gantungan diberi ukiran bermotif dedaunan dan bunga dalam komposisi lingkaran berbentuk relief 15 Pengaruh Sistem Religi dan Sistem Pengetahuan SuntingMeskipun orang Banjar sudah memeluk Islam namun dalam kegiatan sehari hari yang sehubungan dengan kebudayaan masih melekat unsur animisme Hindu Buddha yang berkembang sebagai dasar adat pada masa lalu Akan tetapi hal itu tidak secara keseluruhan Religi yang dianggap asal adalah dari Kaharingan yang dikembangkan oleh orang Dayak Pengaruh Hindu Buddha Islam maupun Kristen tidak berarti kepercayaan nenek moyang dengan segala upacara religinya hilang begitu saja Orang orang Dayak yang telah memeluk Islam dianggap sebagai Suku Bangsa Banjar dan tidak lagi menganggap dirinya sebagai suku Dayak Suku Banjar hampir semua sendi keagamaanya didasarkan pada sentimen keagamaan yang bersumber pada ajaran Islam Jadi setiap setiap rumah tangga memiliki peralatan yang berhubungan dengan pelaksanaan keagamaan Demikian pula pada rumah tradisional Banjar banyak dilengkapi dengan ukiran yang berkaitan dengan persaudaraan persatuan kesuburan maupun khat khat kaligrafi Arab yang bersumber dari ajaran Islam seperti dua kalimat syahadat nama nama Khalifah Shalawat atau ayat ayat tertentu dalam Al Qur an Ornamen kaligrafi Arab ini merupakan ornamen paling akhir yang muncul pada rumah tradisional Banjar Namun ukiran ukiran di rumah Banjar juga masih ada yang berhubungan dengan kepercayaan Kaharingan Animisme Dinamisme maupun Hindu Buddha misalnya swastika enggang gading naga dan sebagainya Cara Menentukan Ukuran Rumah Adat Banjar SuntingCara Menentukan Ukuran Rumah Adat Banjar dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain Panjang dan lebar rumah ditentukan ukuran depa suami dalam jumlah ganjil Depdikbud Brotomoeljono Rumah Tradisional Kalimantan Selatan 1986 87 Dihitung dengan mengambil gelagar pilihan kemudian dihitungkan dengan perhitungan gelagar geligir gelugur Bila hitungannya berakhir dengan geligir atau gelugur maka itu pertanda tidak baik sehingga harus ditutup dengan gelagar Hitungan gelagar akan menyebabkan rumah dan penghuninya mendapatkan kedamaian dan keharmonisan Depdikbud Brotomoeljono Rumah Tradisional Kalimantan Selatan 1986 87 Cara lain menurut Alfani Daud MA 1997 462 Ukuran panjang dan lebar rumah dilambangkan delapan ukuran lambang binatang yaitu naga asap singa anjing sapi keledai gajah gagak Panjang ideal dilambangkan naga dan lebarnya dilambangkan gajah Yang tidak baik ialah lambang binatang asap anjing keledai atau gagak Jumlah panjang depa seseorang yang membangun rumah dibagi delapan mewakili binatang berturut turut seperti tersebut terdahulu Tiap depa dikalikan 12 Bila panjang rumah 6 depa berarti 6 x 12 ukuran atau 72 ukuran maka jika ukurannya dilambangkan oleh binatang naga haruslah ditambah 1 12 depa lagi Untuk memperoleh ukuran lambang gajah panjang itu harus ditambah 7 12 depa atau dikurangi 1 12 depa Alfani Daud MA Islam dan Masyarakat Banjar 1997 462 Filosofi Rumah Adat Banjar SuntingPemisahan jenis dan bentuk rumah Banjar sesuai dengan filsafat dan religi yang bersumber pada kepercayaan Kaharingan pada suku Dayak bahwa alam semesta yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu alam atas dan alam bawah Rumah Bubungan Tinggi merupakan lambang mikrokosmos dalam makrokosmos yang besar Penghuni seakan akan tinggal di bagian dunia tengah yang diapit oleh dunia atas dan dunia bawah Di rumah mereka hidup dalam keluarga besar sedang kesatuan dari dunia atas dan dunia bawah melambangkan Mahatala dan Jata suami dan isteri nbsp rumah Bubungan Tinggi melambangkan berpadunya Dunia Atas dan Dunia BawahDwitunggal Semesta Sunting Pada peradaban agraris rumah dianggap keramat karena dianggap sebagai tempat bersemayam secara ghaib oleh para dewata seperti pada rumah Balai suku Dayak Bukit yang berfungsi sebagai rumah ritual Pada masa Kerajaan Negara Dipa sosok nenek moyang diwujudkan dalam bentuk patung pria dan wanita yang disembah dan ditempatkan dalam istana Hikayat Banjar Pemujaan arwah nenek moyang yang berwujud pemujaan Maharaja Suryanata dan Puteri Junjung Buih merupakan simbol perkawinan persatuan alam atas dan alam bawah Kosmogoni Kaharingan Hindu Suryanata surya matahari nata raja sebagai manifestasi dewa Matahari dari unsur kepercayaan Kaharingan Hindu matahari yang menjadi orientasi karena terbit dari ufuk timur orient selalu dinantikan kehadirannya sebagai sumber kehidupan sedangkan Puteri Junjung Buih berupa lambang air sekaligus lambang kesuburan tanah berfungsi sebagai Dewi Sri di Jawa Pada masa tumbuhnya kerajaan Hindu istana raja merupakan citra kekuasaan bahkan dianggap ungkapan berkat dewata sebagai pengejawantahan lambang Kosmos Makro ke dalam Kosmos Mikro Puteri Junjung Buih sebagai perlambang dunia bawah sedangkan Pangeran Suryanata perlambang dunia atas Pada arsitektur Rumah Bubungan Tinggi pengaruh unsur unsur tersebut masih dapat ditemukan Bentuk ukiran naga yang tersamar didestilir bananagaan melambangkan alam bawah sedangkan ukiran burung enggang gading melambangkan alam atas Pohon Hayat Sunting nbsp Puncak masjid tradisional Banjar yang menjulang sama dengan kemiringan puncak Rumah Bubungan Tinggi Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan citra dasar dari sebuah pohon hayat yang merupakan lambang kosmis Pohon Hayat merupakan pencerminan dimensi dimensi dari satu kesatuan semesta Ukiran tumbuh tumbuhan yang subur pada Tawing Halat Seketeng merupakan perwujudan filosofi pohon kehidupan yang oleh orang Dayak disebut Batang Garing dalam kepercayaan Kaharingan yang pernah dahulu berkembang dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan pada periode sebelumnya Payung Sunting Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan sebuah citra dasar sebuah payung yang menunjukkan suatu orientasi kekuasaan ke atas Payung juga menjadi perlambang kebangsawanan yang biasa menggunakan payung kuning sebagai perangkat kerajaan Payung kuning sebagai tanda tanda kemartabatan kerajaan Banjar diberikan kepada para pejabat kerajaan di suatu daerah Simetris Sunting Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi yang simetris terlihat pada bentuk sayap bangunan atau anjung yang terdiri atas Anjung Kanan dan Anjung Kiwa Hal ini berkaitan dengan filosofi simetris seimbang dalam pemerintahan Kerajaan Banjar raja sebagai kepala negara dibantu oleh mangkubumi sebagai kepala pemerintahan sedangkan mangkubumi dibantu oleh dua orang asisten yaitu Mantri Panganan Asisten Kanan dan Mantri Pangiwa Asisten Kiri Mangkubumi juga membawahi 2 kelompok menteri utama yang terdiri 4 orang menteri yang disebut Mantri Ampat menteri berempat yang bergelar Patih dan 4 menteri lainnya yang bergelar Sang sehingga terdapat 8 menteri utama menteri berdelapan dimana setisp menteri tersebut memiliki pasukan masing masing Konsep simetris ini tercermin pada rumah bubungan tinggi seperti terlihat pada jumlah Tihang Pitugur bahasa Jawa saka guru yang berjumlah delapan serta dua buah pintu kembar pada Tawaing Halat Kepala Badan Kaki Sunting Bentuk rumah Bubungan Tinggi diibaratkan tubuh manusia terbagi menjadi 3 bagian secara vertikal yaitu kepala badan dan kaki Sedangkan anjung diibaratkan sebagai tangan kanan dan tangan kiri yaitu anjung kanan dan anjung kiwa kiri Tata Nilai Ruang Sunting Pada rumah Banjar Bubungan Tinggi istana terdapat ruang Semi Publik yaitu Serambi atau surambi yang berjenjang letaknya secara kronologis terdiri dari surambi muka surambi sambutan dan terakhir surambi Pamedangan sebelum memasuki pintu utama Lawang Hadapan pada dinding depan Tawing Hadapan yang diukir dengan indah Setelah memasuki Pintu utama akan memasuki ruang Semi Private Pengunjung kembali menapaki lantai yang berjenjang terdiri dari Panampik Kacil di bawah Panampik Tangah di tengah dan Panampik Basar di atas pada depan Tawing Halat atau dinding tengah yang menunjukkan adanya tata nilai ruang yang hierarkis Ruang Panampik Kecil tempat bagi anak anak ruang Panampik Tangah sebagai tempat orang orang biasa atau para pemuda dan yang paling utama adalah ruang Panampik Basar yang diperuntukkan untuk tokoh tokoh masyarakat hanya orang yang berpengetahuan luas dan terpandang saja yang berani duduk di area tersebut Hal ini menunjukkan adanya suatu tatakrama sekaligus mencerminkan adanya pelapisan sosial masyarakat Banjar tempo dulu yang terdiri dari lapisan atas adalah golongan berdarah biru bangsawan disebut Tutus Raja Purih Raja dan lapisan bawah adalah golongan Urang Jaba rakyat serta di antara keduanya adalah golongan rakyat biasa yang telah mendapatkan jabatan jabatan dalam Kerajaan yang disebut Nanang nanangan Raja Kiai dan para Menteri Tawing Halat Sunting Ruang dalam rumah Banjar Bubungan Tinggi terbagi menjadi ruang yang bersifat private dan semi private Di antara ruang Panampik Basar yang bersifat semi private dengan ruang Palidangan yang bersifat private dipisahkan oleh Tawing Halat artinya dinding pemisah kalau di daerah Jawa disebut Seketeng Jika ada selamatan maupun menyampir nanggap Wayang Kulit Banjar maka pada Tawing Halat ini bagian tengahnya dapat dibuka sehingga seolah olah suatu garis pemisah transparan antara dua dunia luar dan dalam menjadi terbuka Ketika dilaksanakan wayang sampir maka Tawing Halat yang menjadi pembatas antara dalam Palidangan dan luar Paluaran Panampik Basar menjadi terbuka Raja dan keluarganya serta dalang berada pada area dalam menyaksikan anak wayang dalam wujud aslinya sedangkan para penonton berada di area luar menyaksikan wayang dalam bentuk bayang bayang Denah Cacak Burung Sunting Denah Rumah Banjar Bubungan Tinggi berbentuk tanda tambah yang merupakan perpotongan dari poros poros bangunan yaitu dari arah muka ke belakang dan dari arah kanan ke kiri yang membentuk pola denah Cacak Burung yang sakral Di tengah tengahnya tepat berada di bawah konstruksi rangka Sangga Ribut di bawah atap Bubungan Tinggi adalah Ruang Palidangan yang merupakan titik perpotongan poros poros tersebut Secara kosmologis maka disinilah bagian paling utama dari Rumah Banjar Bubungan Tinggi Begitu pentingnya bagian ini cukup diwakili dengan penampilan Tawing Halat dinding tengah yang penuh ukiran ukiran Pohon Hayat yang subur makmur Tawing Halat menjadi fokus perhatian dan menjadi area yang terhormat Tawang Halat melindungi area dalam yang merupakan titik pusat bangunan yaitu ruang Palidangan Panampik Panangah Referensi Sunting JEJAK HUBUNGAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BANJAR DAN SUKU BAKUMPAI Indonesia Mohamad Idwar Saleh Rumah tradisional Banjar rumah bubungan tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan 1980 Salinan arsip PDF Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2012 01 18 Diakses tanggal 2014 02 17 Rumah Adat Banjar Dan Fungsinya Indonesia Marwati Djoened Poesponegoro Nugroho Notosusanto Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1992 Sejarah nasional Indonesia Nusantara pada abad ke 18 dan ke 19 PT Balai Pustaka hlm 114 ISBN 9794074101 Pemeliharaan CS1 Banyak nama authors list link pranala nonaktif permanen ISBN 9789794074107 Inventarisasi Arsitektur Banjar Mengenal 11 Macam Rumah Urang Banua 2 Gatot Resmikan Rumah Banjar di Kisaran Rumah Adat Banjar di Kabupaten Asahan Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013 05 03 Diakses tanggal 2013 12 15 Rumah Adat Banjar di Kisaran dibangun Rumah Adat Banjar Asahan Dibangun Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013 12 15 Diakses tanggal 2013 12 15 Plt Gubsu Apresiasi Pembangunan Rumah Adat Banjar pranala nonaktif permanen Pelaksana tugas Gubernur Sumatra Utara Gatot Pujo Nugroho melakukan peletakan batu pertama pembangunan rumah adat Banjar Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013 12 15 Diakses tanggal 2013 12 15 ARUH WARGA BANJAR PERINGATI MAULID NABI MUHAMMAD SAW 1432 H Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013 12 15 Diakses tanggal 2013 12 15 http banjarmasin tribunnews com 2012 04 09 situs budaya tapin rusak Salinan arsip Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 08 15 Diakses tanggal 2013 12 15 Lihat pula SuntingSeni Tradisional Banjar Rumah Banjar Malaysia Rumah Banjar SemarangPranala luar Suntinghttps www arsitag com article rumah baanjung rumah tradisional suku banjar http kebudayaan kemdikbud go id bpcbkaltim 2016 07 rumah tradisional bubungan tinggi Diarsipkan 2017 07 30 di Wayback Machine http kalsel prokal co read news 9535 perubahan arsitektur rumah banjar ketika islam masuk html http www sciencedirect com science article pii S2095263516300504 http www academia edu 7651426 Ruang Sosial Rumah Tradisional Baanjungan di Banjarmasin http www archipost com desain arsitektur rumah banjar rumah bubungan tinggi Indonesia Rumah adat tradisional Indonesia Diarsipkan 2013 12 18 di Wayback Machine Indonesia Rumah Banjar oleh Universitas Petra Diarsipkan 2009 03 11 di Wayback Machine Indonesia Mewujudkan Gagasan Konservasi Perkampungan Rumah Adat Banjar Diarsipkan 2009 03 14 di Wayback Machine Indonesia Pengaruh Kebudayaan Banjar Terhadap Bentuk Rumah Panggung Masyarakat Banjar di Kampung Melayu Semarang Indonesia http www bapustarda kalsel go id 2012 11 02 bedah buku arsitektur traditional rumah banjar kerjasama bank indonesia dengan ipi kalsel html pranala nonaktif permanen Indonesia http www kaltengpos web id berita detail 1565 kbb minta dibutuhkan rumah banjar dikota palangka raya html Diarsipkan 2013 12 12 di Wayback Machine Indonesia http www indonesiawonder com id tour cultural tourism rumah bubungan tinggi of banjar Diarsipkan 2018 03 12 di Wayback Machine Inggris http designz93 com tribe banjar traditional house html Diarsipkan 2014 04 07 di Wayback Machine http www kabarbanjarmasin com posting rumah tua ukiran langka html Diarsipkan 2014 11 12 di Wayback Machine http www kabarbanjarmasin com posting sasunduk rumah urang banjar html Diarsipkan 2014 01 03 di Wayback Machine http kabarbanjarmasin com posting rumah tua sungai jingah html Diarsipkan 2015 09 18 di Wayback Machine https www youtube com watch v uicnugJE7dE https www youtube com watch v xFuBvvmb1GERujukan SuntingTim Depdikbud Rumah Adat Banjar dan Ragam Hiasnya Proyek Rehabilitasi dan Perlusan Museum Kalsel Depdikbud 1977 1978 Tim Museum Lambung Mangkurat Rumah Tradisonal Banjar Rumah Bubungan Tinggi P3 Kalsel Depdikbud 1980 1981 Seman Symasiar Drs H Rumah Adat Banjar Arsitektur Tradisional Kalimantan Selatan Direktorat Perumahan Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Pusat Informasi Teknik Pembangunan Proyek Pembinaan Umum Pembangunan Perumahan Kalsel 1983 Tim Depdikbud Album Seni Budaya Kalimantan Selatan Proyek Media Kebudayaan Depdikbud 1983 1984 Tim Depdikbud Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Selatan Proyek Inventarisasi dan Dolumentasi Kebudayaan Daerah Depdikbud Jakarta 1986 Sjarifuddin Drs Pengantar Pameran Khusus Rumah Tradisional Bubungan Tinggi dan Kelengkapannya Depdikbud Dirjen Kebudayaan Direktorat Permuseuman Museum Negeri Provinsi Kalsel Lambung Mangkurat 1992 1993 Tim KKL Angkatan 90 Arsitektur Undip Laporan Kuliah Kerja Lapangan Banjar Kalimantan Selatan 23 28 September 1993 Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro 1993 Azan Seminar Tata Ruang dan Karaktaristik Rumah Tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro Juni 1994 Hakim Tedy Avianto Seminar Pengaruh Arsitektur Tradisional Bubungan Tinggi pada Bangunan Kantor Pemerintah di Banjarmasin Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro Februari 1997 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Rumah Baanjung amp oldid 22520948