www.wikidata.id-id.nina.az
Suku Rejang Rejang ꤳ ꥁ ꤺ translit Tun Hejang adalah kelompok etnis yang berasal dari Tanah Rejang ꤳꤵ ꥁꤰ ꤺ di wilayah barat daya Sumatra 1 Catatan mengenai mereka yang cukup lengkap salah satunya berasal dari The History of Sumatra buku karya William Marsden yang terbit pada tahun 1783 Buku ini boleh dikatakan sebagai naskah publikasi ilmiah pertama yang mengungkap mengenai masyarakat Rejang serta adat dan ihwal budayanya Marsden menyebutkan bahwa selain suku Melayu Malays Sumatra dihuni pula oleh kelompok etnis lain yang dibedakan dari Melayu Mereka berurut dari ujung utara hingga ujung selatan Sumatra meliputi Aceh Achenese Batak Battas Minangkabau Menancabow Rejang Redjang dan Lampung Lampoons 2 Suku Rejang diakui sebagai salah satu penduduk asli Bengkulu 3 dan dianggap sebagai penghuni pertama atau suku tertua 4 Suku RejangTun Jang Tun HejangJumlah populasiTidak diketahui secara pasti ca 350 000 2010 Daerah dengan populasi signifikanProvinsi Bengkulu340 000 perkiraan Sumatra Selatan dan provinsi lainnya di Indonesia10 000 perkiraan BahasaBahasa ibu RejangMelayu Bengkulu Bahasa lain yang dituturkan IndonesiaMelayu TengahAgamaIslam mayoritas Kelompok etnik terkaitSuku suku tetangga penutur bahasa Melayik di wilayah Sumatra Bagian Selatan BesemahLembakLintangMelayu BengkuluPekalRawasSerawai Berdasarkan hipotesis kekerabatan bahasa oleh Prof Richard McGinn Dayak Bidayuh Dayak Darat Masyarakat Rejang umumnya merupakan penutur dwibahasa sejak masa lalu Mereka bertutur dalam bahasa Rejang sebagai bahasa ibu dan bahasa Melayu sebagai bahasa kedua dengan kemahiran yang sama baiknya 5 Pada masa sekarang khususnya di kota kota kecamatan seperti Curup yang penduduknya seimbang antara suku Rejang sebagai orang asli dan masyarakat pendatang terdapat gejala penurunan kemampuan dwibahasa pada masyarakat Rejang Generasi muda di kota kota kecamatan mulai menjadi penutur jati bahasa Melayu dan hanya sedikit yang memahami bahasa Rejang Bahkan banyak yang tidak memahami bahasa leluhur mereka sama sekali Bahasa Rejang di kota kota kecamatan perlahan tergantikan oleh bahasa Melayu Bengkulu yang dipandang sebagai basantara masyarakat Bengkulu yang beragam 6 7 Daftar isi 1 Etimologi 2 Sejarah dan perkembangan masyarakat 2 1 Perkembangan Islam di Tanah Rejang Abad ke 20 3 Populasi 4 Persebaran penduduk 5 Struktur sosial dan kekerabatan 5 1 Petulai 5 2 Marga 5 3 Kekerabatan 6 Penerimaan terhadap pendatang 7 Ciri fisik 8 Kebudayaan 8 1 Permukiman 8 2 Bahasa 8 3 Aksara 8 4 Agama dan kepercayaan 8 4 1 Kepercayaan asli 8 4 2 Kepercayaan saat ini 8 5 Festival 8 6 Seni bela diri 8 6 1 Senjata tradisional 8 7 Masakan 9 Kaitan dengan suku lain 10 Lihat pula 11 Referensi 12 Daftar pustaka 12 1 Buku 12 2 Jurnal 12 3 Makalah 13 Bacaan lanjutan 14 Pranala luarEtimologi SuntingMenurut A Samid Said dan Dicky Darmawan Butto dalam buku karya Zulman Hasan yang berjudul Anok Kutai Rejang istilah Rejang bersumber dari Rhe Jang Hyang yakni nama seorang leluhur suku ini yang berasal dari Mongolia Pada tahun 2090 SM Rhe Jang Hyang dan kelompoknya mendirikan sebuah perkampungan yang bernama Kutai Nuak di daerah Napal Putih Bengkulu Utara Sejarah dan perkembangan masyarakat SuntingSejarah kedatangan masyarakat Rejang ke tanahnya yang sekarang secara umum dipercayai sama dengan kedatangan masyarakat penutur bahasa Austronesia lainnya Rejang diyakini berasal dari suatu daerah di utara Kepulauan Indonesia saat ini Beberapa menyebut wilayah tersebut sebagai Hindia Belakang Dalam Kebudayaan Rejang karya Ekorusyono disebutkan bahwa sekurang kurangnya abad ke 2 Masehi nenek moyang Rejang berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatra Mereka lalu menduduki daerah hilir Sungai Ketahun sebelum akhirnya terus menyusuri sungai tersebut hingga sampai ke wilayah Lebong yang kala itu dinamai Renah Sekalawi 8 Prof McGinn mengemukakan hipotesisnya mengenai asal usul bangsa Rejang Sebelum ke Sumatra nenek moyang Rejang diperkirakan singgah sekian lama di Kalimantan Sarawak sebelum kemudian menyeberang ke Sumatra melalui Bangka dan mendarat di Sungai Musi Mungkin karena faktor keamanan dan penakhlukkan nenek moyang Rejang terus menyusuri Sungai Musi serta Sungai Rawas hingga ke hulu Kelompok yang berhasil adalah yang menyusuri ke Ulu Rawas dan sampai di daerah Topos Tapus yang dipercaya sebagai permukiman Rejang tertua 8 Kawasan Ulu Rawas dan daerah Bukit Barisan sebagian masuk dalam Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan kawasan yang sarat akan peninggalan arkeologis dan artefak baik dari masyarakat Rejang maupun masyarakat rumpun Melayik seperti Semende dan lainnya 9 Setelah mencapai wilayah Rejang yang sekarang nenek moyang Rejang tidak langsung mengenal pertanian atau perladangan Kehidupan mereka bercirikan seminomaden mengumpulkan makanan atau meramu dan sifatnya genealogis Kemudian seiring semakin majunya masyarakat ciri kehidupan seminomaden masih berlangsung dan perlahan lahan menghilang Kegiatan mengumpulkan makanan mulai berganti dengan perladangan dan akhirnya persawahan keluarga luas mulai terkonsep dan dikenal dengan sebutan petulai Masyarakat Rejang pada tahap ini sudah mulai membentuk permukiman tetap dalam bentuk talang yang di kemudian hari berubah menjadi kutai Baik petulai maupun kutai sama sama masih bersifat genealogis Kutai nantinya digantikan oleh sistem marga yang dikenalkan Belanda Kutai yang semula berdiri sendiri sebagai kesatuan wilayah otonom menjadi daerah bawahan marga dan marga pada akhirnya lebih menonjolkan sifat teritorial persekutuan berdasarkan kewilayahan dibanding sifat genealogis persekutuan berdasarkan hubungan darah 10 Seiring perkembangan sosialnya yang semakin maju masyarakat Rejang yang berdiam di lembah lembah Bukit Barisan yang subur dimungkinkan pula oleh keadaan alam yang bersahabat telah mengembangkan pertanian yang cukup maju Perkembangan pertanian masyarakat ini dapat dikatakan setaraf dengan kelompok lain yang mendiami dataran tinggi di pedalaman Sumatra seperti kelompok Minangkabau Kerinci Besemah maupun rumpun Batak 11 Pada tahun 1818 Thomas Stamford Raffles yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Bengkulu mengunjungi beberapa daerah di Bukit Barisan meliputi wilayah Rejang Serawai dan Besemah Kunjungannya diikuti beberapa misionaris Protestan yang upaya penginjilannya tidak berhasil terkecuali mendapat beberapa jemaat di kawasan Tanjung Sakti di Ulu Manna 12 Ketidakberhasilan dalam usaha menginjilkan suku suku di Bukit Barisan boleh jadi disebabkan karena mereka sudah memeluk agama Islam walaupun dalam praktiknya masih tercampur dengan adat istiadat dan kepercayaan lama Pada pertengahan abad ke 19 Tanah Rejang bagian dari Hindia Belanda menyusul perjanjian antara pihak Hindia Belanda dengan penguasa Rejang di Topos Penguasaan atas Tanah Rejang ini melengkapi penguasaan Belanda di Bengkulu yang dimulai pada 6 April 1825 khususnya pada wilayah pesisir 13 Ada pun wilayah pedalaman termasuk wilayah huni suku Rejang tidak tersentuh oleh Belanda hingga sekurang kurangnya 1860 an Ketika Tanah Rejang diduduki Belanda pihak Belanda menuliskan beberapa laporan tentang masyarakat Rejang termasuk pembagian masyarakatnya ke dalam lima marga dengan pemimpin masing masing Masuknya Belanda mempengaruhi adat istiadat setempat Budaya asli Rejang terganggu dan mulai mengalami penurunan Belanda juga memulai serangkaian proyek perkebunan dan pertanian skala besar dengan pembangunan irigasi serta pertambangan emas di wilayah Lebong Kekurangan tenaga kerja dan ketidakmauan penduduk Rejang untuk menjadi kuli menyebabkan Belanda mendatangkan ribuan pekerja kebun dan tambang dari Jawa 14 Perkembangan Islam di Tanah Rejang Abad ke 20 Sunting nbsp Sebuah pasar di Muara Aman tahun 1940 anIslam masuk secara perlahan ke Tanah Rejang dengan daerah pertama yang mengenal ajaran ini adalah wilayah atau luak Pesisir Dari sana dan dari arah timur nantinya berturut turut ajaran Islam dibawakan ke pusat kebudayaan Rejang di Bukit Barisan Islam nantinya berkembang dan mulai mempengaruhi tata kehidupan masyarakat Perkembangan Islam kala itu terasa sangat organik dan temponya lambat Barulah pada awal abad ke 20 lebih banyak mubaligh luar yang berdatangan ke Tanah Rejang dan pengajaran serta perkembangan Islam menjadi lebih terorganisasi 15 Mubaligh mubaligh tersebut didominasi oleh orang Minangkabau serta orang Ogan dan Palembang 15 Mubaligh Minangkabau sejak 1930 datang memperkenalkan paham Muhammadiyah dan Perti Persatuan Tarbiyah Islamiyah serta berbagai jenis tarekat Ada pun mubaligh Ogan dan Palembang membawa organisasi Nahdlatul Ulama NU Kedatangan mereka kemudian disusul oleh mubaligh dari Jawa yang memperkenalkan ide ide Serikat Islam Para mubaligh umumnya datang lebih dulu ke daerah Lebong baru kemudian ke Curup Ulu Musi Curup menjadi semakin penting karena di Lubuklinggau kota tetangga Pemerintah Belanda telah menyelesaikan pembangunan stasiun dan rel kereta api Curup dalam hal ini menjadi daerah perlintasan orang orang kawasan pesisir untuk ke Lubuklinggau 15 Kelompok kelompok tarekat di Tanah Rejang membina hubungan yang baik dengan guru guru mereka di Sumatra Barat Sementara tokoh tokoh kelompok Islam yang lebih tradisionalis seperti PERTI umumnya berguru ke daerah Candung Tokoh tokoh Muhammadiyah yang mewakili kelompok modernis berguru ke daerah Padang Panjang Pola belajar semacam ini terus berlangsung selama masa penyiaran dan kebangkitan Islam secara terorganisasi di Tanah Rejang 15 Kebangkitan Islam yang lebih terorganisasi ini diibaratkan seperti minyak tumpah di kertas meresap dan masuk perlahan tapi pasti Antara 1928 1934 organisasi organisasi Islam yang diperkenalkan dari luar Tanah Rejang bergerak dalam merintis sektor pendidikan formal seperti dengan mendirikan Perguruan Pendidikan Al Ikhsan PPA Madrasah Muhammadiyah di Curup Muara Aman dan Kepahiang serta Madrasah PERTI di Curup 15 Madrasah rintisan yang lebih kecil dibangun pula di desa desa Rejang di pedalaman Bukit Barisan walaupun jumlah pasti dan kiprahnya tidak diketahui Upaya membumikan Islam selain dilakukan melalui jalur pendidikan formal dengan mendirikan sekolah juga dilakukan dengan cara dakwah dan pengajian pengajian serta mengirimkan anak anak Tanah Rejang yang tertarik untuk menimba ilmu di Sumatra Barat Padang dan Padang Panjang Solo bahkan di Batavia Sekembalinya mereka nanti berikut guru guru agama Islam yang baru turut terlibat dalam upaya pemurnian Islam di Tanah Rejang khususnya dari pengaruh ajaran nenek moyang dan ritual ritual ada yang dipandang bertentangan dengan ajaran agama 15 Populasi SuntingTidak ada data yang pasti mengenai jumlah suku Rejang atau penutur bahasanya Dalam buku terbitan 1943 Islands and Peoples of the Indies oleh Raymond Kennedy disebutkan bahwa masyarakat Rejang mendiami sudut barat daya Sumatra bersama suku Lampung dan keduanya memiliki populasi sekitar 500 000 jiwa 16 Menurut naskah karangan M Hoesin Gubernur Sumatra Selatan keempat 1957 1958 yang diselesaikan pada 1932 pada tahun itu suku Rejang berjumlah 130 000 jiwa Para penulis buku Adat Istiadat Daerah Bengkulu pada 1980 memprediksi bahwa jumlah suku Rejang mencapai 300 000 jiwa 17 Prof Richard McGinn 1982 yang meneliti mengenai bahasa Rejang dan mengadakan observasi lapangan di wilayah mukim suku ini memprediksi bahwa penutur bahasa Rejang tahun 1982 berada pada kisaran 200 000 jiwa Ada pun Ethnologue dan Tryon 1995 memprediksi bahwa suku Rejang berjumlah lebih dari satu juta jiwa dan tergolong sebagai suku besar di Sumatra selain Minangkabau Aceh Toba Dairi dan Lampung 18 Namun prediksi ini diragukan keakuratannya Terbaru berdasarkan data tahun 2010 populasi Rejang berjumlah 20 6 dari total populasi Provinsi Bengkulu yang berjumlah 1 715 518 jiwa setara dengan 353 397 jiwa Hal ini menjadikan suku Rejang sebagai suku terbesar kedua setelah suku Jawa 22 6 19 Beberapa sumber lain memperkirakan bahwa populasi Rejang saat ini mencapai lebih kurang 500 000 setengah juta jiwa Persebaran penduduk Sunting nbsp Para ginde atau kepala dusun Rejang di wilayah Marga Selupu Rejang Curup Bengkulu sekitar tahun 1939 Suku Rejang berdiam di wilayah Bengkulu dan Sumatra Selatan 20 pada wilayah yang sehari hari dikenal sebagai Taneak Jang Tanah Rejang Masyarakat Rejang di Bengkulu mendiami bekas wilayah Onderafdeling Lais Rejang Pesisir serta Lebong dan Redjang Rejang Pegunungan Sementara itu di Sumatra Selatan masyarakatnya yang masih beridentitas Rejang bermukim di sebagian kecil dari bekas wilayah Onderafdeling Rawas Ada pun yang diklaim sudah melebur dengan masyarakat Melayik Lintang dan Lembak serta tidak lagi berbahasa Rejang mendiami bekas wilayah Onderafdeling Musi Ulu Empat Lawang dan Rawas Kecuali Lais dan Rawas seluruh onderafdeling lain yang menjadi wilayah mukim masyarakat Rejang termasuk dalam bekas afdeling Tebing Tinggi sebelum akhirnya dijadikan afdeling tersendiri Redjang Di antara 10 kabupaten dan kota di Bengkulu saat ini masyarakat Rejang merupakan penduduk asli sekaligus suku dengan populasi signifikan di lima kabupaten yaitu Bengkulu Tengah Bengkulu Utara Kepahiang Lebong dan Rejang Lebong 21 Bekas Kecamatan Curup pra pemekaran yang merupakan ibu kota Kabupaten Rejang Lebong adalah kota atau permukiman terbesar di Tanah Rejang dengan populasi sekitar 120 193 jiwa 22 Kedudukan Curup sebagai salah satu permukiman paling penting di Tanah Rejang dewasa ini tercermin pada lagu berjudul Taneak Jang yang dinyanyikan oleh Ridwan Cholik Dalam lagu tersebut terdapat lirik yang berbunyi Kota Cu up do o Taneak Jang Kota Cu up pelabeite riang yang bermakna Kota Curup itu Tanah Rejang Kota Curup tempat kita berbahagia Masyarakat Rejang di Kepahiang Lebong Rejang Lebong dan sebagian Bengkulu Tengah digolongkan sebagai Rejang Pegunungan Sementara Rejang di Bengkulu Utara dan sebagian Bengkulu Tengah yang lain merupakan Rejang Pesisir Selain di Bengkulu suku Rejang juga merupakan penduduk asli Sumatra Selatan Populasi mereka dalam jumlah yang lebih kecil dapat dijumpai di Ulu Rawas Musi Rawas Utara 23 Rejang Ulu Rawas atau Jang Awes Jang Abes juga termasuk Rejang Pegunungan dan diduga berasal usul dari Petulai Bermani di Lebong Topografi atau medan wilayah huni masyarakat Rejang sangat bervariasi mulai dari kawasan muara sungai dan pesisir pantai dataran rendah hingga ke lereng dan lembah lembah di Bukit Barisan Daerah pemukiman masyarakat Rejang yang bermukim khususnya di Lebong pada awalnya berada di hulu Sungai Ketahun termasuk wilayah sekitar Danau Tes Masyarakat Rejang pada mulanya hidup dalam kelompok yang kecil dalam bentuk talang yang kemudian berhimpun dalam kelompok yang lebih besar yang dinamakan kutai Masyarakat bermukim di sekitar Danau Tes dengan tujuan untuk mempermudah diri terhadap akses air bersih Air tersebut dipakai untuk menepap mencuci pakaian mengucang mencuci piring mandi keperluan konsumsi dan kakus Lembah di hulu Ketahun dan daerah sekitar Danau Tes umumnya datar dan cocok untuk dijadikan lahan persawahan Selain itu gunung gunung di seberang danau ditumbuhi pepohonan yang lebat Daerah berhutan itu merupakan tumpuan perekonomian masyarakat melalui aktivitas mengumpulkan makanan 24 Struktur sosial dan kekerabatan SuntingPetulai Sunting Artikel utama Petulai Masyarakat Rejang mengakui adanya empat keluarga besar di kalangan mereka Keluarga besar ini dikenal dengan istilah petulai Petu diduga merupakan serapan dari bahasa Melayu dan bermakna pintu sedangkan lai adalah kosakata asli bahasa Rejang yang bermakna besar Petulai dapat dikatakan sebagai pintu yang melahirkan suatu keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak dibanding satu keluarga inti Keempat petulai Rejang meliputi Bermani Beremanni Jurukalang Joorcalang Jurukalang Selupu Selopo dan Tubei Toobye 25 Catatan tertulis yang paling tua mengenai empat petulai terdapat dalam buku The History of Sumatra karangan W Marsden 26 Empat petulai merupakan inti sari sosial kemasyarakatan suku Rejang dan usianya jauh lebih tua dibandingkan dengan sistem marga yang juga sudah diakui sebagai bentuk sosial dan budaya masyarakat Rejang yang kehadirannya diperkenalkan oleh Belanda Petulai boleh disamakan dengan klan atau subsuku Mereka diakui setara di mata adat sebagai sesama anok kutai Jang tetapi dianggap tidak berasal dari satu keturunan yang sama Oleh karenanya pada saat masyarakat Rejang masih melaksanakan sistem perkawinan jujur atau beleket pasangan yang menikah harus berasal dari petulai yang berbeda Dalam hal ini keluarga pihak mempelai laki laki akan mengambil mempelai perempuan masuk ke dalam keluarganya sehingga hubungan keluarga antara mempelai perempuan dengan keluarga asalnya terputus sama sekali Marga Sunting Pada akhir abad ke 19 menjelang permulaan abad ke 20 wilayah yang dihuni masyarakat Rejang mulai dibagi ke dalam satuan pemerintahan yang membawahi desa desa sadei yang ada Satuan pemerintahan ini dikenal dengan istilah marga yang diadopsi Pemerintah Kolonial Belanda dari Kesultanan Palembang Darussalam Konsep marga dari Palembang itu dibawa oleh J Walland Asisten Residen di Keresidenen Palembang yang dipindahtugaskan ke Bengkulu pada 1861 Ketika J Walland sudah resmi menjabat ia mulai membagi bagi wilayah di Bengkulu termasuk wilayah Rejang dan daerah pengaruhnya ke dalam marga marga teritorial Pengukuhan pembagian teritorial Bengkulu termasuk wilayah kediaman masyarakat Rejang ke dalam marga dituangkan dalam Marga ordonnantie voor Benkoelen St 1931 No 6 27 Demi keperluan administrasi diangkatlah seorang kepala marga yang diberi gelar pesirah 28 Marga adalah konsep baru Kehadirannya mengubah struktur sosial dan tatanan kemasyarakat suku Rejang yang awalnya mengenal konsep petulai atau subsuku yang terdiri dari desa desa yang sifatnya ekslusif dan otonom kutai Kutai kehilangan hak ekslusifnya atas tanah tanah yang dimilikinya karena tanah tanah tersebut menjadi kepunyaan marga yang membawahinya Anggota marga dari Kutai A boleh menggarap tanah tanah tertentu bekas milik Kutai B atau Kutai C begitu pun sebaliknya Kutai pula kehilangan ciri ekslusivitasnya yang awalnya hanya didiami oleh orang orang yang berkerabat dekat serta pasangan yang menikah dan ikut ke dalam keluarga mempelai laki laki yang tinggal di kutai tersebut Dasar pembagian marga untuk wilayah Tanah Rejang adalah mengelompokkan sadei ke dalam suatu marga dengan menimbang asal usul sadei yang dimaksud Asal usul dalam konteks ini adalah petulai suatu sadei sehingga tidak ada sadei yang dikelompokkan dengan sadei lain yang berlainan petulai dengan beberapa pengecualian Oleh karena itu marga di kalangan masyarakat Rejang merupakan kelompok masyarakat adat yang sifatnya genealogis teritorial yang artinya tiap sadei dalam wilayah satu marga masih saling memiliki pertalian darah atau kekeluargaan Meskipun pada akhirnya sifat teritorial yang lebih menonjol seiring mudahnya transportasi dan perpindahan penduduk Data mengenai marga marga Rejang utamanya didapat dalam materi milik M A Jaspan berupa peta Tanah Rejang pada Materials for a Rejang Indonesian English Dictionary collected by M A Jaspan with a fragmentary sketch of the Rejang language by W Aichele and a preface and additional annotations by P Voorhoeve serta dalam buku karya Abdullah Siddik yang berjudul Hukum Adat Rejang Kedua penulis memberikan data yang berbeda mengenai jumlah dan di mana lokasi marga marga tersebut berada Jaspan mencatat bahwa masyarakat Rejang terhimpun dalam 21 marga yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Bengkulu Tengah Bengkulu Utara Kepahiang Lebong Musi Rawas Utara dan Rejang Lebong 29 Marga marga tersebut antara lain sebagai berikut No Nama Marga Nama dalam bahasa Rejang Pusat Marga Kedudukan Pasirah Wilayah Onderafdeeling Kabupaten Petulai1 Marga Ulu Rawas Mergo Ulau Abes Kuto Tanjung Muara Kuis Muara Kulam Napal Licin dan Sosokan 30 Rawas 1 Musi Rawas Utara tidak diketahui2 Marga Suku IX Mergo Sukau IX Muara Aman 31 Kota Baru Santan Kutai Blau Saten Lebong Donok Muara Aman Embong Panjang Paya Mbik Sadei Payo Pelabai Dusun Muara Aman Sadei Amen Taba Atas Tabeak Da et Tunggang dan 32 permukiman lainnya total 41 permukiman 32 Lebong 1 Lebong Tubei3 Marga Suku VIII Mergo Sukau VIII Talang Liak 33 Bungin 34 Karang Dapo Atas dan Karang Dapo Bawah 34 Pungguk Pedaro 34 Semelako terdiri dari Semelako Atas Semelako I II dan III 34 Taba Anyar Tabeak Anyea Talang Liak terdiri dari Pelabuhan Talang Liak Pelabuak Talang Liak Talang Liak I dan II Turan Lalang Ujung Tanjung terdiri dari Ujung Tanjung I II dan III Lebong 1 Lebong Tubai4 Marga Selupu Lebong Mergo Selupuak Lebong Danau Sadei Daneu 31 wilayah sekitar Gunung Lumut Tebo Lumut dan Gunung Lai Tebo Lai yang meliputi Taba Baru Tabeak Blau Tik Tebing 35 dan Sadei Daneu Lebong 1 Lebong Selupu5 Marga Bermani Jurukalang Mergo Bemanai Jekalang Rimbo Pengadang Imbo Pengadang Mohadang Bioa Sengok Imbo Pengadang Kutai Donok terdiri dari Kutai Donok Mangkurajo dan Suka Sari 36 Talang Baru Talang Blau terdiri dari Talang Baru I dan II Talang Donok terdiri dari Talang Donok dan II Talang Ratau Teluk Dien Tes 37 38 Topos 39 Lebong 1 Lebong Bermani dan Jurukalang6 Marga Bermani Ulu Mergo Bemanai Ai Sadei Saweak Dusun Sawah 40 wilayah sekitar Tebo Ulau Paliak Tebo Dawen Tebo Leceak dan Tebo Ngas termasuk Air Lanang 41 dan Lubuk Kembang Redjang 1 Rejang Lebong Bermani7 Marga Selupu Rejang Mergo Selupuak Jang Kesambe An Kesambe Pulo Geto Seguring Sadei Cu upġ Redjang 1 Rejang Lebong Selupu8 Marga Merigi Kelobak Mergo Migai Kelobak Kelobak Kelobak Kota Agung Pagar Gunung Sadei Kepayang Suro Bleu Suro Lot Suro Muncar Susup Temdak Ujen Mas Redjang 1 Kepahiang Subpetulai Merigi pecahan Tubai di luar wilayah Lebong 9 Marga Bermani Ilir Mergo Bemanai Lot Keban Agung 33 Butau Bandung Keban Agung Mbong Ijuk Pehmu Permu Tabeah Sating Tebat Karai Redjang 1 Kepahiang Bermani10 Marga Merigi Kelindang Mergo Migai Kelindang Sadei Jambau Dusun Jambu Sadei Jambau dan sekitarnya Redjang 1 Bengkulu Tengah Subpetulai Merigi pecahan Tubai di luar wilayah Lebong 11 Marga Jurukalang Mergo Jekalang Pagar Jatai Pagar Jatai Lais Bengkulu Tengah Jurukalang12 Marga Semitul Mergo Smitoa Lais 1 Bengkulu Utara13 Marga Bermani Palik Mergo Bemanai Paliak Aur Gading Aur Gading Kemumau Kemumu 42 Kep Kerkap Kutai Lekat Ai Kutai Lekat Lot Lubuk Dien Padang Bendea Tanjung Agung Lais 1 Bengkulu Utara Bermani14 Marga Air Besi Mergo Bioa Besai Pagar Banyu Kota Agung Kutai Agung Pagar Banyu Pagar Banyau Pematang Dalam Pematang Dalem Lais 1 Bengkulu Utara Tubei15 Marga Lais Mergo Lai Dusun Raja Sadei Rajo Gunung Selan Kuro Tidur Ku au Tidua Dusun Raja Sadei Rajo Taba Tembilang Tabeak Tebilang Talang Rasau Talang Useu Lais 1 Bengkulu Utara Jurukalang16 Marga Air Padang Mergo Bioa Padang Padang Kala Lais 1 Bengkulu Utara Tubei 43 17 Marga Bintunan Mergo Btunen Pagar Ruyung Bintunan Btunen Durian Amparan Pagar Ruyung dan sekitar Gunung Sebayur Tebo Sebayua Lais 1 Bengkulu Utara Tubei18 Marga Ketahun Mergo Ketawen wilayah wilayah Rejang yang berbatasan dengan wilayah suku Pekal Lais 1 Bengkulu Utara19 Marga Bermani Perbo Mergo Bemanai Perbo Aur Gading Lais 1 Bengkulu Utara Bermani20 Marga Bang Haji Mergo Bang Ajai Sekayun Pagar Jati Pagar Jatai Sekayun Sekayun Mudik Sekayun Ei Sekayun Ilir Sekayun Lot dan sekitar Bukit Duku Tebo Dukau Lais 1 Bengkulu Utara21 Marga Kerkap Mergo Kap Kerkap Lais 1 Bengkulu UtaraDalam bukunya Siddik mencatat bahwa pada tahun 1961 masyarakat Rejang bermukim di 25 marga wilayah Bengkulu dan 18 marga wilayah Sumatra Selatan sehingga totalnya mencapai 43 marga 44 Jaspan tidak mencatat satu pun dari 18 marga wilayah Sumatra Selatan yang disebutkan Siddik Bahkan dalam peta yang terdapat dalam materi kamus Rejangnya Jaspan dengan jelas menggambarkan bahwa yang disebut Tanah Rejang adalah wilayah wilayah yang khusus dihuni masyarakat Rejang yang menuturkan bahasa Rejang Jangankan wilayah sejauh Lahat dan Musi Lakitan wilayah Sindang Beliti dan utara Ketahun serta sebagian Muara Kemumu yang penduduknya tidak berbahasa Rejang pun tidak dianggap sebagai Tanah Rejang oleh Jaspan Berikut 18 marga Rejang wilayah Sumatra Selatan dalam catatan Siddik No Nama Marga Pusat Marga Kedudukan Pasirah Wilayah Onderafdeeling Kabupaten Petulai1 Marga Kejatan Mandi Musi Ulu Tanjung Raya Tebing Tinggi 1 Empat Lawang2 Marga Lintang Kiri Suku Sadan Tanjung Raman Tebing Tinggi 1 Empat Lawang3 Marga Kejatan Mandi Lintang Gunung Meraksa Tebing Tinggi 1 Empat Lawang4 Marga Sikap Dalam Musi Ulu Berugen Tebing Tinggi 1 Empat Lawang5 Marga Tedajin Karang Dapo Tebing Tinggi 1 Empat Lawang Jurukalang6 Marga Semidang Seleman7 Marga Lintang Kanan Suku Muara Pinang Muara Pinang Empat Lawang8 Marga Lintang Kanan Suku Muara Danau Muara Danau Pasemah Landen 1 Empat Lawang9 Marga Lintang Kanan Suku Babatan Babatan Pasemah Landen 1 Empat Lawang10 Marga Rupit Dalam Sukarmenang Rawas 1 Musi Rawas Utara11 Marga Muara Rupit Muara Rupit Rawas 1 Musi Rawas Utara12 Marga Rupit Ilir Batu Gajah Rawas 1 Musi Rawas Utara13 Marga Rupit Tengah Ambacang Rawas 1 Musi Rawas Utara14 Marga Proatin V Taba Pingin Musi Ulu 1 Musi Rawas15 Marga Tiang Pumpung Kepungut Muara Kati Musi Ulu 1 Musi Rawas16 Marga Sindang Kelingi Ilir Nangka Musi Ulu 1 Musi Rawas17 Marga Batu Kuning Lakitan Selangit Musi Ulu 1 Musi Rawas18 Marga Suku Tengah Lakitan Ulu Terawas Musi Ulu 1 Musi RawasSelain 18 marga di atas Siddik juga mencatat enam marga wilayah Bengkulu yang tidak ada dalam catatan Jaspan Ada pun Jaspan dalam materialnya menyebut dua marga yang tidak ada dalam catatan Siddik Marga marga yang tercatat hanya di salah satu di antara keduanya disajikan dalam tabel berikut Marga Nama Rejang Marga Nama Melayu Catatan Jaspan Catatan Siddik Petulai KeteranganMergo Bemanai Bioa Meleu Marga Bermani Sungai Hitam nbsp T nbsp Y Bermani Dewasa ini masyarakatnya beridentitas sebagai suku Lembak dan berbahasa Lembak Mergo Ketawen Marga Ketahun nbsp Y nbsp T Dewasa ini masyarakatnya beridentitas sebagai suku Pekal dan berbahasa PekalMergo Seblet Marga Seblat nbsp T nbsp Y Dewasa ini masyarakatnya beridentitas sebagai suku Pekal dan berbahasa PekalMergo Selupuak An Marga Selupu Lama nbsp T nbsp Y SelupuMergo Selupuak Blau Marga Selupu Baru nbsp T nbsp Y Selupu Pesirahnya berkedudukan di Taba Penanjung 33 Mergo Sindang Beliti Marga Sindang Beliti nbsp T nbsp Y Dewasa ini masyarakatnya beridentitas sebagai suku Lembak dan berbahasa LembakMergo Suku Tengah Kepungut Marga Suku Tengah Kepungut 45 nbsp T nbsp Y Bermani Dewasa ini masyarakatnya beridentitas sebagai orang Musi dan berbahasa Musi mirip Lembak Mergo Ulau Awes Marga Ulu Rawas nbsp Y nbsp T Bermani Tetap beridentitas sebagai orang Rejang dan berbahasa RejangWalaupun sistem marga bukan asli berasal dari Tanah Rejang keberadaannya merefleksikan perjalanan masyarakat Rejang yang bermula di Lebong dan Redjang hingga tersebar ke daerah daerah lain di Bengkulu dan Sumatra Selatan Baik 21 marga dalam catatan Jaspan maupun 43 marga dalam catatan Siddik semuanya dapat menelusuri asal usul mereka kepada Empat Petulai Rejang Pat Petulai Petulai Bemanai hingga sekarang tetap utuh dan tidak terpecah Ke mana pun anak keturunan mereka pergi identitas sebagai Rejang Bermani selalu dipertahankan Petulai ini menurunkan Marga Bermani di wilayah bekas Onderafdeeling Redjang yang kemudian oleh Belanda dipecah menjadi dua marga yaitu Bemanai Ai dan Bemanai Lot Bemanai Bioa Meleu Bemanai Paliak Bemanai Perbo dan Lais di Onderafdeeling Lais pun berasal dari Petulai Bermani Ada pun masyarakat Rejang Bermani yang tinggal di Lebong nantinya oleh Belanda digabungkan dengan anggota Petulai Jurukalang menjadi Bemanai Jekalang Ada pun Petulai Jekalang selain yang berada di Lebong dan digabungkan dengan masyarakat Marga Bermani juga ada yang pergi ke luar Lebong dan mendirikan Marga Jekalang di wilayah Rejang Pesisir serta Marga Tedajin di wilayah Empat Lawang Sama halnya dengan Petulai Bemanai Petulai ini tetap bersatu dan tidak terpecah Khususnya antara warga Marga Jekalang di wilayah Rejang Pesisir Pagar Jatai dengan warga Topos di Lebong keduanya hingga kini masih memiliki kontak erat dan saling mengaku sebagai saudara Petulai Selupuak adalah satu satunya petulai yang bikau nya berkedudukan di wilayah bekas Onderafdeeling Redjang di saat petulai lain berpusat di Lebong Petulai ini tidak terpecah dan di wilayah Redjang bertahan sebagai Marga Selupuak Jang Sebagian anggotanya kemudian bermigrasi ke daerah Lebong dan menjadi Marga Selupuak Lebong Anggota yang bermigrasi ke daerah Rejang Pesisir Kabupaten Bengkulu Tengah yang sekarang mendirikan satu Marga Selupu sebelum akhirnya terbagi menjadi dua marga yaitu Selupuak An dan Selupuak Blau Satu satunya petulai yang gagal mempertahankan kesatuan atau keutuhan masyarakatnya adalah Petulai Tubai Anggotanya yang bermukim di luar Lebong keturunan dari lima putra Rajo Mawang memakai identitas sebagai Subpetulai Merigi atau Migai 46 Nantinya dari mereka terbentuk Marga Merigi yang berpusat di Kelobak serta Marga Merigi yang berpusat di Kelindang Anggota petulai yang berdiam di Lebong pula terpecah menjadi Marga Sukau VIII Delapen dan Sukau IX Sembilan 46 Khususnya orang orang dari Marga Marga Suku IX Sembilan sebagian bermigrasi ke wilayah Rejang Pesisir Mereka nantinya menjadi Marga Marga Bitunan Reegerings Almanak voor Nederlandsch Indie Eerste Gedeelte Grongebied en Bevolking Inrichting van Het Bestuur van Nederl Indie en Bijlagen 1920 halaman 128 menyebutkan tentang adanya Marga Empat Petulai dalam Belimbing di Onderdistricten Gunung Megang serta Marga Empat Petulai Curup Empat Petulai Dangku dan Empat Petulai Kuripan di Onderdistricten Muara Niru Onderafdeeling Lematang Ilir Marga marga ini tidak tercatat dalam catatan Siddik maupun dalam peta yang dimiliki Jaspan Kemiripan nama marga marga ini dengan Empat Petulai menimbulkan dugaan bahwa masyarakatnya atau setidaknya masyarakat yang mendirikan atau merintis marga marga tersebut memiliki asal usul dari suku bangsa Rejang yang seiring waktu tidak lagi beridentitas Rejang dan meninggalkan bahasa Rejang untuk kemudian mengadopsi varian bahasa Melayu Tengah yang dituturkan oleh masyarakat Melayik di sekitarnya Satu satunya dokumen tertulis yang menyebut bahwa marga marga Empat Petulai serta Marga Tedajin dengan kampung utamanya bernama Lubuk Puding di Empat Lawang dan asal usul mereka dari Lebong adalah catatan tahun 1862 yang bertajuk Extract Uit de Beschrijving Eener Reis Naar Het Tusschen Benkoelen en Palembang Gelegen Onafhankelijke Landschap Lebong in 1857 Ondernomen Door den Kapitein der Infanterie F G Steck Gedetacheerd Bij den Generalen Staf Toenmaals Belast Met de Opname der Onafhankelijke Districten Tusschen Palembang en Benkoelen Dalam dokumen tersebut disebutkan In lateren tijd had eene sterke volksverhuizing naarde Redjang plaats en zijn de Ampat Petoelaij en de kampong Loeboe Poeding in de Ampat Lawang van Lebongschen oorsprong terwijl eindelijk uit de Ampat Petoelaij weder menschen verhuis den en zich vestigden aan de rivier Pallie waar zij de kampongs Auer Gading Belakangan terjadi migrasi kuat orang ke Redjang dan Ampat Petoelay dan kampung Loeboe Poeding di Ampat Lawang berasal dari Lebong sementara akhirnya orang pindah lagi dari Ampat Petoelay dan menetap di Sungai Pallie tempat mereka menemukan punggung bukit Auer Gading 31 Kekerabatan Sunting Prinsip hubungan kekerabatan masyarakat Rejang adalah kekerabatan bilateral 47 Sedangkan prinsip keturunan menganut sistem patrilineal meskipun pada masa yang lalu sempat terpengaruh budaya Minang dan menganut sistem matrilineal 47 Tipe perkawinan masyarakar Rejang adalah eksogami Untuk menentukan akan tinggal di mana suatu pasangan setelah menikah akan diadakan duduk letok penentuan tempat tinggal yang ditentukan berdasarkan asen mufakat kedua belah pihak keluarga laki laki dan keluarga perempuan Bentuk kekerabatan lama masyarakat Rejang adalah keluarga luas yang disebut tumbang 47 Biasanya ada beberapa tumbang yang berkaitan secara darah dengan tumbang yang lain karena berasal dari satu keturunan yang sama Hubungan persaudaraan atau pertalian darah antardua tumbang atau lebih disebut satu ketumbai petulai atau satu suku 47 Prinsipnya mirip dengan pasukuan Minangkabau hanya saja yang Rejang bersifat patrilineal Satu desa atau sadei didiami oleh beberapa ketumbai 47 Penerimaan terhadap pendatang Sunting nbsp Sebuah bendungan di dekat permukiman transmigran di Air Duku nbsp Irigasi di wilayah transmigrasi Air Sempiang KepahiangOrang Rejang serta kepala kepala marga mereka dikenal sebagai masyarakat yang terbuka dan akomodatif terhadap pendatang 42 Kolonisasi atau transmigrasi orang orang Jawa dan Sunda ke beberapa wilayah di Tanah Rejang yang telah dimulai sekurang kurangnya sejak 1907 beberapa di antaranya merupakan inisiatif kepala kepala marga Rejang Desa yang didirikan oleh para transmigran tidak akan dipimpin oleh orang Rejang melainkan oleh transmigran sendiri Namun desa tersebut terikat ke dalam sistem marga dan tunduk kepada marga yang melepaskan tanah untuk program transmigrasi yang dimaksud 42 Pada masa percobaan kolonisasi perkebunan besar banyak dibuka di Tanah Rejang khususnya di Kepahiang yang sekarang pada tanah milik Mergo Bemanai Lot yakni di wilayah Pemeu dan Air Sempiang Diceritakan bahwa awalanya tidak ada permukiman transmigran di Pemeu karena para transmigran ditempatkan di Keban Agung Atas inisiatif kepala marga Bemanai Lot lah mereka dipindahkan ke Pehmeu 42 Sementara desa transmigran di Talang Benih dan Air Duku Curup tanahnya merupakan tanah milik Mergo Selupuak Jang 42 Ada pun kolonisasi di Lebong umumnya berkaitan dengan usaha pertambangan Para transmigran mendirikan desa desa seperti Sukabumi Pandeglang dan Kotamanjur di wilayah miliki Mergo Sukau IX 42 Ciri fisik SuntingMasyarakat asli Rejang digambarkan oleh William Marsden sebagai masyarakat yang memiliki kulit yang lebih terang Kulit mereka jauh lebih terang bila dibandingkan dengan orang orang India Selatan yang keturunan murni maupun keturunan campuran Kulit terang orang Rejang dan sejumlah suku suku lain di Sumatra lebih tepat disebut kulit kuning dibanding putih seperti kulitnya orang Eropa 2 Kebudayaan Sunting nbsp Potret seorang laki laki berpakaian adat Rejang yang terdapat dalam buku Hukum Adat Rejang karya Abdullah Sidik nbsp Umeak Potong Jang rumah adat suku RejangPusat kebudayaan Rejang berada pada suatu lembah nuak atau luak di Lebong yang dialiri Sungai Ketahun 48 Lembah diapit oleh dua baris Bukit Barisan di sisi utara dan selatannya Dua sisi Bukit Barisan tersebut pada masa lalu berhutan lebat dan sangat sulit ditembus Pada masa sekarang perlahan mulai berkurang lahan hutannya karena dibuka untuk pertanian dan perladangan Pertanian yang dijalankan oleh masyarakat Rejang sebelum mengenal persawahan dengan irigasi adalah jenis perladangan atau pertanian lahan kering tegalan Usaha perladangan di Tanah Rejang didukung oleh tanah vulkanik yang subur 49 Para petani tradisional Rejang umumnya menanam padi 50 Padi sendiri merupakan tanaman pertanian yang sangat penting salah satunya tentu saja karena tanaman ini menjadi makanan pokok Saking pentingnya tanaman padi dan manfaatnya sebelum masa tanam serta sebelum dan sesudah panen dahulu masyarakat Rejang mengadakan acara syukuran Salah satunya yaitu dmundang biniak medundang nundang atau mengundang benih Namun syukuran seperti ini sudah jarang sekali diadakan Selain bertani orang Rejang juga dikenal sebagai nelayan dan pemburu yang andal Pada masa ekonomi Belanda yang ditandai dengan pembukaan perkebunan besar dan tambang sebagian laki laki Rejang turut bekerja di sana Belanda memperkenalkan sistem uang dan membawa ribuan tenaga kerja dari daerah lain Hal ini berkontribusi pada menurunnya budaya Rejang dan meningkatnya asimilasi dengan suku lain melalui perkawinan campur Orang Rejang dikenal akan lagu lagu dan tariannya termasuk tari yang dibawakan oleh gadis atau perempuan muda Dalam masyarakat Rejang perempuan menempati posisi yang tinggi Menurut hukum adatnya terdapat hukuman yang keras atas pelanggaran tertentu termasuk zina Hal ini cocok dengan hukum Islam dan diduga menjadi salah satu penyebab mengapa perlahan lahan Islam diterima sebagai agama rakyat 51 Pada masa lalu Rejang bersama dua suku lainnya yang berlainan pulau yaitu Gorontalo dan Melanau dikenal sebagai satu satunya suku di Kepulauan Indonesia dengan budaya meratakan dahi dan oksipital bagian belakang kepala yang dilakukan dengan cara mengompres atau menekan kepala bayi 52 Tradisi semacam ini sudah tidak lagi dilakukan dewasa ini Permukiman Sunting Struktur sosial tradisional Rejang adalah talang yang dibangun di lahan perkebunan oleh orang orang yang masih berkeluarga yang terdiri dari 10 hingga 15 buah rumah 53 Secara tradisional garis keturunan yang diakui hanyalah garis ayah patrilineal saja Dahulu anak anak hasil perkawinan campur dengan suku di luar Rejang menduduki status sosial yang lebih rendah di masyarakat dibandingkan dengan yang berdarah murni Pada suatu permukiman tradisional Rejang yang disebut kutai lebih maju dan telah melewati tahap talang terdapat beberapa keluarga Keluarga yang mendirikan kutai lah yang dianggap sebagai keluarga bangsawan 51 Anggota keluarga bangsawan juga akan dipilih dan merupakan pilihan utama untuk menempati posisi posisi adat yang srategis dan membentuk sistem kepemimpinan adat yang dikenal dengan nama tuai kutai tuei kutei tui kutei 54 Komunitas Rejang memiliki hukum adatnya sendiri 51 yang sering kali berbeda secara signifikan dengan aturan pemerintah dan juga norma norma Islam Sekurang kurangnya hingga 1970 para pemimpin adat telah lama kehilangan jabatan dan posisi absolut di masyarakat Namun mereka berhsil mempertahankan fungsinya sebagai hakim adat Bahasa Sunting Artikel utama Bahasa Rejang Suku Rejang memiliki bahasa bernama sama yang secara lokal dikenal sebagai baso Jang atau baso Hejang Beberapa ahli bahasa setuju bahwa Sumatra memiliki enam kelompok bahasa utama yang semuanya merupakan bahasa bahasa Austronesia dari cabang Melayu Polinesia dan Rejang berada dalam kelompoknya sendiri Enam kelompok yang dimaksud adalah Aceh Melayik bahasa bahasa daripada orang orang Melayu Minangkabau Orang Dalem dan Orang Laut Batak Gayo Kepulauan Penghalang Enggano Rejang dan Lampungik 55 Bahasa Rejang di sebagian wilayah rural adalah bahasa utama yang dituturkan di rumah atau lingkungan keluarga besar Sementara di tempat umum atau ketika berkomunikasi dengan masyarakat bukan Rejang bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Bengkulu Melayu Bengkulu saat ini dipandang sebagai basantara yang memperlancar komunikasi antara orang asli Rejang dengan masyarakat pendatang Melayu Bengkulu merupakan varian bahasa Melayu yang memiliki penutur di Provinsi Bengkulu Bahasa Melayu Bengkulu dikenal karena memiliki kemiripan dengan bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu Palembang Saat ini di wilayah kota kecamatan atau pasar umumnya bahasa Rejang sudah mulai tergeser perannya sebagai bahasa ibu atau bahasa utama kaum muda mudi yang hampir sepenuhnya beralih ke bahasa Melayu Menurut beberapa penelitian dan kajian yang dilakukan oleh Prof Richard McGinn dari Universitas Ohio ahli bahasa Austronesia tersebut mengajukan hipotesis atau teori bahwa masyarakat Rejang berasal dari luar Sumatra dan berpindah ke sana untuk alasan yang belum diketahui Sarawak adalah daerah yang disebut sebagai tanah asal orang Rejang sebelum berpindah ke Sumatra Bahasa Rejang menurut Prof McGinn tidak memiliki kerabat di Sumatra Berdasarkan penelitiannya kerabat bahasa Rejang yang paling dekat yakni Rumpun bahasa Dayak Darat di Sarawak yang tergolong sebagai masyarakat Suku Dayak Bidayuh 56 Sebagai anggota dari rumpun bahasa Austronesia bahasa ini memiliki sejumlah persamaan kosakata dengan bahasa bahasa daerah yang berlainan dan berjauhan letaknya di Indonesia Kata tun yang berarti orang dalam bahasa Rejang memiliki padanan berupa to ono dan tou masing masing dari bahasa Minahasa dan bahasa Tolaki Selanjutnya kata nopoe yang berarti ular dalam bahasa Rejang dialek Kepahiang memiliki padanan berupa nipa dalam bahasa bahasa Flores Dan kata nangai yang bermakna muara memiiki padanan kata berupa nanga dalam bahasa bahasa di Kalimantan Barat Bahasa Rejang memiliki lima dialek utama 57 yang memiliki variasi atau perbedaan antarsatu dialek dengan dialek lainnya dengan derajat yang berbeda beda 58 Empat dari lima dialek dituturkan di wilayah Provinsi Bengkulu Satu dialek lagi dituturkan di Ulu Rawas Kabupaten Musi Rawas Utara Sumatra Selatan Kelima dialek tersebut adalah sebagai berikut Dialek Lebong dituturkan di Kabupaten Lebong dan sebagian Kabupaten Bengkulu Utara 59 Dialak Musi dituturkan di sepanjang hulu aliran Sungai Musi di Kabupaten Rejang Lebong sebagian Kabupaten Bengkulu Utara dan sebagian Kabupaten Kepahiang terutama di Kecamatan Merigi dan Kecamatan Ujan Mas Dialek ini dinamai berdasarkan nama Sungai Musi terdiri dari subdialek Selupu atau Rejang Curup yang dituturkan di Curup dan sekitarnya 59 serta Rejang Musi yang dituturkan di Merigi dan Ujan Mas 60 Dialek Keban Agung dituturkan di sebagian Kabupaten Kepahiang terutama daerah Kecamatan Tebat Karai dan Kecamatan Bermani Ilir Dialek Pesisir dituturkan di sebagian Kabupaten Bengkulu Tengah seperti Kecamatan Pondok Kelapa dan wilayah Kabupaten Bengkulu Utara Dialek Rawas dituturkan di hulu Sungai Rawas di Kabupaten Musi Rawas Utara Dialek ini dinamai berdasarkan nama sungai Rawas Dialek ini dianggap sebagai dialek proto atau dialek tertua dari bahasa Rejang dan menurut Prof McGinn Dialek inilah yang berfungsi sebagai alat bantu rekonstruksi bahasa Rejang purba 61 Namun berdasarkan sejarah terbentuknya sebuah desa di Ulu Rawas Musi Rawas Utara yang bernama Napal Licin masyarakat asli daerah Ulu Rawas berasal dari Lebong yang masuk melalui Sungai Kulus anak Sungai Rawas 30 Beberapa puluh tahun kemudian pendatang dari daerah lain mulai masuk ke Ulu Rawas dan sedikit banyak berpengaruh pada dialek yang digunakan di daerah itu Penutur dialek Rejang yang satu dengan yang lain sebenarnya dapat saling mengerti dengan tingkat pemahaman mencapai di atas 80 kecuali dialek Rawas Dialek Rawas hampir tidak dapat dikenali apabila diperdengarkan kepada penutur dialek dialek yang lain Aksara Sunting Artikel utama Aksara Rejang nbsp bugida Rejang dengan transliterasi LatinSebelum abad ke 20 masyarakat Rejang masih menulis surat surat resmi berbahasa Melayu dalam aksara sendiri yang dinamakan Aksara Rejang Rikung 62 Aksara Rejang sendiri pada masa kini lebih dikenal sebagai huruf Kaganga dan diajarkan di sekolah sekolah di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Lebong Istilah Kaganga diciptakan oleh Mervyn Aubrey Jaspan yang merupakan salah satu peneliti atau ahli Rejang yang paling masyhur Istilah Kaganga termaktub dalam karangan Jaspan yang berjudul Folk literature of South Sumatra Redjang Ka Ga Nga texts terbit tahun 1964 Aksara Rejang berjenis abugida dan merupakan turunan dari aksara aksara India Ciri utama aksara tersebut adalah garis garis yang tajam dan tegas berkebalikan dengan aksara Jawa atau Bali yang bergelombang Evolusi aksara Rejang menuju bentuk garis yang tajam lurus dan tegas disebut sebut sebagai adaptasi atas usaha menulis di atas kayu kulit kayu bambu tulang tanduk dan telah hilang plat tembaga 63 Pada bahan dengan permukaan keras garis melengkung sangat susah dibuat dan hasilnya garis garis melengkung berevolusi menjadi garis yang tajam dan lurus Istilah rikung dalam bahasa Rejang dapat bermakna sabit untuk memotong rumput dan atau sudut siku siku Menurut cerita aksara Rejang awalnya ditulis dengan alat alat yang tajam termasuk sabit yang menghasilkan garis garis tajam Menurut cerita yang lain pula aksara Rejang disebut Rikung karena sudutnya siku siku Aksara Rejang memiliki 18 buah konsonan utama Buak Tuai 1 buah vokal berdiri sendiri tergolong Buak Tuai dan 4 buah konsonan barred nasals Buak Ngimbang totalnya terdapat 23 buah huruf 64 Semua huruf yang ada diberikan tanda diakritik baik tunggal maupun ganda untuk menghasilkan bunyi selain a serta untuk menghasilkan diftong 65 nbsp Konsonan Buak Tuai dan Buak Ngimbang dalam aksara Rejang nbsp Lima tanda baca dalam aksara Rejang nbsp Contoh penggunaan aksara Rejang dalam kalimat nbsp Diakritik aksara Rejang diaplikasikan pada huruf buah JA nbsp Penggunaan Rikung pada kalimat dalam dialek Kepahiang nbsp Lirik lagu Sayang Api Coa Sayang dalam aksara Rikung Agama dan kepercayaan Sunting Kepercayaan asli Sunting Tidak banyak yang diketahui mengenai agama atau kepercayaan yang dianut oleh nenek moyang Rejang Chambert Loir menyebutkan bahwa penduduk Dataran Tinggi Sumatra yang meliputi Kerinci Rejang dan Pasemah dilaporkan tidak beragama pada abad ke 19 66 Tentu saja laporan mengenai ketidakberagamaan ini harus dimaknai tidak sebagai atheisme melainkan belum dikenalnya agama agama luar seperti Islam atau Kekristenan Peninggalan masa kini yang paling jelas dan penting untuk menjabarkan mengenai pengalaman spiritual atau keagamaan masyarakat Rejang lama adalah tradisi punjung dan kedurai agung Kedua tradisi ini tak dapat dipisahkan satu sama lain serta merupakan bagian dari ritual yang lebih luas yang disebut Kedurai Kedurai adalah salah satu ritual suku Rejang yang paling sakral sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan dunia arwah 67 Kedurai terdiri dari pelafalan doa kepada Allah puji pujian dalam rangka menghormati roh leluhur serta mengungkapkan keluh kesah harapan dan curahan hati Pelaksanaannya ini dipimpin oleh Tuai Kutai dihadiri belasan hingga ratusan peserta yang duduk bersila melingkar dan berlangsung secara sederhana 68 Punjung merupakan gunungan berisi hasil bumi dan hasil peternakan 69 atau makanan dan kue 70 yang ditata sedemikian rupa Tingginya dapat mencapai dua meter Diduga punjung menyimbolkan bentuk gunung terutama sekali merujuk pada Bukit Kaba yang menempati posisi penting dalam suasana kebatinan masyarakat Rejang Ulu Musi Marga Selupu Rejang Punjung biasa diadakan saat prosesi atau ritual kedurai agung Kenduri Besar 71 Punjung adalah persembahan bagi dewa dewi yang dipuja melalui kedurai agung 72 Kepercayaan masyarakat Rejang terhadap kekuatan supranatural di sekitarnya telah melahirkan dikotomi antara diwo dan nyang dengan smat Diwo merujuk pada dewa dan nyang merujuk pada dewi Hampir tidak diketahui nama nama daripada dewa dan dewi dari kepercayaan asli suku Rejang Tapi yang paling dikenal ialah dewi padi atau dewi kesuburan Dalam kepercayaan lama orang Rejang dewi kesuburan atau dewi padi yang dikenal sebagai Nyang Serai 73 Untuk menghormati sang dewi masyarakat dahulu sering mengadakan persembahan berupa pemotongan hewan kurban membakar kemenyan atau mengantar apem Salah satu tempat paling terkenal untuk melakukan persembahan yakni Bingin Kuning di Lebong 74 Adapun istilah untuk menyebut pertapaan atau persembahyangan terhadap dewa dewi dalam bahasa Rejang yaitu betarak Salah satu tempat betarak yang paling utama yaitu Bukit Kaba Bukit Kaba sejatinya terbuka untuk umum Daerah ini adalah kawasan konservasi dan meminta izin kepada petugas di pintu masuk serta melaporkan jumlah pendaki adalah suatu kewajiban Namun berdasarkan kisah Muning ra ib masyarakat Rejang dari Sadie Cu up dilarang pergi ke Bukit Kaba untuk menghindari bala 75 Berkebalikan dengan diwo atau nyang yang dipuja oleh masyarakat golongan smat sebaliknya sangat ditakuti baik karena memakan korban maupun menghuni lokasi lokasi tertentu di Tanah Rejang Agar terhindar dari smmat berdoa dan meminta izin atau permisi sebelum memasuki suatu tempat dan atau mengambil sesuatu di alam adalah hal yang wajib dilakukan Izin dilakukan dengan mengucapkan stabik nik keme nupang liwet permisi nenek kami numpang melintas atau berjalan Jenis jenis smat dalam kepercayaan Rejang antara lain sbei sebkeu siamang bioa sumei dan smat laut Beberapa jenis smat yang lain berkedudukan sebagai penunggu atau tunggau suatu tempat Tunggau yang paling dikenal oleh suku Rejang adalah Dung Ulau Tujuak atau Ular Kepala Tujuh yang berdiam di sraung atau gua bawah air di Danau Tes Kabupaten Lebong Hutan bagi masyarakat Rejang lama merupakan karunia Tuhan serta sumber penghidupan Hutan merupakan sumber kayu madu dan binatang buruan Sebagaimana tempat lain hutan atau imbo ini biasanya didiami oleh hewan jadi jadian seperti imeu atau harimau Bagi masyarakat Rejang harimau dipandang sebagai jelmaan nenek moyang sakral dan tidak boleh dilukai ataupun dibunuh Harimau dipandang sebagai saudara tua dipanggil sebagai datuk ninik atau puyang Distribusi keagamaan suku RejangIslam 99 80 Lainnya 0 20 Populasi suku Rejang 350 000 jiwa Kepercayaan saat ini Sunting Dewasa ini mayoritas suku Rejang memeluk agama Islam Islam mempengaruhi adat istiadat Rejang termasuk soal mahar perkawinan perceraian serta larangan keras untuk menikah beda agama 76 Dalam bahasa Rejang Allah dikenal sebagai Ulau Talo Tidak ada catatan statistik resmi perihal jumlah penganut agama dalam komunitas Rejang masa kini Perkiraan menyebutkan bahwa hampir 100 masyarakat Rejang memeluk agama Islam Kebanyakan mereka tidak berafiliasi dengan denominasi Islam tertentu Namun sebagaimana masyarakat Muslim di Nusantara lainnya masyarakat Rejang menganut Islam Sunni dengan Mazhab Syafi i 77 Organisasi keagamaan Islam yang utama meliputi Muhammadiyah dan Perti 78 Boleh dikata hampir tidak ada orang Rejang yang beragama selain Islam Kalaupun ada jumlahnya tak lebih dari beberapa puluh orang saja Keberadaan pemeluk agama Hindu atau Buddha dan Kristen di wilayah kediaman orang Rejang umumnya berkaitan dengan masyarakat pendatang yang melatabelakanginya Pemeluk ajaran Hindu di Tanah Rejang umumnya adalah orang Bali agama Buddha dipeluk oleh keturunan Tionghoa dan Kristen dipeluk oleh sebagian orang Jawa dan Batak Islam dipandangi sebagai agama rakyat dan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan pada masa kini Islam mempengaruhi tata cara pemakaman penggunaan bahan makanan halal serta menumbuhkan budaya mengaji di masjid dan tahlilan Marsden dalam bukunya The History of Sumatra 1783 menyebut bahwa suku Rejang adalah Mahometan sebuah sebutan kuno bagi orang yang mengikuti ajaran Muhammad 79 Catatan tahun 1862 juga menunjukkan bahwa hampir seluruh orang Rejang sudah memeluk Islam tetapi mereka juga tidak melupakan adat istiadat dan hukum hukumnya Islamnya orang Rejang membuat mereka tidak begitu berbeda dengan orang orang di Bengkulu Pesisir 31 Islam diperkirakan masuk ke Tanah Rejang pada abad ke 16 masehi 80 Penduduk Rejang yang pertama kali menerima Islam adalah mereka yang berada di pesisir Jalaluddin Sukarman dan Hanafi 1992 memperkirakan bahwa pada 1552 1570 penduduk Rejang Pesisir sudah memeluk Islam Sementara itu Rejang yang tinggal di Bukit Barisan baru mengalami kontak langsung dengan Islam untuk pertama kalinya pada 1625 Kontak yang kedua terjadi antara 1776 1804 81 Islam diperkenalkan oleh orang Minang Banten dan Aceh yang telah mengalami Islamisasi lebih dahulu 80 Sebelum masuknya Islam masyarakat Rejang mengenal konsep Animisme dan Dinamisme sebelum akhirnya menerima pengaruh Buddha serta Hindu Ajaran Buddha masuk berikut dengan kedatangan empat bikau yang disegani dan diterima dengan baik oleh masyarakat Tradisi lisan menyebutkan bahwa keempatnya datang dari Majapahit 82 Namun Abdullah Siddik yang banyak meneliti tentang adat dan budaya Rejang menyatakan bahwa bukti bukti terkuat lebih menunjukkan bahwa keempat bikau datang dari Melayu alih alih Majapahit 83 Meskipun sudah beragama Islam sisa peninggalan berupa penghormatan terhadap roh leluhur tempat keramat dan objek objek tertentu serta upacara tolak bala praktik perdukunan dan sebagainya masih dapat ditemukan dalam komunitas ini 34 Festival Sunting Beberapa festival yang dirayakan oleh masyarakat Rejang terutamanya Rayo atau Idulfitri Rayo Ajai atau Iduladha dan perayaan seputar HUT kabupaten masing masing serta peringatan HUT RI setiap bulan Agustus Rayo dan Rayo Ajai merupakan dua perayaan terbesar suku Rejang Kedua hari besar agama Islam yang sudah dipandang sebagai agama rakyat ini adalah waktu untuk pulang kampung mengunjungi kerabat berwisata bersama keluarga dan mempererat tali silaturrahmi Malam menyambut Rayo serta Rayo Ajai dirayakan dengan pawai arak arakan dan pertunjukan kembang api dalam skala kecil Pada malam ke 27 Ramadan menuju Lebaran masyarakat Rejang di pedesaan mengadakan tradisi Opoi Malem Likua Masyarakat akan menyalakan obor yang ujungnya diberi sabut kelapa yang sudah dibaluri minyak Obor kemudian ditaruh di depan rumah Masyarakat percaya bahwa roh leluhur dan orang yang mendahului mereka akan mudah menemukan jalan pulang ke rumah untuk turut merayakan Idulfitri 84 Pada masa kini perayaan obor dilakukan dengan mengadakan pawai keliling kampung biasanya dalam rangka menyambut hari pertama puasa Ramadan dan akan kembali dilakukan pada hari terakhir puasa guna memeriahkan datangnya Idulfitri 85 Perayaan HUT kabupaten dan HUT RI adalah dua perayaan yang tidak berkaitan dengan agama tertentu yang banyak dirayakan oleh masyarakat Rejang Dalam HUT kabupaten biasanya diadakan pameran UMKM kabupaten bersangkutan serta pertunjukan musik yang mengundang penyai atau artis dari berbagai tempat 86 HUT kabupaten yang paling besar dilangsungkan bulan Mei tiap tahun di Curup Rejang Lebong Sementara HUT RI tiap bulan Agustus diramaikan dengan lomba gerak jalan dan lomba lomba khas kemerdekaan lain seperti panjat pinang balap karung tarik tambang gerak jalan 87 dan lain lain Seni bela diri Sunting Masyarakat Rejang mengenal seni bela diri tradisional sejenis silat Silat tersebut dikenal dengan nama silat Pat Petulai 88 Silat Pat Petulai menurut cerita rakyat berasal dari ajaran atau petuah Empat Biku yang membawa peradaban bagi masyarakat Rejang Senjata tradisional Sunting Senjata tradisional masyarakat Rejang kebanyakan jenisnya berupa senjata tajam Senjata tradisional ini dalam praktik kehidupan sehari hari bermetamorfosis menjadi perangkat yang dipakai untuk menciptakan berbagai jenis benda yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari Senjata tradisional Rejang meliputi tombak yang disebut kujua kojoa atau kujuh parang yang disebut pitat 89 badik yang disebut badek keris yang disebut ke is dan badik melengkung yang mirip kuku harimau disebut badek selon imeu Penggunaan parang dewasa ini lebih kepada barang bawaan wajib ketika pergi ke kebun Parang dipergunakan untuk membersihkan belukar membuat jalan setapak menebang kayu dan membuka kelapa Penggunaan tombak di masa ini sudah semakin jarang Umumnya dipakai kala menangkap ikan secara tradisional di sungai yang jernih 90 Keris umumnya dipergunakan dalam seni bela diri silat atau dikeramatkan dan disimpan secara baik di rumah rumah Keris dan benda benda keramat dikenal sebagai pesako 91 Masakan Sunting Artikel utama Masakan Rejang Masakan Rejang ditandai dengan tradisi pengasaman atau fermentasi yang digunakan meluas Lemea yang terbuat dari cacahan rebung yang difermentasikan dengan nasi dan kepala ikan air tawar selama tiga hari sebelum kemudian dimasak menggunakan cabai dan bumbu bumbu serta santan bisa juga tidak memakai santan adalah makanan khas dan signature suku Rejang 92 Kaitan dengan suku lain SuntingSuku Rejang tinggal pada wilayah geografi yang berdekatan dengan suku Pekal Meskipun belum jelas asal usulnya suku Pekal diduga merupakan suku hibrida yang muncul sebagai hasil percampuran antara masyarakat Rejang selaku orang asli dengan pendatang dari Kerinci maupun Minangkabau 93 Suku Rejang dan Pekal sama sama mendiami dataran rendah di Kabupaten Bengkulu Utara 93 Lihat pula SuntingAksara Kaganga Bahasa Rejang Budaya Rejang Beto ok Masakan RejangReferensi Sunting a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak 1920 hlm 142 143 145 a b Marsden 1783 hlm 40 1978 hlm 22 Hamidy 2004 hlm 1 Mulyadi Sarwono Arifin 2001 hlm 22 Vitalitas Bahasa Rejang Melacak Daya Hidup Bahasa Kuno Bengkulu oleh Mahasiswa UGM Diakses tanggal 2018 11 04 Tim Satu Satunya PKM Penelitian Sosiohumaniora UGM Berhasil Mengantongi 2 Emas di PIMNAS 2018 Diakses tanggal 2018 11 04 a b Ekorusyono 2013 hlm 14 15 Wijaya Taufik 21 Juli 2014 Melihat Jejak Kehancuran Hutan Seblat Tempat Hidup si Bona Bagian 1 Mongabay Situs Berita Lingkungan Bengkulu Diakses tanggal 23 April 2021 Diskusi Teknis Menuju Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat Rejang Di Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu Akar Foundation Agustus 1 2016 diakses tanggal April 23 2021 Parameter first1 tanpa last1 di Authors list bantuan Scholz 1983 hlm 23 69 213 Kartomi 2012 hlm 154 Setiyanto 2006 hlm 149 Caldwell 1991 hlm 269 a b c d e f Syah 2016 Kennedy 1943 hlm 13 1980 hlm 18 Adelaar 2005 hlm 56 BPS Jawa Rejang Serawai Tertinggi Radar Bengkulu Online Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 11 16 Diakses tanggal 4 Desember 2020 Departemen Penerangan Republik Indonesia 1993 hlm 7 8 Hendrata 2013 hlm 23 Gambaran Umum Kondisi Daerah Kabupaten Rejang Lebong Diakses tanggal 21 April 2021 Bakaruddin Supian Sarkowi 2021 hlm 45 Siddik 1980 hlm 31 Hazairin 1936 hlm 1 Marsden 1783 hlm 178 1935 hlm 121 Siddik 1980 hlm 19 Jaspan 1984 hlm iv a b Wijaya Taufik Ulu Rawas Jejak Peradaban Manusia di Sumatra yang Terlupakan Diakses tanggal 23 April 2021 a b c d Extract Uit de Beschrijving Eener Reis Naar Het Tusschen Benkoelen en Palembang Gelegen Onafhankelijke Landschap Lebong in 1857 Ondernomen Door den Kapitein der Infanterie F G Steck Gedetacheerd Bij den Generalen Staf Toenmaals Belast Met de Opname der Onafhankelijke Districten Tusschen Palembang en Benkoelen Bijdragen Tot De Taal Land En Volkenkunde Van Nederlandsch Indie dalam bahasa Dutch 8 31 41 JSTOR https www jstor org stable 25733840 Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Desa Tua Suku Rejang Kades Pertama Ditunjuk Belanda Diakses tanggal 23 April 2021 Parameter first1 tanpa last1 di Authors list bantuan a b c Departemen Penerangan 1953 hlm 145 a b c d e Prasetyo Fahrozi 2006 hlm 69 86 Rejang Tik Tebing Diakses tanggal 2021 04 23 Parameter web yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Siddik 1980 hlm 20 122 Departemen Penerangan 1953 hlm 762 Hazairin 1936 hlm 34 Rejang Jurukalang Kelurahan Topos Diakses tanggal 2021 04 23 Parameter web yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Rejang Lubuk Kembang Diakses tanggal 2021 04 23 Parameter web yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Wilayah Adat Sadei Air Lanang Diakses tanggal 2021 04 23 Parameter web yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan a b c d e f Lindayanti 2006 hlm 297 311 Wuisman 1985 hlm 115 Siddik 1980 hlm 22 Soraya 2021 hlm 272 a b Van Dalis Feri 6 November 2017 Mengulang Kembali Secara Singkat Sejarah Suku Rejang reportaserakyat com Reportase Rakyat Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 04 24 Diakses tanggal 24 April 2021 Pecahan pecahan Petulai Tubai di luar wilayah Lebong diakui keberadaannya dan disebut Migai Merigi sedang pecahan di dalam wilayah Lebong disebut Sukau Delapen Suku VIII dan Sukau Semilan Suku IX a b c d e Hidayah 2015 hlm 321 Yuliani 2007 hlm 112 Sevin 2001 hlm 723 Schefold Nas 2014 hlm 237 a b c Herawati Elly 27 April 2016 Mengenal Sanksi Adat Suku Rejang VIVA co id Kupasbengkulu Diakses tanggal 2018 06 08 Kennedy 1943 hlm 37 Schefold Nas Domenig 2004 hlm 389 Yopa Mulya 2 May 2017 Disdikbud Kepahiang Bikin Buku Tentang Rejang Musi Sejak 500 Tahun Lalu Kupasbengkulu Diakses tanggal 2018 06 08 Kartomi 2012 hlm 373 Archived copy PDF Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2014 01 02 Diakses tanggal 2018 11 04 dalam Adelaar amp Pawley eds Austronesian historical linguistics and culture history Tiwary Kumar 2009 hlm 119 Rejang Diakses tanggal 23 April 2021 a b Afriazi 1994 hlm 3 Schneider 1995 hlm 9 Lynch 2003 hlm 51 Devi 2016 hlm 42 Daniels 1996 hlm 477 Ria Nurdayani 2014 Studi Deskriptif Implementasi Muatan Lokal Bahasa Rejang Dalam Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Kelas IV SDN 04 Kecamatan Kerkap Bengkulu Utara PDF Universitas Bengkulu hlm 15 Diakses tanggal 2018 06 17 Unicode 10 0 0 PDF Unicode 20 June 2017 hlm 675 ISBN 978 1 936213 16 0 Diakses tanggal 2018 06 17 Tol van der Molen Kozok Chambert Loir 2021 hlm 431 Mahdi Miinuddin Mike 2019 hlm 154 162 Firmansyah Gabrillin Abba ed Melihat Ritual Suku Rejang Menangkal Covid 19 dan Dampak Pertambangan Kompas com Diakses tanggal 23 April 2021 Komandan Lanal Bengkulu Menghadiri Peringatan HUT Kota Curup Diakses tanggal 23 April 2021 Parameter first1 tanpa last1 di Authors list bantuan Basrin 2018 hlm 103 Erin Kartika Trizilia 2014 Fungsi Tari Kejei Pada Upacara Perkawinan Di Curup Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu PDF Universitas Negeri Yogyakarta hlm 24 Diakses tanggal 2018 06 19 Irwanto 2015 hlm 124 Marschall King 1992 hlm 38 Alexander 19 February 2018 Kisah Tenggelamnya Dusun Tras Mambang Dan Terbentuknya Keramat Bingin Kuning RMOL Bengkulu Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 04 25 Diakses tanggal 2021 04 24 Eva De 12 March 2018 Legenda Muning Raib dalam Cerita Rakyat Bengkulu Pedoman Bengkulu Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 04 24 Diakses tanggal 2021 04 24 Yanggo 2006 hlm 102 Weekes 1984 hlm 473 Buyono April 2017 Mengunjungi Gedung Suluk di Suka Datang Terbesar di Asia Punya Fasilitas Lengkap Radar Pat Petulai Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018 01 10 Diakses tanggal 2018 06 26 Marsden 1783 hlm 36 37 a b Asha 2017 hlm 6 29 Jalaluddin 1992 Setiyanto 2015 hlm 68 Ekorusyono 2013 hlm 29 30 Firmansyah 22 June 2017 Asdhiana I Made ed Tradisi Opoi Malem Likua dan Api Jagau di Bengkulu Kompas com Kompas Diakses tanggal 2018 06 28 Lebih dari satu parameter author dan last yang digunakan bantuan Desa Talang Leak I Sambut Ramadhan dengan Pawai Obor Sahabat Rakyat Bengkulu Lebong 13 April 2021 Parameter first1 tanpa last1 di Authors list bantuan HUT Curup Bertabur Artis Ibu Kota Bengkulu Ekspress 25 June 2018 Diakses tanggal 2018 06 28 D Fajri 14 August 2017 Menyambut HUT RI Pemda Rejang Lebong Gelar Lomba Gerak Jalan Bengkulu News Diakses tanggal 2018 06 28 Silat Rejang akan ditampilkan di Jepang Rejang Silat will be shown in Japan Antara Bengkulu Diakses tanggal 2016 03 21 Rani Suhandi Astuti Sitanggang 1990 hlm 133 Hartono Hadiman 2014 Laporan Akhir Penelitian Strategis Nasional Tema Pengetasan Kemiskinan Poverty Alleviation Judul Penelitian Pengembangan Model Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Pelaku Usaha Perikanan Skala Mikro Dan Kecil Dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Produk Universitas Bengkulu Diakses tanggal 2018 07 01 Marsden 1783 hlm 201 Firmansyah 7 September 2013 Asdhiana I Made ed Memburu Lemea Makanan Khas Suku Rejang Kompas com Jakarta a b Hidayah 2015 hlm 309 Daftar pustaka SuntingBuku Sunting Reegerings Almanak voor Nederlandsch Indie Eerste Gedeelte Grongebied en Bevolking Inrichting van Het Bestuur van Nederl Indie en Bijlagen Batavia Landbrukkerij 1920 hlm 142 143 145 Reegerings Almanak voor Nederlandsch Indie Eerste Gedeelte Grongebied en Bevolking Inrichting van Het Bestuur van Nederl Indie en Bijlagen Batavia Landbrukkerij 1935 hlm 131 Adat Istiadat Daerah Bengkulu PDF dalam bahasa Indonesian Jakarta Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1980 hlm 18 Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Sejarah Daerah Bengkulu PDF dalam bahasa Indonesian Jakarta Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1978 hlm 22 Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Adelaar K Alexander 2005 Adelaar K Alexander Nikolaus Himmelmann ed The Austronesian Languages of Asia and Madagascar Yogyakarta Routledge hlm 56 Afriazi Rudi 1994 Sintaksis bahasa Rejang dialek Pesisir Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan hlm 3 ISBN 97 945 9495 4 Bakaruddin Supian Ramli Sarkowi Sarkowi 2021 Perkembangan Pemerintahan Daerah Rawas dari Masa Hindia Belanda Sampai Terbentuknya Kabupaten Musi Rawas Utara Lakeisha hlm 45 ISBN 9786236948699 Parameter firt1 yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Basrin Erwin 2018 Jurukalang Tanah yang Terlupakan Menelisik Dominasi Penguasaan Tanah di Marga Jurukalang PDF Akar Foundation hlm 103 Diakses tanggal 21 April 2021 Caldwell Ian 1991 Oey Eric ed Sumatra Passport Books hlm 269 ISBN 08 442 9907 3 Daniels Peter T 1996 Bright William ed The World s Writing Systems Oxford University Press hlm 477 ISBN 01 950 7993 0 Departemen Penerangan 1953 Propinsi Sumatera Selatan Jakarta Departemen Penerangan hlm 145 762 Diakses tanggal 9 Desember 2021 Departemen Penerangan Republik Indonesia 1993 Sumatera Selatan Memasuki era Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua Direktorat Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika Departemen Penerangan RI hlm 7 8 Ekorusyono 2013 Kebudayaan Rejang dalam bahasa Indonesia Yogyakarta Buku Litera hlm 14 15 29 30 Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Hamidy Badrul Munir 2004 Masuk dan Berkembangnya Islam di Daerah bengkulu Bunga Rampai Melayu Bengkulu Bengkulu Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu hlm 1 Hazairin 1936 De Redjang de Volksordening het Verwantschaps Huwelijks en Erfrecht Bandung A C Nix hlm 1 34 Diakses tanggal 9 Desember 2021 Hendrata Ade Oka 2013 Peradaban Di Pantai Barat Sumatra Perkembangan Hunian dan Budaya Bengkulu Yogyakarta Penerbit Ombak hlm 23 Hidayah Zulyani 2015 Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Yayasan Pustaka Obor Indonesia hlm 309 321 ISBN 9789794619292 Irwanto Dhani 2015 Atlantis The lost city is in Java Sea Indonesia Hydro Media hlm 124 ISBN 60 272 4491 7 Jaspan Mervyn A 1984 Materials for a Rejang Indonesian English Dictionary Dalam Stokhof W A L Materials in Languages of Indonesia No 27 PACIFIC LINGUISTICS Series D No 58 Canberra Department of Linguistics Research School of Pacific and Asian Studies Australian National University hlm iv doi 10 15144 PL D58 1 ISBN 0 85883 312 3 Kartomi Margaret 15 Juni 2012 Musical Journeys in Sumatra dalam bahasa Indonesian Champain University of Illinois Press hlm 134 373 ISBN 978 0252036712 Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Kennedy Raymond 1943 Islands and Peoples of the Indies Washington D C The Smithsonian Institution hlm 13 37 Diakses tanggal 11 Desember 2022 Lynch John ed 2003 Australian National University Research School of Pacific and Asian Studies Issues in Austronesian Historical Phonology Pacific Linguistics Research School of Pacific and Asian Studies Australian National University hlm 51 ISBN 08 588 3503 7 Marschall Wolfgang King Victor T 1992 The Rejang of Southern Sumatra Centre for South East Asian Studies hlm 38 ISBN 08 595 8586 7 Marsden William 1783 The History of Sumatra containing An Account of the Government Laws Customs and Manners of the Native Inhabitants With a Description of the Natural Productions And a Relation of the Ancient Political State of the Island Dicetak untuk penulis semata hlm 36 37 40 178 201 Mulyadi Mulyadi Sarwono Sarwit Arifin Mohammad 2001 Kisah manusia dan Semesta dari Masyarakat Rejang di Propinsi Bengkulu Analisis Struktur dan Fungsi dalam bahasa Indonesia Jakarta Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional hlm 22 ISBN 978 9796851805 Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Rani M Zein Suhandi Suhandi Sri Astuti Sitanggang Hilderia 1990 Senjata tradisional daerah Bengkulu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Bengkulu hlm 133 OCLC 29344084 Schefold Reimar Nas P Domenig Gaudenz ed 2004 Indonesian Houses Tradition and Transformation in Vernacular Architecture 1 NUS Press hlm 389 ISBN 99 716 9292 9 Schefold Reimar Nas P ed 2014 Indonesian House Survey of Vernacular Architecture in Western Indonesia 2 BRILL hlm 237 ISBN 90 042 5398 X Schneider Jurg 1995 From Upland to Irrigated Rice The Development of Wet rice Agriculture in Rejang Musi Southwest Sumatra Reimer hlm 9 ISBN 34 960 2573 5 Setiyanto Agus 2015 Gerakan Sosial Masyarakat Bengkulu Abad XIX Peran Elite Politik Tradisional Dan Elit Agama dalam bahasa Indonesian Yogyakarta Penerbit Ombak hlm 68 Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Setiyanto Agus Setiyanto 2006 Orang orang besar Bengkulu Ombak hlm 149 ISBN 97 934 7253 7 Sevin Olivier 2001 Migrations colonisation agricole et terres neuves en Indonesie 1 2 Bordeaux CRET hlm 723 ISBN 2905081392 Diakses tanggal 11 Desember 2021 Siddik Abdullah 1980 Hukum Adat Rejang Jakarta Balai Pustaka hlm 19 20 22 31 122 Diakses tanggal 7 Desember 2021 Tiwary Shiv Shanker Kumar Rajeev 2009 Encyclopaedia of Southeast Asia and Its Tribes 1 Anmol Publications hlm 119 ISBN 81 261 3837 8 Tol Roger van der Mollen Willem Kozok Uli Chambert Loir Henri 2021 Pertama terbit 2009 Aksara Huruf Lambang Jenis Jenis Tulisan dalam Sejarah Dalam Chambert Loir Henri Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia PDF Jakarta Kepustakaan Populer Gramedia hlm 431 ISBN 9786024817275 Diakses tanggal 11 Desember 2022 Weekes Richard V ed 1984 Muslim Peoples Maba nbsp Greenwood Press hlm 473 ISBN 03 132 4640 8 Yanggo Huzaemah Tahido 2006 Membendung liberalisme Jakarta Republika hlm 102 ISBN 9789793210629 Diakses tanggal 7 Desember 2021 Yuliani Elizabeth Linda 2007 Multistakeholder Forestry Steps for Change CIFOR hlm 112 ISBN 97 924 4679 6 Jurnal Sunting Asha Lukman 2017 The Arrival and Development of Islam in Rejang Lebong Regency Academic Journal of Islamic Studies STAIN Curup 2 2 6 29 ISSN 2548 3277 Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Juni 2018 Diakses tanggal 26 Juni 2018 Lindayanti 3 Oktober 2006 Menuju Tanah Harapan Kolonisasi Orang Jawa di Bengkulu Humaniora 18 297 311 Devi Silvia June 2016 Orang Rejang Dan Hukum Adatnya Tafsiran Atas Kelepak Ukum Adat Ngen Ca o Kutei Jang Kabupaten Rejang Lebong Jurnal Antropologi Isu Isu Sosial Budaya FISIP Universitas Andalas 18 1 42 ISSN 2355 5963 Diakses tanggal 17 Juni 2018 Prasetyo Sigit Eko Fahrozi Muhammad Nofri November 2006 Pemujaan terhadap Makam Tradisi Masyarakat Lebong Bengkulu Siddhayatra 21 69 86 Syah Mambrur 2016 Akulturasi Islam dan Budaya LokalKajian Historis Sejarah Dakwah Islam di Wilayah Rejang Jurnal Dakwah dan Komunikasi STAIN Curup Bengkulu 1 1 Makalah Sunting Jalaluddin 1992 Keberagaman Masyarakat dan Kebudayaan Nusantara Telaah tentang Akulturasi Kebudayaan Islam dengan Kebudayaan Daerah Masuk dan Berkembangnya Islam di Rejang Lebong IAIN Raden Fatah Curup hlm 26 27 Mahdi Imam Miinuddin Mike Etry 28 Maret 2019 Mengaktualisasikan Kearifan Lokal Suku Rejang Bengkulu dalam Peraturan Daerah PDF 1st International Seminar on Islamic Studies Bengkulu IAIN Bengkulu hlm 154 162 Diakses tanggal 23 April 2021 Bacaan lanjutan SuntingRois Leonard Arios 2011 Sistem Pewarisan Suku Bangsa Rejang BPSNT Padang Departemen Kebudayaan dan Pariwisata ISBN 978 602 8742 35 1 Pranala luar Sunting Indonesia Bengkulu Ekspress Telusuri Sejarah Terbitkan Buku Rejang Musi Inggris Rejang Gordon Raymond G Jr ed 2005 Ethnologue Languages of the World Fifteenth edition Dallas Tex SIL International Online version Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Suku Rejang amp oldid 24110554