www.wikidata.id-id.nina.az
Gaya atau nada penulisan artikel ini tidak mengikuti gaya dan nada penulisan ensiklopedis yang diberlakukan di Wikipedia Bantulah memperbaikinya berdasarkan panduan penulisan artikel Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini Artikel ini sudah memiliki daftar referensi bacaan terkait atau pranala luar tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat Mohon tingkatkan kualitas artikel ini dengan memasukkan rujukan yang lebih mendetail bila perlu Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini Haji Johannes Cornelis H J C Princen lebih dikenal sebagai Poncke Princen 21 November 1925 22 Februari 2002 adalah seorang pembelot berkebangsaan Belanda yang pada 1949 beralih menjadi warga negara Indonesia melawan berbagai rezim mulai dari Nazi hingga Orde Baru Lahir dan menghabiskan masa muda di Belanda kemudian beralih ke kewarganegaraan Indonesia Nama Poncke konon diperolehnya dari roman yang digemarinya tentang pastur jenaka di Belgia Utara yang bernama Pastoor Poncke Pada tahun 1994 perkumpulan penggemar roman tahun 1940 an tersebut mengadakan rapat dan memutuskan untuk melarang H J C Princen menggunakan nama Poncke Di Indonesia dia terutama dikenal sebagai pejuang Hak Asasi Manusia Princen menikah dengan Janneke Marckmann ke 1971 dan nanti dengan Sri Mulyati Memiliki empat anak Ratnawati H E Marckmann Iwan Hamid Marckmann Nicolaas Hamid Marckmann dan Wilanda Princen Pada Februari 2002 Princen meninggal dunia pada usia 76 tahun di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Pondok Kelapa 1 setelah agresi militer kedua Belanda selesai Ponke princen memiliki istri kedua edah asal parungseah Sukabumi seorang perempuan janda yg ditinggal meninggal suami pertama karena agresi militer Belanda disukabumi menikah dan masuk Islam Lantaran aktivitas politiknya itu kehidupan rumah tangga Princen berantakan Princen bercerai dengan eda istri keduanya Poncke PrincenH J C Princen Daftar isi 1 Latar belakang 2 Mengabdi Republik 3 Mengkritik Rezim Orde Baru 4 Berjuang hingga akhir hayat 5 Referensi 6 Pranala luarLatar belakang suntingPrincen lahir dan tumbuh di Belanda mengenyam pendidikan di Seminari dari 1939 1943 Pada tahun 1943 tentara Nazi Jerman mulai menginvasi dan menduduki Belanda Seminari tempat Poncke bersekolah diisolasi dan anak anaknya dikurung di asramanya karena Belanda berada sepenuhnya dalam suasana perang Pada tahun yang sama Poncke mencoba melarikan diri namun gagal Poncke dikirim ke kamp konsentrasi di Vught kemudian dikirim ke penjara kota Utrecht Di akhir 1944 sesaat setelah Poncke bebas dari Jerman Poncke kembali ditahan oleh pemerintah Belanda karena menolak mengikuti wajib militer Poncke dengan desakan pemerintah Belanda masuk dinas militer dan dikirim ke jajahan Belanda di timur yang berusaha untuk memerdekakan diri Poncke kemudian bergabung dalam tentara kerajaan Hindia Belanda KNIL Mengabdi Republik suntingIndonesia melalui proklamasi mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 namun pemerintah Belanda tidak mengakui deklarasi tersebut Tanggal 26 September 1948 Poncke yang muak menyaksikan sikap dan berbagai kebrutalan yang terjadi terhadap pribumi memilih untuk membelot dan meninggalkan KNIL di Jakarta menyeberangi garis demarkasi dan bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia Pada tahun 1949 Poncke telah tergabung dengan divisi Siliwangi dengan nomor pokok prajurit 251121085 Kompi staf brigade infanteri 2 Grup Purwakarta Mengikuti long march ke Jawa Barat dan terus aktif dalam perang gerilya Istrinya seorang peranakan Republikan Sunda terbunuh oleh tentara Belanda dalam sebuah penyergapan Pada tahun 1949 Poncke menerima penghargaan Bintang Gerilya dari Presiden Soekarno Pada tahun 1956 Princen menjadi politikus Indonesia dan menjadi anggota parlemen nasional mewakili Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia IPKI Poncke keluar dari parlemen dan mulai bersikap vokal terhadap pemerintahan yang mulai otoriter saat itu dengan pihak militer yang bertindak sewenang wenang Poncke ditahan dan dipenjara dari 1957 hingga 1958 setelah bebas pada awal tahun 1960an Poncke mulai lebih terfokus aktif dalam kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan demokrasi di Indonesia dengan mendirikan Liga Demokrasi Akibat aktivitasnya yang kritis Poncke dipenjarakan oleh pemerintah Soekarno 1962 1966 Semenjak akhir tahun 1965 kekuasaan Partai Komunis Indonesia yang saat itu menjadi massa utama pendukung Presiden Sukarno dan rival dari kekuatan militer mulai merosot akibat operasi pembersihan kalangan politik sayap kiri oleh Angkatan Darat Degradasi kekuasaan ini kemudian dimanfaatkan oleh sekelompok faksi militer dukungan CIA untuk melakukan kudeta merayap yang mengantarkan Suharto menjadi presiden dan berdirilah rezim baru Orde Baru menggantikan rezim yang lama Orde Lama Poncke dibebaskan setelah dipenjara selama 4 tahun Pengalaman hidup Poncke di penjara semakin mempertebal keyakinannya untuk mendesak negara memberikan perlindungan dan penegakan HAM dengan mendirikan Lembaga Pembela Hak Asasi Manusia LPHAM dan sekaligus memimpin lembaga pembela HAM pertama di Indonesia tersebut Mengkritik Rezim Orde Baru suntingPoncke merasa kecewa dengan rezim yang baru dan kembali melakukan perjuangan melawan rezim yang baru Poncke kini membela pihak yang dulu memojokkannya dia membela korban korban pelanggaran HAM dan pembantaian yang terdiri dari bekas anggota PKI dan orang orang yang dituduh komunis Pada tahun 1968 Poncke menitipkan sebuah perekam suara kepada Goenawan Moehammad yang saat itu bekerja di Harian Kami dan termasuk dalam rombongan pertama wartawan dari Jakarta yang akhirnya mendapat izin penguasa untuk melihat para tahanan politik di Pulau Buru Poncke memintanya mewawancarai Pramoedya Ananta Toer secara diam diam dan membuat laporan tentang keadaan di Kamp tahanan untuk membuat Amnesty International yang kemudian mengangkat Pramoedya sebagai Prisoner of Conscience lambang korban yang terinjak Akibat pembelaan Poncke terhadap korban korban tertuduh PKI Poncke juga mendapat cap komunis walaupun Poncke juga menentang kekuasaan yang didominasi komunis pada masa Orde Lama Pada tahun 1968 1969 lewat sebuah investigasi Poncke mengungkapkan sejumlah fakta dan memprotes pembantaian massal PKI di Purwodadi Jawa Tengah Kritik tersebut mendapat bantahan dari rezim Soeharto yang baru berkuasa dan akhirnya mengambil sikap represif terhadap kebebasan pers Tuduhan sebagai simpatisan Komunis merupakan stigma yang paling terkenal untuk mengamputasi musuh politik Soeharto Jenderal M Panggabean Panglima AD KSAD saat itu dan Mayjen Soerono Reksodimedjo Pangdam IV Diponegoro disematkan kepada Poncke agar kemudian lebih mudah untuk memenjarakannya Tidak hanya kritik yang dikeluarkan Poncke Poncke juga menyarankan pemerintah membentuk tim independen untuk memeriksa laporan yang ia siarkan ke beberapa media nasional mengenai kasus Purwodadi Hal itu ditujukan agar masyarakat dapat mengetahui apa yang terjadi pada kasus yang cukup menghebohkan masyarakat pesisir utara Jawa Tengah tersebut Akibat kengerian dampak kasus ini pada tahun yang sama Poncke bersama dengan rekan rekannya mendirikan sebuah lembaga yang mencoba mengatasi trauma para korban PKI yang di namakan Pusat Pemulihan Hidup Baru Tahun 1970 Poncke menjadi salah satu yang mempelopori berdirinya Lembaga Bantuan Hukum Pada tahun 1974 Poncke terlibat dalam penggalangan demonstrasi menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah Pembangunan monumen raksasa ini secara umum dinilai sebagai langkah yang sangat tidak tepat di tengah kondisi sosial ekonomi yang masih buruk di saat itu Princen dipenjarakan karena aksinya ini sejak tahun 1974 hingga 1976 Berjuang hingga akhir hayat suntingSejak dibebaskan tahun 1976 Poncke semakin vokal membela Hak Asasi Manusia di bawah represi orde militer Poncke terlibat dalam pembelaan HAM di Timor Timur salah satu dari dua kasus yang menonjol adalah pembantaian Santa Cruz dan melindungi puluhan mahasiswa Timor Timur Poncke juga aktif dalam masalah perburuhan Sejak tahun 1976 Poncke tak pernah ditahan namun berulang kali diinterogasi dan juga diawasi secara ketat oleh polisi dan juga pihak militer ABRI Tahun 1980 Poncke juga ikut mendirikan YLBHI menjadi pengacara para korban pada peristiwa pembantaian Tanjung Priok 1984 dan membela puluhan mahasiswa ITB yang ditahan akibat terlibat aktivitas demo terhadap Mendagri Rudini 1989 Poncke mendirikan sebuah Koalisi HAM yang bernama Indonesia Front for Defending Human Right INFIGHT 1989 Serikat Buruh Merdeka Setiakawan SBMS tahun 1990 KontraS 1998 dan lain lain Poncke menerima penghargaan Yap Thiam Hien 2002 sebagai tokoh HAM bersama petani Jenggawah Jember Poncke meninggal pada 22 Februari 2002 sebagai figur yang sangat dihormati dan dihargai oleh tokoh dari berbagai golongan Pekerjaannya kini diteruskan oleh Ahmad Hambali seorang aktivis muda yang sempat bertemu dalam kondisi berkursi roda ketika sama sama membela petani Sagara Garut tahun 1990 an Referensi suntingAhmad Hambali LPHAM dan Princen Pengantar Draft Penelitian Studi Surat Surat Protes Princen tahun 1990 LPHAM Jakarta 2004Pranala luar sunting Indonesia HJC Princen Haji Belanda Pejuang HAM Diarsipkan 2006 06 16 di Wayback Machine dalam Tokoh Indonesia Inggris Human Rights Campaigner Continues Fight That He Began Decades Ago as a Dutchman Just Another Skirmish For Indonesian Warrior Artikel di International Herald Tribune Inggris Belanda Archief Poncke Princen Arsip di International Institute of Social History Kisah Poncke Princen Pembelot Belanda yang Membela Indonesia hingga Jadi Mualaf dan Aktivis HAM Jatim TIMES Diakses tanggal 2023 02 25 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Poncke Princen amp oldid 24093017