www.wikidata.id-id.nina.az
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia Masalah khususnya adalah perlu wikifisasi lebih lanjutSilakan kembangkan artikel ini semampu Anda Merapikan artikel dapat dilakukan dengan wikifikasi atau membagi artikel ke paragraf paragraf Jika sudah dirapikan silakan hapus templat ini Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus Cari sumber Kesultanan Sambas berita surat kabar buku cendekiawan JSTORKesultanan Sambas adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang terletak di wilayah pesisir utara Provinsi Kalimantan Barat atau wilayah barat laut Pulau Kalimantan dengan pusat pemerintahannya adalah di Kota Sambas sekarang Kesultanan Sambas adalah penerus pemerintahan dari kerajaan kerajaan Sambas sebelumnya Kerajaan yang bernama Sambas di wilayah ini paling tidak telah berdiri dan berkembang sebelum abad ke 14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca Pada masa itu rajanya bergelar Nek Salah satunya bernama Nek Riuh Setelah masa Nek Riuh sekitar abad ke 15 M muncul pemerintahan raja yang bernama Tan Unggal yang terkenal sangat kejam Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas tidak mau mengangkat raja lagi Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke 16 M 1530 datang rombongan besar orang orang dari Pulau Jawa sekitar lebih dari 500 orang yaitu dari kalangan bangsawan Kerajaan Majapahit yang masih beragama Hindu yaitu keturunan dari raja Majapahit sebelumnya yang bernama Wikramawardhana Kesultanan Sambasكسولتانن ملايو سمبس1671 sekarangBendera LambangIstana Alwatzikhubillah di SambasIbu kotaSambasBahasa yang umum digunakanMelayu SambasAgamaIslamPemerintahanMonarki KesultananSultan 1671 1682Sultan Muhammad Shafiuddin I 1931 1944Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin 2008 SekarangSultan Muda Muhammad TarhanSejarah Didirikan1671 Peristiwa Mandor1944 Pembubaran Daerah Istimewa Kalimantan BaratsekarangDidahului oleh Digantikan olehKesultanan Brunei IndonesiaWilayah pesisir dan tengah Sungai Sambas ini telah sejak ratusan tahun didiami oleh orang orang Melayu yang telah mengalami asimilasi dengan orang orang Dayak pesisir di mana karena saat itu wilayah ini sedang tidak be raja sepeninggal Raja Tan Unggal maka kedatangan rombongan pelarian Majapahit ini berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik Rombongan Majapahit ini kemudian menetap di hulu Sungai Sambas yaitu di suatu tempat yang sekarang disebut dengan nama Kota Lama Setelah sekitar lebih dari 10 tahun menetap di Kota Lama dan melihat keadaan wilayah Sungai Sambas ini aman dan kondusif maka kemudian para pelarian Majapahit ini mendirikan sebuah Kerajaan bercorak Hindu yang kemudian disebut dengan nama Panembahan Sambas Raja Panembahan Sambas ini bergelar Ratu Raja Laki laki di mana Raja yang pertama tidak diketahui namanya yang kemudian setelah wafat digantikan oleh anaknya yang bergelar Ratu Timbang Paseban setelah Ratu Timbang Paseban wafat lalu digantikan oleh adindanya yang bergelar Ratu Sapudak Pada masa Ratu Sapudak inilah untuk pertama kalinya diadakan kerjasama perdagangan antara Panembahan Sambas ini dengan VOC yaitu pada tahun 1609 Pada masa Ratu Sapudak inilah rombongan Sultan Tengah Sultan Sarawak ke 1 bin Sultan Muhammad Hasan Sultan Brunei ke 9 datang dari Kesultanan Sukadana ke wilayah Sungai Sambas dan kemudian menetap di wilayah Sungai Sambas ini daerah Kembayat Sri Negara Anak laki laki sulung Sultan Tengah yang bernama Sulaiman kemudian dinikahkan dengan anak bungsu Ratu Sapudak yang bernama Mas Ayu Bungsu sehingga nama Sulaiman kemudian berubah menjadi Raden Sulaiman Raden Sulaiman inilah yang kemudian setelah keruntuhan Panembahan Sambas di Kota Lama mendirikan Kerajaan baru yaitu Kesultanan Sambas dengan Raden Sulaiman menjadi Sultan Sambas pertama bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I yaitu pada tahun 1671 Daftar isi 1 Sejarah 1 1 1 Pendirian 1 2 Perkembangan 1 3 Masa Pendudukan Jepang 2 Batas Wilayah Kekuasaan Kesultanan Sambas 3 Peninggalan Kesultanan Sambas 4 Sultan Sultan Sambas 5 Gelar serta Sebutan Kehormatan dan Jabatan di Kesultanan Sambas 6 Lihat pula 7 Referensi 8 Pranala luarSejarah Sunting 1 Pendirian Sunting Sebelum berdirinya Kesultanan Sambas pada tahun 1671 di wilayah Sungai Sambas ini sebelumnya telah berdiri kerajaan kerajaan yang menguasai wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya Berdasarkan data data yang ada urutan kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya sampai dengan terbentuknya Negara Republik Indonesia adalah Kerajaan Wijaya Pura sekitar abad 7 M 9 M Kerajaan Nek Riuh sekitar abad 13 M 14 M Kerajaan Tan Unggal sekitar abad 15 M Panembahan Sambas pada abad 16 M Kesultanan Sambas pada abad 17 M 20 M Secara otentik Kerajaan Sambas telah eksis sejak abad ke 13 M yaitu sebagaimana yang tercantum dalam kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada masa Majapahit Kemungkinan besar bahwa Kerajaan Sambas saat itu rajanya bernama Nek Riuh Walaupun secara otentik Kerajaan Sambas tercatat sejak abad ke 13 M namun demikian berdasarkan benda benda arkeologis berupa gerabah patung dari masa Hindu yang ditemukan selama ini di wilayah sekitar Sungai Sambas menunjukkan bahwa pada sekitar abad ke 6 M atau 7 M di wilayah ini diyakini telah berdiri sebuah kerajaan Hal ini ditambah lagi dengan melihat posisi wilayah Sambas yang berhampiran dengan Selat Malaka yang merupakan lalu lintas dunia sehingga diyakini bahwa pada sekitar abad ke 5 hingga 7 M di wilayah Sungai Sambas ini telah berdiri Kerajaan Sambas yaitu lebih kurang bersamaan dengan masa berdirinya Kerajaan Batu Laras di hulu Sungai Keriau yaitu sebelum berdirinya Kerajaan Tanjungpura Kedatangan rombongan bangsawan Majapahit di Sambas dapat berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik bukanlah hanya karena wilayah Sambas pada waktu itu tidak be raja tidak mempunyai penguasa setelah era Raja Tan Unggal tapi lebih disebabkan karena penduduk Sambas pada waktu itu mempunyai kepercayaan yang sama dengan rombongan Majapahit tersebut yakni Hindu Hindu sudah berkembang di Nusantara sejak berdirinya Kerajaan Kutai era pemerintahan Mulawarman sampai kepada Kesultanan Kutai Kartanegara Wajar kalau pengaruhnya sampai ke wilatah Sambas Jadi pada waktu itu belum ada istilah Melayu atau Dayak Istilah atau penyebutan itu ada setelah masuknya Islam Penduduk yang kemudian masuk Islam dinamakan Melayu dan penduduk yang masih menganut Kaharingan dinamakan Dayak Dayak artinya orang hulu yakni orang yang tinggal di hulu sungai atau pedalaman Disebut orang pedalaman atau hulu bukan karena mereka terdesak oleh masuknya Islam tapi karena memang mereka belum tersentuh oleh syiar Islam disebabkan mereka tinggal jauh di pedalaman Pada waktu itu Islam umumnya memang disyiarkan oleh pedagang pedagan dari Gujarat Hadramaut dan dari Tiongkok Pedagang pedagang dan penjelajah lautan ini hanya singgah dan berdagang di daerah pesisir Rombongan dari Jawa Majapahit ini pertama kali mendarat disebuah tempat yang dinamakan Pangkalan Jambu sebuah tempat yang berada di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas sekarang Itulah sebabnya daerah tempat mendaratnya rombongan bangsawan dari Jawa ini dinamakan Jawai sampai sekarang Sedangkan sejarah berdirinya Kesultanan Sambas bermula di Kesultanan Brunei yaitu ketika Sultan Brunei ke 9 Sultan Muhammad Hasan wafat pada tahun 1598 maka kemudian putranya yang sulung menggantikannya dengan gelar Sultan Abdul Jalilul Akbar Ketika Sultan Abdul Jalilul Akbar telah memerintah puluhan tahun kemudian muncul saingan untuk menggantikan dari Adinda Sultan Abdul Jalilul Akbar yang bernama Pangeran Muda Tengah Untuk menghindari terjadinya perebutan kekuasaan maka Baginda Sultan Abdul Jalilul Akbar membuat kebijaksanaan untuk memberikan sebagai wilayah kekuasaan Kesultanan Brunei yaitu daerah Sarawak kepada Pangeran Muda Tengah Maka kemudian pada tahun 1629 Pangeran Muda Tengah menjadi Sultan di Sarawak sebagai Sultan Sarawak pertama dengan gelar Sultan Ibrahim Ali Omar Shah yang kemudian Baginda lebih populer di kenal dengan nama Sultan tengah atau Raja Tengah yaitu merujuk kepada gelarnya sebelum menjadi Sultan yaitu Pangeran Muda Tengah Setelah sekitar 2 tahun memerintah di Kesultanan Sarawak yang berpusat di Sungai Bedil Kuching sekarang Sultan Tengah kemudian melakukan kunjungan ke Kesultanan Johor Saat itu di Kesultanan Johor yang menjadi sultan adalah Sultan Abdul Jalil Raja Bujang di mana permaisuri Sultan Abdul Jalil ini adalah Mak Muda dari Sultan Tengah Sewaktu di Kesultanan Johor ini terjadi kesalahpahaman antara Sultan Tengah dengan Sultan Abdul Jalil sehingga kemudian membuat Sultan Tengah dan rombongannya harus pulang dengan tergesa gesa ke Sarawak sedangkan saat itu sebenarnya bukan angin yang baik untuk melakukan pelayaran Oleh karena itulah maka ketika sampai di laut lewat dari Selat Malaka kapal rombongan Sultan Tengah ini dihantam badai Setelah terombang ambing di laut satu hari satu malam kapal Sultan Tengah tenyata telah terdampar di pantai yang adalah wilayah kekuasaan Kesultanan Sukadana Pada saat itu yang menjadi sultan di Kesultanan Sukadana adalah Sultan Muhammad Shafiuddin Digiri Mustika yang baru saja kedatangan utusan Amir Makkah yaitu Shekh Shamsuddin yang mengesahkan gelaran Sultan Muhammad Shafiuddin ini Sebelum ke Kesultanan Sukadana Shekh Shamsuddin telah berkunjung pula ke Kesultanan Banten yang juga mengesahkan gelaran Sultan Banten pada tahun yang sama Sultan Tengah dan rombongannya kemudian disambut dengan baik oleh Sultan Muhammad Shafiuddin Setelah tinggal beberapa lama di Kesultanan Sukadana setelah melihat kepribadian Sultan Tengah yang baik maka kemudian Sultan Muhammad Shafiuddin mencoba menjodohkan Sultan Tengah dengan putrinya yang bernama Putri Surya Kesuma Sultan Tengah pun kemudian menerima perjodohan ini Setelah menikah dengan Putri Surya Kesuma ini Sultan Tengah kemudian memutuskan untuk menetap sementara di Kesultanan Sukadana sambil menunggu situasi yang aman di sekitar Selat Malaka menyusul adanya ekspansi besar besaran dari Kesultanan Johor dibawah pimpinan Sultan Abdul Jalil Raja Bujang di wilayah itu Dari pernikahannya dengan Putri Surya Kesuma ini Sultan Tengah kemudian memperoleh seorang anak laki laki yang kemudian diberi nama Sulaiman Setelah sekitar 7 tahun menetap di Kesultanan Sukadana dan situasi di sekitar Selat Malaka masih belum aman dari ekspansi Sultan Abdul Jalil Raja Bujang itu maka Baginda Sultan Tengah kemudian memutuskan untuk berpindah dari Kesultanan Sukadana untuk menetap di tempat baru yaitu wilayah Sungai Sambas karena sebelumnya Sultan Tengah telah mendengar sewaktu di Sukadana bahwa di sekitar Sungai Sambas terdapat sebuah Kerajaan yang berhubungan baik dengan Kesultanan Sukadana yaitu Panembahan Sambas Maka kemudian pada tahun 1638 berangkatlah rombongan Sultan Tengah beserta keluarga dan orang orangnya dengan menggunakan 40 perahu yang lengkap dengan senjata dari Kesultanan Sukadana menuju Panembahan Sambas di Sungai Sambas Setelah sampai di Sungai Sambas rombongan Sultan Tengah ini kemudian disambut dengan baik oleh Raja Panembahan Sambas saat itu yaitu Ratu Sapudak Rombongan Sultan Tengah ini kemudian dipersilahkan oleh Ratu Sapudak untuk menetap di sebuah tempat tak jauh dari pusat pemerintahan Panembahan Sambas Tidak lama setelah Sultan Tengah beserta keluarga dan orang orangnya tinggal di Panembahan Sambas Ratu Sapudak kemudian meninggal secara mendadak Sebagai penggantinya maka kemudian diangkatlah keponakan Ratu Sapudak yang bernama Raden Kencana Anak Ratu Timbang Paseban Raden Kencana ini adalah juga menantu dari Ratu Sapudak karena mengawini anak Ratu Sapudak yang perempuan bernama Mas Ayu Anom Setelah menaiki takhta Panembahan Sambas Raden Kencana ini kemudian bergelar Ratu Anom Kesumayuda Setelah sekitar 10 tahun Sultan Tengah menetap di wilayah Panembahan Sambas dan anaknya yang sulung yaitu Sulaiman sudah beranjak dewasa maka kemudian Sulaiman dijodohkan dan kemudian menikah dengan anak perempuan Almarhum Ratu Sapudak yang bungsu bernama Mas Ayu Bungsu Karena pernikahan inilah maka Sulaiman kemudian dianugerahi gelar Raden oleh Panembahan Sambas sehingga nama menjadi Raden Sulaiman dan selanjuntnya tinggal di lingkungan Istana Panembahan Sambas bersama Mas Ayu Bungsu Dari pernikahannya dengan Mas Ayu Bungsu ini Raden Sulaiman memperoleh seorang anak pertama yaitu seorang anak laki laki yang kemudian diberi nama Raden Bima Raden Sulaiman kemudian diangkat oleh Ratu Anom Kesumayuda menjadi salah satu Menteri Besar Panembahan Sambas bersama dengan Adinda Ratu Anom Kesumayuda yang bernama Raden Arya Mangkurat Tidak lama setelah kelahiran cucu Sultan Tengah yaitu Raden Bima dan setelah melihat situasi yang sudah mulai aman di sekitar Selat Malaka apalagi setelah melihat anaknya yang sulung yaitu Raden Sulaiman telah menikah dan mandiri bahkan telah menjadi Menteri Besar Panembahan Sambas maka Baginda Sultan Tengah kemudian memutuskan sudah saatnya untuk kembali ke negerinya yang telah lama di tinggalkan yaitu Kesultanan Sarawak Maka kemudian berangkatlah Sultan Tengah beserta istrinya yaitu Putri Surya Kesuma dan keempat anaknya yang lain adik adik dari Raden Sulaiman yaitu Badaruddin Abdul Wahab Rasmi Putri dan Ratna Dewi beserta orang orangnya yaitu pada sekitar tahun 1652 Ditengah perjalanan ketika telah hampir sampai ke Sarawak yaitu di suatu tempat yang bernama Batu Buaya secara tiba tiba Sultan Tengah ditikam dari belakang oleh pengawalnya sendri pengawal itu kemudian dibalas tikam oleh Sultan Tengah hingga pengawal itu tewas Namun luka yang di tubuh Sultan Tengah terlalu parah sehingga kemudian Sultan Tengah pun wafat Jenazah Baginda Sultan Tengah kemudian setelah di shalatkan kemudian dengan adat kebesaran Kesultanan Sarawak oleh Menteri Menteri Besar Kesultanan Sarawak dimakamkan di lereng Gunung Sentubong Adapun Putri Surya Kesuma setelah kewafatan suaminya yaitu Almarhum Sultan Tengah kemudian memutuskan untuk kembali ke Kesultanan Sukadana yaitu tempat di mana ia berasal bersama dengan keempat anaknya Peristiwa yang tragik dan berdarah itu turut disaksikan oleh Engku Seri Terunjing Bakong bin Raja Berempat Pi e Kemangkatan Baginda Sultan Tengah menyebabkan waris Engku Seri Terunjing iaitu Pangeran Kechik Mohamad Iesa terpaksa berangkat lepas ke satu kawasan di Kuching dibawah naungan Kesultanan Sarawak Perkara tersebut berlaku kerana Engku Seri Terunjing telah memberi amanat kepada Puteranya yang keempat itu untuk menikahi orang orang kebanyakan di Kuching bagi menyambung darah diraja Sultan Tengah Dipendekkan kisah Pangeran Kechik Mohamad Iesa telah menikahi sekamar wanita dari orang kebanyakan yang ada di situ dan akhirnya dikurniakan cahaya mata berupa 2 lelaki dan 3 perempuan Sewaktu mereka masih bayi gelaran mereka ialah Raja Muda Sulong diikuti dengan Raja Muda Bongsu Sehingga kehari ini darah diraja Sultan Tengah sebenarnya masih diwarisi oleh Engku Lima Beradik gelaran Malangnya susur alur sejarah yang tidak dituntut menyebabkan gelaran Engku Lima Beradik tidak resmi dan digantikan dengan gelaran Shah dimana Lima Beradik Tunjang harus dinamakan Shah kesemuanya Waris Engku Seri Terunjing sebagai Orang Kaya Kaya Daerah diyakini masih lagi bertapak di suatu tempat di Kuching dan berkehidupan seperti orang kebanyakan Di Panembahan Sambas sepeninggal Ayahnya yaitu Baginda Sultan Tengah Raden Sulaiman mendapat tentangan yang keras dari Adik Ratu Anom Kesumayuda yang juga adalah Menteri Besar Panembahan Sambas yaitu Raden Arya Mangkurat Tentangan dari Raden Arya Mangkurat yang sangat fanatik Hindu ini karena iri dan dengki dengan Raden Sulaiman yang semakin kuat mendapat simpati dari para pembesar Panembahan Sambas saat karena baik pwrilakunya dan bagus kepemimpinannya dalam memagang jabatan Menteri Besar disamping itu Raden Sulaiman ini juga sangat giat menyebarkan Islam di lingkungan Istana Panembahan Sambas yang mayoritas masih menganut Hindu sehingga dari hari ke hari semakin banyak petinggi dan penduduk Panembahan Sambas yang masuk Islam Tekanan terhadap Raden Sulaiman oleh Raden Arya Mangkurat ini kemudian semakin kuat hingga sampai pada mengancam keselamatan Raden Sulaiman beserta keluarganya sedangkan Ratu Anom Kesumayuda tampaknya tidak mampu berbuat banyak Maka Raden Sulaiman kemudian memtuskan untuk hijrah dari pusat Panembahan Sambas dan mencari tempat menetap yang baru Maka kemudian pada sekitar tahun 1655 berangkatlah Raden Sulaiman beserta istri dan anaknya serta orang orangnya yaitu sebagian orang orang Brunei yang ditinggalkan ayahnya Sultan Tengah ketika akan pulang ke Sarawak dan sebagian petinggi dan penduduk Panembahan Sambas yang setia dan telah masuk Islam Dari pusat Panembahan Sambas ini sekarang disebut dengan nama Kota Lama Raden Sulaiman dan rombongannya sempat singgah selama setahun di tempat yang bernama Kota Bangun dan kemudian memutuskan untuk menetap di suatu tempat lain yang kemudian bernama Kota Bandir Setelah sekitar 4 tahun menetap di Kota Bandir ini secara tiba tiba Ratu Anom Kesumayuda datang menemui Raden Sulaiman di mana Ratu Anom Kesumayuda menyatakan bahwa ia dan sebagian besar petinggi dan penduduk Panembahan Sambas di Kota Lama akan berhijrah dari wilayah Sungai Sambas ini dan akan mencari tempat menetap yang baru di wilayah Sungai Selakau karena ia Ratu Anom Kesumayuda telah berseteru dan tidak sanggup menghadapi ulah adiknya yaitu Raden Arya Mangkurat di Kota Lama Untuk itulah Ratu Anom Kesumayuda kemudian menyatakan menyerahkan kekuasaan di wilayah Sungai Sambas ini kepada Raden Sulaiman dan agar melakukan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas ini Sekitar 5 tahun setelah mendapat mandat penyerahan kekuasaan dari Ratu Anom Kesumayuda maka setelah berembug dengan orang orangnya dan melakukan segala persiapan yang diperlukan Raden Sulaiman kemudian memutuskan untuk mendirikan sebuah Kerajaan baru Maka kemudian pada sekitar tahun 1671 Raden Sulaiman mendirikan Kesultanan Sambas dengan Raden Sulaiman sebagai sultan pertama Kesultanan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Shafiuddin Pusat pemerintahan Kesultanan Sambas ini adalah ditempat yang baru di dekat muara Sungai Teberrau yang bernama Lubuk Madung Setelah memerintah selama sekitar 15 tahun yang diisi dengan melakukan penataaan sistem pemerintahan dan pembinaan hubungan dengan negari negeri tetangga pada tahun 1685 Sultan Muhammad Shafiuddin Raden Sulaiman mengundurkan diri dari takhta Kesultanan Sambas dan mengangkat anak sulungnya yaitu Raden Bima sebagai penggantinya dengan gelar Sultan Muhammad Tajuddin Sekitar setahun setelah memerintah sebagai Sultan Sambas ke 2 Sultan Muhammad Tajuddin Raden Bima atas persetujuan dari ayahnya Raden Sulaiman kemudian memindahkan pusat pemerintahan Kesultanan Sambas dari Lubuk Madung ke suatu tempat tepat di depan percabangan tiga buah Sungai yaitu Sungai Sambas Sungai Teberrau dan Sungai Subah Tempat ini kemudian disebut dengan nama Muara Ulakkan yang menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Sambas seterusnya yaitu dari tahun 1685 itu hingga saat ini Perkembangan Sunting nbsp Masjid Sultan Muhammad Shafiuddin II di Sambas Selama masa berdirinya Pemerintahan Kesultanan Sambas dari tahun 1671 M hingga tahun 1950 M selama masa itu Kepala Pemerintahan Kesultanan Sambas terdiri dari 15 orang Sultan dan 2 orang Ketua Majelis Kesultanan Plt Sultan Kesultanan Sambas selama 100 tahun yaitu dari paruh pertama abad ke 18 hingga paruh pertama abad ke 19 M merupakan Kerajaan Terbesar di wilayah pesisir barat Pulau Kalimantan Kalimantan Barat hingga kemudian Hindia Belanda masuk pada awal abad ke 19 M Pihak Hindia Belanda ini yang membuat besar Kesultanan Pontianak sehingga kemudian Kesultanan Pontianak menggantikan posisi Kesultanan Sambas sebagai kerajaan terbesar di wilayah ini Pada sekitar awal abad ke 19 M sekitar tahun 1805 M hingga tahun 1811 M sering terjadi pertempuran di laut antara kapal kapal Inggris dengan armada laut Kesultanan Sambas Pada tahun 1812 M Hindia Inggris dibawah pimpinan T S Raffles mengirimkan armada dan pasukan untuk menyerang Kesultanan Sambas Pertempuran sengit antara pasukan Inggris dan pasukan Kesultanan Sambas kemudian berlangsung disekitar percabangan Sungai Sambas sekitar Kampung Sebatu dan akhirnya pasukan Inggris itu dapat dikalahkan dipukul mundur oleh pasukan Kesultanan Sambas sebagaimana yang tercantum dalam buku sejarah tulisan Sir Graham Irwin Sejarawan terkenal Inggris dalam bukunya yang berjudul Borneo in Eighteen Century Dari sejak berdirinya Kesultanan Sambas pada tahun 1671 dengan Sultan pertama Kesultanan Sambas yaitu Sultan Muhammad Shafiuddin I hingga tahun 1818 yaitu dimasa pemerintahan Sultan Sambas ke 8 yaitu Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I Pangeran Anom Kesultanan Sambas pada rentang masa itu 1671 M 1818 M adalah dalam kondisi berdaulat penuh yaitu pada rentang masa itu tidak ada satu pun kekuasaan asing yang menduduki atau mendirikan perwakilan pemerintahan di Kesultanan Sambas dan pada rentang masa itu Kesultanan Sambas tidak ada tunduk atau mengantarkan upeti apapun kepada pihak kekuasaan asing manapun Belanda Hindia Belanda mulai menanamkan kekuasaannya di Kesultanan Sambas pertama kali adalah pada tahun 1818 M dan saat itu posisi Hindia Belanda di Kesultanan Sambas itu masih sebagai mitra bagi Kesultanan Sambas belum mengendalikan pemerintahan Kesultanan Sambas di mana saat itu Hindia Belanda hanya sebatas menangani mengatur Kongsi Kongsi pertambangan emas yang ada di wilayah Kesultanan Sambas Hindia Belanda mulai mengendalikan pemerintahan Kesultanan Sambas adalah sejak tahun 1855 M yaitu dimasa pemerintahan Sultan Sambas ke 12 yaitu Sultam Umar Kamaluddin Raden Tokok SULTAN MUHAMMAD ALI SHAFIUDDIN I PANGERAN ANOM SULTAN SAMBAS KE 8Pangeran Anom adalah salah seorang anak dari Sultan Sambas ke 5 yaitu Sultan Umar Aqamaddin II nama kecilnya adalah Raden Pasu Pangeran Anom memulai kariernya sebagai Panglima Kesultanan Sambas ketika masih berusia relatif muda yaitu sekitar 17 tahun dimasa pemerintahan Ayahandanya yaitu Sultan Umar Aqamaddin II Sultan Sambas ke 5 selanjutnya ketika Ayahandanya wafat dan digantikan oleh Abang Pangeran Anom yaitu Sultan Abubakar Tajuddin I Raden Mantri Pangeran Anom menjabat sebagai Pangeran Bendahara Wazir I Ketua Menteri sekaligus juga sebagai Panglima Besar Kesultanan Sambas dan Kepala Armada Angkatan Laut Kesultanan Sambas yang didirikan pada tahun 1805 M Ketika Ayahnya Sultan Umar Aqamaddin II wafat dalam periode ke 2 pemerintahannya maka Abang Pangeran Anom yang bernama Raden Mantri menggantikan Ayahnya dengan gelar Sultan Abubakar Tajuddin I Sultan Sambas ke 7 Sultan Abubakar Tajuddin I ini dengan Pangeran Anom ini adalah saudara kandung satu bapak yaitu Sultan Umar Aqamaddin Ii tetapi berlainan ibu Sultan Abubakar Tajuddin I adalah anak dari istri pertama permaisuri sedangkan Pangeran Anom adalah anak istri Sultan Umar Aqamaddin II yang ke 2 Setelah Sultan Abubakar Tajuddin I Abang Pangeran Anom wafat pada tahun 1815 M maka Pangeran Anom kemudian diangkat sebagai Sultan Sambas selanjutnya Sultan Sambas ke 8 dengan gelar Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I Pangeran Anom kemudian menjadi Panglima Besar Kesultanan Sambas yang sekaligus juga memimpin satu armada Angkatan Laut Kesultanan Sambas yang terdiri dari 2 kapal layar bertiang 3 lengkap dengan meriam yang didampingi dengan berpuluh puluh perahu pencalang Armada Laut Kesultanan Sambas ini dibentuk pada sekitar tahun 1805 M oleh Pangeran Anom bersama dengan Abangnya yang menjadi Sultan Sambas saat itu yaitu Sultan Abubakar Tajuddin I Armada Angkatan Laut Kesultanan Sambas ini bertugas untuk menjaga kedaulatan wilayah perairan Kesultanan Sambas saat itu yaitu garis pantai yang membentang dari mulai Tanjung Datuk di utara diatas Paloh hingga ke Sungai Duri di sebelah selatan Armada Angkatan Laut Kesultanan Sambas ini dibentuk setelah seringnya serangan para bajak laut terutama bajak laut yang datang dari perairan Sulu dan pembakangan dari kapal kapal Eropa khususnya kapal kapal Inggris yang menolak untuk melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Kesultanan Sambas dengan melalui pelabuhan induk Kesultanan Sambas yang berada di Sungai Sambas di mana kapal kapal Inggris ini dengan lancang langsung mengadakan aktivitas dagang dipelabuhan pelabuhan Kongsi China di Selakau dan Sedau yang merupakan wilayah Kesultanan Sambas tanpa melalui pelabuhan induk Kesultanan di Sungai Sambas Kongsi Kongsi itu adalah perkumpulan orang orang China yang berkelompok beradasarkan lokasi penambangan emas mereka Orang orang China ini didatangkan oleh Sultan Sambas sejak tahun 1750 M yaitu untuk mengerjakan pertambangan emas yang tersebar di wilayah Kesultanan Sambas seperti Monteraduk seminis Lara Lumar dan kemudian juga Pemangkat Walaupun telah dibentuk armada angkatan laut Kesultanan Sambas ini kapal kapal Inggris masih dengan angkuhnya tetap melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Kesultanan Sambas tanpa melalui pelabuhan induk di sungai sambas Aturan mesti melewati pelabuhan induk ini merupakan aturan tata perdagangan pada Kerajaan di nusantara ini sejak zaman Sriwijaya sehingga sudah merupakan aturan yang sah dan resmi yaitu apabila ada kapal asing yang tidak mau melewati pelabuhan induk maka kapal itu akan digiring bila tidak mau digiring maka kapal itu akan diperangi dan bila kapal itu berhasil dikalahkan maka sebagai hukumannya seluruh awak akan di tawan dan seluruh harta kapal akan dirampas menjadi milik armada Kerajaan yang memiliki wilayah itu Tetapi orang orang eropa khususnya Inggris ini sering meremehkan kedaulatan dan kemampuan kerajaan di nusantara ini yang untuk kasus ini adalah Kesultanan Sambas Hal ini kemudian membuat sering terjadinya pertempuran Laut antara kapal kapal Inggris yang juga bersenjatakan meriam itu dengan armada angkatan laut Kesultanan Sambas dibawah pimpinan Pangeran Anom ini dan berkat ketangguhan Pangeran Anom dalam memimpin armada laut Kesultanan Sambas ini dalam sekitar 4 atau 5 pertempuran laut yang terjadi seluruhnya dapat dimenangkan oleh armada Pangeran Anom ini Hal ini kemudian berlanjut terus hingga kemudian menimbulkan semacam kondisi perang antara Kerajaan Inggris dengan Kesultanan Sambas di mana bila di mana mana perairan ditemukan kapal Inggris pasti akan diserang oleh armada Kesultanan Sambas di bawah Pangeran Anom ini dan begitu pula sebaliknya Tercatat dalam sejarah beberapa nama kapal Inggris yang telah ditaklukkan oleh armada laut Kesultanan Sambas ini yaitu kapal tranfers cendana dan yang terakhir adalah kapal dengan nama Commerce yang oleh lidah Melayu Sambas di sebut kerimis Tanggal 11 Juli 1831 Sultan Usman Kamaluddin wafat takhta kerajaan dilimpahkan kepada Sultan Umar Akamuddin III Tanggal 5 Desember 1845 Sultan Umar Akamuddin III wafat maka diangkatlah Putera Mahkota Raden Ishaq dengan gelar Sultan Abu Bakar Tadjuddin II Tanggal 17 Januari 1848 putera sulung dia yang bernama Raden Afifuddin ditetapkan sebagai putera Mahkota dengan gelar Pangeran Adipati Afifuddin Tahun 1855 Sultan Abubakar Tadjuddin II diasingkan ke Jawa oleh pemerintah Belanda kembali ke Sambas tahun 1879 SULTAN MUHAMMAD SHAFIUDDIN II PANGERAN ADIPATI SULTAN SAMBAS KE 13Pangeran Adipati adalah gelar penghormatan untuk Putra Mahkota Pangeran Adipati yang dimaksud ini adalah Pangeran Adipati Afifuddin yaitu anak dari Sultan Sambas yang ke 11 yaitu Sultan Abubakar Tajuddin II Sultan Abubakar Tajuddin Ii ini adalah Sultan Sambas terkahir yang berdaulat penuh di dalam Negeri Sambas karena pada masa pemerintahannyalah untuk pertama kalinya Belanda melakukan kudeta terselebung terhadap pemerintahannya melalui sepupu dari Sultan Abubakar Tajuddin II ini yang bernama Raden Tokok yang kemudian menjadi Sultan Sambas ke 12 dengan gelar Sultan Umar Kamaluddin Sebelum Sultan Abubakar Tajuddin II terpaksa turun dari takhta Kesultanan Sambas tahun 1855 telah ada kesepakatan antara Sultan Abubakar Tajuddin dengan Raden Tokok dan Belanda bahwa setelah Raden Tokok menjadi Sultan Sambas yang akan menjadi Sultan Sambas berikutnya adalah anak dari Sultan Abubakar Tajuddin II yaitu Pangeran Adipati Afifuddin karena dimasa Sultan Abubakar Tajuddin II memerintah Baginda telah mengangkat anaknya itu sebagai Putra Mahkota Sejak kudeta terselubung inilah kekuatan Belanda mulai berpengaruh di Kesultanan Sambas sedangkan sebelumnya yaitu dari Sultan Sambas ke 1 kesatu Sultan Muhammad Shafiuddin I hingga separuh pemerintahan dari Sultan Sambas ke 11 kesebelas Sultan Abubakar Tajuddin II Sultan Sultan Sambas berdaulat penuh artinya Kesultanan Sambas selama rentang masa itu tidak ada tunduk ataupun dipengaruhi oleh kekuatan kekuatan luar manapun termasuk Belanda Hindia Belanda mulai membuat perwakilannya di Kesultanan Sambas pada tahun 1819 namun saat itu Sultan Sambas masih mengendalikan penuh perwakilan Hindia Belanda itu Pengaruh Belanda mulai berpengaruh di pemerintahan Kesultanan Sambas adalah sejak masa Sultan Sambas ke 12 itu yaitu Raden Tokok Sultan Umar Kamaluddin yang naik takhta Kesultanan Sambas pada tahun 1855 M setelah dengan dukungan Belanda membuat kudeta terselebung terhadap Abang Sepupunya yang saat itu menjadi Sultan Sambas ke 11 sebelas yaitu Sultan Abubakar Tajuddin II Raden Ishaq Setelah menyelesaikan pendidikannya pada Sekolah Kebangsawanan di Batavia pada tahun 1861 Pangeran Adipati Afiffuddin pulang ke Sambas dan diangkat menjadi Sultan Muda Baru pada tanggal 16 Agustus 1866 dia diangkat menjadi Sultan Sambas ke 13 dengan gelar Sultan Muhammad Shafiuddin II Ia mempunyai dua orang istri Dari istri pertama Ratu Anom Kesumaningrat dikaruniai seorang putera bernama Raden Ahmad dan kemudian diangkat sebagai Putera Mahkota dengan gelar Pangeran Adipati Achmad Dari istri kedua Encik Nana dikaruniai juga seorang putera bernama Raden Muhammad Aryadiningrat Sebelum sempat menjadi Sultan Sambas Putera Mahkota yaitu Pangeran Adipati Ahmad wafat mendahului ayahnya Sultan Muhammad Shafiuddin II Setelah Sultan Muhammad Shafiuddin II telah memerintah selama 56 tahun Baginda merasa sudah lanjut usia pada tahun 1924 Sultan Muhammad Shafiuddin mengundurkan diri dari takhta Kesultanan Sambas Pada masa ini kekuasaan Hindia Belanda telah semakin kuat mengendalikan pemerintahan di Sambas di mana kemudian untuk menggantikan Sultan Muhammad Shafiuddin II yang mengundurkan diri Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengangkat anak Sultan Muhammad Shafiuddin II yaitu Raden Muhammad Aryadiningrat sebagai Sultan Sambas selanjutnya Sultan Sambas ke 14 dengan gelar Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II Setelah memerintah selama sekitar 4 tahun pada tahun 1926 Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II wafat dan kemudian sebagai penggantinya setelah sempat terjadi polemik menentukan sultan selanjutnya sekitar 5 tahun pada tahun 1931 oleh Pemerintah Hindia Belanda diangkatlah keponakan Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II Sultan Sambas ke 14 itu yang juga adalah cucu dari Sultan Muhammad Shafiuddin II Sultan Sambas ke 13 yaitu Raden Muhammad Mulia Ibrahim sebagai Sultan Sambas ke 15 dengan gelar Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin Dari 15 Sultan Sambas ada 2 Sultan yang diangkat tidak berdasarkan aturan temurun yaitu Sultan Sambas ke 14 Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II pada tahun 1924 dan Sultan Sambas ke 15 Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin pada tahun 1931 di mana sultan sultan ini diangkat oleh Pemerintah Hindia Belanda karena pada masa itu sudah begitu kuatnya pengaruh Belanda di wilayah Borneo Barat Belanda berkuasa sejak tahun 1930 di wilayah Kalimantan Barat dengan nama Westerafdeling Borneo beribu kota di Pontianak Sedangkan saat itu di Kesultanan Sambas yang menjadi Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin Namun kesultanan dan kerajaan yang ada di wilayah Borneo Barat masih tetap eksis memerintah wilayah kekuasaannya masing masing namun untuk kebijakan kebijakan yang bersifat penting misalnya bidang ekonomi dan luar negeri mesti mendapat persetujuan dari wakil Hindia Belanda yaitu Residen dan Asisten Residen Masa Pendudukan Jepang Sunting Artikel utama Peristiwa Mandor Setelah memerintah kira kira 4 tahun Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II wafat Pemerintahan Kesultanan Sambas diserahkan kepada keponakannya yaitu Raden Muhammad Mulia Ibrahim bin Pangeran Adipati Achmad bin Sultan Muhammad Shafiuddin II menjadi Sultan Sambas ke 15 dengan gelar Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin inilah pasukan Jepang masuk ke Sambas Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin kemudian menjadi salah seorang korban keganasan pasukan Jepang yaitu bersama dengan sebagian besar raja raja lainnya yang ada di wilayah Borneo Barat ini dibunuh pasukan Jepang di daerah Mandor Setelah jepang di bom atom oleh Sekutu Pemerintahan Kesultanan Sambas berdiri kembali oleh sebuah Majelis Kesultanan Sambas dibawah pimpinan Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma Muchsin Panji Anom hingga kemudian dengan terbentuknya Republik Indonesia Serikat Majelis Kesultanan Sambas kemudian memutuskan untuk bergabung dalam Republik Indonesia Serikat melalui Daerah Istimewa Kalimantan Barat DIKB pada tahun 1950 Batas Wilayah Kekuasaan Kesultanan Sambas SuntingBatas wilayah Kesultanan Sambas pada awalnya yaitu ketika didirikan pertama kali oleh Raden Sulaiman Sultan Muhammad Shafiuddin I adalah meliputi wilayah Sungai Sambas dan percabangannya serta wilayah Sungai Paloh dan percabangannya Ketika pada masa Sultan Sambas ke 2 yaitu Sultan Muhammad Tajuddin I Raden Bima batas wilayah Kesultanan Sambas telah meluas meliputi Sungai Sambas hingga wilayah Sungai Selakau dan percabangannya Wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas kemudian terus meluas hingga pada masa Sultan Sambas ke 4 Sultan Abubakar Kamaluddin wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas telah meliputi mulai dari Tanjung Datuk di utara hingga ke Sungai Duri di selatan kemudian daerah Montraduk dan Bengkayang di tenggara hingga ke daerah Seluas dan Sungkung di sebelah timur Wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas dari masa Sultan Sambas ke 4 Sultan Abubakar Kamaluddin ini kemudian terus bertahan hingga berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Sambas selama sekitar 279 tahun dengan melalui 15 orang Sultan dan 2 orang Kepala Pemerintahan yaitu dengan bergabung ke dalam Republik Indonesia Serikat RIS pada tahun 1950 Pada tahun 1956 bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas itu yaitu wilayah Kesultanan Sambas sejak Sultan Sambas ke 4 hingga berakhirnya pemerintahan Kesultanan Sambas itu secara utuh dijadikan wilayah Kabupaten Sambas sebagaimana tercantum dalam Berita Daerah Kalimantan Barat mengenai pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1956 Wilayah Kabupaten Sambas ini kemudian terus bertahan hingga kemudian pada tahun 2000 wilayah Kabupaten Sambas dimekarkan menjadi 3 Daerah Pemerintahan yaitu Kabupaten Sambas Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang hingga sekarang ini 2 3 Peninggalan Kesultanan Sambas SuntingPeninggalan dari jejak Kesultanan Sambas yang masih ada hingga saat ini adalah Masjid Jami Kesultanan Sambas Istana Istana Alwatzikhubillah Makam makam Sultan Sambas dari Sultan Sambas pertama hingga Sultan Sambas ke 14 serta sebagian alat alat kebesaran kerajaan seperti tempat tidur sultan terakhir kaca hias seperangkat alat untuk makan sirih pakaian kebesaran sultan payung ubur ubur tombak canggah 3 buah meriam canon di depan istana dan 2 buah meriam lele 2 buah tempayan keramik dari negeri Tiongkok dan 4 buah kaca cermin besar dari Kerajaan Prancis dan 2 buah kaca cermin besar dari Belanda Sebagian besar barang barang peninggalan Kesultanan Sambas lainnya telah hilang atau terjual oleh oknum tertentu namun secara fisik jejak Kesultanan Sambas masih terlihat jelas dan terasa kuat di Sambas ini Juga Keturunan dari Sultan Sultan Sambas ini bertebaran di wilayah Kalimantan Barat baik di Sambas Singkawang dan Pontianak yang sebagiannya masih menggunakan gelar Raden Sultan Sultan Sambas SuntingSultan Sultan Sambas seluruhnya berjumlah 15 Sultan dan 1 Orang Kaya Kaya Daerah yaitu Sultan Muhammad Shafiuddin I bin Sultan Ibrahim Ali Omar Shah Sultan Tengah 1671 1682 Sultan Muhammad Tajuddin bin Sultan Muhammad Shafiuddin I 1682 1718 Sultan Umar Aqamaddin I bin Sultan Muhammad Tajuddin 1718 1732 Sultan Abubakar Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin I 1732 1762 Sultan Umar Aqamaddin II bin Sultan Abubakar Kamaluddin 1762 1786 dan 1793 1802 Sultan Achmad Tajuddin bin Sultan Umar Aqamaddin II 1786 1793 Sultan Abubakar Tajuddin I bin Sultan Umar Aqamaddin II 1802 1815 Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I bin Sultan Umar Aqamaddin II 1815 1828 4 Sultan Usman Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin II 1828 1832 Sultan Umar Aqamaddin III bin Sultan Umar Aqamaddin II 1832 1846 5 6 Sultan Abu Bakar Tajuddin II bin Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I 1846 1854 7 Sultan Umar Kamaluddin bin Sultan Umar Aqamaddin III 1854 1866 Sultan Muhammad Shafiuddin II bin Sultan Abubakar Tajuddin II 1866 1924 Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II bin Sultan Muhammad Shafiuddin II 1924 1926 Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin bin Pangeran Adipati Achmad bin Sultan Muhammad Shafiuddin II 1931 1944 Sultan Sambas Terakhir Pangeran Ratu Muhammad Taufik bin Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin 1944 1984 Kepala Rumah Tangga Istana Kesultanan Sambas Pangeran Ratu Winata Kusuma bin Pangeran Ratu Muhammad Taufik 2000 2008 Kepala Rumah Tangga Istana Kesultanan Sambas Pangeran Ratu Muhammad Tarhan bin Pangeran Ratu Winata Kesuma 2008 sekarang sebagai Pewaris Kepala Rumah Tangga Istana Kesultanan Sambas Engku Seri Terunjing Bakong bin Pangeran Raja Berempat Pi e Orang Kaya Kaya Daerah Adapun urutan para Kepala Pemerintahan Kesultanan Sambas yang pernah memerintah di Kesultanan Sambas selama 279 Tahun masa pemerintahan Kesultanan Sambas yaitu dari sejak Kesultanan Sambas berdiri pada tahun 1671 M hingga berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Sambas dengan bergabung kepada Republik Indonesia Serikat RIS pada tahun 1950 M adalah sebagai berikut 1 Sultan Muhammad Shafiuddin I Raden Sulaiman bin Sultan Tengah Tahun 1671 1682 M2 Sultan Muhammad Tajuddin I Raden Bima bin Sultan Muhammad Shafiuddin I Tahun 1682 1718 M3 Sultan Umar Aqamaddin I Raden Mulia Meliau bin Sultan Muhammad Tajuddin I Tahun 1718 1732 M4 Sultan Abubakar Kamaluddin Raden Bungsu bin Sultan Umar Aqamaddin I Tahun 1732 M 1762 M5 Sultan Umar Aqamaddin II Raden Jamak bin Sultan Abubakar Kamaluddin Tahun 1762 1786 M amp 1793 1802 M6 Sultan Muhammad Tajuddin II Raden Ahmad Gayong bin Sultan Umar Aqamaddin II Tahun 1786 1793 M7 Sultan Abubakar Tajuddin II Raden Mantri bin Sultan Umar Aqamaddin II Tahun 1802 1815 M8 Sultan Muhammad Ali Shafiuddin I Raden Anom Pasu bin Sultan Umar Aqamaddin II Tahun 1815 1828 M9 Sultan Usman Kamaluddin Raden Sumba bin Sultan Umar Aqamaddin II Tahun 1828 1830 M10 Sultan Umar Aqamaddin III Raden Semar bin Sultan Umar Aqamaddin II Tahun 1830 1846 M11 Sultan Abubakar Tajuddin II Raden Ishaq bin Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II Tahun 1846 1855 M12 Sultan Umar Kamaluddin Raden Tokok bin Sultan Umar Aqamaddin III Tahun 1855 1866 M13 Sultan Muhammad Shafiuddin II Raden Hafifuddin bin Sultan Abubakar Tajuddin II Tahun 1866 1922 M14 Sultan Muhammad Ali Shafiuddin II Raden Muhammad Arif bin Sultan Muhammad Shafiuddin II Tahun 1922 1926 M15 Pangeran Bendahara Muhammad Tayeb Raden Muhammad Tayeb bin Sultan Muhammad Shafiuddin II Tahun 1926 1931 M16 Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin Raden Muhammad Mulia Ibrahim bin Pangeran Adipati Achmad bin Sultan Muhammad Shafiuddin II Tahun 1931 194417 Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma Muchsin Panji Anom Raden Muchsin Panji Anom bin Pangeran Cakra Negara Sulaiman Panji Anom bin Pangeran Muda Nata Kesuma Abdul Muthalib bin Sultan Abubakar Tajuddin II Tahun 1946 1950 Gelar serta Sebutan Kehormatan dan Jabatan di Kesultanan Sambas SuntingSeluruh Sultan Sambas disamping mempunyai nama batang tubuh juga mempunyai nama gelaran seperti Raden Sulaiman bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I Raden Ishaq bergelar Sultan Abubakar Tajuddin II dan lainnya Sultan dengan sebutan penghormatan Sri Paduka al Sultan Tuanku gelar Sultan ibni al Marhum nama dan gelar bapak Sultan dan Yang di Pertuan Sambas dengan panggilan Yang Mulia Sultan yang mengundurkan diri dari Takhta mempunyai sebutan kehormatan Yang Dipertuan Sultan dan menggunakan nama gelarannya sewaktu menjadi Sultan misalnya Yang Dipertuan Sultan Muhammad Shafiuddin II Permaisuri Sri Paduka Ratu gelar Putra Mahkota Pewaris Resmi Kerajaan mempunyai sebutan kehormatan Sultan Muda atau Pangeran Ratu atau Pangeran Adipati namun tidak mempunyai gelar jadi langsung kepada nama batang tubuhnya panggilannya Putra Mahkota ini biasanya dipilih dari anak laki laki sulung dari Permaisuri yang disebut dengan nama Anak Gahara Anak Sulung Sultan dari istri bukan Permaisuri mempunyai sebutan kehormatan Pangeran Muda Dibawah Sultan Sambas terdapat 4 Jabatan Wazir dengan sebutan kehormatan Pangeran dan mempunyai nama gelaran yaitu Wazir I bergelar Pangeran Bendahara Sri Maharaja Wazir II bergelar Pangeran Paku Negara Wazir III bergelar Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma dan Wazir IV bergelar Pangeran Laksmana Keempat Wazir ini diketuai oleh Wazir I Pangeran Bendahara Sri Maharaja dan keempatnya harus berasal dari kerabat dekat Sultan Sambas dan mempunyai nasab yang sama Dibawah Wazir terdapat Menteri Menteri Kerajaan dengan sebutan kehormatan Pangeran yang diantaranya bergelar Pangeran Cakra Negara Pangeran Amar Diraja dan lainnya Dibawah Pangeran terdapat Chateria Kerajaan dengan sebutan kehormatan Pangeran namun tidak mempunyai nama gelaran jadi langsung kepada nama batang tubuhnya panggilannya Anak anak dari Pangeran Pangeran Ratu atau Pangeran Adipati dan Pangeran Muda mahupun berketurunan Orang Kaya Kaya Daerah semuanya mempunyai sebutan kehormatan Raden dan juga Engku Anak anak dari Raden mempunyai sebutan kehormatan Urai Urai dapat kemudian menjadi Raden tetapi dengan suatu pengangkatan secara resmi oleh Sultan manakala anak anak pewaris Orang Kaya Kaya Daerah dikenali sebagai Engku Lihat pula SuntingKabupaten Sambas Kabupaten Bengkayang Kota SingkawangReferensi Sunting Abdool Cadeer Abdool 1963 Kesultanan Melayu Sambas Pontianak Gemilang Utusan Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Salinan arsip Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 05 05 Diakses tanggal 2013 11 13 Salinan arsip Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 05 24 Diakses tanggal 2013 11 13 Belanda van Eysinga Philippus Pieter Roorda 1841 Handboek der land en volkenkunde geschiedtaal aardrijks en staatkunde von Nederlandsch Indie 3 Van Bakkenes hlm 178 Belanda Landsdrukkerij Batavia Landsdrukkerij Batavia 1842 Almanak van Nederlandsch Indie voor het jaar 15 Lands Drukkery hlm 67 Belanda Landsdrukkerij Batavia Landsdrukkerij Batavia 1845 Almanak van Nederlandsch Indie voor het jaar 18 Lands Drukkery hlm 73 Belanda Hoevell Wolter Robert 1853 Tijdschrift voor Nederlandsch Indie 36 Ter Lands drukkerij hlm 198 Pranala luar Sunting Belanda Tijdschrift voor Indische taal land en volkenkunde Volume 1 Oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen Lembaga Kebudajaan Indonesia Inggris Sejarah Sambas di situs Royal Ark Indonesia Sekilas sejarah kesultanan Sambas di situs sambas go id Diarsipkan 2008 02 21 di Wayback Machine Indonesia Sejarah Kerajaan Sambas di MelayuOnline com Diarsipkan 2007 09 27 di Wayback Machine Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Kesultanan Sambas amp oldid 22438443