www.wikidata.id-id.nina.az
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus Cari sumber Hoegeng Iman Santoso berita surat kabar buku cendekiawan JSTORJenderal Polisi Purn Drs Hoegeng Iman Santoso 1 2 3 4 14 Oktober 1921 14 Juli 2004 adalah satu tokoh kepolisian Indonesia yang pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke 5 Hoegeng terkenal sebagai polisi paling berani dan jujur di Indonesia oleh media dan masyarakat Hoegeng hidup pada era di mana banyak pejabat pemerintah yang korup Gus Dur mantan presiden Indonesia pernah memuji kejujuran Hoegeng beliau mengatakan bahwa hanya ada 3 polisi jujur di negara ini polisi tidur patung polisi dan Hoegeng Hoegeng adalah salah satu orang tersingkat yang mengepalai badan kepolisian nasional Indonesia dari tahun 1968 1971 Hoegeng juga merupakan salah satu penandatangan Petisi 50 Namanya kini diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Bhayangkara di Mamuju Sulawesi Barat dengan nama Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Iman Santoso dan namanya juga diabadikan sebagai nama stadion sepak bola di Kota Pekalongan dengan nama Stadion Jenderal Hoegeng Hoegeng Iman SantosoKepala Staf Angkatan Kepolisian Republik Indonesia ke 5Masa jabatan 9 Mei 1968 2 Oktober 1971PresidenSoekarnoPendahulu Soetjipto JoedodihardjoPengganti M HasanSekretaris Kabinet Indonesia ke 2Masa jabatan 27 Maret 1966 25 Juli 1966PresidenSoehartoPendahulu Djamin GintingPengganti SudharmonoDirektur Jenderal Imigrasi ke 4Masa jabatan 19 Januari 1961 22 Juni 1965PresidenSoekarnoPendahulu NotohatyantoPengganti Widikdo SoedikmanInformasi pribadiLahir 1921 10 14 14 Oktober 1921 Pekalongan Jawa Tengah Hindia BelandaMeninggal14 Juli 2004 2004 07 14 umur 82 Jakarta IndonesiaSuami istriMeriyati Merry RoeslaniAnak3Karier militerPihak Kekaisaran Jepang 1944 1945 Indonesia 1945 1971 Dinas cabangKepolisian Republik IndonesiaMasa dinas1944 1971PangkatJenderal PolisiSunting kotak info L B Daftar isi 1 Biografi 1 1 Kehidupan awal dan pendidikan 1 2 Karier awal 1 3 Kemerdekaan Indonesia dan pendudukan Belanda 1 4 Karier 1 4 1 Kepala Kepolisian Republik Indonesia 2 Kehidupan pribadi 3 Meninggal dunia 4 Penghargaan 5 Referensi 6 Bibliografi 7 Pranala luarBiografi suntingKehidupan awal dan pendidikan sunting Hoegeng lahir di Pekalongan pada 14 Oktober 1921 Nama lahirnya adalah Iman Santoso 5 Nama Hoegeng diambil dari bugel menjadi bugeng dan kemudian hugeng yang berarti gemuk karena tubuhnya yang gemuk semasa kecil Ayahnya adalah Soekarjo Kario Hatmodjo dari Tegal seorang jaksa di Pekalongan ibunya adalah Oemi Kalsoem Ia memiliki dua adik perempuan Titi Soedjati dan Soedjatmi 6 Hoegeng ingin menjadi polisi karena dipengaruhi oleh teman ayahnya yang menjadi kepala kepolisian di kampung halamannya Ating Natadikusumah 7 Perwira hukum lain yang merupakan teman ayahnya adalah Soeprapto 6 Hoegeng bersekolah di Hollandsch Inlandsche School HIS sekolah dasar Pekalongan dan lulus pada tahun 1934 Ia kemudian mendaftar di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO sekolah menengah pertama di kota yang sama dan lulus tiga tahun kemudian Ia pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di Algemene Middelbare School AMS sekolah menengah atas jurusan bahasa dan sastra Barat Selama di AMS Hoegeng berteman dengan seniornya Burhanuddin Harahap teman sekelasnya Soedarpo Sastrosatomo dan juniornya Usmar Ismail dan Rosihan Anwar Pada tahun 1940 setelah lulus ia pindah ke Batavia melanjutkan studinya di Rechtshoogeschool te Batavia RHS perguruan tinggi hukum meskipun beberapa anggota keluarganya menginginkannya untuk mendaftar di Middlebare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren MOSVIA perguruan tinggi pegawai negeri Di sana ia terlibat dalam organisasi kemahasiswaan bernama Unitas Studiosorum Indonesiensis USI Di organisasi itu ia bertemu Soebadio Sastrosatomo Subandrio Oemar Senoadji Chairul Saleh dan Hamid Algadrie 8 Pada bulan Maret 1942 Jepang menduduki Hindia Belanda Awalnya Hoegeng merasa lega dengan kedatangan Jepang Tapi kemudian militer Jepang menutup RHS Hoegeng kemudian kembali ke rumah pada bulan April ia menggunakan waktu luangnya untuk menjual telur dan buku sekolah bahasa Jepang bepergian dari satu kota ke kota lain termasuk Pati dan Semarang bersama temannya Soehardjo Soerjobroto Di Semarang ia bertemu kerabatnya dan ditawari bekerja di stasiun radio Hoso Kyoku Dia diterima dan mulai bekerja satu bulan kemudian Saat bekerja di stasiun ia mendaftar ke pembukaan kursus polisi di Pekalongan Hoegeng kemudian melamar dan diterima sebagai salah satu dari sebelas anggota kepolisian dari 130 pelamar 9 Dia bergabung dengan Marshall General School di Military Police School Fort Gordon Georgia Amerika Serikat Karier awal sunting Hoegeng awalnya merasa kecewa ketika mengetahui bahwa output dari kursus tersebut bukan untuk perwira tinggi inspektur kedua tetapi dua pangkat lebih rendah Namun dia masih melewatinya Selama pelatihan Hoegeng menerima Rp32 per bulan bersih Rp19 50 Setiap hari setelah pelatihan para taruna ditugaskan sebagai petugas polisi reguler di kota Rekan rekannya para pelatih dan sesama taruna kemudian menjadi perwira tinggi terkemuka termasuk Soemarto Soehardjo Soerjobroto Soerojo dan Soedjono Parttokoesoemo Setelah lulus dari kursus tersebut Hoegeng sempat ragu apakah akan melanjutkan karirnya sebagai polisi atau sedikit beralih sebagai hakim Saat itu Soemarto pelatihnya mendaftarkan Hoegeng ke kursus perwira polisi di Sukabumi Hoegeng kemudian diterima meski tidak terlalu serius dalam seleksi tersebut antara lain enam orang dari Pekalongan alumnus kursus tadi 10 Di Sukabumi Hoegeng mendaftar ke kursus Koto Kaisatsu Gakko kursus bagi siapa saja yang sudah terlatih di kepolisian Sebelum lulus Hoegeng dan kawan kawan mengira akan naik pangkat ke jenjang yang lebih tinggi bernama Junsabucho Sebaliknya peringkat mereka harus diturunkan menjadi Minarai Junsabucho Mereka memprotes keras keputusan itu sampai Jenderal Harada dari Angkatan Darat ke 16 mengunjungi tempat itu untuk menenangkan mereka Pada tahun 1944 Hoegeng lulus dan bersama ketiga temannya Soetrisno Noto Darsono dan Soenarto ditugaskan ke Chiang Bu bagian keamanan Semarang Hoegeng dan Soenarto menduduki jabatan Koto Kei Satsuka bagian intelijen sedangkan Noto dan Soetrisno masing masing diberi jabatan di Keimu Ka urusan umum dan Keiza Ka urusan ekonomi Setelah beberapa minggu di Semarang Hoegeng dipromosikan menjadi Kei Bu Ho II Dalam beberapa bulan berikutnya Hoegeng kembali naik pangkat kali ini menjadi Kei Bu Ho I Sesaat sebelum Jepang menyerah kepada pasukan Sekutu Hoegeng dipindahkan ke Keibi Ka Cho divisi perwalian di bawah pimpinan R Soekarno Djojonegoro dan dipromosikan lagi 11 Suatu hari setelah proklamasi Soeprapto teman ayah Hoegeng mengumpulkan anggota polisi termasuk Hoegeng dan atasannya Soekarno Djojonegoro dan memberi tahu mereka tentang kemerdekaan Indonesia dan akan ada pemindahan kekuasaan Pada bulan Oktober Hoegeng dirawat di sebuah rumah sakit sekarang Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi di Semarang setelah menderita gegar otak selama bertugas menjaga tahanan Jepang Saat itu Pertempuran Lima Hari antara pejuang Indonesia dan tawanan Jepang terjadi Pagi hari sebelum rumah sakit diserbu oleh Jepang Hoegeng kabur karena tidak suka dengan suasana rumah sakit dan kabur dari tempat dia dirawat Setelah pertempuran mulai berhenti Hoegeng disarankan oleh dokter untuk beristirahat Ia lalu pamit dan beristirahat di Pekalongan 12 Selama di Pekalongan Hoegeng dikunjungi Komodor M Nazir yang kemudian menjadi Kepala Staf Angkatan Laut pertama Nazir tertarik pada Hoegeng karena dia ingin membentuk polisi militer angkatan laut dan menawarkan yang terakhir untuk menjadi bagian dari angkatan laut Hoegeng kemudian menerima tawaran itu terutama karena dia ingin tantangan karena kepolisian sudah mapan Sebagai perwira militer berpangkat Mayor ia diberi hak untuk tinggal di Hotel Merdeka Yogyakarta dan dibayar Rp 400 per bulan Di bawah pimpinan Letnan Kolonel Darwis Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut di Tegal tugas pertamanya adalah merumuskan landasan dasar kepolisian militer yang pada mulanya bernama satuan Penyelidik Militer Laut Chusus PMLC Selama tinggal di hotel Hoegeng dibujuk oleh Soekanto Tjokrodiatmodjo kepala kepolisian untuk kembali menjadi polisi Di Yogyakarta Hoegeng memiliki aktivitas lain sebagai pemeran utama sandiwara radio Saija dan Adinda yang disiarkan oleh radio Angkatan Laoet Darat dan Oedara ALDO dan RRI Yogya Ia kemudian menikah dengan lawan mainnya dalam lakon Merry pada 31 Oktober 1946 di Jetis Yogyakarta Setelah mereka menikah Hoegeng mengundurkan diri sebagai perwira angkatan laut untuk mengejar impian masa kecilnya menjadi seorang perwira polisi 13 Kemerdekaan Indonesia dan pendudukan Belanda sunting Setelah bergabung kembali Hoegeng tercatat sebagai mahasiswa Akademi Kepolisian di Mertoyudan Magelang Selama liburan di pertengahan tahun 1947 Hoegeng dan istrinya yang sedang hamil mengunjungi keluarganya di Pekalongan Namun pada tanggal 21 Juli militer Belanda melakukan operasi militer Hoegeng dan keluarganya kemudian melarikan diri ke selatan kota Hoegeng diberitahu oleh Soekarno Djojonegoro Kepala Kepolisian Pekalongan bahwa Soekanto telah memerintahkan semua mahasiswa akademi untuk membantu kepolisian setempat Tugas Hoegeng saat itu adalah mengumpulkan materi intelijen Kemudian dia ditangkap oleh petugas polisi yang bekerja untuk Netherlands Indies Civil Administration NICA Saat ditangkap Hoegeng diperlakukan dengan baik tidak seperti yang lain Dia akhirnya mengetahui bahwa orang yang memberi perintah itu adalah de Bretonniere temannya di RHS Hoegeng dibujuk untuk bekerja untuk NICA tetapi menolak Setelah tiga minggu dia dibebaskan Hoegeng kemudian memutuskan untuk mengunjungi komando Yogyakarta Dia istrinya dan orang tuanya pergi ke Jakarta pada awalnya Di Jakarta Hoegeng bertemu dengan Soemarto yang saat itu menjabat Wakil Kepala Djawatan Kepolisian Negara dan diminta menjadi bawahannya Hoegeng diterima tetapi ingin mengunjungi Yogyakarta Dia dibantu oleh Soemarto dan meninggalkan istrinya dan pergi sendiri pada bulan September Di Yogyakarta Hoegeng melaporkan tugasnya kepada Soekanto dan meminta izin sebagai bawahan Soemarto di Jakarta Soekanto memberikan izin Pada bulan November Hoegeng bekerja sebagai asisten Soemarto dan diberi tugas untuk mengamati tahanan politik Indonesia dan membantu mereka jika memungkinkan Di Jakarta ia berkorespondensi dengan Sudirman Hamengkubuwono IX Oerip Soemohardjo Suryadi Suryadarma dan M Nazir 14 Ia pernah menjadi Kepala Dinas Pengawasan Keamanan Negara DPKN di Surabaya Jawa Timur pada tahun 1952 Ia menjadi kepala Badan Reserse Kriminal Bareskrim di Medan Sumatera Utara pada tahun 1956 Pada tahun 1959 ia mengikuti sekolah pelatihan Mobile Brigade Mobrig dan menjadi staf direktorat II di Markas Besar Polri pada tahun 1960 ia menjadi Kepala Djawatan Imigrasi pada tahun 1960 menjadi Menteri Iuran Negara pada tahun 1965 dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti pada tahun 1966 Setelah Hoegeng mengundurkan diri sebagai kepala polisi ia tampil di TVRI bermain gitar Hawaii bersama dengan band The Hawaiian Seniors dan menjadi pembawa acara musik The Hawaiian Seniors aslinya Irama Lautan Teduh dari tahun 1968 sampai 1979 Kadang ia tampil bersama istrinya Merry Hoegeng dan putrinya Reny Hoegeng atau Aditya Hoegeng 15 Karier sunting Sewaktu pendudukan Jepang ia mengikuti latihan kemiliteran Nippon 1942 dan Koto Keisatsu Ka I Kai 1943 Setelah itu ia diangkat menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang 1944 Kepala Polisi Jomblang 1945 dan Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah 1945 1946 Kemudian mengikuti pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel Jawatan Kepolisian Negara Tahun 1950 Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon Georgia Amerika Serikat Dari situ dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya 1952 Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara 1956 di Medan Tahun 1959 mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara 1960 Kepala Jawatan Imigrasi 1960 Menteri luran Negara 1965 dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966 Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus menanjak Dari situ dia menjabat Deputi Operasi Pangak 1966 dan Deputi Men Pangak Urusan Operasi juga masih dalam 1966 Kepala Kepolisian Republik Indonesia sunting Terakhir pada 5 Mei 1968 Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara tahun 1969 namanya kemudian berubah menjadi Kapolri menggantikan Soetjipto Joedodihardjo Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971 dan digantikan oleh Drs Mohamad Hasan Saat menjadi Kapolri Hoegeng Iman Santoso melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut struktur organisasi di tingkat Mabes Polri Hasilnya struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif Pada masa jabatannya terjadi perubahan nama pimpinan polisi dan markas besarnya Berdasarkan Keppres No 52 Tahun 1969 sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI Pangak diubah menjadi Kepala Kepolisian RI Kapolri Dengan begitu nama Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian Mabes Pol Perubahan itu membawa sejumlah konsekuensi untuk beberapa instansi yang berada di Kapolri Misalnya sebutan Panglima Daerah Kepolisian Pangdak menjadi Kepala Daerah Kepolisian RI atau Kadapol Demikian pula sebutan Seskoak menjadi Seskopol Di bawah kepemimpinan Hoegeng peran serta Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional International Criminal Police Organization ICPO semakin aktif Hal itu ditandai dengan dibukanya Sekretariat National Central Bureau NCB Interpol di Jakarta Kehidupan pribadi suntingDi luar dinas kepolisian Hoegeng terkenal dengan kelompok pemusik Hawaii The Hawaiian Seniors selain ikut menyanyi juga memainkan ukulele Kegiatan Hoegeng tersebut sempat ditampilkan di TVRI namun kemudian dicekal oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo dengan alasan tidak sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia Setelah pencekalan itu Hoegeng lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkebun di kebunnya yang kecil di seputaran Jonggol Bogor Selain berkebun ia juga kerap menghabiskan waktunya untuk melukis hobi yang sudah ia lakukan sejak ia masih muda Gaya lukisannya cenderung naturalis Mulanya ia gemar melukis potret manusia namun lama kelamaan lebih sering melukis pemandangan dan bunga Semasa masih menjabat sebagai Kapolri ia menolak menjual lukisanya Namun setelah pensiun Hoegeng baru mau menjual karya karyanya untuk keperluan pribadi atau untuk keperluan sosial 16 Meninggal dunia suntingHoegeng wafat di Jakarta pada tanggal 14 Juli 2004 dalam usia 82 tahun dan dimakamkan di Taman Pemakaman Bukan Umum TPBU Giri Tama Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat Penghargaan suntingAtas semua pengabdiannya kepada negara Hoegeng Iman Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa baik di dalam maupun luar negeri di antaranya nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp nbsp Baris ke 1 Bintang Mahaputera Utama 14 Agustus 2004 17 Bintang GerilyaBaris ke 2 Bintang Dharma Bintang Bhayangkara Utama Bintang Kartika Eka Paksi UtamaBaris ke 3 Bintang Jalasena Utama Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama Satyalancana Peringatan Perjuangan KemerdekaanBaris ke 4 Satyalancana Satya Dasawarsa Satyalancana Jana Utama Satyalancana Ksatriya TamtamaBaris ke 5 Satyalancana Prasetya Pancawarsa Satyalancana Perang Kemerdekaan I Satyalancana Perang Kemerdekaan IIBaris ke 6 Satyalancana G O M I Satyalancana Sapta Marga Satyalancana PenegakBaris ke 7 Knight Grand Cross of the Most Noble Order of the Crown of Thailand Thailand Knight Grand Cross of the Order of Orange Nassau Belanda Panglima Setia Mahkota P S M MalaysiaReferensi sunting Pejabat Kapolri dari Masa ke Masa Website Resmi Polri Diakses tanggal 25 September 2021 Detail biodata Pejabat Menteri Jenderal Purn Dr Hoegeng Imam Santoso Kepustakaan Presiden Republik Indonesia Diakses tanggal 14 Oktober 2022 Muradi 2014 Politics and Governance in Indonesia the Police in the Era of Reformasi Taylor amp Francis hlm 185 ISBN 1 306 86105 5 OCLC 881367626 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan van Dijk C Kees 2021 A Country in Despair Indonesia Between 1997 And 2000 Boston Brill hlm 197 ISBN 978 90 04 43487 5 OCLC 1276859752 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Santoso et al 2014 hlm viii a b Santoso et al 2014 hlm 7 Santoso et al 2014 hlm 5 Santoso et al 2014 hlm 8 11 Santoso et al 2014 hlm 12 13 Santoso et al 2014 hlm 14 16 Santoso et al 2014 hlm 17 20 Santoso et al 2014 hlm 20 23 Santoso et al 2014 hlm 23 26 Santoso et al 2014 hlm 26 30 Santoso et al 2009 hlm 3 author Suhartono 2014 Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan Jakarta Kompas hlm 97 98 99 100 ISBN 978797097691Periksa nilai length isbn bantuan Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Daftar WNI Yang Memperoleh Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Tahun 2004 Sekarang PDF Diakses tanggal 25 Agustus 2021 Bibliografi suntingSantoso Aris Sutrisno Ery Sirait Hasudungan Hasibuan Imran 2009 Hoegeng Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif para Pemimpin Bangsa Hoegeng soothing oasis in the middle of the leaders of the nation s corrupt behavior Yogyakarta Bentang ISBN 978 979 1227 65 0 Diakses tanggal 1 December 2011 Santoso Aris Sutrisno Ery Sirait Hasudungan Hasibuan Imran 2014 Hoegeng Oase di Tengah Keringnya Penegakan Hukum di Indonesia Yogyakarta Bentang Pustaka ISBN 9786027888005 Pranala luar sunting Indonesia Profil Hoegeng di situs web komisikepolisianindonesia com Indonesia Kisah Hoegeng di situs web KPK Diarsipkan 2014 08 03 di Wayback Machine Indonesia Kisah Hoegeng di situs web Direktorat Jenderal Imigrasi Diarsipkan 2014 10 11 di Wayback Machine Jabatan kepolisianDidahului oleh Soetjipto Joedodihardjo Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia1968 1971 Diteruskan oleh Mohamad Hasan Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Hoegeng Iman Santoso amp oldid 25019386