www.wikidata.id-id.nina.az
Amfoterisin B adalah obat antijamur yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur berat dan leismaniasis 1 Amfoterisin B efektif untuk mengobati infeksi jamur seperti aspergilosis blastomikosis kandidiasis koksidioidomikosis dan kriptokokosis 2 Untuk beberapa jenis infeksi amfoterisin B diberikan bersamaan dengan flusitosin 3 Obat ini diberikan secara intravena 2 Amfoterisin B Nama sistematis IUPAC 1R 3S 5R 6R 9R 11R 15S 16R 17R 18S 19E 21E 23E 25E 27E 29E 31E 33R 35S 36R 37S 33 3 amino 3 6 dideoksi b D mannopiranosil oksi 1 3 5 6 9 11 17 37 oktahidroksi 15 16 18 trimetil 13 okso 14 39 dioksabisiklo 33 3 1 nonatriakonta 19 21 23 25 27 29 31 heptaena 36 asam karboksilatData klinisNama dagang Fungizone Mysteclin F lainnyaAHFS Drugs com monographKat kehamilan B US Status hukum Rx only di rumah sakitRute Intravena hanya infus lambat Data farmakokinetikBioavailabilitas 100 IV Metabolisme ginjalWaktu paruh fase awal 24 jam fase kedua sekitar 15 hariEkskresi 40 ditemukan di urin setelah kumulasi beberapa hari bilierPengenalNomor CAS 1397 89 3 YKode ATC A01AB04 A07AA07 G01AA03 J02AA01PubChem CID 14956DrugBank DB00681ChemSpider 10237579 YKEGG D00203 YChEBI CHEBI 2682 YChEMBL CHEMBL267345 YNIAID ChemDB AIDSNO 000096Data kimiaRumus C47H73NO17 Massa mol 924 091 g molSMILES eMolecules amp PubChemInChI InChI 1S C47H73NO17 c1 27 17 15 13 11 9 7 5 6 8 10 12 14 16 18 34 64 46 44 58 41 48 43 57 30 4 63 46 24 38 40 45 59 60 37 54 26 47 61 65 38 25 33 51 22 36 53 35 52 20 19 31 49 21 32 50 23 39 55 62 29 3 28 2 42 27 56 h5 18 27 38 40 44 46 49 54 56 58 61H 19 26 48H2 1 4H3 H 59 60 b6 5 9 7 10 8 13 11 14 12 17 15 18 16 t27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 40 41 42 43 44 46 47 m0 s1 YKey APKFDSVGJQXUKY INPOYWNPSA N YData fisikTitik lebur 170 C 338 F Efek samping yang umum terjadi antara lain demam menggigil dan sakit kepala setelah obat diberikan serta gangguan ginjal 2 Gejala alergi seperti anafilaksis dapat terjadi 2 Efek samping berat lainnya antara lain hipokalemia dan miokarditis 1 Amfoterisin B relatif aman digunakan pada pasien hamil 2 Terdapat formulasi dengan lipid yang memiliki risiko efek samping lebih rendah 2 Obat ini termasuk dalam kelas poliena dan bekerja dengan merusak membran sel jamur 1 2 Amfoterisin B diisolasi dari Streptomyces nodosus pada tahun 1955 dan mulai digunakan sebagai obat pada tahun 1958 4 5 Obat ini terdapat dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia 6 Obat ini tersedia dalam bentuk generik 2 Biaya pengobatan dengan obat ini di negara berkembang pada 2010 sebesar 162 229 USD 1 Daftar isi 1 Indikasi 1 1 Antijamur 1 2 Antiprotozoa 1 3 Spektrum kepekaan 2 Formulasi yang tersedia 2 1 Intravena 2 1 1 Deoksikolat 2 1 2 Liposom 2 1 3 Kompleks lipid 2 2 Oral 3 Efek samping 4 Mekanisme kerja 5 Mekanisme toksisitas 6 ReferensiIndikasi suntingAntijamur sunting Indikasi utama amfoterisin B adalah untuk mengobati infeksi jamur sistemik Karena efek sampingnya yang banyak obat ini hanya digunakan pada pasien dengan infeksi yang berat atau pada pasien yang mengalami imunodefisiensi Obat ini digunakan sebagai terapi lini pertama untuk infeksi mukormikosis invasif meningitis kriptokokus dan infeksi aspergillus dan kandida tertentu 7 8 Obat ini masih sering digunakan walau dikembangkan pertama kali lima puluh tahun yang lalu karena kejadian resistensi terhadap obat ini yang rendah Hal ini bisa terjadi karena agar suatu spesies bisa resisten terhadap amfoterisin B organisme tersebut memerlukan pengorbanan pada bagian terpenting dari organisme tersebut sehingga akan lebih rentan dan terlalu lemah untuk menyebabkan infeksi 9 Antiprotozoa sunting Amfoterisin B umum digunakan pada infeksi protozoa seperti leismaniasis viseral 10 dan naegleriasis 11 Spektrum kepekaan sunting Tabel berikut menunjukkan kepekaan amfoterisin B dari berbagai spesies jamur yang sering menginfeksi manusia Spesies Kadar Penghambatan Minimum Minimum Inhibitory Concentration MIC mg L Aspergillus fumigatus 1 12 Aspergillus terreus Resisten 12 13 Candida albicans 1 12 Candida krusei 1 12 Candida glabrata 1 12 Candida lusitaniae Resisten secara intrinsik 13 Cryptococcus neoformans 2 14 Fusarium oxysporum 2 14 Formulasi yang tersedia suntingIntravena sunting Amfoterisin B tidak larut dalam larutan garam fisiologis pada pH 7 Oleh karena itu dibuat beberapa formulasi untuk meningkatkan bioavailabilitas intravena 15 Formulasi amfoterisin B berbasis lipid tidak lebih efektif dibandingkan formulasi konvensional walau terdapat bukti bahwa formulasi berbasis lipid memiliki efek samping yang lebih sedikit 16 Deoksikolat sunting Formulasi awal menggunakan natrium deoksikolat untuk meningkatkan kelarutan 13 Amfoterisin B deoksikolat AmBD diberikan secaraintravena 17 Formulasi ini sering disebut sebagai amfoterisin konvensional 18 Liposom sunting Agar pasien dapat menggunakan amfoterisin B dengan aman dengan efek samping yang lebih rendah telah dikembangkan formulasi lain yang berbasis lipid 13 Berdasarkan hasil uji klinis amfoterisin B dengan formulasi liposom memiliki toksisitas pada ginjal yang lebih rendah dibandingkan deoksikolat 19 20 dan lebih sedikit kejadian reaksi setelah pemberian melalui infus 13 Formulasi ini memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan amfoterisin B deoksikolat 21 AmBisome LAmB adalah amfoterisin B dengan formulasi liposom yang digunakan secara infus Liposom dari formulasi tersebut terdiri dari campuran fosfatidilkolin kolesterol dan distearoil fosfatidilgliserol yang dalam media air akan membentuk vesikel unilamelar mengandung amfoterisin B 13 22 Kompleks lipid sunting Terdapat pula formulasi dalam kompleks lipid Abelcet disetujui oleh FDA pada tahun 1995 23 Formulasi ini terdiri dari amfoterisin B dan dua lipid dalam perbandingan jumlah 1 1 yang membentuk struktur seperti pita besar 13 Amphotec adalah kompleks amfoterisin dan natrium kolestil sulfat dalam perbandingan jumlah 1 1 Dua molekul tersebut membentuk tetramer yang teragregasi menjadi untaian spiral pada kompleks seperti cakram 22 Formulasi tersebut disetujui oleh FDA pada tahun 1996 23 Oral sunting Hingga saat ini belum terdapat sediaan amfoterisin B yang dapat diminum 24 Kelarutan dan permeabilitasnya yang rendah membuat pengembangan amfoterisin B yang bisa diminum menjadi sukar mengingat bioavailabilitasnya yang rendah DUlu amfoterisin B digunakan untuk infeksi jamur pada permukaan saluran pencernaan seperti sariawan tetapi sekarang telah digantikan oleh antijamur lain seperti nistatin dan flukonazol 25 Efek samping suntingAmfoterisin B dikenal karena efek sampingnya yang berat dan mengancam jiwa Salah sati efek samping yang sangat sering terjadi adalah reaksi segera setelah infus dalam 1 sampai 3 jam Reaksi tersebut terdiri dari demam tinggi menggigil kedinginan hipotensi anoreksia mual muntah sakit kepala dispnea dan takipnea rasa kantuk dan rasa lemah 26 27 Penggunaan amfoterisin B walau dalam rentang indeks terapeutik dapat menyebabkan kegagalan organ multipel Kerusakan ginjal merupakan efek samping yang sering dilaporkan Kerusakan ginjal tersebut bisa bersifat berat dan atau ireversibel Penggunaan formulasi liposom seperti AmBisome dapat menurunkan kejadian kerusakan ginjal dan telah menjadi pilihan bagi pasien dengan gangguan ginjal 28 29 Bentuk liposom tersebut akan berubah setelah berikatan dengan dinding sel jamur dan akan melepaskan amfoterisin B Namun pada sel mamalia bentuk liposom tersebut tidak berubah 30 sehingga mampu mengurangi amfoterisin B yang berinteraksi dengan sel di ginjal dan efek nefrotoksik yang dihasilkan lebih sedikit 31 Selain itu efek samping tersebut gangguan kadarelektrolit seperti hipokalemia dan hipomagnesemia juga sering terjadi 32 Mekanisme kerja suntingAmfoterisin B berikatan dengan ergosterol komponen membran sel jamur Setelah itu amfoterisin B membentuk pori pori yang menyebabkan kebocoran ion monovalen dengan cepat K Na H dan Cl sehingga menyebabkan kematian sel jamur Mekaninsme tersebut merupakan mekanisme utama amfoterisin B sebagai antijamur 33 34 Kompleks amfoterisin B ergosterol yang membentuk pori pori tersebut bersifat stabil karena adanya interaksi Van der Waals 35 Amfoterisin B juga menyebabkan stres oksidatif dalam sel jamur 36 tetapi masih belum diketahui sejauh mana stres oksidatif ini mempengaruhi efektivitas obat 33 Mekanisme toksisitas suntingBaik membran sel mamalia dan jamur memiliki sterol target utama bagi amfoterisin B Karena membran mamalia dan jamur memiliki kemiripan dalam hal struktur dan komposisi amfoterisin B memiliki efek samping yang berat Amfoterisin B dapat membentuk pori pori di membran inang serta membran jamur Kerusakan membran inilah yang membuat amfoterisin B memiliki efek samping yang mengancam jiwa 36 37 38 Ergosterol yang merupakan komponen membran sel jamur memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap amfoterisin B dibandingkan kolesterol yang merupakan komponen membran sel mamalia Reaktivitas dengan membran juga bergantung pada konsentrasi sterol 39 Pemberian amfoterisin dibatasi oleh reaksi setelah infus Hal ini diduga karena produksi imun bawaan dari sitokin proinflamasi 37 40 Referensi sunting a b c d Control of the leishmaniasis report of a meeting of the WHO Expert Committee on the Control of Leishmaniases PDF World Health Organization March 2010 hlm 55 88 186 ISBN 9789241209496 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 2017 03 15 a b c d e f g h Amphotericin B The American Society of Health System Pharmacists Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015 01 01 Diakses tanggal Jan 1 2015 WHO Model Formulary 2008 PDF World Health Organization 2009 hlm 145 ISBN 9789241547659 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 13 December 2016 Diakses tanggal 8 December 2016 Walker S R 2012 Trends and Changes in Drug Research and Development dalam bahasa Inggris Springer Science amp Business Media hlm 109 ISBN 9789400926592 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 09 10 Fischer Jnos Ganellin C Robin 2006 Analogue based Drug Discovery dalam bahasa Inggris John Wiley amp Sons hlm 477 ISBN 9783527607495 WHO Model List of Essential Medicines 19th List PDF World Health Organization April 2015 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 13 December 2016 Diakses tanggal 8 December 2016 Drugs Active against Fungi Pneumocystis and Microsporidia hlm 479 494 e4 ISBN 978 1 4557 4801 3 Moen Marit D Lyseng Williamson Katherine A Scott Lesley J 2012 09 17 Liposomal Amphotericin B Drugs 69 3 361 392 doi 10 2165 00003495 200969030 00010 ISSN 0012 6667 PMID 19275278 Rura Nicole 2013 10 29 Understanding the evolution of drug resistance points to novel strategy for developing better antimicrobials Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 11 15 Diakses tanggal 2016 11 14 via Whitehead Institute den Boer Margriet Davidson Robert N 2006 04 01 Treatment options for visceral leishmaniasis Expert Review of Anti Infective Therapy 4 2 187 197 doi 10 1586 14787210 4 2 187 ISSN 1744 8336 PMID 16597201 Grace Eddie Asbill Scott Virga Kris November 2015 Naegleria fowleri Pathogenesis Diagnosis and Treatment Options Antimicrobial Agents and Chemotherapy 59 11 6677 6681 doi 10 1128 AAC 01293 15 PMC 4604384 nbsp PMID 26259797 a b c d e European Committee on Antimicrobial Susceptibility Testing Antifungal Agents Breakpoint tables for interpretation of MICs PDF 2015 11 16 Diakses tanggal 2015 11 17 a b c d e f g Hamill Richard J 2013 06 01 Amphotericin B Formulations A Comparative Review of Efficacy and Toxicity Drugs 73 9 919 934 doi 10 1007 s40265 013 0069 4 ISSN 0012 6667 PMID 23729001 a b Index The Antimicrobial Index Knowledgebase TOKU E antibiotics toku e com Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015 11 09 Diakses tanggal 2015 11 17 Dutcher James D 1968 10 01 THe discovery and development of amphotericin b Chest 54 Supplement 1 296 298 doi 10 1378 chest 54 Supplement 1 296 ISSN 0012 3692 Steimbach Laiza M Fernanda S Tonin Suzane Virtuoso Helena HL Borba Andreia CC Sanches Astrid Wiens Fernando Fernandez Llimos and Roberto Pontarolo Efficacy and safety of amphotericin B lipid based formulations A systematic review and meta analysis Mycoses 60 no 3 2017 146 154 Maertens J A 2004 03 01 History of the development of azole derivatives Clinical Microbiology and Infection 10 1 10 doi 10 1111 j 1470 9465 2004 00841 x ISSN 1469 0691 PMID 14748798 Clemons KV Stevens DA April 1998 Comparison of Fungizone Amphotec AmBisome and Abelcet for Treatment of Systemic Murine Cryptococcosis Antimicrobial Agents and Chemotherapy 42 4 899 902 doi 10 1128 AAC 42 4 899 PMC 105563 nbsp PMID 9559804 Botero Aguirre Juan Pablo Restrepo Hamid Alejandra Maria 2015 11 23 Cochrane Database of Systematic Reviews Cochrane Database of Systematic Reviews dalam bahasa Inggris 11 CD010481 doi 10 1002 14651858 cd010481 pub2 PMID 26595825 Mistro Sostenes Maciel Isis de M Menezes Rouseli G de Maia Zuinara P Schooley Robert T Badaro Roberto 2012 06 15 Does Lipid Emulsion Reduce Amphotericin B Nephrotoxicity A Systematic Review and Meta analysis Clinical Infectious Diseases 54 12 1774 1777 doi 10 1093 cid cis290 ISSN 1058 4838 PMID 22491505 Bennett John 2000 11 15 Editorial Response Choosing Amphotericin B Formulations Between a Rock and a Hard Place Clinical Infectious Diseases dalam bahasa Inggris 31 5 1164 1165 doi 10 1086 317443 ISSN 1058 4838 PMID 11073746 a b Slain Douglas 1999 03 01 Lipid Based Amphotericin B for the Treatment of Fungal Infections Pharmacotherapy 19 3 306 323 doi 10 1592 phco 19 4 306 30934 ISSN 1875 9114 a b Drugs FDA FDA Approved Drug Products www accessdata fda gov Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014 09 05 Diakses tanggal 2015 11 03 Highly Effective oral amphotericin B formulation against murine visceral leishmaniasis J Infect Dis 200 3 357 360 2009 doi 10 1086 600105 PMID 19545212 Pappas Peter G Kauffman Carol A Andes David Benjamin Daniel K Calandra Thierry F Edwards John E Filler Scott G Fisher John F Kullberg Bart Jan 2009 03 01 Clinical practice guidelines for the management of candidiasis 2009 update by the Infectious Diseases Society of America Clinical Infectious Diseases 48 5 503 535 doi 10 1086 596757 ISSN 1537 6591 PMID 19191635 Shake and Bake TheFreeDictionary com Diakses tanggal 2016 12 09 Hartsel Scott Studies on Amphotericin B PDF Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 20 December 2016 Diakses tanggal 8 December 2016 Walsh Thomas J Finberg Robert W Arndt Carola Hiemenz John Schwartz Cindy Bodensteiner David Pappas Peter Seibel Nita Greenberg Richard N 1999 03 11 Liposomal Amphotericin B for Empirical Therapy in Patients with Persistent Fever and Neutropenia New England Journal of Medicine 340 10 764 771 doi 10 1056 NEJM199903113401004 ISSN 0028 4793 PMID 10072411 Perfect John R Dismukes William E Dromer Francoise Goldman David L Graybill John R Hamill Richard J Harrison Thomas S Larsen Robert A Lortholary Olivier 2010 02 01 Clinical Practice Guidelines for the Management of Cryptococcal Disease 2010 Update by the Infectious Diseases Society of America Clinical Infectious Diseases 50 3 291 322 doi 10 1086 649858 ISSN 1058 4838 PMC 5826644 nbsp PMID 20047480 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 05 21 Jill Adler Moore and Richard T liposomal formulation structure mechanism of action and pre clinical experience Journal of Antimicrobial Chemotherapy 2002 49 21 30 J Czub M Baginski Amphotericin B and Its New Derivatives Mode of action Department of pharmaceutical Technology and Biochemistry Faculty of Chemistry Gdnsk University of Technology 2009 10 459 469 Zietse R Zoutendijk R Hoorn E J 2009 Fluid electrolyte and acid base disorders associated with antibiotic therapy Nature Reviews Nephrology 5 4 193 202 doi 10 1038 nrneph 2009 17 PMID 19322184 a b Mesa Arango Ana Cecilia Scorzoni Liliana Zaragoza Oscar 2012 01 01 It only takes one to do many jobs Amphotericin B as antifungal and immunomodulatory drug Fungi and Their Interactions 3 286 doi 10 3389 fmicb 2012 00286 PMC 3441194 nbsp PMID 23024638 O Keeffe Joseph Doyle Sean Kavanagh Kevin 2003 12 01 Exposure of the yeast Candida albicans to the anti neoplastic agent adriamycin increases the tolerance to amphotericin B Journal of Pharmacy and Pharmacology 55 12 1629 1633 doi 10 1211 0022357022359 ISSN 2042 7158 PMID 14738588 Molecular modelling of amphotericin B ergosterol primary complex in water II Biophysical Chemistry 141 a b Baginski M Czub J 2009 Amphotericin B and Its New Derivatives Mode of Action Current Drug Metabolism 10 5 459 69 doi 10 2174 138920009788898019 PMID 19689243 a b Laniado Laborin R and Cabrales Vargas MN Amphotericin B side effects and toxicity Revista Iberoamericana de Micologia 2009 223 7 Pfizer Amphocin Accessed at Archived copy PDF Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2011 04 19 Diakses tanggal 2010 02 18 on Feb 18 2010 Vertut Croquin Aline Bolard Jacques Chabbert Marie Gary Bobo Claude 1983 Differences in the Interaction of the Polyene Antibiotic Amphotericin B with Cholesterol or Ergosterol Containing Phospholipid Vesicles A Circular Dichroism and Permeability Study Biochemistry 22 12 2939 2944 doi 10 1021 bi00281a024 Drew R Pharmacology of amphotericin B Uptodate Sep 2009 Accessed at http www utdol com online content topic do topicKey antibiot 4619 amp selectedTitle 2 150 amp source search result pranala nonaktif permanen on Feb 18 2010 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Amfoterisin B amp oldid 23664655