www.wikidata.id-id.nina.az
Tabut adalah upacara tradisi masyarakat Bengkulu untuk mengenang mati syahidnya cucu Nabi Muhammad SAW Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah 680 M Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syekh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685 Syekh Burhanuddin Imam Senggolo menikah dengan wanita Bengkulu kemudian anak mereka cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga Tabut upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharram setiap tahun Daftar isi 1 Arti nama 2 Perlengkapan upacara 2 1 Pembuatan Tabut 2 1 1 Kenduri dan Sesaji 2 2 Perlengkapan Musik Tabut 2 3 Kelengkapan lainnya 3 Nilai Nilai 4 Referensi 4 1 Sumber 5 Lihat pula 6 Pranala luarArti nama SuntingMenurut Sumber dari keturunan Imam Senggolo Sebagai Pelaku Tabut Imam Senggolo sejak 1994 yang kebetulan juga Sebagai Ketua KKT Bencoolen Dan BAKT Tabut Bencoolen MAMU Achmad Syiafril Tabut pertama kali dibawa ke Bengkulu oleh Imam Maulana Ichsad pada 1336 Masehi tetapi tidak populer kemudian dilanjutkan dan menjadi populer oleh Imam Senggolo atau Syeikh Burhanuddin I dari Iraq 1400 M yg Wafat 12 April 1427 di Padang Kerbala Bengkulu Gelombang penyiaran Islam ke Wilayah Nusantara dari Jazirah Arab Medinah Karbala Irak Iran sejak abad ke 7 M melalui laut Arabia masuk keluar sungai Indus dengan terlebih dahulu menetap di Punjab Arus penyebaran Islam semakin deras pada abad ke 13 dan abad ke 14 masehi dikarenakan terjadinya penghancuran Baghdad dan pembunuhan masal di Irak oleh bangsa mongol dibawah Hulagu Khan pada sepuluh Februari tahun 1258 M 27 Muharram 656 H Bangunan bangunan indah termasuk perpustakaan yang menyimpan naskah seribu satu malam dan kitab lainnya hancur dimusnahkan Sebagian pelaut pelaut ulung dari Punjab melalui sungai Indus laut Arab berlayar untuk menyiarkan Agama Islam Islam ke Nusantara sebelum sampai di Bengkulu terlebih dahulu mendarat dan singgah di tanah Aceh tetapi mereka tidak menetap tinggal di Aceh Pada saat itu di Aceh telah berdiri kerajaan Samudera Pasai Raja yang berkuasa pada waktu itu adalah sultan Mahmud Malik Zahir raja ke III Rombonganpun melanjutkan pelayaran ke arah selatan sehingga sampailah mereka di Bandar Sungai Serut pada hari kamis 5 Januari tahun 1336 M 18 Jumdil Awwal 736 H Mereka yang selamat sampai di Bengkulu hanyalah 13 orang dibawah pimpinan Imam Maulana Ichsad Keturunan Rasullulah para Zuriat Sayid Ahlul Bait keturunan Ali bin Husain Ali Zainal Abidin bin Ali Bin Abi Thalib Diantara para Zuriat Sayid tersebut diketahui adalah Syech Abdurrahman Ampar Batu wafat hari Kamis tanggal 12 April 1336 M 21 Sya ban 736 H dan Zalmiyah kramat Gadis wafat hari Sabtu 24 Ramadhan 737 H Perayaan Tabut diteruskan dan dipopulerkan oleh Generasi Zuriat Sayid Bengkulu Syah Bedan dan keponakannya Syeh Burhanuddin Imam Senggolo XII pada abad 17 M untuk periode berikutnya keturunan Imam Senggolo yang mempertahankan dan melanjutkan tradisi Tabut di Bengkulu Perkembangan berikutnya perayaan Tabut juga disemarakkan oleh para tentara yang didatangkan oleh Inggris dari Bengali Hal tersebut ditulis Syiafril sebagai berikut Skuadron Prancis di bawah pimpinanan Comte Charles Henri d Estaing meninggalkan Bengkulu setelah mengambil alih Port Marlbrough dari Inggris selama delapan bulan antara 1759 1760 Garnizun Inggris kembali menguasai Bengkulu yang diperkuat tentara sepoy atau Sipay Rombongan pertama berasal dari Madras India Pada 1785 Sepoy Madras ditarik dan digantikan sepoy rombongan kedua dari Benggala benggali Banglades Kelompok tentara Sipay ini ikut membuat Tabut dengan sekelumit doa yang mereka lantunkan adalah sebagai berikut Bismillahirrohmanirrohim yo modo yohawo kupinto mere lamban rohku rohmu same lamban lamban Ipo Dewo dewo mere josoku dube mbun mbun Waktu itu mulai terjadi kekacauan terlebih lagi karena mereka sering bermabuk mabukan dan membuat hal hal yang bertentangan dengan agama Islam sehingga tepat mereka tinggal disebut kampung kepiri menurut riwayat berarti kampung kafir Doa yang dilantunkan tentara sipay sangat berbeda dengan doa yang diwariskan Imam Senggolo yaitu memakai bahasa Urdu Punjab Pakistan yang berakar dari bahasa Pesia yaitu Bismillahirrohmanirrohim saaluree Mahuree yaa Sahuree sarare Tabute Bencoelene surarahe Adene Kondisi sosial budaya masyarakat nampaknya juga menjadi penyebab munculnya perbezaan dalam tatacara pelaksanaan upacara Tabut Di Bengkulu misalnya Tabut 17 menunjukkan kepada jumlah keluarga awal yang melaksanakan Tabut sedangkan di Pariaman hanya terdiri dari 2 jenis Tabut Tabuik iaitu Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa Tempat pembuangan Tabut Tabuik antara Bengkulu dan Pariaman juga berbeza Pada awalnya Tabut di Bengkulu di buang ke laut sebagaimana di Pariaman Sumatera Barat Namun pada perkembangannya Tabut di Bengkulu dibuang di rawa rawa yang berada di sekitar pemakaman umum yang dikenali dengan nama makam Karbela yang diyakini sebagai tempat dimakamnya Imam Senggolo atau Syekh Burhanuddin Kebelakangan ini juga banyak kritikan dari berbagai elemen masyarakat terhadap pelaksanaan upacara Tabut Satu hal yang paling mendasar dari semua kritikan tersebut adalah berubahnya fungsi upacara Tabut dari ritual bernuansa keagamaan menjadi sekadar festival kebudayaan belaka Ini nampaknya disebabkan oleh kenyataan bahwa yang melaksanakan upacara Tabut adalah orang orang bukan Syiah Hilangnya nilai nilai sakraliti upacara Tabut semakin diperparahkan dengan munculnya Tabut pembangunan Upacara Tabut yang dimodenkan Perlengkapan upacara SuntingUntuk melaksanakan upacara Tabut ada beberapa peralatan yang harus dipersiapkan di antaranya adalah Pembuatan Tabut Sunting Kelengkapan alat untuk membuat Tabut antara lain bambu rotan kertas karton kertas mar mar kertas grip tali pisau ukir alat alat gambar lampu senter lampu hias bunga kertas bunga plastik dan lain sebagainya Jika dilihat dari banyaknya alat yang dibutuhkan maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat Tabut sekitar 10 20 Juta rupiah Kenduri dan Sesaji Sunting Bahan bahan yang digunakan untuk membuat kenduri dan sesaji antara lain beras ketan pisang emas tebu jahe dadeh gula aren gula pasir kelapa ayam daging bumbu masak kemenyan dan lain lain Perlengkapan Musik Tabut Sunting Alat alat musik yang biasanya digunakan dalam upacara Tabut adalah Dhol dan tessa Dhol terbuat dari kayu tengahnya dilubangi dan kemudian ditutup dengan menggunakan kulit lembu Dhol berbentuk seperti beduk Garis tengahnya sekitar 70 125 cm dan alat pemukulnya berdiameter 5 cm dan panjangnya 30 cm Cara menggunakannya dengan cara dipukul pukul Sedangkan Tessa berbentuk seperti rebana terbuat dari tembaga besi plat atau alumunium dan juga bisa dari kuali yang permukaannya ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan Kelengkapan lainnya Sunting Perlengkapan perlengkapan lain yang harus dipersiapkan pada setiap unit Tabut adalah Bendera merah putih ukuran rumah tangga berikut tiangnya bendera panji panji berwarna hijau atau biru yang ukurannnya lebih besar dari bendera merah putih bendera putih yang ukurannnya sama dengan panil beserta tiangnya tombak bermata ganda diujungnya digantung duplikat pedang zufikar pedang Rasulullah dengan ukuran mini Nilai Nilai SuntingSecara umum ada dua nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Tabut yaitu nilai Agama sakral sejarah dan sosial Nilai nilai Agama sakral dalam upacara Tabut di antaranya adalah satu proses mengambik tanah mengingatkan manusia akan asal penciptaannya Kedua terlepas dari adanya pandangan bahwa ritual Tabut mengandung unsur penyimpangan dalam akidah seperti penggunaan mantra mantra dan ayat ayat suci dalam prosesi mengambik tanah tetapi esensinya adalah untuk menyadarkan kita bahwa keberagamaan tidak bisa dilepaskan dari nilai nilai budaya lokal Dan ketiga pelaksanaan upacara Tabut merupakan perayaan untuk menyambutan tahun baru Islam Nilai sejarah yang terkandung dalam budaya Tabut adalah sebagai manifestasi kecintaan dan untuk mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW yakni Husein bin Abi Thalib yang terbunuh di Padang Karbela dan juga sebagai ekspresi permusuhan terhadap keluarga Bani Umayyah pada umumnya dan khususnya pada Yazid bin Muawiyah Khalifah Bani Umayyah yang memerintah waktu itu beserta Gubernur Ubaidillah bin Ziyad yang memerintahkan penyerangan terhadap Husain bin Ali beserta laskarnya Adapun nilai sosial yang terkandung didalamnya antara lain mengingatkan manusia akan praktik penghalalan segala cara untuk menuju puncak kekuasaan dan simbolisasi dari sebuah keprihatinan sosial Banyak nilai nilai kebijaksanaan yang dapat digali dan dijadikan landasan untuk mengarungi kehidupan tetapi jika tidak disikapi dengan bijaksana maka upacara Tabut akan menjadi sekadar festival budaya yang kehilangan makna dasarnya Meriah dalam pelaksanaan festival tapi kehilangan sepiritnya Referensi SuntingSumber Sunting Bambang Indarto Ritual Budaya Tabut Sebagai Media Penyiaran Dakwah Islam di Bengkulu Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2006 Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Depdikbud Upacara Tabut Upacara Tradisional Daerah Bengkulu di Kotamadya Bengkulu 1991 1992 Dan Tabut Sakral Itu Pun Patah Diarsipkan 2008 12 08 di Wayback Machine Harian Kompas 15 Februari 2006 Tugu Tabut Tak Boleh Dibongkar Harian Rakyat Bengkulu Upacara Tabut Bengkulu Diarsipkan 2008 09 26 di Wayback Machine melayuonline com Ayo Sukseskan TABUT Di BengkuluLihat pula SuntingHusain bin Ali Asyura TabuikPranala luar Sunting Indonesia Perayaan Massal Tabut Indonesia go id Indonesia TABUT Praktik Syiah Kultural di Indonesia Diarsipkan 2009 07 03 di Wayback Machine Harian Global 13 Januari 2008 Indonesia Teropong Tabut pranala nonaktif permanen Indosiar 28 Maret 2006 Sejarah Perayaan dan Festival Tabut di Bengkulu Diarsipkan 2012 11 18 di Wayback Machine Musiardanis 11 Januari 2001 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Tabut amp oldid 24041976