www.wikidata.id-id.nina.az
Jenderal TNI HOR Purn Sarwo Edhie Wibowo 25 Juli 1925 9 November 1989 adalah seorang tokoh militer Indonesia Ia adalah ayah dari Kristiani Herrawati ibu negara Republik Indonesia yang merupakan istri dari Presiden ke 6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono Ia juga ayah dari mantan KSAD Pramono Edhie Wibowo Ia memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya sebagai panglima RPKAD atau disebut Kopassus pada saat ini Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP 7 Pusat Duta besar Indonesia untuk Korea Selatan serta menjadi Gubernur AKABRI Sarwo Edhie WibowoDuta Besar Indonesia untuk Korea SelatanMasa jabatan Mei 1973 Mei 1978PresidenSoehartoPendahuluLeonardus Benyamin MoerdaniPejabat Duta BesarPenggantiKaharuddin NasutionPanglima Komando Daerah Militer XVII CenderawasihMasa jabatan 2 Juli 1968 20 Februari 1970PresidenSoehartoPendahuluR BintoroPenggantiAcub ZaenalPanglima Komando Daerah Militer II Bukit BarisanMasa jabatan 25 Juni 1967 2 Juli 1968PendahuluSobiranPenggantiLeo LopulisaKomandan Resimen Para Komando Angkatan Darat ke 5Masa jabatan 1964 1967PendahuluMung ParhadimulyoPenggantiWidjoyo SuyonoInformasi pribadiLahir 1925 07 25 25 Juli 1925Pangenjuru Purworejo Jawa Tengah Hindia BelandaMeninggal9 November 1989 1989 11 09 umur 64 Jakarta IndonesiaKebangsaan IndonesiaSuami istriNy Sunarti Sri HadiyahHubungan1 Jenderal TNI Susilo Bambang Yudhoyono menantu 2 Letjen TNI Erwin Sudjono menantu 3 Kolonel Inf Hadi Utomo menantu 4 Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono Cucu 5 Letkol Inf Danang Prasetyo Wibowo Cucu Anak1 Wijiasih Cahyasasi2 Wrahasti Cendrawasih3 Kristiani Herrawati4 Mastuti Rahayu5 Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo6 Retno Cahyaningtyas7 Hartanto Edhie WibowoPekerjaanTentaraKarier militerPihak Kekaisaran Jepang 1942 1945 Indonesia 1945 1975 Dinas cabangPETA 1942 1945 TNI Angkatan Darat 1945 1975 Masa dinas1942 1975PangkatJenderal TNI HOR SatuanInfanteri RPKAD Pertempuran perangRevolusi Nasional IndonesiaGerakan 30 September Daftar isi 1 Awal kehidupan 2 Karier militer 2 1 Karier hingga 1965 2 2 Menumpas Gerakan G30S 2 3 Transisi dari Orde Lama ke Orde Baru 2 4 Penentuan Pendapat Rakyat 3 Kehidupan pribadi 4 Meninggal Dunia 5 Kenaikan Pangkat Kehormatan 6 Riwayat Jabatan 7 Referensi 8 Pranala luarAwal kehidupan SuntingIa lahir pada tanggal 25 Juli 1925 di Desa Pangenjuru Tengah Purworejo dari Pasangan Raden Kartowilogo dan Raden Ayu Sutini berasal dari keluarga PNS bekerja untuk Pemerintah Kolonial Belanda dan kemudian diberi nama Edhie Namun karena sering sakit sakitan sesuai dengan adat Jawa nama Edhie pundi ditambah Dengan Sarwo Dan akhirnya namanya menjadi Sarwo Edhie bahkan setelah menikah namanya menjadi Sarwo Edhie Wibowo Sesuai pesan ayahnya dengan harapan kelak ia memiliki kewibawaan Meski berdarah bangsawan Edhie tak segan segan mengikuti permainan anak desa Orangtuanya tidak pernah mengajarkan perbedaan kedudukan dengan orang lain Sebagai seorang anak ia belajar silat sebagai bentuk pertahanan diri Saat ia tumbuh Sarwo Edhie membentuk kekaguman terhadap Tentara Jepang dan kemenangan mereka melawan Pasukan Sekutu yang ditempatkan di Pasifik dan Asia Pada tahun 1942 ketika Jepang menguasai Indonesia Sarwo Edhie pergi ke Surabaya untuk mendaftarkan diri sebagai prajurit Pembela Tanah Air PETA yang merupakan kekuatan tambahan Jepang yang terdiri dari tentara Indonesia Sarwo Edhie kecewa karena tugas tugasnya selama periode ini sebagian besar hanya memotong rumput membersihkan toilet dan membuat tempat tidur bagi perwira Jepang Ketika dia berlatih Sarwo Edhie harus menggunakan senjata kayu Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 Sarwo Edhie bergabung dengan BKR sebuah organisasi milisi yang akan menjadi cikal bakal ABRI Tentara Nasional Indonesia saat ini dan membentuk batalion Namun usaha itu gagal dan batalion bubar Teman satu kampung halamannya Ahmad Yani yang mendorongnya untuk terus menjadi seorang tentara dan mengundangnya untuk bergabung dengan Batalion di Magelang Jawa Tengah Karier militer SuntingKarier hingga 1965 Sunting Karier Sarwo Edhie di ABRI dia pernah menjadi Komandan Batalion di Divisi Diponegoro 1945 1951 Komandan Resimen Divisi Diponegoro 1951 1953 Wakil Komandan Resimen di Akademi Militer Nasional 1959 1961 Kepala Staf Resimen Pasukan Komando RPKAD 1962 1964 dan Komandan RPKAD 1964 1967 RPKAD adalah usaha Indonesia untuk menciptakan sebuah unit pasukan khusus yang kemudian akan menjadi Kopassus dan pengangkatan Sarwo Edhie sebagai komandan unit elit ini berkat Ahmad Yani Pada tahun 1964 Yani telah menjadi Kepala Staf Angkatan Darat dan menginginkan seseorang yang bisa dia percaya sebagai Komandan RPKAD 1 Menumpas Gerakan G30S Sunting Selama Sarwo Edhie menjadi Komandan RPKAD Gerakan 30 September terjadi Pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 enam jenderal termasuk Ahmad Yani diculik dari rumah mereka dan dibawa ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Sementara proses penculikan sedang dieksekusi sekelompok pasukan tak dikenal menduduki Monumen Nasional Monas Istana Kepresidenan Radio Republik Indonesia RRI dan gedung telekomunikasi Hari dimulai seperti biasanya bagi Sarwo Edhie dan pasukan RPKAD yang sedang menghabiskan pagi mereka di markas RPKAD di Cijantung Jakarta Kemudian Kolonel Herman Sarens Sudiro tiba Sudiro mengumumkan bahwa ia membawa pesan dari markas Kostrad dan menginformasikan kepada Sarwo Edhie tentang situasi di Jakarta Sarwo Edhie juga diberitahu oleh Sudiro bahwa Mayor Jenderal Soeharto yang menjabat sebagai Panglima Kostrad diasumsikan akan menjadi pimpinan Angkatan Darat Setelah memberikan banyak pemikirannya Sarwo Edhie mengirim Sudiro kembali dengan pesan bahwa ia akan berpihak dengan Soeharto 2 Setelah Sudiro pergi Sarwo Edhie dikunjungi oleh Brigjen Sabur Komandan Cakrabirawa Sabur meminta Sarwo Edhie untuk bergabung dengan Gerakan G30S Sarwo Edhie mengatakan kepada Sabur dengan datar bahwa ia akan memihak Soeharto Pada pukul 11 00 siang hari itu Sarwo Edhie tiba di markas Kostrad dan menerima perintah untuk merebut kembali gedung RRI dan telekomunikasi pada pukul 06 00 petang batas waktu dimana pasukan tak dikenal diharapkan untuk menyerah Ketika pukul 06 00 petang tiba Sarwo Edhie memerintahkan pasukannya untuk merebut kembali bangunan yang ditunjuk Hal ini dicapai tanpa banyak perlawanan karena pasukan itu mundur ke Halim dan bangunan diambil alih pada pukul 06 30 petang Dengan situasi di Jakarta yang aman mata Soeharto ternyata tertuju ke Pangkalan Udara Halim Pangkalan Udara adalah tempat para Jenderal yang diculik dan dibawa ke basis Angkatan Udara yang telah mendapat dukungan dari gerakan G30S Soeharto kemudian memerintahkan Sarwo Edhie untuk merebut kembali Pangkalan Udara Memulai serangan mereka pada pukul 2 dinihari pada 2 Oktober Sarwo Edhie dan RPKAD mengambil alih Pangkalan Udara pada pukul 06 00 pagi Transisi dari Orde Lama ke Orde Baru Sunting Setelah mengambil alih Pangkalan Udara Halim Sarwo Edhie bergabung dengan Soeharto karena keduanya dipanggil ke Bogor oleh Presiden Soekarno Sementara Soeharto diperingatkan oleh Soekarno karena mengabaikan perintahnya Sarwo Edhie terkejut dengan ketidakpekaan Soekarno dengan kematian enam Jenderal Sarwo Edhi bertanya Di mana para Jenderal Sukarno menjawab Bukankah ini hal yang normal dalam revolusi 3 Pada tanggal 4 Oktober 1965 pasukan Sarwo Edhie memimpin penggalian dari mayat para jenderal dari sumur Lubang Buaya Pada tanggal 16 Oktober 1965 Soeharto diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat oleh Soekarno Pada saat itu Partai Komunis Indonesia PKI telah dituduh sebagai penyebab dari G30S dan sentimen anti Komunis telah membangun cukup untuk mendapatkan momentum Sarwo Edhie diberi tugas melenyapkan anggota PKI di lahan subur komunis di Jawa Tengah Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pembunuhan massal pada bulan Oktober Desember 1965 di Jawa Bali dan beberapa bagian dari Sumatra Ada banyak perkiraan mengenai jumlah orang yang tewas selama berbulan bulan Jumlah perkiraan awal sedikitnya setengah juta orang dan satu juta orang paling banyak menjadi korban 4 Pada bulan Desember 1965 angka yang diberikan kepada Soekarno adalah 78 000 meskipun setelah ia jatuh hal itu direvisi menjadi 780 000 Angka 78 000 itu adalah sebuah cara untuk menyembunyikan jumlah korban tewas dari Soekarno 5 Spekulasi terus berlanjut sepanjang tahun mulai dari 60 000 sampai 1 000 000 Meskipun konsensus tampaknya telah menetapkan sekitar 400 000 jiwa 5 Akhirnya pada tahun 1989 sebelum kematiannya Sarwo Edhie memberi pengakuan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat DPR bahwa 3 juta orang 6 tewas dalam pertumpahan darah ini Pada awal tahun 1966 sentimen anti Komunis dikombinasikan dengan tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan Soekarno mulai kehilangan popularitasnya di mata Rakyat Saat itu terjadi protes anti Soekarno yang dipimpin oleh gerakan pemuda seperti dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia KAMI Pada 10 Januari 1966 KAMI mengeluarkan tiga tuntutan kepada Soekarno Mereka ingin PKI harus dilarang simpatisan PKI dalam Kabinet ditangkap dan harga harga harus diturunkan Soeharto menyadari pentingnya dalam menyelaraskan Angkatan Darat dengan para pengunjuk rasa Selama bulan bulan pertama tahun 1966 Sarwo Edhie bersama sama dengan Kepala Staf Kostrad Kemal Idris aktif menyelenggarakan dan mendukung protes sementara membuat nama untuk dirinya sendiri di antara para pengunjuk rasa KAMI dalam proses 7 Pada 26 Februari 1966 KAMI secara resmi dilarang oleh Soekarno tetapi dengan dorongan dari Sarwo Edhie dan Kemal mereka masih terus memprotes Dalam menunjukkan solidaritas dengan mahasiswa Sarwo Edhie terdaftar di Universitas Indonesia 8 Meskipun ia tumbuh menjadi lawan politik terbesar Soekarno Soeharto seorang tradisionalis Jawa yang kuat selalu berhati hati untuk menghindari menantang Soekarno secara langsung Namun pada Maret 1966 ia siap untuk memaksa Soekarno Pada awal bulan ia memerintahkan RPKAD untuk menangkap simpatisan PKI dalam kabinet Soekarno Suharto berubah pikiran di menit terakhir berpikir bahwa keamanan Soekarno mungkin dapat dikompromikan Namun itu sudah terlambat untuk menarik perintah Pada pagi hari 11 Maret 1966 pada saat rapat kabinet di mana Soeharto tidak hadir Sarwo Edhie dan pasukannya mengepung Istana Presiden tanpa identifikasi Soekarno takut dirinya dievakuasi ke Bogor Kemudian pada hari itu juga ia mentransfer kekuasaan eksekutifnya kepada Soeharto melalui surat yang disebut Supersemar Pada tahun 1967 Sarwo Edhie dipindahkan ke Sumatra dan menjadi Panglima Kodam II Bukit Barisan Di Sumatra Sarwo Edhie lanjut melemahkan kekuasaan Soekarno dengan melarang Partai Nasional Indonesia PNI di seluruh pulau Penentuan Pendapat Rakyat Sunting Untuk hal ini Sarwo Edhie dipindahkan ke Irian Barat untuk menjadi Panglima Kodam XVII Cendrawasih Ia memimpin di sana hingga terselenggaranya Penentuan Pendapat Rakyat di mana Indonesia menganeksasi wilayah tanpa memegang referendum penuh Sarwo Edhie memainkan peran utama dalam menghancurkan resistensi Papua 9 Kehidupan pribadi SuntingSarwo Edhie menikah dengan Sunarti Sri Hadiyah binti Danu Sunarto mereka mempunyai 7 anak Wijiasih Cahyasasi Wrahasti Cendrawasih Kristiani Herrawati Mastuti Rahayu Pramono Edhie Wibowo Retno Cahyaningtyas dan Hartanto Edhie Wibowo Susilo Bambang Yudhoyono Presiden keenam Republik Indonesia adalah menantunya yang menikah dengan Kristiani Herrawati Meninggal Dunia SuntingSarwo Edhie meninggal pada 9 November 1989 pada usia 64 tahun karena penyebab alami Ia dimakamkan di daerah asalnya di tempat pemakaman keluarga Purworejo tepatnya di Kampung Ngupasan Kelurahan Pangenjurutengah Purworejo Jawa Tengah 10 Kenaikan Pangkat Kehormatan SuntingPada November 1997 Presiden Soeharto memberikan penghargaan untuk para mantan KSAD Soeharto memberikan kenaikan pangkat kehormatan satu tingkat lebih tinggi kepada Jenderal Kehormatan GPH Djatikusumo Letjen Kehormatan Bambang Sugeng dan Letjen Kehormatan Bambang Utoyo Selain itu juga kepada Jenderal Kehormatan Sarwo Edhie Wibowo mantan Dubes RI di Korea Selatan Riwayat Jabatan SuntingKomandan Batalion Divisi Diponegoro 1945 1951 Komandan Resimen Divisi Diponegoro 1951 1953 Wakil Komandan Resimen AMN 1959 1961 Wadan RPKAD 1962 1964 Komandan RPKAD 1964 1967 Pangdam II Bukit Barisan 1967 1968 Pangdam XVII Tjenderawasih 1968 1970 Gubernur AKABRI 1970 1974 Referensi Sunting Djarot Eros et al 2006 Siapa Sebenarnya Soeharto Fakta dan Kesaksian Para Pelaku Sejarah G 30 S PKI dalam bahasa Indonesia edisi ke 1 Tangerang PT Agromedia Pustaka hlm 63 Pemeliharaan CS1 Penggunaan et al yang eksplisit link Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Dake Antonie C A 2005 Sukarno File Kronologi Suatu Keruntuhan dalam bahasa Indonesian edisi ke 4 Jakarta Aksara Karunia hlm 111 Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Dake Antonie C A 2005 Sukarno File Kronologi Suatu Keruntuhan dalam bahasa Indonesian edisi ke 4th Jakarta Aksara Karunia hlm 194 Pemeliharaan CS1 Bahasa yang tidak diketahui link Hughes John 2002 The End of Sukarno A Coup That Misfired A Purge That Ran Wild Singapore Archipelago Press hlm 194 ISBN 981 4068 65 9 a b Hughes John 2002 The End of Sukarno A Coup That Misfired A Purge That Ran Wild Singapore Archipelago Press hlm 195 ISBN 981 4068 65 9 Kolektif Info Coup d etat 65 Dokumen pranala nonaktif permanen Elson Robert 2001 Suharto A Political Biography UK The Press Syndicate of the University of Cambridge hlm 130 ISBN 0 521 77326 1 Elson Robert 2001 Suharto A Political Biography UK The Press Syndicate of the University of Cambridge hlm 134 ISBN 0 521 77326 1 TAPOL the Indonesian Human Rights Campaign Biografi Sarwo Edhie Wibowo Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014 01 28 Diakses tanggal 2014 07 23 Pranala luar Sunting nbsp Portal Indonesia Indonesia Sarwo Edhie Wibowo 1925 1989 Jenderal Brilian dan Jujur Diarsipkan 2013 10 04 di Wayback Machine Jabatan militerDidahului oleh R Bintoro Pangdam Trikora1968 1970 Diteruskan oleh Acub ZaenalDidahului oleh Mung Parhadimulyo Danjen Kopassus1964 1967 Diteruskan oleh Widjoyo SuyonoJabatan diplomatikDidahului oleh Leonardus Benyamin MoerdaniPejabat Duta Besar Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan1974 1978 Diteruskan oleh Kaharuddin Nasution Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Sarwo Edhie Wibowo amp oldid 24393064