www.wikidata.id-id.nina.az
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta Keraton ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I pada tahun 1755 sebagai Istana Keraton Yogyakarta yang baru berdiri akibat perpecahan Mataram Islam dengan adanya Perjanjian Giyanti Keraton ini adalah pecahan dari Keraton Surakarta Hadiningrat dari Mataram Islam Surakarta Kerajaan Surakarta Sehingga dinasti Mataram diteruskan oleh 2 Kerajaan yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta Total luas wilayah keseluruhan keraton yogyakarta mencapai 184 hektar yakni meliputi seluruh area di dalam benteng Baluwarti alun alun Lor alun alun Kidul gapura Gladak dan kompleks Masjid Gedhe Yogyakarta Sementara luas dari kedhaton inti keraton mencapai 13 hektar Keraton Ngayogyakarta Hadiningratꦏꦝꦠ ꦤ ꦔꦪ ꦒ ꦏ ꦠ ꦲꦢ ꦤ ꦫꦠ Kadhaton Ngayogyakarta AdiningratLambang Kesultanan Ngayogyakarta HadiningratPagelaran Keraton YogyakartaInformasi umumJenisKeratonGaya arsitekturArsitektur JawaLokasiKota YogyakartaNegara IndonesiaMulai dibangun1755Rampung1756PemilikKasultanan Ngayogyakarta HadiningratDesain dan konstruksiArsitekHamengkubuwana IDikenal karenaIstana Kasultanan NgayogyakartaSitus webkratonjogja wbr idCagar budaya IndonesiaKraton YogyakartaPeringkatNasionalNo RegnasCB 177LokasikeberadaanKota YogyakartaNo SKPM 07 PW 007 MKP 2010Tanggal SK8 Januari 2010Tingkat SKMenteriPemilikKesultanan Ngayogyakarta HadiningratKoordinat7 48 20 S 110 21 51 E 7 805689 S 110 36406 E 7 805689 110 36406Keraton Ngayogyakarta HadiningratLokasi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Kota YogyakartaNama sebagaimana tercantum dalamSistem Registrasi Nasional Cagar BudayaWalaupun Kesultanan Yogyakarta secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1945 kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan termasuk berbagai pemberian dari raja raja Eropa replika pusaka keraton dan gamelan Dari segi bangunannya keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik memiliki balairung balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas 1 Daftar isi 1 Sejarah 2 Tata ruang dan arsitek 2 1 Tata ruang 2 2 Arsitektur umum 3 Kompleks depan 3 1 Gladhag Pangurakan 3 2 Alun alun Lor 3 3 Masjid Gedhe Kasultanan 4 Kompleks inti 4 1 Kompleks Pagelaran 4 2 Siti Hinggil Ler 4 3 Kamandhungan Lor 4 4 Sri Manganti 4 5 Kedhaton 4 6 Kamagangan 4 7 Kamandhungan Kidul 4 8 Siti Hinggil Kidul 5 Kompleks belakang 5 1 Alun alun Kidul 5 2 Plengkung Nirbaya 6 Bagian lain Keraton 6 1 Pracimosono 6 2 Roto Wijayan 6 3 Kawasan tertutup 6 4 Taman Sari 6 5 Kadipaten 6 6 Benteng Baluwerti 7 Bagian lain yang terkait 7 1 Tugu Golong Gilig 7 2 Panggung Krapyak 7 3 Kepatihan 7 4 Pathok Negoro 7 5 Bering Harjo 8 Warisan budaya 8 1 Tumplak Wajik 8 2 Garebeg 8 3 Sekaten 8 4 Upacara Siraman Jamasan Pusaka dan Labuhan 9 Pusaka kerajaan 9 1 Regalia 9 2 Lambang kebesaran 9 3 Gamelan 9 4 Kereta kuda pilihan 9 5 Tanda jabatan 10 Pemangku adat Yogyakarta 11 Prajurit Kraton 11 1 Prajurit Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat 11 2 Prajurit Kraton Yogyakarta 12 Filosofi dan mitologi seputar Keraton 13 Lihat pula 14 Catatan kaki 15 Daftar pustaka 16 Pranala luarSejarah Sunting Sultan Hamengkubuwono VIII menerima kunjungan kehormatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bijleveld di Keraton Yogyakarta sekitar tahun 1937 Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan 2 yang bernama Garjitawati Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring iringan jenazah raja raja Mataram Kartasura dan Surakarta yang akan dimakamkan di Imogiri Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air Umbul Pacethokan yang ada di tengah hutan Beringan Sebelum menempati Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman 3 Perpindahan boyongan Sultan dan pengikutnya dari Gamping menuju Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ditandai dengan surya sengkala Dwi Naga Rasa Tunggal yang memiliki nilai tahun 1756 Masehi Sengkalan tersebut bermakna tentang kesatuan kegotong royongan serta kewibawaan kesaktian dan kesucian seorang raja atau pemimpin dan sebagai tolak bala serta keyakinan akan keselamatan ketenteraman dan harapan pencapaian kemakmuran sebuah kerajaan yang dibangun Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler Balairung Utara Kamandhungan Ler Kamandhungan Utara Sri Manganti Kedhaton Kamagangan Kamandhungan Kidul Kamandhungan Selatan dan Siti Hinggil Kidul Balairung Selatan 4 5 Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda benda kuno dan bersejarah Di sisi lain Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO butuh rujukan Tata ruang dan arsitek SuntingArsitek kepala istana ini adalah Sultan Hamengkubuwana I pendiri Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh ilmuwan berkebangsaan Belanda Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan Lucien Adam yang menganggapnya sebagai arsitek dari saudara Pakubuwono II Surakarta 6 Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton digambar berikut desain dasar lanskap kota tua Yogyakarta 7 Pembangunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat diselesaikan pada tanggal 7 Oktober 1756 menurut penanggalan Masehi atau 13 Sura 1682 menurut kalender Jawa 8 Bangunan lain ditambahkan kemudian oleh para Sultan Yogyakarta berikutnya Bentuk istana yang tampak sekarang ini sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII bertahta tahun 1921 1939 Tata ruang Sunting Koridor di Kedhaton dengan latar belakang Gedhong Jene dan Gedhong PurworetnoDahulu bagian utama istana dari utara keselatan dimulai dari Gapura Gladhag di utara sampai di Plengkung 9 Nirboyo di selatan Kini bagian bagian utama keraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah Gapura Gladag Pangurakan Kompleks Alun alun Ler Lapangan Utara dan Masjid Gedhe Masjid Raya Kerajaan Kompleks Pagelaran Kompleks Siti Hinggil Ler Kompleks Kamandhungan Ler Kompleks Sri Manganti Kompleks Kedhaton Kompleks Kamagangan Kompleks Kamandhungan Kidul Kompleks Siti Hinggil Kidul sekarang disebut Sasana Hinggil serta Alun alun Kidul Lapangan Selatan dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing 10 11 Bagian bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh dikatakan simetris Sebagian besar bangunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap arah utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan Di daerah Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat Namun demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain Selain bagian bagian utama yang berporos utara selatan keraton juga memiliki bagian yang lain Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono Kompleks Roto Wijayan Kompleks Keraton Kilen Kompleks Taman Sari dan Kompleks Istana Putra Mahkota mula mula Sawojajar kemudian di Dalem Mangkubumen Di sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok dinding Cepuri dan Baluwerti Di luar dinding tersebut ada beberapa bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih Gedhong Krapyak nDalem Kepatihan Istana Perdana Menteri dan Pasar Beringharjo Arsitektur umum Sunting Bangsal Sri Manganti tempat pertunjukan tari dan seni karawitan gamelan di Kraton Yogyakarta Salah satu bangunan Tratag dalam kompleks keraton Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai selatan bangunan utama serta pendamping dan kadang ditanami pohon tertentu Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol 12 yang biasanya bergaya Semar Tinandu 13 Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas Bangunan bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa tradisional Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti Portugis Belanda bahkan Tiongkok Bangunan di tiap kompleks biasanya berbentuk berkonstruksi Joglo atau derivasi turunan konstruksinya Joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan Gedhong gedung Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan bertiang bambu yang disebut Tratag Pada perkembangannya bangunan ini beratap seng dan bertiang besi Permukaan atap joglo berupa trapesium Bahannya terbuat dari sirap genting tanah maupun seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu Atap tersebut ditopang oleh tiang utama yang di sebut dengan Soko Guru yang berada di tengah bangunan serta tiang tiang lainnya Tiang tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap atau hitam dengan ornamen berwarna kuning hijau muda merah dan emas maupun yang lain Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna senada dengan warna pada tiang Pada bangunan tertentu misal Manguntur Tangkil memiliki ornamen Putri Mirong stilasi dari kaligrafi Allah Muhammad dan Alif Lam Mim Ra di tengah tiangnya Untuk batu alas tiang Ompak berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna emas Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding pemisah kompleks Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin bermotif Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir Pada bangunan tertentu memiliki lantai utama yang lebih tinggi 14 Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu persegi yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan Tiap tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsinya termasuk kedekatannya dengan jabatan penggunanya Kelas utama misalnya bangunan yang dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas jabatannya memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan indah dibandingkan dengan kelas dibawahnya Semakin rendah kelas bangunan maka ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali Selain ornamen kelas bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk bagian atau keseluruhan dari bangunan itu sendiri 15 Kompleks depan SuntingGladhag Pangurakan Sunting Gerbang utama untuk masuk ke dalam kompleks Keraton Yogyakarta dari arah utara adalah Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan 16 yang terletak persis beberapa meter di sebelah selatannya Kedua gerbang ini tampak seperti pertahanan yang berlapis 17 Pada zamannya konon Pangurakan merupakan tempat penyerahan suatu daftar jaga atau tempat pengusiran dari kota bagi mereka yang mendapat hukuman pengasingan pembuangan 18 Versi lain mengatakan ada tiga gerbang yaitu Gapura Gladhag Gapura Pangurakan nJawi dan Gapura Pangurakan Lebet 19 Gapura Gladhag dahulu terdapat di ujung utara Jalan Trikora Kantor Pos Besar Yogyakarta dan Bank BNI 46 namun sekarang ini sudah tidak ada 20 Di sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan nJawi yang sekarang masih berdiri dan menjadi gerbang pertama jika masuk Keraton dari utara Di selatan Gapura Pangurakan nJawi terdapat Plataran lapangan Pangurakan yang sekarang sudah menjadi bagian dari Jalan Trikora Batas sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan Lebet yang juga masih berdiri 20 Selepas dari Gapura Pangurakan terdapat Kompleks Alun alun Lor butuh rujukan Alun alun Lor Sunting Tanah lapang Alun alun Lor di bagian utara kraton Yogyakarta dengan pohon Ringin Kurung nyaAlun alun Lor Hanacaraka ꦄꦭ ꦤ ꦄꦭ ꦤ ꦭ adalah sebuah lapangan berumput 21 di bagian utara Keraton Yogyakarta Dahulu tanah lapang yang berbentuk persegi ini dikelilingi oleh dinding pagar yang cukup tinggi 22 Sekarang dinding ini tidak terlihat lagi kecuali di sisi timur bagian selatan Saat ini alun alun dipersempit dan hanya bagian tengahnya saja yang tampak Di bagian pinggir sudah dibuat jalan beraspal yang dibuka untuk umum butuh rujukan Di pinggir Alun alun ditanami deretan pohon Beringin Ficus benjamina famili Moraceae dan di tengah tengahnya terdapat sepasang pohon beringin yang diberi pagar yang disebut dengan Waringin Sengkeran Ringin Kurung beringin yang dipagari Kedua pohon ini diberi nama Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru 23 Pada zamannya selain Sultan hanyalah Pepatih Dalem 24 yang boleh melewati berjalan di antara kedua pohon beringin yang dipagari ini Tempat ini pula yang dijadikan arena rakyat duduk untuk melakukan Tapa Pepe 25 saat Pisowanan Ageng 26 sebagai bentuk keberatan atas kebijakan pemerintah 19 Pegawai abdi Dalem Kori akan menemui mereka untuk mendengarkan segala keluh kesah kemudian disampaikan kepada Sultan yang sedang duduk di Siti Hinggil butuh rujukan Di sela sela pohon beringin di pinggir sisi utara timur dan barat terdapat pendopo kecil yang disebut dengan Pekapalan tempat transit dan menginap para Bupati dari daerah Mancanegara Kesultanan 18 Bangunan ini sekarang sudah banyak yang berubah fungsi dan sebagian sudah lenyap Dahulu di bagian selatan terdapat bangunan yang sekarang menjadi kompleks yang terpisah Pagelaran butuh rujukan Pada zaman dahulu Alun alun Lor digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara dan upacara kerajaan yang melibatkan rakyat banyak Di antaranya adalah upacara garebeg serta sekaten acara watangan serta rampogan macan pisowanan ageng dan sebagainya Sekarang tempat ini sering digunakan untuk berbagai acara yang juga melibatkan masyarakat seperti konser konser musik kampanye rapat akbar tempat penyelenggaraan ibadah hari raya Islam sampai juga digunakan untuk sepak bola warga sekitar dan tempat parkir kendaraan butuh rujukan Kini kawasan alun alun lor dikembalikan ke bentuk semula dimana dibangun pagar mengelilingi lapangan alun alun serta mengganti tanah di alun alun tersebut dengan pasir pantai Hal tersebut dilakukan guna mendukung kawasan sumbu imajiner keraton sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO Masjid Gedhe Kasultanan Sunting Artikel utama Masjid Gedhe Kauman Masjid Gedhe KaumanKompleks Masjid Gedhe Kasultanan Masjid Raya Kesultanan atau Masjid Besar Yogyakarta terletak di sebelah barat kompleks Alun alun utara Kompleks yang juga disebut dengan Masjid Gedhe Kauman dikelilingi oleh suatu dinding yang tinggi Pintu utama kompleks terdapat di sisi timur Arsitektur bangunan induk berbentuk tajug persegi tertutup dengan atap bertumpang tiga Untuk masuk ke dalam terdapat pintu utama di sisi timur dan utara Di sisi dalam bagian barat terdapat mimbar bertingkat tiga yang terbuat dari kayu mihrab tempat imam memimpin ibadah dan sebuah bangunan mirip sangkar yang disebut maksura Pada zamannya untuk alasan keamanan di tempat ini Sultan melakukan ibadah Serambi masjid berbentuk joglo persegi panjang terbuka Lantai masjid induk dibuat lebih tinggi dari serambi masjid dan lantai serambi sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan halaman masjid Di sisi utara timur selatan serambi terdapat kolam kecil Pada zaman dahulu kolam ini untuk mencuci kaki orang yang hendak masuk masjid butuh rujukan Di depan masjid terdapat sebuah halaman yang ditanami pohon tertentu Di sebelah utara dan selatan halaman timur laut dan tenggara bangunan masjid raya terdapat sebuah bangunan yang agak tinggi yang dinamakan Pagongan Pagongan di timur laut masjid disebut dengan Pagongan Ler Pagongan Utara dan yang berada di tenggara disebut dengan Pagongan Kidul Pagongan Selatan Saat upacara Sekaten Pagongan Ler digunakan untuk menempatkan gamelan sekati Kangjeng Kyai KK Naga Wilaga dan Pagongan Kidul untuk gamelan sekati KK Guntur Madu Di barat daya Pagongan Kidul terdapat pintu untuk masuk kompleks masjid raya yang digunakan dalam upacara Jejak Boto 27 pada upacara Sekaten pada tahun Dal Selain itu terdapat Pengulon tempat tinggal resmi Kangjeng Kyai Pengulu 28 di sebelah utara masjid dan pemakaman tua di sebelah barat masjid butuh rujukan Kompleks inti SuntingKompleks Pagelaran Sunting Pagelaran Keraton Yogyakarta di depan kompleks keraton menghadap utara ke arah Alun alun LorBangunan utama adalah Bangsal Pagelaran yang dahulu dikenal dengan nama Tratag Rambat 29 Pada zamannya Pagelaran merupakan tempat para penggawa kesultanan menghadap Sultan pada upacara resmi Sekarang sering digunakan untuk even even pariwisata religi dan lain lain disamping untuk upacara adat keraton Sepasang Bangsal Pemandengan terletak di sisi jauh sebelah timur dan barat Pagelaran Dahulu tempat ini digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan latihan perang di Alun alun Lor butuh rujukan Sepasang Bangsal Pasewakan Pengapit terletak tepat di sisi luar sayap timur dan barat Pagelaran Dahulu digunakan para panglima Kesultanan menerima perintah dari Sultan atau menunggu giliran melapor kepada dia kemudian juga digunakan sebagai tempat jaga Bupati Anom Jaba 30 Sekarang digunakan untuk kepentingan pariwisata semacam diorama yang menggambarkan prosesi adat prajurit keraton dan lainnya Bangsal Pengrawit yang terletak di dalam sayap timur bagian selatan Tratag Pagelaran dahulu digunakan oleh Sultan untuk melantik Pepatih Dalem Saat ini di sisi selatan kompleks ini dihiasi dengan relief perjuangan Sultan HB I dan Sultan HB IX Kompleks Pagelaran ini pernah digunakan oleh Universitas Gadjah Mada sebelum memiliki kampus di Bulak Sumur 31 Siti Hinggil Ler Sunting Di selatan kompleks Pagelaran terdapat Kompleks Siti Hinggil Kompleks Siti Hinggil secara tradisi digunakan untuk menyelenggarakan upacara upacara resmi kerajaan Di tempat ini pada 19 Desember 1949 digunakan peresmian Universitas Gadjah Mada Kompleks ini dibuat lebih tinggi dari tanah di sekitarnya dengan dua jenjang untuk naik berada di sisi utara dan selatan Di antara Pagelaran dan Siti Hinggil ditanami deretan pohon Gayam Inocarpus edulis Inocarpus fagiferus famili Papilionaceae butuh rujukan Di kanan dan kiri ujung bawah jenjang utara Siti Hinggil terdapat dua Bangsal Pacikeran yang digunakan oleh abdi Dalem Mertolulut dan Singonegoro 32 sampai sekitar tahun 1926 Pacikeran barasal dari kata ciker yang berarti tangan yang putus Bangunan Tarub Agung terletak tepat di ujung atas jenjang utara Bangunan ini berbentuk kanopi persegi dengan empat tiang tempat para pembesar transit menunggu rombongannya masuk ke bagian dalam istana Di timur laut dan barat laut Tarub Agung terdapat Bangsal Kori Di tempat ini dahulu bertugas abdi Dalem Kori dan abdi Dalem Jaksa yang fungsinya untuk menyampaikan permohonan maupun pengaduan rakyat kepada Sultan butuh rujukan Bangsal Manguntur Tangkil terletak di tengah tengah Siti Hinggil di bawah atau di dalam sebuah hall besar terbuka yang disebut Tratag Sitihinggil 33 Bangunan ini adalah tempat Sultan duduk di atas singgasananya pada saat acara acara resmi kerajaan seperti pelantikan Sultan dan Pisowanan Agung Di bangsal ini pula pada 17 Desember 1949 Ir Soekarno dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat Bangsal Witono berdiri di selatan Manguntur Tangkil Lantai utama bangsal yang lebih besar dari Manguntur Tangkil ini dibuat lebih tinggi Bangunan ini digunakan untuk meletakkan lambang lambang kerajaan atau pusaka kerajaan pada saat acara resmi kerajaan 34 Bale Bang yang terletak di sebelah timur Tratag Siti Hinggil pada zaman dahulu digunakan untuk menyimpan perangkat Gamelan Sekati KK 35 Guntur Madu dan KK Naga Wilaga Bale Angun angun yang terletak di sebelah barat Tratag Siti Hinggil pada zamannya merupakan tempat menyimpan tombak KK Suro Angun angun butuh rujukan Kamandhungan Lor Sunting Di selatan Siti Hinggil terdapat lorong yang membujur ke arah timur barat Dinding selatan lorong merupakan dinding Cepuri dan terdapat sebuah gerbang besar Regol Brojonolo sebagai penghubung Siti Hinggil dengan Kamandhungan Di sebelah timur dan barat sisi selatan gerbang terdapat pos penjagaan Gerbang ini hanya dibuka pada saat acara resmi kerajaan dan pada hari hari lain selalu dalam keadaan tertutup Untuk masuk ke kompleks Kamandhungan sekaligus kompleks dalam Keraton sehari hari melalui pintu Gapura Keben di sisi timur dan barat kompleks ini yang masing masing menjadi pintu ke jalan Kemitbumen dan Rotowijayan butuh rujukan Kompleks Kamandhungan Ler sering disebut Keben karena di halamannya ditanami pohon Keben Barringtonia asiatica famili Lecythidaceae Bangsal Ponconiti yang berada di tengah tengah halaman merupakan bangunan utama di kompleks ini Dahulu kira kira sampai 1812 bangsal ini digunakan untuk mengadili perkara dengan ancaman hukuman mati dengan Sultan sendiri yang memimpin pengadilan Versi lain mengatakan digunakan untuk mengadili semua perkara yang berhubungan dengan keluarga kerajaan Kini bangsal ini digunakan dalam acara adat seperti garebeg dan sekaten Di selatan bangsal Ponconiti terdapat kanopi besar untuk menurunkan para tamu dari kendaraan mereka yang dinamakan Bale Antiwahana Selain kedua bangunan tersebut terdapat beberapa bangunan lainnya di tempat ini 36 Sri Manganti Sunting Kompleks Sri Manganti terletak di sebelah selatan kompleks Kamandhungan Ler dan dihubungkan oleh Regol Sri Manganti Pada dinding penyekat terdapat hiasan Makara raksasa Di sisi barat kompleks terdapat Bangsal Sri Manganti yang pada zamannya digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu tamu penting kerajaan Sekarang di lokasi ini ditempatkan beberapa pusaka keraton yang berupa alat musik gamelan Selain itu juga difungsikan untuk penyelenggaraan even pariwisata keraton Bangsal Traju Mas yang berada di sisi timur dahulu menjadi tempat para pejabat kerajaan saat mendampingi Sultan dalam menyambut tamu Versi lain mengatakan kemungkinan tempat ini menjadi balai pengadilan Tempat ini digunakan untuk menempatkan beberapa pusaka yang antara lain berupa tandu dan meja hias Bangsal ini pernah runtuh pada 27 Mei 2006 akibat gempa bumi yang mengguncang DIY dan Jawa Tengah Setelah proses restorasi yang memakan waktu yang lama akhirnya pada awal tahun 2010 bangunan ini telah berdiri lagi di tempatnya Di sebelah timur bangsal ini terdapat dua pucuk meriam buatan Sultan HB II yang mengapit sebuah prasasti berbahasa dan berhuruf Tionghoa Di sebelah timurnya berdiri Gedhong Parentah Hageng Karaton gedung Administrasi Tinggi Istana Selain itu di halaman ini terdapat bangsal Pecaosan Jaksa bangsal Pecaosan Prajurit bangsal Pecaosan Dhalang dan bangunan lainnya 37 Kedhaton Sunting Pintu Gerbang Donopratopo Kraton Yogyakarta Bangsal Kencono bangunan utama dalam kompleks Keraton Yogyakarta di belakangnya terdapat nDalem Ageng Proboyakso Ukiran kepala Kala di Bangsal ManisDi sisi selatan kompleks Sri Manganti berdiri Regol Donopratopo yang menghubungkan dengan kompleks Kedhaton Di muka gerbang terdapat sepasang arca raksasa Dwarapala yang dinamakan Cingkarabala disebelah timur dan Balaupata di sebelah barat Di sisi timur terdapat pos penjagaan Pada dinding penyekat sebelah selatan tergantung lambang kerajaan Praja Cihna 38 Gedhong Kaca Museum Hamengku Buwono IX Keraton Ngayogyakarta HadiningratKompleks kedhaton merupakan inti dari Keraton seluruhnya Halamannya kebanyakan dirindangi oleh pohon Sawo kecik Manilkara kauki famili Sapotaceae Kompleks ini setidaknya dapat dibagi menjadi tiga bagian halaman quarter Bagian pertama adalah Pelataran Kedhaton dan merupakan bagian Sultan Bagian selanjutnya adalah Keputren yang merupakan bagian istri para istri dan para puteri Sultan Bagian terakhir adalah Kesatriyan merupakan bagian putra putra Sultan Di kompleks ini tidak semua bangunan maupun bagiannya terbuka untuk umum terutama dari bangsal Kencono ke arah barat Di bagian Pelataran Kedhaton Bangsal Kencono Golden Pavilion yang menghadap ke timur merupakan balairung utama istana Di tempat ini dilaksanakan berbagai upacara untuk keluarga kerajaan di samping untuk upacara kenegaraan Di keempat sisi bangunan ini terdapat Tratag Bangsal Kencana yang dahulu digunakan untuk latihan menari Di sebelah barat bangsal Kencana terdapat nDalem Ageng Proboyakso yang menghadap ke selatan Bangunan yang berdinding kayu ini merupakan pusat dari Istana secara keseluruhan Di dalamnya disemayamkan Pusaka Kerajaan Royal Heirlooms Takhta Sultan dan Lambang lambang Kerajaan Regalia lainnya Di sebelah utara nDalem Ageng Proboyakso berdiri Gedhong Jene The Yellow House sebuah bangunan tempat tinggal resmi official residence Sultan yang bertahta Bangunan yang didominasi warna kuning pada pintu dan tiangnya dipergunakan sampai Sultan HB IX Oleh Sultan HB X tempat yang menghadap arah timur ini dijadikan sebagai kantor pribadi Sedangkan Sultan sendiri bertempat tinggal di Keraton Kilen 39 Di sebelah timur laut Gedhong Jene berdiri satu satunya bangunan bertingkat di dalam keraton Gedhong Purworetno Bangunan ini didirikan oleh Sultan HB V dan menjadi kantor resmi Sultan Gedung ini menghadap ke arah bangsal Kencana di sebelah selatannya Di selatan bangsal Kencana berdiri Bangsal Manis menghadap ke arah timur Bangunan ini dipergunakan sebagai tempat perjamuan resmi kerajaan Sekarang tempat ini digunakan untuk membersihkan pusaka kerajaan pada bulan Suro 40 Bangunan lain di bagian ini adalah Bangsal Kotak 41 Bangsal Mandalasana 42 Gedhong Patehan 43 Gedhong Danartapura 44 Gedhong Siliran 45 Gedhong Sarangbaya 46 Gedhong Gangsa 47 dan lain sebagainya Di tempat ini pula sekarang berdiri bangunan baru Gedhong Kaca sebagai museum Sultan HB IX Keputren merupakan tempat tinggal Permaisuri dan Selir raja Di tempat yang memiliki tempat khusus untuk beribadat 48 pada zamannya tinggal para puteri raja yang belum menikah Tempat ini merupakan kawasan tertutup sejak pertama kali didirikan hingga sekarang Kesatriyan pada zamannya digunakan sebagai tempat tinggal para putera raja yang belum menikah Bangunan utamanya adalah Pendapa Kesatriyan Gedhong Pringgandani dan Gedhong Srikaton Bagian Kesatriyan ini sekarang dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan even pariwisata Di antara Plataran Kedhaton dan Kesatriyan dahulu merupakan istal kuda yang dikendarai oleh Sultan 37 Kamagangan Sunting Di sisi selatan kompleks Kedhaton terdapat Regol Kamagangan yang menghubungkan kompleks Kedhaton dengan kompleks Kemagangan Gerbang ini begitu penting karena di dinding penyekat sebelah utara terdapat patung dua ekor ular yang menggambarkan tahun berdirinya Keraton Yogyakarta 49 Di sisi selatannya pun terdapat dua ekor ular di kanan dan kiri gerbang yang menggambarkan tahun yang sama butuh rujukan Dahulu kompleks Kemagangan digunakan untuk penerimaan calon pegawai abdi Dalem Magang tempat berlatih dan ujian serta apel kesetiaan para abdi Dalem magang Bangsal Magangan yang terletak di tengah halaman besar digunakan sebagai tempat upacara Bedhol Songsong pertunjukan wayang kulit yang menandai selesainya seluruh prosesi ritual di Keraton butuh rujukan Bangunan Pawon Ageng dapur istana Sekul Langgen berada di sisi timur dan Pawon Ageng Gebulen berada di sisi barat Kedua nama tersebut mengacu pada jenis masakan nasi Langgi dan nasi Gebuli Di sudut tenggara dan barat daya terdapat Panti Pareden Kedua tempat ini digunakan untuk membuat Pareden Gunungan pada saat menjelang Upacara Garebeg Di sisi timur dan barat terdapat gapura yang masing masing merupakan pintu ke jalan Suryoputran dan jalan Magangan butuh rujukan Di sisi selatan halaman besar terdapat sebuah jalan yang menghubungkan kompleks Kamagangan dengan Regol Gadhung Mlati Dahulu di bagian pertengahan terdapat jembatan gantung yang melintasi kanal Taman sari yang menghubungkan dua danau buatan di barat dan timur kompleks Taman Sari Di sebelah barat tempat ini terdapat dermaga kecil yang digunakan oleh Sultan untuk berperahu melintasi kanal dan berkunjung ke Taman Sari 50 Kamandhungan Kidul Sunting Di ujung selatan jalan kecil di selatan kompleks Kamagangan terdapat sebuah gerbang Regol Gadhung Mlati yang menghubungkan kompleks Kamagangan dengan kompleks Kamandhungan Kidul selatan Dinding penyekat gerbang ini memiliki ornamen yang sama dengan dinding penyekat gerbang Kamagangan Di kompleks Kamandhungan Kidul terdapat bangunan utama Bangsal Kamandhungan Bangsal ini konon berasal dari pendapa desa Pandak Karang Nangka di daerah Sokawati yang pernah menjadi tempat Sri Sultan Hamengkubuwono I bermarkas saat perang takhta III Di sisi selatan Kamandhungan Kidul terdapat sebuah gerbang Regol Kamandhungan yang menjadi pintu paling selatan dari kompleks cepuri Di antara kompleks Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul terdapat jalan yang disebut dengan Pamengkang 51 Siti Hinggil Kidul Sunting Arti dari Siti Hinggil yaitu tanah yang tinggi siti tanah dan hinggil tinggi Siti Hinggil Kidul atau yang sekarang dikenal dengan Sasana Hinggil Dwi Abad terletak di sebelah utara alun alun Kidul Luas kompleks Siti Hinggil Kidul kurang lebih 500 meter persegi Permukaan tanah pada bangunan ini ditinggikan sekitar 150 cm dari permukaan tanah di sekitarnya 6 Sisi timur utara barat dari kompleks ini terdapat jalan kecil yang disebut dengan Pamengkang tempat orang berlalu lalang setiap hari Dahulu di tengah Siti Hinggil terdapat pendapa sederhana yang kemudian dipugar pada 1956 menjadi sebuah Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai tanda peringatan 200 tahun kota Yogyakarta Siti Hinggil Kidul digunakan pada zaman dulu oleh Sultan untuk menyaksikan para prajurit keraton yang sedang melakukan gladi bersih upacara Garebeg tempat menyaksikan adu manusia dengan macan rampogan 6 dan untuk berlatih prajurit perempuan Langen Kusumo Tempat ini pula menjadi awal prosesi perjalanan panjang upacara pemakaman Sultan yang mangkat ke Imogiri Sekarang Siti Hinggil Kidul digunakan untuk mempergelarkan seni pertunjukan untuk umum khususnya wayang kulit pameran dan sebagainya 52 Kompleks belakang SuntingAlun alun Kidul Sunting Alun alun Kidul Selatan Hanacaraka ꦄꦭ ꦤ ꦄꦭ ꦤ ꦏ ꦢ ꦭ adalah alun alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta Alun alun Kidul sering pula disebut sebagai Pengkeran Pengkeran berasal dari kata pengker bentuk krama dari mburi belakang Hal tersebut sesuai dengan keletakan alun alun Kidul yang memang terletak di belakang keraton Alun alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura satu buah di sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing masing dua buah Di antara gapura utara dan selatan di sisi barat terdapat ngGajahan sebuah kandang guna memelihara gajah milik Sultan Di sekeliling alun alun ditanami pohon mangga Mangifera indica famili Anacardiaceae pakel Mangifera sp famili Anacardiaceae dan kuini Mangifera odoranta famili Anacardiaceae Pohon beringin hanya terdapat dua pasang Sepasang di tengah alun alun yang dinamakan Supit Urang harfiah capit udang dan sepasang lagi di kanan kiri gapura sisi selatan yang dinamakan Wok dari kata bewok harfiaf jenggot Dari gapura sisi selatan terdapat jalan Gading yang menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya 53 Plengkung Nirbaya Sunting Plengkung Nirbaya merupakan ujung selatan poros utama keraton Dari tempat ini Sultan HB I masuk ke Keraton Yogyakarta pada saat perpindahan pusat pemerintahan dari Kedhaton Ambar Ketawang 54 Gerbang ini secara tradisi digunakan sebagai rute keluar untuk prosesi panjang pemakaman Sultan ke Imogiri Untuk alasan inilah tempat ini kemudian menjadi tertutup bagi Sultan yang sedang bertahta butuh rujukan Bagian lain Keraton SuntingPracimosono Sunting Kompleks Pracimosono adalah bagian keraton yang diperuntukkan bagi para prajurit keraton Sebelum bertugas dalam upacara adat para prajurit keraton tersebut mempersiapkan diri di tempat ini Kompleks yang tertutup untuk umum ini terletak di sebelah barat Pagelaran dan Siti Hinggil Lor 55 Roto Wijayan Sunting Artikel utama Museum Wahanarata Kompleks Roto Wijayan adalah bagian keraton untuk menyimpan dan memelihara kereta kuda Tempat ini mungkin dapat disebut sebagai garasi istana Sekarang kompleks Roto Wijayan menjadi Museum Kereta Keraton Wahanarata Di kompleks ini masih disimpan berbagai kereta kerajaan yang dahulu digunakan sebagai kendaraan resmi Beberapa di antaranya ialah KNy Jimat KK Garuda Yaksa dan Kyai Rata Pralaya Tempat ini dapat dikunjungi oleh wisatawan 55 Kawasan tertutup Sunting Kompleks Tamanan adalah kompleks taman yang berada di barat laut kompleks Kedhaton tempat di mana keluarga kerajaan dan tamu kerajaan berjalan jalan Kompleks ini tertutup untuk umum Kompleks Panepen adalah sebuah masjid yang digunakan oleh Sultan dan keluarga kerajaan sebagai tempat melaksanakan ibadah sehari hari dan tempat Nenepi sejenis meditasi Tempat ini juga dipergunakan sebagai tempat akad nikah bagi keluarga Sultan 56 Lokasi ini tertutup untuk umum Kompleks Kraton Kilen dibangun semasa Sultan HB VII Lokasi yang berada di sebelah barat Keputren menjadi tempat kediaman resmi Sultan HB X dan keluarganya Lokasi ini tertutup untuk umum 57 Taman Sari Sunting Artikel utama Taman Sari Yogyakarta Kolam Pemandian Umbul Binangun Taman Sari Kraton YogyakartaKompleks Taman Sari merupakan peninggalan Sultan HB I Taman Sari Fragrant Garden berarti taman yang indah yang pada zaman dahulu merupakan tempat rekreasi bagi sultan beserta kerabat istana Di kompleks ini terdapat tempat yang masih dianggap sakral di lingkungan Taman Sari yakni Pasareyan Ledoksari tempat peraduan dan tempat pribadi Sultan Bangunan yang menarik adalah Sumur Gumuling yang berupa bangunan bertingkat dua dengan lantai bagian bawahnya terletak di bawah tanah Pada masa lampau bangunan ini merupakan semacam surau tempat sultan melakukan ibadah Bagian ini dapat dicapai melalui lorong bawah tanah Di bagian lain masih banyak lorong bawah tanah yang lain yang merupakan jalan rahasia dan dipersiapkan sebagai jalan penyelamat bila sewaktu waktu kompleks ini mendapat serangan musuh Sekarang kompleks Taman Sari hanya tersisa sedikit saja 19 Kadipaten Sunting Kompleks nDalem Mangkubumen adalah Istana Putra Mahkota atau dikenal dengan nama Kadipaten berasal dari gelar Putra Mahkota Pangeran Adipati Anom Tempat ini terletak di Kampung Kadipaten sebelah barat laut Taman Sari dan Pasar Ngasem Sekarang kompleks ini digunakan sebagai kampus Univ Widya Mataram Sebelum menempati nDalem Mangkubumen Istana Putra Mahkota berada di Sawojajar sebelah selatan Gerbang Lengkung Plengkung Tarunasura Wijilan Sisa sisa yang ada antara lain berupa Masjid Selo yang dulu berada di Sawojajar 58 Benteng Baluwerti Sunting Artikel utama Benteng Baluwerti Keraton Yogyakarta Benteng Baluwerti Keraton Yogyakarta adalah sebuah dinding yang melingkungi kawasan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya Dinding ini didirikan atas prakarsa Sultan HB II ketika masih menjadi putra mahkota pada tahun 1785 1787 Bangunan ini kemudian diperkuat lagi sekitar 1809 ketika dia telah menjabat sebagai Sultan Benteng ini memiliki ketebalan sekitar 3 meter dan tinggi sekitar 3 4 meter Untuk masuk ke dalam area benteng tersedia lima buah pintu gerbang lengkung yang disebut dengan Plengkung dua di antaranya hingga kini masih dapat disaksikan Sebagai pertahanan di keempat sudutnya didirikan bastion tiga di antaranya masih dapat dilihat hingga kini 59 Bagian lain yang terkait SuntingKeraton Yogyakarta juga mempunyai bangunan bangunan yang berada di luar lingkungan Keraton itu sendiri Bangunan bangunan tersebut memiliki kaitan yang erat dan boleh jadi merupakan bagian yang tidak terpisahkan Butuh rujukan Tugu Golong Gilig Sunting Artikel utama Tugu Yogyakarta Tugu golong gilig atau tugu pal putih white pole merupakan penanda batas utara kota tua Yogyakarta Semula bangunan ini berbentuk seperti tongkat bulat gilig dengan sebuah bola golong diatasnya Bangunan ini mengingatkan pada Washington Monument di Washington DC Pada tahun 1867 bangunan ini rusak patah karena gempa bumi yang juga merusakkan situs Taman Sari Pada masa pemerintahan Sultan HB VII bangunan ini didirikan kembali Namun sayangnya dengan bentuk berbeda seperti yang dapat disaksikan sekarang Januari 2008 Ketinggiannya pun dikurangi dan hanya sepertiga tinggi bangunan aslinya Lama kelamaan nama tugu golong gilig dan tugu pal putih semakin dilupakan seiring penyebutan bangunan ini sebagai Tugu Yogyakarta 19 Panggung Krapyak Sunting Panggung krapyak dibangun oleh Sultan HB I dan saat ini merupakan benda cagar budaya Gedhong panggung demikian disebut merupakan sebuah podium dari batu bata dengan tinggi 4 m lebar 5 m dan panjang 6 m Tebal dindingnya mencapai 1 m Bangunan ini memiliki 4 pintu luar 8 jendela luar serta 8 pintu di bagian dalam Atap bangunan dibuat datar dengan pagar pembatas di bagian tepinya Untuk mencapainya tersedia tangga dari kayu di bagian barat laut Bangunan bertingkat ini disekat menjadi 4 buah ruang Dahulu tempat ini digunakan sebagai lokasi berburu menjangan rusa kijang oleh keluarga kerajaan Berlokasi dekat Ponpes Krapyak konon tempat Gus Dur presiden IV pernah menimba ilmu bangunan di sebelah selatan Keraton ini menjadi batas selatan kota tua Yogyakarta Namun demikian bangunan ini lebih mirip dengan gerbang kemenangan Triumph d Arc Kondisinya sempat memprihatinkan akibat gempa bumi tahun 2006 sebelum akhirnya direnovasi Setelah renovasi bangunan ini diberi pintu besi sehingga orang orang tidak dapat masuk kedalamnya 20 Kepatihan Sunting nDalem Kepatihan merupakan tempat kediaman resmi Official residence sekaligus kantor Pepatih Dalem Di tempat inilah pada zamannya diselenggarakan kegiatan pemerintahan sehari hari kerajaan Sejak tahun 1945 kantor Perdana Menteri Kesultanan Yogyakarta ini menjadi kompleks kantor Gubernur Kepala Daerah Istimewa dan Pemerintah DIY Selain Pendopo Kepatihan sisa bangunan lama tempat ini juga dapat dilihat pada Gedhong Wilis kantor gubernur Gedhong Bale Mangu dulu digunakan sebagai gedung pengadilan Bale Mangu sebuah badan peradilan Kesultanan Yogyakarta dalam lingkungan peradilan umum dan Masjid Kepatihan Sekarang tempat ini memiliki pintu utama di Jalan Malioboro 60 Pathok Negoro Sunting Masjid Pathok Negoro 61 yang berjumlah empat buah menjadi penanda batas wilayah ibu kota Lokasi masjid ini berada di Ploso Kuning batas utara Mlangi batas barat Kauman Dongkelan batas selatan dan Babadan batas timur Pendirian masjid ini juga memiliki tujuan sebagai pusat penyiaran agama Islam selain masjid raya kerajaan Kedudukan masjid ini adalah setingkat di bawah masjid raya kerajaan Ini dapat dilihat dari kedudukan para imam besar penghulu jw Kyai Pengulu masjid ini menjadi anggota Al Mahkamah Al Kabirah badan peradilan Kesultanan Yogyakarta dalam lingkungan peradilan agama Islam di mana imam besar masjid raya kerajaan Kangjeng Kyai Pengulu menjadi ketua mahkamah 57 Bering Harjo Sunting Pasar Bering Harjo merupakan salah satu pusat ekonomi Kesultanan Yogyakarta pada zamannya Berlokasi di sisi timur jalan Jend A Yani pasar Bering Harjo sampai saat ini menjadi salah satu pasar induk di Yogyakarta Sekarang pasar ini jauh berbeda dengan aslinya Bangunannya yang megah terdiri dari tiga lantai dan dibagi dalam dua sektor barat dan timur yang dibatasi oleh jalan kecil Namun demikian pasar yang berada tepat di utara benteng Vredeburg ini tetap menjadi sebuah pasar tradisional yang merakyat 55 Warisan budaya SuntingSelain memiliki kemegahan bangunan Keraton Yogyakarta juga memiliki suatu warisan budaya yang tak ternilai Diantarannya adalah upacara upacara adat tari tarian sakral musik dan pusaka heirloom Upacara adat yang terkenal adalah upacara Tumplak Wajik Garebeg upacara Sekaten dan upacara Siraman Pusaka dan Labuhan Upacara yang berasal dari zaman kerajaan ini hingga sekarang terus dilaksanakan dan merupakan warisan budaya Indonesia yang patut dilestarikan Tumplak Wajik Sunting Upacara tumplak wajik adalah upacara pembuatan Wajik makanan khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa untuk mengawali pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg Upacara ini hanya dilakukan untuk membuat pareden estri pada Garebeg Mulud dan Garebeg Besar Dalam upacara yang dihadiri oleh pembesar Keraton ini di lengkapi dengan sesajian Selain itu upacara yang diselenggarakan dua hari sebelum garebeg juga diiringi dengan musik ansambel lesung alu alat penumbuk padi kenthongan dan alat musik kayu lainnya Setelah upacara selesai dilanjutkan dengan pembuatan pareden 62 Garebeg Sunting Upacara Garebeg pada masa kolonial Hindia Belanda kurun 1925 1942 Arak arakan pasukan keraton di alun alun dalam rangka perayaan Garebeg sekitar tahun 1910 Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud bulan ke 3 tanggal satu bulan Sawal bulan ke 10 dan tanggal sepuluh bulan Besar bulan ke 12 Pada hari hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan Sedekah ini yang disebut dengan Hajad Dalem berupa pareden gunungan yang terdiri dari Pareden Kakung Pareden Estri Pareden Pawohan Pareden Gepak dan Pareden Dharat serta Pareden Kutug Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun sekali pada saat Garebeg Mulud tahun Dal Sejumlah gunungan dalam perayaan Garebeg di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sekitar 1930 Gunungan kakung berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas agak membulat Sebagian besar gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah telur itik dan beberapa perlengkapan makanan kering lainnya Gunungan estri berbentuk seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga Sebagian besar disusun dari makanan kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang berbentuk lingkaran dan runcing Kedua gunungan ini ditempatkan dalam sebuah kotak pengangkut yang disebut Jodhang Gunungan pawohan 63 terdiri dari buah buahan segar yang diletakkan dalam keranjang dari daun kelapa muda Janur yang berwarna kuning Gunungan ini juga ditempatkan dalam jodhang dan ditutup dengan kain biru Gunungan gepak berbentuk seperti gunungan estri hanya saja permukaan atasnya datar Gunungan dharat juga berbentuk seperti gunungan estri namun memiliki permukaan atas yang lebih tumpul Kedua gunungan terakhir tidak ditempatkan dalam jodhang melainkan hanya dialasi kayu yang berbentuk lingkaran Gunungan kutug bromo memiliki bentuk khas karena secara terus menerus mengeluarkan asap kutug yang berasal dari kemenyan yang dibakar Gunungan yang satu ini tidak diperebutkan oleh masyarakat melainkan dibawa kembali ke dalam keraton untuk di bagikan kepada kerabat kerajaan Pada Garebeg Sawal Sultan menyedekahkan 1 2 buah pareden kakung Jika dua buah maka yang sebuah diperebutkan di Masjid Gedhe dan sebuah sisanya diberikan kepada kerabat Pura Pakualaman Pada garebeg Besar Sultan mengeluarkan pareden kakung estri pawohan gepak dan dharat yang masing masing berjumlah satu buah Pada garebeg Mulud Sekaten Sultan memberi sedekah pareden kakung estri pawohan gepak dan dharat yang masing masing berjumlah satu buah Bila garebeg Mulud diselenggarakan pada tahun Dal maka ditambah dengan satu pareden kakung dan satu pareden kutug 64 Sekaten Sunting Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari Konon asal usul upacara ini sejak kerajaan Demak Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad Menurut cerita rakyat kata Sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam Syahadatain Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati KK Guntur Madu dan KK Nagawilaga dari keraton untuk ditempatkan di Pagongan Selatan dan Utara di depan Masjid Gedhe Selama tujuh hari mulai hari ke 6 sampai ke 11 bulan Mulud kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan dibunyikan jw ditabuh secara bergantian menandai perayaan sekaten Pada malam kedelapan Sultan atau wakil yang dia tunjuk melakukan upacara Udhik Udhik tradisi menyebar uang logam koin Setelah itu Sultan atau wakil dia masuk ke Masjid Gedhe untuk mendengarkan pengajian maulid nabi dan mendengarkan pembacaan riwayat hidup nabi Akhirnya pada hari terakhir upacara ditutup dengan Garebeg Mulud Selama sekaten Sego Gurih sejenis nasi uduk dan Endhog Abang harfiah telur merah merupakan makanan khas yang banyak dijual Selain itu terdapat pula sirih pinang dan bunga kantil Michelia alba famili Magnoliaceae Saat ini selain upacara tradisi seperti itu juga diselenggarakan suatu pasar malam yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan upacara sekaten yang sesungguhnya Khusus pada tahun Dal prosesi pada malam sekaten ditambah dengan tradisi njejak beteng atau njejak banon Dalam tradisi ini Sultan tidak keluar melewati regol Masjid setelah acara selesai melainkan melewati jalan lain untuk njejak atau menjebol sebuah tembok Tradisi tersebut diilhami oleh kisah Sultan Hamengkubuwana II yang tidak bisa keluar melalui pintu gerbang utama pada peristiwa Geger Sepoy sehingga untuk meloloskan diri kemudian menuju arah selatan dengan cara menjebol beteng Konon peristiwa yang menimpa Sultan Hamengkubuwana II tersebut terjadi pada bulan Maulud 65 Upacara Siraman Jamasan Pusaka dan Labuhan Sunting Dalam bulan pertama kalender Jawa Suro Keraton Yogyakarta memiliki upacara tradisi khas yaitu Upacara Siraman Jamasan Pusaka dan Labuhan Siraman Jamasan Pusaka adalah upacara yang dilakukan dalam rangka membersihkan maupun merawat Pusaka Kerajaan Royal Heirlooms yang dimiliki Upacara ini di selenggarakan di empat tempat Lokasi pertama adalah di Kompleks Kedhaton nDalem Ageng Prabayaksa dan bangsal Manis Upacara di lokasi ini tertutup untuk umum dan hanya diikuti oleh keluarga kerajaan Lokasi kedua dan ketiga berturut turut di kompleks Roto Wijayan dan Alun alun Di Roto Wijayan yang dibersihkan dirawat adalah kereta kereta kuda Kangjeng Nyai Jimat kereta resmi kerajaan pada zaman Sultan HB I IV selalu dibersihkan setiap tahun Kereta kuda lainnya dibersihkan secara bergilir untuk mendampingi dalam setahun hanya satu kereta yang mendapat jatah giliran Di Alun alun dilakukan pemangkasan dan perapian ranting dan daun Waringin Sengker yang berada di tengah tengah lapangan Lokasi terakhir adalah di pemakaman raja raja di Imogiri Di tempat ini dibersihkan dua bejana yaitu Kyai Danumaya dan Danumurti Di lokasi kedua ketiga dan keempat masyarakat umum dapat menyaksikan prosesi upacaranya Labuhan adalah upacara sedekah yang dilakukan setidaknya di dua tempat yaitu Pantai Parang Kusumo dan Lereng Gunung Merapi Di kedua tempat itu benda benda milik Sultan seperti nyamping kain batik rasukan pakaian dan sebagainya di larung harfiah dihanyutkan Upacara Labuhan di lereng Gunung Merapi Kabupaten Sleman dipimpin oleh Juru Kunci Gunung Merapi sekarang Januari 2008 dijabat oleh Mas Ngabehi Suraksa Harga atau yang lebih dikenal dengan Mbah Marijan sedangkan di Pantai Parang Kusumo Kabupaten Bantul dipimpin oleh Juru Kunci Cepuri Parang Kusumo Benda benda tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat 66 Lokasi kedua dan ketiga berturut turut di kompleks Roto Wijayan dan Alun alun Di Roto Wijayan yang dibersihkan dirawat adalah kereta kereta kuda Kangjeng Nyai Jimat kereta resmi kerajaan pada zaman Sultan HB I IV selalu dibersihkan setiap tahun Kereta kuda lainnya dibersihkan secara bergilir untuk mendampingi dalam setahun hanya satu kereta yang mendapat jatah giliran Di Alun alun dilakukan pemangkasan dan perapian ranting dan daun Waringin Sengker yang berada di tengah tengah lapangan Lokasi terakhir adalah di pemakaman raja raja di Imogiri Di tempat ini dibersihkan dua bejana yaitu Kyai Danumaya dan Danumurti Di lokasi kedua ketiga dan keempat masyarakat umum dapat menyaksikan prosesi upacaranya Labuhan adalah upacara sedekah yang dilakukan setidaknya di dua tempat yaitu Pantai Parang Kusumo dan Lereng Gunung Merapi Di kedua tempat itu benda benda milik Sultan seperti nyamping kain batik rasukan pakaian dan sebagainya di larung harfiah dihanyutkan Upacara Labuhan di lereng Gunung Merapi Kabupaten Sleman dipimpin oleh Juru Kunci Gunung Merapi sebagaimana pernah dijabat Mas Ngabehi Suraksa Harga atau lebih dikenal dengan nama Mbah Marijan sedangkan di Pantai Parang Kusumo Kabupaten Bantul dipimpin oleh Juru Kunci Cepuri Parang Kusumo Benda benda tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat 66 Pusaka kerajaan SuntingPusaka di Keraton Yogyakarta disebut sebagai Kagungan Dalem harfiah milik Raja yang dianggap memiliki kekuatan magis atau peninggalan keramat yang diwarisi dari generasi generasi awal Kekuatan dan kekeramatan dari pusaka memiliki hubungan dengan asal usulnya keadaan masa lalu dari pemilik sebelumnya atau dari perannya dalam kejadian bersejarah 57 Dalam lingkungan Keraton pusaka dapat dalam bentuk baik benda nyata ataupun pesan yang terdapat dalam sesuatu yang lebih abstrak seperti penampilan Baik nilai sejarah spiritual dan fungsional berdekatan dengan Sultan dan kebijaksanaanya Pusaka merupakan sebuah aspek budaya Keraton Yogyakarta Sebagai sebuah lembaga yang terdiri dari Sultan dan keluarganya termasuk keluarga besarnya yang disebut dengan trah dan pejabat pegawai kerajaan istana Keraton memiliki peraturan mengenai hak resmi atas orang yang akan mewarisi benda pusaka Pusaka memiliki kedudukan yang kuat dan orang luar selain di atas tidak dapat dengan mudah mewarisinya Keberadaaannya sebanding dengan Keraton itu sendiri 57 Benda benda pusaka keraton memiliki nama tertentu Sebagai contoh adalah Kyai Permili sebuah kereta kuda yang digunakan untuk mengangkut abdi Dalem Manggung yang membawa Regalia Selain nama pusaka tersebut mempunyai gelar dan kedudukan tertentu tergantung jauh atau dekatnya hubungan dengan Sultan Seluruh pusaka yang menjadi inventaris Sultan Sultan s property dalam jabatannya diberi gelar Kyai K jika bersifat maskulin atau Nyai Ny jika bersifat feminin misalnya K Danumaya sebuah guci tembikar yang konon berasal dari Palembang yang berada di Pemakaman Raja raja di Imogiri Apabila pusaka tersebut sedang pernah digunakan oleh Sultan maupun dipinjamkan kepada orang tertentu karena jabatannya diberi tambahan gelar Kangjeng sehingga selengkapnya bergelar Kangjeng Kyai KK atau Kangjeng Nyai KNy Sebagai contoh adalah Kangjeng Nyai Jimat sebuah kereta kuda yang dipergunakan oleh Sultan HB I Sultan HB IV sebagai kendaraan resmi sebanding dengan mobil dengan plat nomor polisi Indonesia 1 sebagai kendaran resmi Presiden Indonesia dan merupakan kereta terkeramat dari Keraton Yogyakarta 67 Beberapa pusaka yang menempati kedudukan tertinggi dan dipercaya memiliki kekuatan paling magis mendapat tambahan gelar Ageng sehingga selengkapnya bergelar Kangjeng Kyai Ageng KKA Salah satu pusaka tersebut adalah KKA Pleret sebuah tombak yang konon pernah digunakan oleh Panembahan Senopati untuk membunuh Arya Penangsang Tombak ini kini menjadi pusaka terkeramat di keraton Yogyakarta dan mendapat kehormatan setara dengan kehormatan Sultan sendiri Penghormatan terhadap KKA Pleret ini telah dimulai sejak Panembahan Senopati Wujud benda pusaka di Keraton Yogyakarta bermacam macam Benda benda tersebut dapat dikelompokkan menjadi 1 Senjata tajam 2 Bendera dan Panji kebesaran 3 Perlengkapan Kebesaran 4 Alat alat musik 5 Alat alat transportasi 6 Manuskrip babad kronik berbagai karya tulis lain 7 Perlengkapan sehari hari dan 8 Lain lain Pusaka dalam bentuk senjata tajam dapat berupa tombak KK Gadatapan dan KK Gadawedana pendamping KKA Pleret keris KKA Kopek Wedhung KK Pengarab arab untuk eksekusi mati narapidana dengan pemenggalan kepala ataupun pedang KK Mangunoneng pedang yang digunakan untuk memenggal seorang pemberontak Tumenggung Mangunoneng Pusaka dalam bentuk bendera panji misalnya KK Pujo dan KK Puji Pusaka yang digunakan sebagai perlengkapan kebesaran terdiri dari satu set regalia kerajaan yang disebut KK Upocoro dan satu set lambang kebesaran Sultan yang disebut KK Ampilan serta perlengkapan baju kebesaran mahkota sumping hiasan telinga baju kebesaran akik cicin dengan mata dari batu mulia dan lain sebagainya Pusaka dalam kelompok alat alat musik dapat berupa set gamelan misal KK Kancil Belik maupun alat musik tersendiri misal cymbal KK Udan Arum dan KK Tundhung Mungsuh Pusaka dalam golongan alat alat transportasi dapat berupa kereta kuda maupun yang lain misal tandu yang pernah digunakan oleh Sultan HB I KK Tandu Lawak dan pelana kuda yang disebut KK Cekathak Benda pusaka dalam kelompok Manuskrip antara lain adalah KK Suryaraja buku matahari raja raja yang dikarang oleh Sultan HB II semasa dia masih menjadi putra mahkota KK Alquran yang berupa manuskrip kitab suci Alquran dan KK Bharatayudha yang berupa ceritera wayang Pusaka dalam bentuk perlengkapan sehari hari misalnya Ny Mrico sebuah periuk yang hanya digunakan untuk menanak nasi saat upacara Garebeg Mulud tahun Dal terjadi hanya delapan tahun sekali Pusaka kelompok lain lain misalnya wayang kulit tokoh tertentu misalnya KK Jayaningrum tokoh Arjuna KK Jimat tokoh Yudhistira dan KK Wahyu Kusumo tokoh Batara Guru maupun tembikar misalnya K Danumurti sebuah enceh kong guci tembikar yang konon berasal dari Aceh yang juga terdapat di pemakaman Imogiri dan lain sebagainya 68 Regalia Sunting Regalia merupakan pusaka yang menyimbolkan karakter Sultan Yogyakarta dalam memimpin negara berikut rakyatnya Regalia yang dimiliki oleh terdiri dari berbagai benda yang memiliki makna tersendiri yang kesemuanya secara bersama sama disebut KK Upocoro Macam benda dan dan maknanya sebagai berikut Banyak berwujud angsa menyimbolkan kelurusan kejujuran serta kesiap siagaan serta ketajaman Dhalang berwujud kijang menyimbolkan kecerdasan dan ketangkasan Sawung berwujud ayam jantan menyimbolkan kejantanan dan rasa tanggung jawab Galing berwujud burung merak jantan menyimbolkan kemuliaan keagungan dan keindahan Hardawalika berwujud raja ular naga menyimbolkan kekuatan Kutuk berwujud kotak uang menyimbolkan kemurahan hati dan kedermawanan Kacu Mas berwujud tempat saputangan emas menyimbolkan kesucian dan kemurnian Kandhil berwujud lentera minyak menyimbolkan penerangan dan pencerahan dan Cepuri berwujud nampan sirih pinang Wadhah Ses berwujud kotak rokok dan Kecohan berwujud tempat meludah sirih pinang menyimbolkan proses membuat keputusan kebijakan negara KK Upocoro selalu ditempatkan di belakang Sultan saat upacara resmi kenegaraan state ceremony dilangsungkan Pusaka ini dibawa oleh sekelompok gadis remaja yang disebut dengan abdi Dalem Manggung 57 Lambang kebesaran Sunting KK Ampilan sebenarnya merupakan satu set benda benda penanda martabat Sultan Benda benda tersebut adalah Dampar Kencana singgasana emas berikut Pancadan Amparan tempat tumpuan kaki Sultan di muka singgasana dan Dampar Cepuri untuk meletakkan seperangkat sirih pinang di sebelah kanan singgasana Sultan Panah anak panah Gendhewa busur panah Pedang Tameng perisai Elar Badhak kipas dari bulu merak KK Alquran manuskrip Kitab Suci tulisan tangan Sajadah karpet tikar ibadah Songsong payung kebesaran dan beberapa Tombak KK Ampilan ini selalu berada di sekitar Sultan saat upacara resmi kerajaan royal ceremony diselenggarakan Berbeda dengan KK Upocoro pusaka KK Ampilan dibawa oleh sekelompok ibu ibu nenek nenek yang sudah menopause 57 Gamelan Sunting Gamelan merupakan seperangkat ansambel tradisional Jawa Orkestra ini memiliki tangga nada pentatonis dalam sistem skala slendro dan sistem skala pelog Keraton Yogyakarta memiliki sekitar 18 19 set ansambel gamelan pusaka 16 di antaranya digunakan sedangkan sisanya KK Bremara dan KK Panji dalam kondisi yang kurang baik Setiap gamelan memiliki nama kehormatan sebagaimana sepantasnya pusaka yang sakral Tiga buah gamelan dari berasal dari zaman sebelum Perjanjian Giyanti dan lima belas sisanya berasal dari zaman Kesultanan Yogyakarta Tiga gamelan tersebut adalah gamelan monggang yang bernama KK Guntur Laut gamelan kodhok ngorek yang bernama KK Maeso Ganggang dan gamelan sekati yang bernama KK Guntur Madu dan KK Naga Wilaga Ketiganya merupakan gamelan terkeramat dan hanya dimainkan dibunyikan pada even even tertentu saja Gamelan monggang KK Guntur Laut konon berasal dari zaman Majapahit Gamelan yang dapat dikatakan paling sakral di Keraton ini merupakan sebuah ansambel sederhana yang terdiri dari tiga buah nada dalam sistem skala slendro Pada zamannya gamelan ini hanya dimainkan dalam upacara kenegaraan yang sangat penting yaitu upacara pelantikan pemahkotaan Sultan mengiringi keberangkatan Sultan dari istana untuk menghadiri upacara penting perayaan maleman upacara pada malam tanggal 21 23 25 dan 29 bulan Ramadan pernikahan kerajaan upacara garebeg dan upacara pemakaman Sultan Gamelan ini memiliki nilai sejarah penting Atas perkenan Sunan PB III KK Guntur laut dimainkan saat penyambutan Sri Sultan Hamengkubuwono I pada penandatanganan Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 KK Maeso Ganggang juga merupakan gamelan kuno yang konon juga berasal dari zaman Majapahit Gamelan kodhok ngorek ini juga menggunakan sistem skala slendro Gamelan ini didapatkan oleh Pangeran Mangkubumi dari Perjanjian Giyanti Penggunaannya juga sangat sakral dan selalu dimainkan pada upacara kenegaraan seperti upacara pemahkotaan Sultan dan pernikahan kerajaan Gamelan nomor dua di Keraton ini juga dimainkan dalam peringatan ulang tahun Sultan upacara sunatan putra Sultan dan untuk megiringi prosesi Gunungan ke Masjid Besar Gamelan sekati KK Guntur Madu dimainkan di Pagongan Kidul saat Upacara Sekaten serta dalam upacara sunatan dan pernikahan Putra Mahkota Konon gamelan ini berasal dari zaman Kesultanan Demak Versi lain mengatakan alat musik ini buatan Sultan Agung saat memerintah kerajaan Mataram Gamelan ini menjadi milik Kesultanan Yogyakarta setelah perjanjian Giyanti sementara pasangannya KK Guntur Sari menjadi milik Kesunanan Surakarta Agar gamelan sekati ini tetap berjumlah sepasang maka dibuatlah duplikatnya jw dipun putrani dan diberi nama KK Naga Wilaga yang dibunyikan di Pagongan Utara Kekhususan gamelan ini adalah bentuknya yang lebih besar dari gamelan umumnya dan instrumen kendhang gendang yang mencerminkan Hinduisme digantikan oleh bedug kecil dianggap mencerminkan Islam KK Guntur Sari dipergunakan untuk mengiringi Beksan Lawung sebuah tarian sakral pada upacara pernikahan putra Sultan KK Surak diperdengarkan untuk mengiringi uyon uyon lagu lagu tradisional Jawa tari tarian dan wayang kulit Gamelan gamelan ada yang berpasangan secara khusus antara lain KK Harja Nagara dalam skala slendro dengan KK Harja Mulya dalam skala pelog dan KK Madu Murti dalam skala slendro dengan KK Madu Kusumo dalam skala pelog 57 Kereta kuda pilihan Sunting Pada zamannya kereta kuda merupakan alat transportasi penting bagi masyarakat tak terkecuali Keraton Yogyakarta Keraton Yogyakarta memiliki bermacam kereta kuda mulai dari kereta untuk bersantai dalam acara non formal sampai kereta kebesaran yang digunakan secara resmi oleh raja Kereta kebesaran tersebut sebanding dengan mobil berplat nopol Indonesia 1 atau Indonesia 2 mobil resmi presiden dan wakil presiden Indonesia Kebanyakan kereta kuda adalah buatan Eropa terutama Negeri Belanda walaupun ada beberapa yang dibuat di Roto Wijayan misal KK Jetayu KNy Jimat merupakan kereta kebesaran Sultan HB I sampai dengan Sultan HB IV Kereta kuda ini merupakan pemberian Gubernur Jenderal Jacob Mossel KK Garudho Yakso merupakan kereta kebesaran Sultan HB VI sampai HB X walaupun dalam kenyataannya Sultan HB IX dan HB X sudah menggunakan mobil Kereta kuda buatan Den Haag tahun 1861 ini terakhir kali digunakan pada tahun 1989 saat prosesi Kirab Jumenengan Dalem perarakan pemahkotaan raja KK Wimono Putro adalah kereta yang digunakan oleh Pangeran Adipati Anom Putra Mahkota KK Jetayu merupakan kendaraan yang digunakan Sultan untuk menghadiri acara semi resmi KK Roto Praloyo merupakan kereta jenazah yang hanya digunakan untuk membawa jenazah Sultan Konon kereta ini baru digunakan dua kali yaitu pada saat pemakaman Sultan HB VIII dan HB IX K Harsunaba adalah kendaraan yang digunakan dalam resepsi pernikahan sementara K Jongwiyat K Manik Retno K Jaladara dan K Mondro Juwolo kadang kadang digunakan oleh Pangeran Diponegoro Selain itu juga terdapat kereta K Noto Puro K Roto Biru K Kutho Kaharjo K Puspo Manik Rejo Pawoko Landower Landower Surabaya Landower Wisman Kus Gading Kus nomor 10 dan lain lain Masing masing kereta tersebut memiliki kegunaan sendiri sendiri 57 Tanda jabatan Sunting Beberapa pusaka khususnya keris juga digunakan sebagai penanda simbol jabatan orang yang memakainya Sebagai contoh adalah keris KKA Kopek Keris utama Keraton Yogyakarta ini merupakan keris yang hanya diperkenankan untuk dipakai Sultan yang sedang bertahta yang melambangkan martabatnya sebagai pemimpin spiritual sebagaimana dia menjadi kepala kerajaan Keris KK Joko Piturun adalah keris yang dipinjamkan oleh Sultan kepada Pangeran Adipati Anom Putra Mahkota Kerajaan sebagai tanda jabatannya Keris KK Toyatinaban adalah keris yang dipinjamkan oleh Sultan kepada Gusti Pangeran Harya Hangabehi putra tertua Sultan sebagai lambang kedudukannya selaku Kepala Parentah Hageng Karaton Lembaga Istana Keris KK Purboniyat adalah keris yang dipinjamkan oleh Sultan kepada Kangjeng Pangeran h Adipati h Aryo Danurejo sebagai simbol jabatannya sebagai Pepatih Dalem 57 Pemangku adat Yogyakarta SuntingBab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar Upacara Jumenengan atau naik takhta Sultan Hamengkubuwono X tampak melintas di depan Pagelaran didamping Gusti Kanjeng Ratu Hemas 7 Maret 1989 Para Abdi Dalem di depan Gedhong Kaca Museum Hamengku Buwono IX Keraton Ngayogyakarta HadiningratPada mulanya Keraton Yogyakarta merupakan sebuah Lembaga Istana Kerajaan The Imperial House dari Kesultanan Yogyakarta Secara tradisi lembaga ini disebut Parentah Lebet harfiah Pemerintahan Dalam yang berpusat di Istana keraton dan bertugas mengurus Sultan dan Kerabat Kerajaan Royal Family Dalam penyelenggaraan pemerintahan Kesultanan Yogyakarta disamping lembaga Parentah Lebet terdapat Parentah nJawi Parentah Nagari harfiah Pemerintahan Luar Pemerintahan Negara yang berpusat di nDalem Kepatihan dan bertugas mengurus seluruh negara Sekitar setahun setelah Kesultanan Yogyakarta khususnya Parentah nJawi bersama sama Kadipaten Paku Alaman diubah statusnya dari negara state menjadi Daerah Istimewa setingkat Provinsi secara resmi pada 1950 Keraton mulai dipisahkan dari Pemerintahan Daerah Istimewa dan di depolitisasi sehingga hanya menjadi sebuah Lembaga Pemangku Adat Jawa khususnya garis gaya Yogyakarta Fungsi Keraton berubah menjadi pelindung dan penjaga identitas budaya Jawa khususnya gaya Yogyakarta Walaupun dengan fungsi yang terbatas pada sektor informal namun keraton Yogyakarta tetap memiliki kharisma tersendiri di lingkungan masyarakat Jawa khususnya di Prov D I Yogyakarta Selain itu keraton Yogyakarta juga memberikan gelar kebangsawanan kehormatan honoriscausa pada mereka yang mempunyai perhatian kepada budaya Jawa khususnya Yogyakarta disamping mereka yang berhak karena hubungan darah maupun karena posisi mereka sebagai pegawai abdi Dalem keraton Namun demikian ada perbedaan antara Keraton Yogyakarta dengan Keraton Istana kerajaan kerajaan Nusantara yang lain Sultan Yogyakarta selain sebagai Yang Dipertuan Pemangku Takhta Adat Kepala Keraton juga memiliki kedudukan yang khusus dalam bidang pemerintahan sebagai bentuk keistimewaan daerah Yogyakarta Dari permulaan DIY berdiri de facto 1946 dan de yure 1950 sampai tahun 1988 Sultan Yogyakarta secara otomatis diangkat sebagai Gubernur Kepala Daerah Istimewa yang tidak terikat dengan ketentuan masa jabatan syarat dan cara pengangkatan Gubernur Kepala Daerah lainnya UU 22 1948 UU 1 1957 Pen Pres 6 1959 UU 18 1965 UU 5 1974 Antara 1988 1998 Gubernur Kepala Daerah Istimewa dijabat oleh Wakil Gubernur Wakil Kepala Daerah Istimewa yang juga Penguasa Paku Alaman Setelah 1999 keturunan Sultan Yogyakarta tersebut yang memenuhi syarat mendapat prioritas untuk diangkat menjadi Gubernur Kepala Daerah Istimewa UU 22 1999 UU 32 2004 Saat ini yang menjadi Yang Dipertuan Pemangku Takhta adalah Sultan Hamengku Buwono XPrajurit Kraton SuntingPrajurit Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sunting Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar Artikel utama Prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dibentuk pada masa pemerintahan Hamengkubuwono I sekitar abad 17 Tepatnya pada tahun 1755 Masehi Prajurit yang terdiri atas pasukan pasukan infanteri dan kavaleri tersebut sudah mempergunakan senjata senjata api yang berupa bedil dan meriam Selama kurang lebih setengah abad pasukan Ngayogyakarta terkenal cukup kuat ini terbukti ketika Hamengkubuwono II mengadakan perlawanan bersenjata menghadapi serbuan dari pasukan Inggris di bawah pimpinan Jenderal Gillespie pada bulan Juni 1812 Di dalam Babad menceritakan bahwa perlawanan dari pihak Hamengkubuwono II hebat sekali Namun semenjak masa Pemerintahan Hamengkubuwono III kompeni Inggris membubarkan angkatan perang Kasultanan Yogykarta Dalam perjanjian 2 Oktober 1813 yang ditandatangani oleh Sultan Hamengkubuwono III dan Raffles dituliskan bahwa Kesultanan Yogyakarta tidak dibenarkan memiliki angkatan bersenjata yang kuat Di bawah pengawasan Pemerintahan Kompeni Inggris keraton hanya boleh memiliki kesatuan kesatuan bersenjata yang lemah dengan pembatasan jumlah personel Sehingga tidak memungkinkan lagi untuk melakukan gerakan militer Maka sejak itu fungsi kesatuan kesatuan bersenjata sebatas sebagai pengawal sultan dan penjaga keraton Ketika Pemerintahan Kolonial Belanda kembali berkuasa pasukan pasukan bersenjata yang sudah lemah tersebut makin dikurangi sehingga tidak mempunyai arti secara militer Menurut catatan yang ada semasa pemerintahan Hamengkubuwono VII sampai dengan masa pemerintahan Hamengkubuwono VIII yaitu antara tahun 1877 sampai dengan 1939 ada 13 kesatuan prajurit kratonyang meliputi Kesatuan Sumoatmojo Ketanggung Patangpuluh Wirobrojo Jogokaryo Nyutro Dhaeng Jager Prawirotomo Mantrijero Langenastro Surokarso dan Bugis Prajurit Bugis Prajurit Daeng Prajurit Jogokaryo Prajurit Ketanggung Prajurit Mantrijero Prajurit Nyutro Prajurit Patangpuluh Prajurit Prawirotomo Prajurit Surokarso Prajurit Wirobrojo Prajurit Kraton Yogyakarta Sunting Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar Pada tahun 1942 semua kesatuan bersenjata keraton Yogyakartadibubarkan oleh pemerintahan Jepang Tetapi mulai tahun 1970 kegiatan para prajurit keraton dihidupkan kembali Dari ke tiga belas prajurit yang pernah ada baru sepuluh kesatuan atau bergada yang direkonstruksi dengan beberapa perubahan baik dari pakaiannya senjatanya maupun jumlah personel lihat foto foto yang ditampilkan Kesepuluh kesatuan prajurit tersebut yaitu PrajuritWirobrojo Prajurit Dhaeng Prajurit Patangpuluh Prajurit Jogokaryo PrajuritMantrijero Prajurit Prawirotomo Prajurit Ketanggung Prajurit Nyutro PrajuritSurokarso dan Prajurit Bugis Dewasa ini kesepuluh kesatuan prajurit tersebutmasih dapat dilihat oleh masyarakat umum paling tidak se tahun tiga kali yaitu pada upacara Garebeg Mulud Garebeg Besar dan Garebeg Syawal di alun alunutara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Filosofi dan mitologi seputar Keraton SuntingKeraton Yogyakarta atau dalam bahasa aslinya Karaton Kasultanan Ngayogyakarta merupakan tempat tinggal resmi para Sultan yang bertahta di Kesultanan Yogyakarta Karaton artinya tempat di mana Ratu bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia berarti Raja bersemayam Dalam kata lain Keraton Karaton bentuk singkat dari Ke ratu an Ka ratu an merupakan tempat kediaman resmi Istana para Raja Artinya yang sama juga ditunjukkan dengan kata Kedaton Kata Kedaton bentuk singkat dari Ke datu an Ka datu an berasal dari kata Datu yang dalam bahasa Indonesia berarti Raja Dalam pembelajaran tentang budaya Jawa arti ini mempunyai arti filosofis yang sangat dalam 69 Keraton Yogyakarta tidak didirikan begitu saja Banyak arti dan makna filosofis yang terdapat di seputar dan sekitar keraton Selain itu istana Sultan Yogyakarta ini juga diselubungi oleh mitos dan mistik yang begitu kental Filosofi dan mitologi tersebut tidak dapat dipisahkan dan merupakan dua sisi dari sebuah mata uang yang bernama keraton Penataan tata ruang keraton termasuk pula pola dasar landscape kota tua Yogyakarta nama nama yang dipergunakan bentuk arsitektur dan arah hadap bangunan benda benda tertentu dan lain sebagainya masing masing memiliki nilai filosofi dan atau mitologinya sendiri sendiri Tata ruang dasar kota tua Yogyakarta berporoskan garis lurus Tugu Keraton dan Panggung Krapyak serta diapit oleh S Winongo di sisi barat dan S Code di sisi timur Jalan P Mangkubumi dulu Margotomo jalan Malioboro dulu Maliyoboro dan jalan Jend A Yani dulu Margomulyo merupakan sebuah boulevard lurus dari Tugu menuju Keraton Jalan D I Panjaitan dulu Ngadinegaran merupakan sebuah jalan yang lurus keluar dari Keraton melalui Plengkung Nirboyo menuju Panggung Krapyak Pengamatan citra satelit memperlihatkan Tugu Keraton dan Panggung Krapyak berikut jalan yang menghubungkannya tersebut hampir segaris hanya meleset beberapa derajat Tata ruang tersebut mengandung makna sangkan paraning dumadi yaitu asal mula manusia dan tujuan asasi terakhirnya 70 Dari Panggung Krapyak menuju ke Keraton Kompleks Kedaton menunjukkan sangkan asal mula penciptaan manusia sampai manusia tersebut dewasa Ini dapat dilihat dari kampung di sekitar Panggung Krapyak yang diberi nama kampung Mijen berasal dari kata wiji yang berarti benih Di sepanjang jalan D I Panjaitan ditanami pohon asam Tamarindus indica dan tanjung Mimusops elengi yang melambangkan masa anak anak menuju remaja Dari Tugu menuju ke Keraton Kompleks Kedaton menunjukkan paran tujuan akhir manusia yaitu menghadap penciptanya Tujuh gerbang dari Gladhag sampai Donopratopo melambangkan tujuh langkah gerbang menuju surga seven step to heaven 58 Tugu golong gilig tugu Yogyakarta yang menjadi batas utara kota tua menjadi simbol manunggaling kawulo gusti bersatunya antara raja golong dan rakyat gilig Simbol ini juga dapat dilihat dari segi mistis yaitu persatuan antara khalik Sang Pencipta dan makhluk ciptaan Sri Manganti berarti Raja sedang menanti atau menanti sang Raja Pintu Gerbang Donopratopo berarti seseorang yang baik selalu memberikan kepada orang lain dengan sukarela dan mampu menghilangkan hawa nafsu Dua patung raksasa Dwarapala yang terdapat di samping gerbang yang satu Balabuta menggambarkan kejahatan dan yang lain Cinkarabala menggambarkan kebaikan Hal ini berarti Anda harus dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat Beberapa pohon yang ada di halaman kompleks keraton juga mengandung makna tertentu Pohon beringin Ficus benjamina famili Moraceae di Alun alun utara berjumlah 64 atau 63 yang melambangkan usia Nabi Muhammad Dua pohon beringin di tengah Alun alun Utara menjadi lambang makrokosmos K Dewodaru dewo Tuhan dan mikrokosmos K Janadaru jana manusia Selain itu ada yang mengartikan Dewodaru adalah persatuan antara Sultan dan Pencipta sedangkan Janadaru adalah lambang persatuan Sultan dengan rakyatnya Pohon gayam Inocarpus edulis Inocarpus fagiferus famili Papilionaceae bermakna ayem damai tenang bahagia maupun gayuh cita cita Pohon sawo kecik Manilkara kauki famili Sapotaceae bermakna sarwo becik keadaan serba baik penuh kebaikan 71 Dalam upacara garebeg sebagian masyarakat mempercayai apabila mereka mendapatkan bagian dari gunungan yang diperebutkan mereka akan mendapat tuah tertentu seperti kesuburan tanah dan panen melimpah bagi para petani Selain itu saat upacara sekaten sebagian masyarakat mempercayai jika mengunyah sirih pinang saat gamelan sekati dimainkan dibunyikan akan mendapat tuah awet muda Air sisa yang digunakan untuk membersihkan pusaka pun juga dipercaya sebagian masyarakat memiliki tuah Mereka rela berdesak desakan sekadar untuk memperoleh air keramat tersebut Benda benda pusaka keraton juga dipercaya memiliki daya magis untuk menolak bala kejahatan Konon bendera KK Tunggul Wulung sebuah bendera yang konon berasal dari kain penutup kabah di Makkah kiswah dipercaya dapat menghilangkan wabah penyakit yang pernah menjangkiti masyarakat Yogyakarta Bendera tersebut dibawa dalam suatu perarakan mengelilingi benteng baluwerti Konon peristiwa terakhir terjadi pada tahun 1947 Dipercayai pula oleh sebagian masyarakat bahwa Kyai Jegot roh penunggu hutan Beringan tempat keraton Yogyakarta didirikan berdiam di salah satu tiang utama di nDalem Ageng Prabayaksa Roh ini dipercaya menjaga ketentraman kerajaan dari gangguan Lihat pula SuntingTugu Yogyakarta Kasultanan Yogyakarta Puro Paku Alaman Keraton SurakartaCatatan kaki Sunting Witton P Elliott M 2003 Indonesia edisi ke 7th Footscray Lonely Planet Publications hlm hlm 217 ISBN 1740591542 lihat di Penelusuran Buku Google Pesanggrahan bermakna istana kecil atau vila Sultan Hamengku Buwono I pindah dari Pesanggrahan Ambar Ketawang ke Keraton Yogyakarta pada 7 Oktober 1756 Tanggal ini kemudian dijadikan tanggal berdirinya Kota Yogyakarta Murdani Hadiatmadja Tulisan ini selain menggunakan bahan referensi yang diterbitkan juga menggunakan cerita cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Penamaan kompleks bagian dari Keraton Yogyakarta begitu pula dengan bangunan maupun lain lain yang terkait sengaja menggunakan bahasa Jawa Hal ini dikarenakan nama nama tersebut merupakan suatu kesatuan makna Untuk terjemahan dalam bahasa Indonesia apabila ada memungkinkan akan diberikan di dalam tanda kurung Terjemahan hanya dilakukan sekali saat bagian gedung atau yang lain disebutkan untuk pertama kalinya Untuk seterusnya tidak diberikan keterangan mengingat keterbatasan tempat a b c Tulisan awal Kota ini memiliki batas utara Tugu Yogyakarta timur Sungai Code selatan Panggung Krapyak dan barat Sungai Winongo Sulistyowati N A dan Priyatmoko H 2019 Toponim Kota Yogyakarta PDF Jakarta Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hlm 204 ISBN 978 623 7092 08 7 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Pemeliharaan CS1 Banyak nama authors list link Plengkung bermakna gerbang lengkung arched gate Chamamah Soeratno et al Buku dari Chamamah Soeratno et al banyak berisi ilustrasi terutama foto yang sangat membantu dalam hal arsitektur dan kadang foto foto tersebut menjelaskan lebih banyak detail arsitektur dibandingkan dengan teks yang ada Banyak keterangan dari foto foto tersebut yang digunakan dan diuraikan di sini Murdani Hadiatmadja Murdani hanya menyebutkan bagian utama dari Keraton Yogyakarta mulai dari Siti Hinggil Ler sampai Siti Hinggil Kidul Untuk arsitektur dan tata ruang termasuk detailnya buku dari Murdani dan Chamamah banyak digunakan Dalam bahasa jawa regol dapat dimaknai sebagai pintu yang besar gerbang Semar Tinandu merupakan gerbang yang memiliki atap trapesium seperti joglo tanpa tiang dan hanya ditopang oleh dinding yang menjadi pemisah satu kompleks dengan kompleks berikutnya misal pada Bangsal Witono dan Bangsal Kencono Pada bagian ini buku Chamamah Soeratno et al digunakan di sebagian besar tulisan Deskripsi berasal dari teks maupun dari foto foto yang ada Selain itu juga digunakan buku Murdani Hadiatmadja Pangurakan berasal dari kata urak dapat dimaknai daftar jaga atau pengusiran Chamamah Soeratno et al begitu pula dengan Murdani Hadiatmadja a b Murdani Hadiatmadja a b c d Pocung episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Media a b c On location Desember 2007 Aslinya Alun alun ditutupi dengan pasir dari pantai selatan Pocung episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Media Gambaran dinding pagar di sekeliling alun alun yang relatif masih seperti aslinya dapat dilihat di Alun alun Kidul di mana dinding yang mengelilingi masih dapat disaksikan lebih utuh On location Desember 2007 Versi lain bernama Kyai Dewadaru dan Kyai Jayadaru Wijayadaru Pepatih Dalem adalah pegawai kerajaan tertinggi yang diangkat oleh Sultan untuk mengelola kerajaan Tapa Pepe bermakna menjemur diri Tapa Pepe dapat dilihat sebagai sebuah cermin nilai nilai demokrasi yang dibungkus oleh kearifan lokal dalam bentuk demonstrasi secara tertib tidak anarkis dan tunduk pada aturan main yang telah ditetapkan Peristiwa terakhir konon terjadi pada zaman Sultan Hamengkubuwono VIII ketika rakyat tidak sanggup untuk membayar pajak yang ditetapkan oleh Pepatih Dalem bersama Gubernur Belanda di Yogyakarta Pisowanan ageng bermakna pertemuan besar Dalam kegiatan ini rakyat dan pejabat menghadap menemui Sultan sebagai tanda kesetiaan mereka kepada Sultan dan Kesultanan Jejak Boto secara harfiah bermakna menendang batu bata semacam Menteri Agama Imam Agung Mufti Kerajaan Dahulu Tratag Pagelaran merupakan kanopi dari anyaman bambu Sultan HB VIII membuatnya menjadi sebuah bangsal yang besar pada 1934 Nama jenis kelompok pegawai Kesultanan Yogyakarta Sebagian besar bagian ini merujuk pada Murdani Hadiatmadja dan Bangunan Keraton Kasultanan Yogyakarta Pranala luar abdi Dalem Mertolulut dan abdi Dalem Singonegoro adalah kelompok pegawai kerajaan yang bertugas sebagai algojo eksekutor putusan hakim pengadilan kerajaan Dahulu Tratag Siti Hinggil merupakan kanopi dari anyaman bambu Sultan HB VIII membuatnya menjadi sebuah bangsal yang megah pada 1926 Kedua bangsal ini direnovasi oleh Sultan HB VIII pada 1925 KK singkatan dari Kangjeng Kyai suatu derajat gelar bagi pusaka kerajaan Untuk lebih jelasnya silakan lihat bagian pusaka kerajaan dibagian lain halaman ini Murdani Hadiatmadja Chamamah et al Pocung episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Media dan on location a b Murdani Hadiatmadja Chamamah Soeratno et al Pocung episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Praja Cihna adalah Lambang Kesultanan Yogyakarta Di bagian atas terdapat Songkok mahkota Sultan menggambarkan bentuk Monarki Di bawah songkok sebelah kanan dan kiri terdapat Sumping hiasan telinga yang menggambarkan sifat waspada dan bijaksana Di sebelah bawahnya terdapat sepasang sayap mengapit tulisan Ha Ba singkatan dari Hamengku Buwono yaitu dinasti yang memerintah dalam aksara Jawa Kraton Kilen bermakna Istana Barat Suro adalah bulan pertama dalam kalender Jawa Bangunan yang digunakan sebagai tempat menunggu para penari untuk pentas di bangsal Kencana Bangunan yang digunakan sebagai tempat abdi Dalem Musikan memainkan ansambel musik diatonis misalnya Wilhelmus van Nassau lagu kebangsaan Kerajaan Belanda Bangunan yang digunakan sebagai tempat mempersiapkan minuman teh Bangunan yang digunakan sebagai kantor Bendahara Bangunan yang digunakan sebagai tempat menyimpan lampu lentera Bangunan yang digunakan sebagai tempat menyimpan peralatan makan dan minum Bangunan yang digunakan sebagai tempat memainkan orkestra gamelan misalnya Gendhing Monggang suatu hymne khusus bagi Sultan Masjid Keputren Tahun 1682 dalam perhitungan Kalender Jawa atau tahun 1756 menurut Kalender Gregorian Murdani Hadiatmadja Chamamah Soeratno et al Murdani Hadiatmadja dan Pocung episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Murdani Hadiatmadja Murdani Hadiatmadja dan on location Pocung episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Media a b c On location Cerita rakyat a b c d e f g h i Chamamah Soeratno et al a b Pocung episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Media On location dan Murdani Hadiatmadja Chamamah Soeratno et al dan sebagian kecil dari on location Pathok Negoro bermakna tapal batas Nagari Ngayogyakarta sebutan Ibu kota Kesultanan Yogyakarta Sebagian besar bagian ini diambil dari pranala luar Gunungan Ciri Khas Upacara Garebeg Pawohan berasal dari kata uwoh yang berarti buah Sebagian besar bagian ini diambil dari pranala luar Gunungan Ciri Khas Upacara Garebeg cerita rakyat dan on location Cerita rakyat dan on location a b Sebagian besar artikel ini diambil dari Pocung episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Media Keterangan derajat kehormatan dan kepemilikan pusaka dalam paragraf ini dan dua paragraf berikutnya diterangkan sendiri oleh Sultan HB X dalam acara Jemparing yang pernah ditayangkan oleh TVRI Stasiun Yogyakarta Contoh dan keterangan lanjut dikembangkan penyusun editor dengan analogi nama masing masing pusaka dan kegunaannya Macam jenis pusaka pada paragraf ini dan tiga paragraf berikutnya sebagian besar diambil dari Chamamah Soeratno et al Contoh detail dari masing masing pusaka yang tidak diberikan dalam Chamamah Soeratno et al dikembangkan sendiri oleh penyusun editor berdasarkan cerita rakyat yang berkembang Sebagian diambil dari Murdani Hadiatmaja Sebagian diambil dari Pocung episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Media Murdani HadiatmajaDaftar pustaka SuntingChamamah Soeratno et al 2004 Kraton Yogyakarta the history and cultural heritage 2nd print Yogyakarta and Jakarta Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat and Indonesia Marketing Associations 979 96906 0 9 Periplus Edition Singapore 1997 Periplus Adventure Guide Java Indonesia Periplus Singapore R Murdani Hadiatmadja no year Keterangan keterangan tentang Karaton Yogyakarta Yogyakarta Tepas Pariwisata Karaton Ngayogyakarta Periksa nilai tanggal di year bantuan van Beek Aart 1990 Images of Asia Life in the Javanese Kraton Singapore Oxford University Press ISBN 979 497 123 5 Pranala luar Sunting Wikimedia Commons memiliki media mengenai Kraton of Yogyakarta Indonesia Situs web resmi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat amp oldid 23792241