www.wikidata.id-id.nina.az
Asketisme dari bahasa Yunani ἄskhsis askesis olahraga atau latihan atau pertarakan adalah gaya hidup yang bercirikan laku berpantang kenikmatan indria demi mewujudkan maksud maksud rohani Para petarak pengamal asketisme dapat saja menyepi dari keramaian dunia agar dapat bertapa brata dan dapat pula hidup di tengah tengah masyarakat tetapi lazimnya mereka mengadopsi suatu gaya hidup yang sangat bersahaja bercirikan penolakan terhadap harta benda dan kenikmatan kenikmatan jasmani serta melewatkan waktu dengan berpuasa sambil tekun beribadat atau sambil merenungkan perkara perkara rohani 3 Sang Buddha menjalani asketisme berat sebelum kelak mencapai pencerahan dan menganjurkan suatu jalan tengah yang tidak bersifat asketis 1 Dalam agama Kristen Fransiskus dari Assisi beserta para pengikutnya mempraktikkan asketisme yang ekstrem 2 Asketisme terbagi menjadi dua macam Asketisme natural pertarakan yang wajar adalah suatu gaya hidup yang membatasi aspek aspek kebendaan dalam hidup sehari hari sampai ke taraf yang sangat bersahaja dan pada batas minimum tertentu tetapi tanpa merusak tubuh atau hidup dalam keadaan sungguh sungguh berkekurangan sehingga menyengsarakan tubuh sementara asketisme tidak natural pertarakan yang tidak wajar adalah suatu praktik yang melibatkan pula tindakan bermati raga mortifikasi badani dan menyakiti diri sendiri misalnya dengan tidur di atas ranjang paku 4 Sepanjang sejarah asketisme telah dipraktikkan dalam berbagai agama antara lain agama Buddha agama Kristen agama Hindu agama Jaina dan agama Yahudi Asketisme tidak dipraktikkan dalam agama Islam mazhab utama kecuali oleh sekte minoritas Sufi dengan tradisi lamanya yang juga meliputi pertarakan ketat 5 6 Para praktisi asketisme dalam agama agama ini sengaja menampik kenikmatan kenikmatan duniawi dan menjalani gaya hidup berpantang demi mengejar penebusan dosa 7 keselamatan atau pencapaian rohani 8 Dalam teologi teologi kuno asketisme dipandang sebagai suatu perjalanan menuju transformasi rohani yakni keadaan di mana bersahaja adalah berkecukupan kebahagiaan sejati berada di dalam diri dan berkekurangan adalah berkelimpahan 3 Daftar isi 1 Etimologi dan makna 2 Asketisme dalam agama 2 1 Agama agama Abrahamis 2 1 1 Agama Kristen 2 1 2 Evagrius Ponticus Ajaran kebiaraan 2 1 3 Agama Islam 2 1 3 1 Sufisme 2 1 4 Agama Yahudi 2 1 5 Agama Baha i 2 2 Agama agama India 2 2 1 Agama Buddha 2 2 1 1 Theravada 2 2 1 2 Mahayana 2 2 2 Agama Hindu 2 2 3 Agama Jaina 3 Catatan 4 RujukanEtimologi dan makna SuntingKata sifat asketis berasal dari istilah Yunani kuno askesis yang berarti latihan atau olahraga Istilah ini mula mula bukan merujuk pada tindakan penyangkalan diri melainkan pada latihan jasmani sebagai persiapan untuk mengikuti kejuaraan atletik Istilah ini kelak digunakan pula sebagai sebutan bagi praktik praktik berat dalam semua agama besar yang dilakukan dalam bobot yang berbeda beda untuk mendapatkan penebusan dosa dan kemuliaan rohani 9 Asketisme digolongkan menjadi bentuk asketisme natural dan bentuk asketisme tidak natural 4 Asketisme natural didefinisikan sebagai suatu gaya hidup yang membatasi aspek aspek kebendaan dalam hidup sehari hari sampai ke taraf yang sangat bersahaja dan terbatas Bentuk asketisme ini mencakup tindakan tindakan seperti berpakaian sederhana dan terbatas tidur di lantai rumah atau di dalam gua dan menyantap hidangan sederhana dalam jumlah terbatas 4 Asketisme natural menurut Wimbush dan Valantasis tidak mencakup tindakan tindakan yang merusak badan atau hidup sungguh sungguh berkekurangan sehingga menyengsarakan tubuh 4 Sebaliknya asketisme tidak natural didefinisikan sebagai suatu praktik yang jauh lebih berat lagi serta mencakup pula tindakan bermati raga menyiksa badan sendiri dan kebiasaan menyakiti diri sendiri seperti tidur di atas ranjang paku 4 Asketisme dalam agama SuntingMendisiplinkan diri sendiri dan berpantang dalam bentuk dan pada taraf tertentu adalah bagian dari praktik keagamaan dalam banyak agama dan tradisi kerohanian Gaya hidup asketis secara khusus dikaitkan dengan para biarawan biarawati dan fakir dalam agama agama Abrahamis serta para biku muni sanyasi dan yogi dalam agama agama India 10 11 Agama agama Abrahamis Sunting Agama Kristen Sunting Lihat pula Monastisisme Kristiani Para pujangga Kristen dari penghujung zaman kuno seperti Origenes Santo Heronimus 12 Santo Ignasius 13 Yohanes Krisostomus dan Agustinus menafsirkan makna ayat ayat Alkitab dalam lingkungan rohani yang sangat bercorak asketis Contoh contoh asketisme dalam Alkitab dapat dijumpai dalam riwayat hidup Yohanes Pembaptis Yesus kedua belas rasul dan Rasul Paulus Gulungan gulungan naskah Laut Mati menyingkap laku tirakat dari sekte Yahudi kuno Eseni yang berkaul untuk hidup berpantang sebagai persiapan menghadapi perang suci Pengutamaan kehidupan rohani yang bercorak asketis dibuktikan oleh isi karya karya tulis lihat Filokalia dan praktik praktik lihat hesikasme Kristen perdana Orang orang Kristen lainnya yang menjadi praktisi asketisme di antaranya adalah Simeon Stilitis Santo Davidus dari Wales dan Fransiskus dari Assisi 14 Menurut Richard Finn sebagian besar asketisme Kristen perdana terlacak sumbernya sampai ke agama Yahudi tetapi tidak terlacak pada mazhab mazhab asketisme Yunani 3 Akan tetapi menurut Finn beberapa gagasan asketis dalam agama Kristen berakar pada gagasan moral Yunani 3 Kehidupan yang berkebajikan tidak mungkin terwujud bilamana orang masih mengejar kenikmatan kenikmatan jasmani dengan penuh hasrat yang menggebu gebu Dalam teologi purba moralitas bukan dipandang sebagai pengimbang antara benar dan salah melainkan sebagai suatu bentuk transformasi rohani di mana bersahaja adalah berkecukupan kebahagiaan sejati berada di dalam diri dan berkekurangan adalah berkelimpahan 3 Padang padang gurun Timur Tengah pada suatu ketika pernah didiami oleh ribuan petapa Kristen 15 di antaranya adalah Santo Antonius Agung alias Santo Antonius dari Gurun Santa Maria dari Mesir dan Santo Simeon Stilitis Pada 963 M sebuah serikat biara biara yang disebut Lavra dibentuk di Gunung Athos dalam mazhab Kristen Ortodoks Timur 16 Lavra Gunung Athos ini kelak menjadi pusat terpenting bagi paguyuban paguyuban petarak Kristen Ortodoks pada abad abad selanjutnya 16 Pada zaman modern Gunung Athos dan Meteora tetap merupakan pusat asketisme yang penting 17 Pantangan sanggama seperti yang dilaksanakan oleh sekte Kristen Enkratit hanyalah salah satu aspek dari penolakan terhadap perkara duniawi dalam asketisme dan baik asketisme natural maupun asketisme tidak natural telah menjadi bagian dari asketisme Kristen Laku tirakat asketisme natural meliputi hidup bersahaja minta minta sedekah 18 puasa dan praktik praktik etis seperti bersikap rendah hati welas asih bersabar dan tekun beribadat 19 Bukti bukti keberadaan asketisme tidak natural dalam agama Kristen terdapat dalam naskah naskah abad ke 2 dan sesudahnya baik dalam mazhab Kristen Ortodoks Timur maupun mazhab Kristen Barat misalnya tindakan merantai badan pada cadas hanya memakan rumput 20 bersembahyang dalam keadaan duduk di atas pilar sisa reruntuhan oleh Rahib Simeon Stilitis 21 mengurung diri di dalam sel mengabaikan pemeliharaan kesehatan diri sendiri dan mengadopsi gaya hidup binatang liar menyakiti diri sendiri dan menderita secara sukarela 18 22 Laku tirakat yang demikian dikaitkan dengan konsep dosa dan penebusan dalam agama Kristen 23 24 Evagrius Ponticus Ajaran kebiaraan Sunting Lihat pula Evagrius Ponticus Origenes dan Klemens dari Aleksandria Evagrius Ponticus yang juga disebut Evagrius Penyendiri 345 399 M adalah seorang guru biara berpendidikan tinggi yang menghasilkan sekumpulan besar karya tulis teologi sebagian besar bertema asketisme termasuk Gnostikos dari bahasa Yunani kuno gnwstikos gnostikos berpengetahuan dari kata gnῶsis gnōsis pengetahuan yang dikenal pula dengan tajuk Gnostikos Bagi Orang Yang Dilayakkan Untuk Menerima Gnosis Gnostikos adalah jilid kedua dari sebuah trilogi berisi Praktikos yang ditujukan bagi biarawan biarawan muda untuk mencapai apatheia yakni keadaan teduh yang merupakan prasyarat untuk memiliki kasih dan pengetahuan 25 guna memurnikan kecerdasan mereka dan menjadikannya tangguh menyingkap kebenaran yang tersembunyi di dalam segala makhluk Kitab ketiga Kefalaia Gnostika ditujukan bagi semadi yang dilakukan oleh biarawan biarawan yang lebih berpengalaman Karya karya tulis ini telah menempatkan Evagrius Ponticus pada jajaran guru asketis dan penafsir Alkitab yang paling menonjol pada zamannya yang juga mencakup Klemens dari Aleksandria dan Origenes Sastra asketis Kristen perdana dipengaruhi oleh mazhab mazhab filsafat Yunani pra Kristen khususnya filsafat Plato dan Aristoteles yang berusaha mencari cara hidup rohani yang sempurna 26 Menurut Klemens dari Aleksandria filsafat dan Alkitab dapat dipandang sebagai ekspresi ganda dari satu pola pengetahuan 25 Menurut Evagrius raga dan jiwa ada untuk membantu kecerdasan dan bukan untuk menghambatnya 27 Agama Islam Sunting Lihat pula Dervish Fakir dan Sufisme Istilah Islami untuk asketisme adalah zuhud 28 Agama Islam mazhab utama tidak memiliki tradisi asketisme akan tetapi sekte sekte Sufi yang merupakan golongan minoritas dalam agama Islam 29 telah melestarikan suatu tradisi asketis selama berabad abad 5 30 Monastisisme dilarang dalam Islam 31 Sufisme Sunting nbsp Seorang petarak Muslim Sufi fakir di Benggala pada era 1860 an Para pakar yang mempelajari tentang Sufi berpendapat bahwa asketisme zuhud merupakan pendahulu dari pelatihan doktrinal para Sufi yang mulai muncul pada abad ke 10 melalui karya karya tulis dari tokoh tokoh Sufisme seperti al Junaid al Qushayri al Sarraj al Hujwiri dan lain lain 32 33 Menurut Eric Hanson dan Karen Armstrong sufisme tumbuh sebagai sebuah aliran mistik yang agak bersifat rahasia dalam mazhab utama Sunni dan Syi ah sebagai tanggapan terhadap semakin duniawinya masyarakat khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbas 34 Menurut Nile Green penerimaan terhadap asketisme di dalam Sufisme terjadi secara perlahan lahan karena asketisme bertentangan dengan sunnah dan para Sufi perdana melaknat laku tirakat sebagai tindak tanduk di muka umum yang tidak perlu dan setaraf dengan berpura pura saleh 35 Dari abad ke abad para petarak Sufi diburu dan dianiaya oleh penguasa penguasa Sunni dan Syi ah 36 37 Sufisme sempat diadopsi dan tumbuh subur terutama di wilayah perbatasan negara negara Islam tempat asketisme para fakir atau darwis dihargai oleh masyarakat setempat yang sudah terbiasa dengan tradisi tradisi kebiaraan agama Buddha Hindu atau Kristen 34 38 39 Laku tirakat para fakir Sufi meliputi selibat puasa dan mati raga 40 41 Para petarak Sufi juga ikut serta memobilisasi para pejuang Islam untuk berjuang dalam perang suci membantu para pengelana memberi berkat karena dianggap memiliki kekuatan gaib dan membantu mendamaikan perselisihan 42 Laku tirakat yang bersifat ritual seperti mencambuk diri tatbir dipraktikkan oleh umat Muslim Syi ah setiap tahun dalam peringatan Ihya Muharram 43 Agama Yahudi Sunting Artikel utama Asketisme dalam agama Yahudi nbsp Hasidei Askenaz adalah gerakan mistik dan asketis Yahudi di Jerman pada Abad Pertengahan Sejarah asketisme Yahudi bermula jauh sebelum awal tarikh Masehi dengan keberadaan para Nazir Kitab Bilangan 6 dan tradisi tradisi asketis padang gurun 44 Bukti bukti tertulis menyiratkan bahwa tradisi asketisme sudah lama dipraktikkan secara berkesinambungan sampai ke tarikh Masehi dan boleh dipraktikkan baik oleh laki laki maupun perempuan Yahudi dengan contoh contoh seperti laku tirakat selama empat belas tahun yang ditekuni oleh Ratu Helena dari Adiabene dan oleh Miriam dari Tadmor 44 45 Laku tirakat ini mencakup berpantang potong rambut berpantang makan daging atau buah anggur berpantang minum khamar atau berpuasa dan hidup selayaknya seorang petapa 44 Sekembalinya orang orang Yahudi dari pembuangan Babel dan dalam ketiadaan perlembagaan hukum Musa muncul suatu bentuk baru asketisme ketika Antiokhus IV Epifanes hendak menghancurkan agama Yahudi pada 167 SM Mazhab Eseni Hasidim dari periode Bait Allah ke 2 digambarkan sebagai salah satu pergerakan dalam sejarah asketisme Yahudi antara abad ke 2 SM dan abad ke 1 M 46 Asketisme ditolak oleh agama Yahudi zaman modern asketisme dianggap bertentangan dengan kehendak Allah bagi dunia Allah menghendaki agar dunia dinikmati dan agar orang orang berada dalam suasana hati yang baik ketika beribadat 47 Gaya hidup asketisme dan pengikraran nazar dicermati secara kritis Memang pernah ada sekte sekte asketis Yahudi pada zaman kuno dan Abad Pertengahan 48 yang paling menonjol adalah kaum Eseni dan Ebionit Bentuk bentuk yang lebih ekstrem dari tindakan bermati raga yang dipraktikkan oleh sekte sekte mistik Yahudi terdahulu menjadi kontroversial dalam gerakan Hasidim Oleh karena praktik praktik bermati raga itu dapat menyebabkan patah semangat maka Rabi Ba al Syem Tow menilainya bukanlah kondisi yang benar bagi seseorang untuk menyembah Hasyem Allah Askenazi Hasidim bahasa Ibrani חסידי אשכנז Hasidei Askenaz adalah gerakan asketis mistik Yahudi di Rheinland Jerman Laku tirakat mereka diabadikan dalam naskah naskah abad ke 12 dan ke 13 49 Peter Meister berpendapat bahwa asketisme Yahudi ini muncul pada abad ke 10 dan kelak menyebar luas terutama di Eropa Selatan dan Timur Tengah melalui gerakan kesalehan Yahudi 50 Menurut Shimon Shokek laku tirakat ini adalah akibat dari pengaruh agama Kristen Abad Pertengahan terhadap ajaran ajaran Askenazi Hasidim Umat Yahudi dari mazhab Hasidim ini mempraktikkan tindakan menghukum badan menyiksa diri sendiri dengan cara menahan lapar duduk di alam terbuka sambil menggigil menahan dingin pada musim salju atau menahan terik matahari dan gigitan kutu pada musim panas semuanya dengan tujuan untuk memurnikan jiwa dan mengalihkan perhatian dari raga ke jiwa 49 Agama Baha i Sunting Menurut Shoghi Effendi dalam agama Baha i mempertahankan standar yang tinggi dari budi pekerti tidak boleh dikait kaitkan atau dicampuradukkan dengan bentuk asketisme apa pun atau dengan puritanisme yang berlebihan dan picik Standar budi pekerti yang diajarkan oleh Baha u llah sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyangkali hak dan wewenang yang sah dari siapa pun untuk memetik manfaat dan keuntungan yang sebesar besarnya dari segala macam kegirangan keindahan dan kenikmatan yang telah diciptakan berlimpah limpah di dalam dunia oleh Sang Pencipta Yang Maha Pengasih 51 44 Agama agama India Sunting Asketisme dijumpai dalam agama agama India baik dalam mazhab mazhab non teistis maupun mazhab mazhab teistis Laku tirakat sudah ada sejak purbakala dan merupakan suatu warisan milik bersama bagi agama agama besar India seperti agama Buddha agama Hindui dan agama Jaina Laku tirakat ini sangat mungkin bertumbuh dari sinkretisme ajaran ajaran Weda dan Sramana 52 Asketisme dalam agama agama India meliputi suatu spektrum yang terdiri atas bermacam macam laku tirakat mulai dari tindakan pendisiplinan diri yang lunak memaksa diri untuk hidup miskin dan bersahaja yang lazim dalam agama Buddha dan agama Hindu 53 54 sampai dengan laku tirakat yang jauh lebih berat dan tindakan bermati raga yang dipraktikkan oleh para biarawan agama Jaina dan Ajiwika yang kini sudah punah demi mencapai keselamatan 55 Beberapa petarak hidup sebagai petapa yang menyendiri dan menggantungkan hidup pada makanan apa saja yang dapat mereka temukan di dalam hutan serta tidur dan bersemadi di gua gua petarak petarak lain berkelana dari satu tempat suci ke tempat suci lain sambil meminta minta sedekah makanan tetapi ada pula yang tinggal di biara biara sebagai biarawan atau biarawati 56 Beberapa petarak menjalani hidup selaku pendeta dan juru khotbah namun ada pula yang bersenjata dan militan 56 untuk mempertahankan diri terhadap aniaya suatu gejala yang muncul sesudah agama Islam masuk ke India 57 58 Tindakan menyiksa diri sendiri adalah laku tirakat yang relatif tidak lazim tetapi mampu menarik perhatian masyarakat Dalam tradisi tradisi India seperti agama Buddha dan agama Hindu tindakan bermati raga lazimnya dikecam 56 Meskipun demikian mitos mitos India juga mengisahkan tentang sejumlah besar dewa maupun iblis yang menjalani tapa brata berat selama berpuluh puluh tahun atau selama berabad abad demi mendapatkan kesaktian kesaktian istimewa 59 Agama Buddha Sunting nbsp Sang Buddha sebagai seorang petarak Gandhara abad ke 2 sampai abad ke 3 M British Museum Dalam sejarah Sidharta Gautama pernah mengadopsi cara hidup asketis yang ekstrem demi mendapatkan pencerahan 60 Akan tetapi sesudah mencapai pencerahan sebagai Sang Buddha ia menolak asketisme yang ekstrem 61 Menurut Hajime Nakamura dan pakar pakar lain beberapa naskah perdana agama Buddha menyiratkan bahwa asketisme merupakan bagian dari praktik agama Buddha pada masa masa awal keberadaannya dan bermati raga merupakan suatu pilihan yang tersedia bagi seorang biarawan agama Buddha dalam olah kerohaniannya 61 62 Selain itu dalam hal praktik catatan catatan dari sekitar permulaan tarikh Masehi sampai dengan abad ke 19 M menyiratkan bahwa asketisme telah menjadi bagian dari agama Buddha baik dalam mazhab Theravada maupun mazhab Mahayana Theravada Sunting Bukti bukti tertulis menyiratkan bahwa laku tirakat telah menjadi bagian dari tradisi agama Buddha di Sri Lanka pada abad ke 3 SM dan tradisi ini berkesinambungan selama Abad Pertengahan berdampingan dengan tradisi kebiaraan langgam sangha 63 Dalam mazhab Theravada di Thailand naskah naskah Abad Pertengahan memuat warta tentang biku biku petarak yang berkelana dan tinggal seorang diri di dalam hutan atau krematorium menjalankan tapa brata yang berat dan kelak dikenal dengan sebutan Thudong 64 65 Para biku petarak sejak lama sampai sekarang masih dapat dijumpai di Myanmar dan seperti di Thailand mereka diketahui menekuni ajaran agama Buddha versi mereka sendiri dan enggan menerapkan tatanan sangha yang berhirarki 66 Mahayana Sunting Dalam mazhab Mahayana asketisme bernuansa esoteris dan mistis telah menjadi suatu praktik yang berterima seperti dalam mazhab Tendai dan Shingon di Jepang 63 Laku tirakat Jepang ini meliputi silih irit bersuci di bawah air terjun These Japanese practices included penancedan upacara upacara pemurnian diri 63 Catatan catatan Jepang dari abad ke 12 memuat kisah kisah tentang biku biku yang menjalankan asketisme berat sementara catatan catatan dari abad ke 19 menyiratkan bahwa para biku Nichiren bangun setiap hari pada tengah malam atau pada pukul 2 00 pagi dan melaksanakan upacara upacara memurnikan diri dengan air di bawah curahan air terjun yang dingin 63 Praktik praktik lain mencakup tindakan membatasi diri untuk hanya memakan daun damar dan biji Tusam dalam rangka memumifikasi diri sendiri hidup hidup atau Sokushinbutsu miira di Jepang 67 68 69 Dalam agama Buddha di Tiongkok laku tirakat mumifikasi diri sendiri jarang ditemui tetapi tercatat dalam kitab kitab ajaran agama Buddha mazhab Ch an Zen di sana 70 Asketisme agama Buddha Tiongkok yang jauh lebih kuno juga mengenal laku tirakat yang agak mirip dengan Sokushinbutsu seperti tindakan pengorbanan diri di muka umum kremasi diri sendiri shaoshen 燒身 atau zifen 自焚 71 dengan maksud untuk menanggalkan raga yang fana note 1 Riwayat biku petarak yang pertama kali didokumentasikan adalah riwayat hidup Biku Fayu 法羽 pada 396 M diikuti lebih dari lima puluh dokumentasi lain termasuk dokumentasi riwayat Biku Daodu 道度 74 75 Tindakan pengorbanan diri dianggap sebagai bukti bahwa yang bersangkutan adalah seorang bodhisatwa dan mungkin terinspirasi oleh riwayat riwayat Jataka yang berkisah tentang Sang Buddha yang mengorbankan dirinya pada kehidupan kehidupannya yang lampau demi menolong makhluk hidup lain 76 atau oleh ajaran ajaran Bhaiṣajyaguruvaiḍuryaprabharaja di dalam Sutra Seroja 77 Catatan catatan sejarah menyiratkan bahwa praktik praktik pengorbanan diri dilakukan pula oleh para bikuni Tiongkok 78 Laku tirakat agama Buddha Tiongkok menurut James Benn bukanlah hasil adaptasi atau impor dari laku tirakat India melainkan berasal dari gagasan umat Buddha Tiongkok sendiri didasarkan pada tafsir umat Buddha Tiongkok yang unik atas Saddharmapuṇḍarika atau Sutra Seroja 79 Laku tirakat Tiongkok ini mungkin diadopsi dari laku tirakat masyarakat Tiongkok pra Buddha 80 81 atau dari agama Tao 78 Tidak jelas apakah tindakan pengorbanan diri hanya terbatas pada tradisi asketisme Tiongkok dan tidak ada bukti kuat bahwa pengorbanan diri adalah bagian dari suatu program asketis komprehensif berskala besar di kalangan umat Buddha Tiongkok 73 Agama Hindu Sunting Lihat pula Tapa Sangnyasa dan Ataptatanu nbsp Seorang petarak perempuan dari mazhab Waisnawa pada abad ke 19 di India Mengundurkan diri dari kehidupan duniawi dan menjalani kehidupan rohani dalam komunitas biara atau seorang diri telah menjadi suatu tradisi dalam sejarah agama Hindu sejak purbakala Tradisi mengundurkan diri dari kehidupan duniawi disebut Sangnyasa yang tidak sama dengan asketisme yang lazimnya mengandung makna penyangkalan diri dan mati raga yang berat Sangnyasa sering kali meliputi tindakan hidup bersahaja dengan sedikit atau tanpa harta benda pribadi sama sekali belajar bersemadi dan berbudi pekerti yang luhur Orang orang yang menjalani gaya hidup semacam ini disebut Sangnyasi Sadhu Yati 82 Biksu Prawrajita 83 dan Pariwrajaka dalam naskah naskah Hindu 84 Istilah dengan makna yang mendekati asketisme dalam naskah naskah Hindu adalah Tapa akan tetapi istilah ini meliputi suatu spektrum makna mulai dari panas tubuh bermati raga dan laku silih dengan kesungguhan yang tinggi sampai semadi dan pendisiplinan diri 54 85 86 Asketisme Perempuan Sesungguhnya sastra Weda memang berisi bukti yang tak terbantahkan baik mengenai keberadaan perempuan perempuan pelajar yang hidup selibat maupun mengenai keberadaan perempuan perempuan yang menyepi dari keramaian dunia di India kuno Lynn Denton Female Ascetics in Hinduism 87 Praktik praktik serupa asketisme disebut sebut dalam kidung kidung Weda akan tetapi kidung kidung ini sudah sering kali ditafsirkan mengacu pada para Yogi dan orang orang yang mengundurkan dari keramaian dunia untuk hidup menyendiri Salah satu penyebutan semacam itu terdapat dalam kidung Kesin dari Rigveda yang berisi penggambaran tentang para Kesin petarak berambut panjang dan Muni penghening cipta 88 89 Para Kesin yang hidup pada era Weda ini digambarkan oleh Karel Werner sebagai berikut 90 Kesin tidak menjalani hidup yang wajar seperti orang orang lain Rambut dan janggutnya dibiarkan tumbuh lebih panjang ia lebih banyak bermenung merenung dan bersemadi dalam waktu yang lama dan oleh karena itu ia disebut resi muni Para Kesin mengenakan pakaian dari cabikan kain kuning yang berkibar kibar tertiup angin atau mungkin sekali bertelanjang bulat hanya bertutupkan debu kuning tanah India Akan tetapi kepribadian mereka tak terikat pada bumi karena mereka menelusuri jalan angin yang misterius bilamana dewa dewa merasuki mereka Ia adalah orang yang sedang tenggelam dalam lamunan ia berada nun jauh di sana Karel Werner 1977 Yoga and the Ṛg Veda An Interpretation of the Kesin Hymn 90 Naskah naskah Weda dan Upanisad dalam agama Hindu menurut Mariasusai Dhavamony tidak membahas tentang tindakan menyakiti diri sendiri tetapi memang membahas tentang pengekangan dan pengendalian diri sendiri 91 Tradisi kebiaraan agama Hindu terbukti sudah wujud pada milenium pertama SM khususnya dalam mazhab Adwaita Wedanta dibuktikan oleh kitab kitab Upanisad Sangnyasa tertua yang semuanya berpandangan Adwaita Wedanta 92 Sebagian besar kitab Upanisad Sangnyasa berisi Yoga dan filsafat nondualisme Adwaita Wedanta 93 94 Satyayaniya Upanisad dari abad ke 12 adalah pengecualian yang penting filsafat dualisme tersendiri dan Waisnawa Wisistadwaita Wedanta 94 95 Naskah naskah ini berisi pembabaran mengenai suatu gaya hidup yang bersahaja dan berbudi pekerti luhur tetapi tidak menyinggung penyiksaan diri sendiri atau mati raga Misalnya Inilah ikrar ikrar yang harus ditepati seorang Sangnyasi Pantang melukai makhluk hidup jujur pantang mengambil barang orang lain pantang bersanggama dan dermawan murah hati lemah lembut adalah ikrar ikrar yang utama Ada pula lima ikrar tambahan pantang marah taat pada guru menghindari perilaku gegabah menjaga kebersihan dan menjaga kemurnian makanan Ia harus meminta minta makanan tanpa mengesalkan hati orang lain sebagian dari makanan yang ia peroleh harus dibagi dengan penuh welas asih dengan makhluk hidup lain sisanya diperciki air dan harus ia santap laksana obat Baudhayana Dharmasutra II 10 18 1 10 96 Menurut Patrick Olivelle hal senada juga terdapat dalam Nirwana Upanisad yang menegaskan bahwa petarak Hindu harus berpendirian bahwa angkasa adalah keyakinannya kemutlakan adalah pengetahuannya kemanunggalan adalah masuk perdananya welas asih belaka adalah kegemarannya kebahagiaan adalah kalung bunganya gua sunyi adalah kawannya dan seterusnya sambil melanjutkan usahanya untuk mencapai pengenalan diri sendiri atau pengenalan jiwa dan hubungannya dengan konsep metafisika Hindu tentang Brahman 97 Ciri ciri perilaku Sangnyasi lainnya meliputi ahimsa antikekerasan akroda tidak marah sekalipun dijahati orang 98 tidak bersenjata tidak bersetubuh tidak menikah awyati tidak berhasrat amati hidup miskin mengekang diri jujur sarwabutahita bersikap baik pada segala makhluk asteya tidak mencuri aparigraha tidak tamak dan sauca menjaga kemurnian badan tutur kata dan pikiran 99 100 Naskah abad ke 11 Yatidharmasamuccaya adalah sebuah naskah Waisnawa yang merangkum segala macam laku tirakat mazhab Waisnawa dalam agama Hindu 101 Dalam agama Hindu seperti dalam agama agama India lainnya baik laki laki maupun perempuan pernah melibatkan diri dalam bermacam macam laku tirakat sepanjang sejarah 8 Agama Jaina Sunting Artikel utama Monastisisme Jaina Asketisme dalam salah satu bentuknya yang paling berat terdapat dalam salah satu agama tertua di dunia agama Jaina Laku tirakat dalam agama Jaina juga mencakup ketelanjangan yang melambangkan ketiadaan harta benda bahkan pakaian sekalipun puasa mati raga laku silih dan laku tirakat berat lainnya yang bertujuan menghapus karma lampau dan berhenti menciptakan karma baru Baik menghapus karma lampau maupun berhenti menciptakan karma baru dianggap penting demi mencapai sidha dan moksa lepas dari tumimbal lahir keselamatan 102 103 104 Dalam agama Jaina tujuan hidup yang terutama adalah mencapai kelepasan jiwa dari lingkaran tumimbal lahir tanpa akhir moksa dari sangsara yang memerlukan budi pekerti luhur dan asketisme Sebagian besar laku pantang dan laku tirakat dapat dilacak kembali sumbernya pada Wardaman Mahawira Sang Penyeberang atau Tirtangkara ke 24 yang menjalani laku tirakat selama 12 tahun sebelum mencapai pencerahan 105 106 Naskah naskah Jaina seperti Tatwarta Sutra dan Utaradyayana Sutra membahas secara panjang lebar dan terperinci mengenai kebersahajaan bertarak Ada enam laku tirakat eksternal dan enam laku tirakat internal yang paling lazim dilakukan dan sering kali diulang dalam naskah naskah Jaina terkemudian 107 Menurut John Cort laku tirakat eksternal mencakup puasa makan dan minum makan dalam jumlah terbatas hanya menyantap makanan tertentu berpantang makanan lezat bermati raga dan mengendalikan tubuh menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi sumber godaan 108 Laku tirakat internal meliputi menjalankan laku silih mengakui kesalahan menghormati dan menolong para pengemis belajar bersemadi dan mengabaikan keinginan jasmani dengan tujuan menelantarkan badan 108 Naskah Jaina Kalpasutra secara rinci menggambarkan asketisme Mahawira tokoh yang riwayat hidupnya merupakan sumber tuntunan bagi sebagian besar laku tirakat dalam agama Jaina 109 Sang Petapa Mulia Mahawira berpakaian selama satu tahun dan satu bulan selepas itu ia berkelana dengan telanjang bulat dan menerima sedekah setangkup tangannya Selama dua belas tahun lebih Sang Petapa Mulia Mahawira mengabaikan tubuhnya dan membiarkannya tidak terurus dengan tenang menanggung melalui dan menderita segala macam peristiwa senang maupun susah yang ditimbulkan oleh kuasa dewata manusia maupun binatang Kalpa Sutra 117 Baik Mahawira dan para pengikutnya yang terdahulu digambarkan dalam naskah naskah agama Jaina melakukan mati raga dan diperlakukan buruk oleh binatang dan manusia tetapi tidak pernah membalas dan tidak pernah pula membahayakan atau mencelakai ahimsa makhluk lain 110 Dengan laku tirakat yang sedemikian ia membakar habis Karma lampaunya mendapatkan pengetahuan rohani dan menjadi seorang Jina 110 Tapa brata berat ini adalah bagian dari jalan hidup membiara dalam agama Jaina 111 Tindakan bermati raga disebut kaya klesa dalam agama Jaina dan tercantum dalam ayat 9 19 dari Tatwarta Sutra karya Umaswati naskah filsafat Jaina tertua yang tersisa dan sangat dimuliakan 112 113 Catatan Sunting Praktik lain meliputi pula tindakan memotong anggota tubuh 72 73 Rujukan Sunting Randall Collins 2000 The sociology of philosophies a global theory of intellectual change Harvard University Press ISBN 978 0 674 00187 9 halaman 204 William Cook 2008 Francis of Assisi The Way of Poverty and Humility Wipf and Stock Publishers ISBN 978 1 55635 730 5 halaman 46 47 a b c d e Richard Finn 2009 Asceticism in the Graeco Roman World Cambridge University Press hlm 94 97 ISBN 978 1 139 48066 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 03 27 Diakses tanggal 2017 06 08 a b c d e Vincent L Wimbush Richard Valantasis 2002 Asceticism Oxford University Press hlm 9 10 ISBN 978 0 19 803451 3 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 02 16 Diakses tanggal 2017 06 08 a b Spencer C Tucker 2010 The Encyclopedia of Middle East Wars ABC CLIO hlm 1176 ISBN 978 1 85109 948 1 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 02 16 Diakses tanggal 2017 06 08 Eric O Hanson 2006 Religion and Politics in the International System Today Cambridge University Press hlm 102 103 ISBN 978 0 521 61781 9 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 02 16 Diakses tanggal 2017 06 08 Vincent L Wimbush Richard Valantasis 2002 Asceticism Oxford University Press hlm 247 351 ISBN 978 0 19 803451 3 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 02 16 Diakses tanggal 2017 06 08 a b Lynn Denton 1992 Julia Leslie ed Roles and Rituals for Hindu Women Motilal Banarsidass hlm 212 219 ISBN 978 81 208 1036 5 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 12 06 Diakses tanggal 2017 06 08 Clarke Paul A B Andrew Linzey 1996 Dictionary of ethics theology and society Routledge Reference Taylor amp Francis hlm 58 ISBN 978 0 415 06212 1 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 06 04 Diakses tanggal 2017 06 09 Maurice Waite 2009 Oxford Thesaurus of English Oxford University Press hlm 47 ISBN 978 0 19 956081 3 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 04 15 Diakses tanggal 2017 06 09 Martin G Wiltshire 1990 Ascetic Figures Before and in Early Buddhism The Emergence of Gautama as the Buddha Walter de Gruyter hlm xvi ISBN 978 3 11 009896 9 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 03 15 Diakses tanggal 2017 06 09 New Advent Catholic Encyclopedia Asceticism quoting St Jerome Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 07 01 Diakses tanggal 2017 06 09 From Chapter 1 of a letter from Ignatius to Polycarp Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 03 04 Diakses tanggal 2017 06 09 The Catholic Encyclopedia for a study of the continuation of this early tradition in the Middle Ages see Marina Miladinov Margins of Solitude Eremitism in Central Europe between East and West Zagreb Leykam International 2008 a b William M Johnston 2013 Encyclopedia of Monasticism Routledge hlm 290 548 577 ISBN 978 1 136 78716 4 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 12 22 Diakses tanggal 2017 06 09 William M Johnston 2013 Encyclopedia of Monasticism Routledge hlm 548 550 ISBN 978 1 136 78716 4 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 12 22 Diakses tanggal 2017 06 09 a b Jeremy Barrier 2013 Hans Ulrich Weidemann ed Asceticism and Exegesis in Early Christianity The Reception of New Testament Texts in Ancient Ascetic Discourses Vandenhoeck amp Ruprecht hlm 163 ISBN 978 3 525 59358 5 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 Elizabeth A Clark Reading Renunciation Asceticism and Scripture in Early Christianity Princeton Princeton University Press 1999 Thomas A Robinson Hillary P Rodrigues 2014 World Religions A Guide to the Essentials Baker Academic hlm 147 148 ISBN 978 1 4412 1972 5 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 William M Johnston 2013 Encyclopedia of Monasticism Routledge hlm 582 583 ISBN 978 1 136 78716 4 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 12 22 Diakses tanggal 2017 06 09 William M Johnston 2013 Encyclopedia of Monasticism Routledge hlm 93 ISBN 978 1 136 78716 4 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 12 22 Diakses tanggal 2017 06 09 Andrew Jacobs 2013 Hans Ulrich Weidemann ed Asceticism and Exegesis in Early Christianity The Reception of New Testament Texts in Ancient Ascetic Discourses Vandenhoeck amp Ruprecht hlm 224 ISBN 978 3 525 59358 5 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 Evert Peeters Leen Van Molle Kaat Wils 2011 Beyond Pleasure Cultures of Modern Asceticism Berghahn hlm 5 6 ISBN 978 1 84545 987 1 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 a b Robin Darling Young Evagrius the Iconographer Monastic Pedagogy in the Gnostikos Journal of Early Christian Studies Volume 9 Number 1 Spring 2001 pp 53 71 Article Johns Hopkins University Press Samuel Rubenson The Cambridge History of Christianity Edited by Augustine Casiday Frederick W Norris Chapter 27 Asceticism and monasticism I Eastern pp 637 668 2006 Marcus Plested The Macarian Legacy The Place of Macarius Symeon in the Eastern Christian Tradition Oxford Theology and Religion Monographs 2004 p67 Josef W Meri 2002 The Cult of Saints among Muslims and Jews in Medieval Syria Oxford University Press hlm 66 83 ISBN 978 0 19 155473 5 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 The World s Muslims Religious Affiliations Diarsipkan 2016 12 26 di Wayback Machine Pew Research 2012 Felicity Crowe et al 2011 Illustrated Dictionary of the Muslim World Marshall Cavendish hlm 40 ISBN 978 0 7614 7929 1 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 Pemeliharaan CS1 Penggunaan et al yang eksplisit link Malise Ruthven 2006 Islam in the World Oxford University Press hlm 153 ISBN 978 0 19 530503 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 03 22 Diakses tanggal 2017 06 09 Quote the famous Hadith there is no monasticism in Islam the monasticism rahbaniyah of my community is the Jihad Knysh Alexander Islamic Mysticism a Short History Boston Brill 2000 1 30 Karamustafa Ahmet Sufism The Formative Period Edinburgh Edinburgh University Press Ltd 2007 a b Eric O Hanson 2006 Religion and Politics in the International System Today Cambridge University Press hlm 102 104 ISBN 978 0 521 61781 9 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 04 04 Diakses tanggal 2017 06 08 Nile Green 2012 Sufism A Global History John Wiley amp Sons hlm 20 22 ISBN 978 1 4051 5765 0 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 27 Diakses tanggal 2017 06 09 Birol Baskan 2014 From Religious Empires to Secular States State Secularization in Turkey Iran and Russia Routledge hlm 79 80 ISBN 978 1 317 80204 4 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 Jon Armajani 2004 Dynamic Islam Liberal Muslim Perspectives in a Transnational Age University Press of America hlm 67 ISBN 978 0 7618 2967 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 Shahzad Bashir 2013 Sufi Bodies Religion and Society in Medieval Islam Columbia University Press hlm 9 11 58 67 ISBN 978 0 231 14491 9 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 Antony Black 2011 The History of Islamic Political Thought From the Prophet to the Present Edinburgh University Press hlm 241 242 ISBN 978 0 7486 8878 4 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014 06 22 Diakses tanggal 2017 06 09 Carl Olson 2007 Celibacy and Religious Traditions Oxford University Press hlm 134 135 ISBN 978 0 19 804181 8 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 Barbara D Metcalf 2009 Islam in South Asia in Practice Princeton University Press hlm 64 ISBN 1 4008 3138 5 Ira M Lapidus 2014 A History of Islamic Societies Cambridge University Press hlm 357 ISBN 978 1 139 99150 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 09 Mark Juergensmeyer Wade Clark Roof 2011 Encyclopedia of Global Religion SAGE Publications hlm 65 ISBN 978 1 4522 6656 5 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 03 31 Diakses tanggal 2017 06 09 a b c Cornelia B Horn 2006 Asceticism and Christological Controversy in Fifth Century Palestine Oxford University Press hlm 188 190 with footnotes ISBN 978 0 19 927753 7 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 10 Markus Bockmuehl 2000 Jewish Law in Gentile Churches A amp C Black hlm 38 40 with footnote 57 ISBN 978 0 567 08734 8 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 10 Brian S Rosner 1994 Paul s Scripture and Ethics A Study of 1 Corinthians 5 7 BRILL Academic hlm 153 157 ISBN 90 04 10065 2 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 10 Rabbi Noah Weinberg January 30 2000 Five Levels of Pleasure Aish com website Aish HaTorah Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 11 14 Diakses tanggal April 6 2013 Daniel Meijers 1992 Ascetic Hasidism in Jerusalem The Guardian Of The Faithful Community of Mea Shearim BRILL hlm 14 19 111 125 ISBN 90 04 09562 4 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 10 a b Shimon Shokek 2013 Kabbalah and the Art of Being The Smithsonian Lectures Routledge hlm 132 133 ISBN 978 1 317 79738 8 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 10 Peter Meister 2004 German Literature Between Faiths Jew and Christian at Odds and in Harmony Peter Lang hlm 41 43 ISBN 978 3 03910 174 0 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 10 Effendi Shoghi Advent of Divine Justice Axel Michaels Barbara Harshav 2004 Hinduism Past and Present Princeton University Press hlm 315 ISBN 0 691 08952 3 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 02 05 Diakses tanggal 2017 06 10 Richard F Gombrich 2006 Theravada Buddhism A Social History from Ancient Benares to Modern Colombo Routledge hlm 44 62 ISBN 978 1 134 21718 2 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 03 24 Diakses tanggal 2017 06 10 a b Benjamin R Smith 2008 Mark Singleton and Jean Byrne ed Yoga in the Modern World Contemporary Perspectives Routledge hlm 144 ISBN 978 1 134 05520 3 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 01 31 Diakses tanggal 2017 06 14 Paul Dundas 2003 The Jains edisi ke 2nd Routledge hlm 27 165 166 180 ISBN 978 0415266055 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 01 22 Diakses tanggal 2017 06 10 a b c Axel Michaels Barbara Harshav 2004 Hinduism Past and Present Princeton University Press hlm 316 ISBN 0 691 08952 3 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 02 05 Diakses tanggal 2017 06 10 David N Lorenzen 1978 Warrior Ascetics in Indian History Diarsipkan 2017 02 02 di Wayback Machine Journal of the American Oriental Society 98 1 61 75 William Pinch 2012 Warrior Ascetics and Indian Empires Cambridge University Press ISBN 978 1 107 40637 7 Roy C Amore Larry D Shinn 1981 Lustful Maidens and Ascetic Kings Buddhist and Hindu Stories of Life Oxford University Press hlm 155 164 ISBN 978 0 19 536535 1 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 10 31 Diakses tanggal 2017 06 10 Robert E Buswell Jr Donald S Lopez Jr 2013 The Princeton Dictionary of Buddhism Princeton University Press hlm 894 ISBN 978 1 4008 4805 8 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 05 17 Diakses tanggal 2017 06 10 a b Hajime Nakamura 1980 Indian Buddhism A Survey with Bibliographical Notes Motilal Banarsidass hlm 73 with footnote 2 ISBN 978 81 208 0272 8 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 12 20 Diakses tanggal 2017 06 10 Shuxian Liu Robert Elliott Allinson 1988 Harmony and Strife Contemporary Perspectives East amp West Chinese University Press hlm 99 with footnote 25 ISBN 978 962 201 412 1 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 03 03 Diakses tanggal 2017 06 10 a b c d William M Johnston 2000 Encyclopedia of Monasticism A L Routledge hlm 90 91 ISBN 978 1 57958 090 2 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 11 23 Diakses tanggal 2017 06 13 Robert E Buswell Jr Donald S Lopez Jr 2013 The Princeton Dictionary of Buddhism Princeton University Press hlm 22 910 ISBN 978 1 4008 4805 8 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 05 17 Diakses tanggal 2017 06 10 K Tiyavanich 1997 Forest Recollections Wandering Monks in Twentieth Century Thailand University of Hawaii Press hlm 1 2 37 ISBN 978 0 8248 1781 7 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 03 03 Diakses tanggal 2017 06 13 John Powers 2015 The Buddhist World Routledge hlm 83 ISBN 978 1 317 42017 0 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 03 04 Diakses tanggal 2017 06 13 Ichiro Hori 1962 Self Mummified Buddhas in Japan An Aspect of the Shugen Do Mountain Asceticism Sect Diarsipkan 2016 08 19 di Wayback Machine History of Religions Vol 1 No 2 Winter 1962 pages 222 242 Adriana Boscaro Franco Gatti Massimo Raveri 1990 Rethinking Japan Social sciences ideology amp thought Routledge hlm 250 ISBN 978 0 904404 79 1 Tullio Federico Lobetti 2013 Ascetic Practices in Japanese Religion Routledge hlm 130 136 ISBN 978 1 134 47273 4 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 06 21 Diakses tanggal 2017 06 13 Paul Williams 2005 Buddhism Buddhism in China East Asia and Japan Routledge hlm 362 with footnote 37 ISBN 978 0 415 33234 7 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 06 09 Diakses tanggal 2017 06 13 James A Benn 2012 Multiple Meanings of Buddhist Self Immolation in China A Historical Perspective Revue des Etudes Tibetaines no 25 page 205 Shufen Liu 2000 Death and the Degeneration of Life Exposure of the Corpse in Medieval Chinese Buddhism Journal of Chinese Religions 28 1 1 30 doi 10 1179 073776900805306720 Parameter access date membutuhkan url bantuan a b James A Benn 2012 Multiple Meanings of Buddhist Self Immolation in China A Historical Perspective Revue des Etudes Tibetaines no 25 page 211 James A Benn 2007 Burning for the Buddha Self Immolation in Chinese Buddhism University of Hawaii Press hlm 33 34 82 84 3 4 ISBN 978 0 8248 2992 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 01 02 Diakses tanggal 2017 06 13 Yun hua Jan 1965 Buddhist Self Immolation in Medieval China Diarsipkan 2017 01 12 di Wayback Machine History of Religions Vol 4 No 2 Winter 1965 pages 243 268 James A Benn 2007 Burning for the Buddha Self Immolation in Chinese Buddhism University of Hawaii Press hlm 112 114 14 16 ISBN 978 0 8248 2992 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 01 02 Diakses tanggal 2017 06 13 James A Benn 2007 Burning for the Buddha Self Immolation in Chinese Buddhism University of Hawaii Press hlm 3 ISBN 978 0 8248 2992 6 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 01 02 Diakses tanggal 2017 06 13 a b Shih Pao ch ang Kathryn Ann Tsai 1994 Lives of the Nuns Biographies of Chinese Buddhist Nuns from the Fourth to Sixth Centuries a Translation of the Pi chʻiu ni Chuan University of Hawaii Press hlm 10 12 65 66 ISBN 978 0 8248 1541 7 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017 01 02 Diakses tanggal 2017 06 13 James A Benn 2012 Multiple Meanings of Buddhist Self Immolation in China A Historical Perspective Revue des Etudes Tibetaines no 25 pages 203 212 Quote Of all the forms of self immolation auto cremation in particular seems to have been primarily created by medieval Chinese Buddhists Rather than being a continuation or adaptation of an Indian practice although there were Indians who burned themselves as far as we can tell auto cremation was constructed on Chinese soil and drew on range of influences such as a particular interpretation of an Indian Buddhist scripture the Saddharmapuṇḍarika or Lotus Sutra along with indigenous traditions such as burning the body to bring rain that long pre dated the arrival of Buddhism in China James A Benn 2012 Multiple Meanings of Buddhist Self Immolation in China A Historical Perspective Revue des Etudes Tibetaines no 25 page 207 James A Benn 1998 Where Text Meets Flesh Burning the Body as an Apocryphal Practice in Chinese Buddhism Diarsipkan 2017 01 12 di Wayback Machine History of Religions Vol 37 No 4 May 1998 pages 295 322 yatin Diarsipkan 2017 07 01 di Wayback Machine Sanskrit English Dictionary Koeln University Germany pravrajitA Diarsipkan 2017 07 01 di Wayback Machine Sanskrit English Dictionary Koeln University Germany Patrick Olivelle 1981 Contributions to the Semantic History of Saṃnyasa Journal of the American Oriental Society Vol 101 No 3 pages 265 274 Kaelber W O 1976 Tapas Birth and Spiritual Rebirth in the Veda Diarsipkan 2017 01 12 di Wayback Machine History of Religions 15 4 343 386 Jean W Sedlar 1980 India and the Greek world a study in the transmission of culture Rowman amp Littlefield hlm 34 ISBN 978 0 8476 6173 2 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 14 Lowitz L amp Datta R 2004 Sacred Sanskrit Words For Yoga Chant and Meditation Stone Bridge Press Inc see Tapas or tapasya in Sanskrit means the conditioning of the body through the proper kinds and amounts of diet rest bodily training meditation etc to bring it to the greatest possible state of creative power It involves practicing the art of controlling materialistic desires to attain moksha Yoga Meditation on Om Tapas and Turiya in the principal Upanishads Diarsipkan 2013 09 08 di Wayback Machine Chicago Lynn Teskey Denton 2012 Female Ascetics in Hinduism State University of New York Press hlm 5 ISBN 978 0 7914 8462 3 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 02 27 Diakses tanggal 2017 06 14 Gavin D Flood 1996 An Introduction to Hinduism Cambridge University Press hlm 77 ISBN 978 0 521 43878 0 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 11 29 Diakses tanggal 2017 06 14 O Flaherty Wendy Doniger 2005 The RigVeda Penguin Classics hlm 137 ISBN 0140449892 a b Werner Karel 1977 Yoga and the Ṛg Veda An Interpretation of the Kesin Hymn RV 10 136 Religious Studies 13 3 289 302 Mariasusai Dhavamony 1982 Classical Hinduism Gregorian Biblical University hlm 368 369 ISBN 978 88 7652 482 0 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 01 31 Diakses tanggal 2017 06 14 Stephen H Phillips 1995 Classical Indian Metaphysics Columbia University Press ISBN 978 0 8126 9298 3 page 332 with note 68 Antonio Rigopoulos 1998 Dattatreya The Immortal Guru Yogin and Avatara State University of New York Press ISBN 978 0 7914 3696 7 pages 62 63 a b Olivelle Patrick 1992 The Samnyasa Upanisads Oxford University Press hlm 17 18 ISBN 978 0195070453 Antonio Rigopoulos 1998 Dattatreya The Immortal Guru Yogin and Avatara State University of New York Press ISBN 978 0 7914 3696 7 page 81 note 27 Max Muller Penerjemah Baudhayana Dharmasutra Prasna II Adhyaya 10 Kandika 18 Sacred Books of the East Vol XIV Oxford University Press pages 279 281 Olivelle Patrick 1992 The Samnyasa Upanisads Oxford University Press hlm 227 235 ISBN 978 0195070453 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 14 P 134 The rule of Saint Benedict and the ascetic traditions from Asia to the West By Mayeul de Dreuille Mariasusai Dhavamony 2002 Hindu Christian Dialogue Theological Soundings and Perspectives ISBN 978 90 420 1510 4 page 96 97 111 114 Barbara Powell 2010 Windows Into the Infinite A Guide to the Hindu Scriptures Asian Humanities Press ISBN 978 0 87573 071 4 pages 292 297 Yadavaprakasa Patrick Olivelle Translator 1995 Rules and Regulations of Brahmanical Asceticism Yatidharmasamuccaya of Yadava Prakasa State University of New York Press ISBN 978 0 7914 2283 0 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 07 26 Diakses tanggal 2017 06 14 Cort 2001a hlm 118 122 Fujinaga 2003 hlm 205 212 with footnotes Balcerowicz 2015 hlm 144 150 Doniger 1999 hlm 549 Winternitz 1993 hlm 408 409 Cort 2001a hlm 120 121 a b Cort 2001a hlm 120 122 Jacobi Hermann 1884 ed F Max Muller ed The Kalpa Sutra Translated from Prakrit Sacred Books of the East vol 22 Part 1 Oxford The Clarendon Press ISBN 0 7007 1538 X Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007 09 29 Diakses tanggal 2017 06 14 Pemeliharaan CS1 Teks tambahan editors list link Note ISBN refers to the UK Routledge 2001 reprint URL is the scan version of the original 1884 reprint a b Dundas 2002 hlm 180 Wiley 2009 hlm 210 W J Johnson 1995 Harmless Souls Karmic Bondage and Religious Change in Early Jainism with Special Reference to Umasvati and Kundakunda Motilal Banarsidass hlm 197 ISBN 978 81 208 1309 0 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 02 19 Diakses tanggal 2017 06 14 Vijay K Jain 2011 hlm 134 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Asketisme amp oldid 23252257