www.wikidata.id-id.nina.az
Suku Bulungan atau Melayu Bulungan adalah kelompok etnis di Kalimantan Utara Kaltara yang menduduki wilayah Kesultanan Bulungan seperti pesisir Kabupaten Bulungan sebagian Kabupaten Tana Tidung Kabupaten Malinau Kabupaten Nunukan Kota Tarakan dan Tawau di Sabah Malaysia Sejarah suku ini berkaitan erat dengan legenda mengenai kelahiran Kesultanan Bulungan yang dulu menjadi pusat pemerintahan di wilayah ini 1 Daftar isi 1 Periodisasi Kepemimpinan Suku Bulungan 2 Sistem Kepercayaan Suku Bulungan 3 Upacara Adat Bulungan 3 1 Birau 3 2 Lampi Sapot 4 Mata Pencaharian Orang Bulungan 5 Lihat pula 6 ReferensiPeriodisasi Kepemimpinan Suku Bulungan suntingKisah asal mula suku ini bermula dari cerita rakyat yang disebut bulongan bambu dan telur Dalam kisah itu disebutkan seorang petani yang sekaligus kepala suku di kawasan Long Sungai Kayan Ku Anyi menemukan sebatang bambu dan telur yang sedang digonggongi anjing di hutan Ku Anyi dan istri merasa ada yang istimewa dengan bambu dan telur tersebut Mereka pun membawanya pulang 2 Di rumah ternyata bambu dan telur itu berubah menjadi dua manusia yang kemudian mereka namakan Jau Iru dan Lemlaisuri Setelah dewasa keduanya menikah dan memiliki anak bernama Jau Anyi Tampuk kepemimpinan suku diturunkan Ku Anyi kepada Jau Iru kemudian Jau Anyi Paren Jau Paren Anyi Wan Paren Lahai Bara Sibarau Simun Luwan hingga Sadang 1548 1555 Saat kepemimpunan Sadang suku Kenyah dari Serawak menyerang Kepala Suku gugur tetapi saudari kandungnya Asung Luwan berhasil lolos dan lari ke pesisir Baratan Di sana Asung menikah dengan Datuk Mancang Datuk Lancang dari Brunei Datuk Mancang bersama Asung Luwan memerintah di Baratan dan Busang Arau Kuala Sungai Pengian hingga 1595 Pernikahan tersebut mengakhiri pemerintahan yang dipimpin oleh kepala suku Posisi pimpinan diambil alih oleh Kenawai Lumu Setelah itu nama nama Kayan suku di sekitar sungai Kayan tidak muncul lagi dalam silsilah raja raja Inilah akhir dari periode pertama Bulungan Di periode kedua nama nama raja disebut Wira Secara berturut turut penguasa suku Bulungan adalah Wira Kelana Wira Keranda dan Wira Digendung Periode kedua berakhir di sini nbsp Istana Kesultanan Bulungan pada abad 20Di periode ketiga masyarakat Bulungan menggunakan sistem kesultanan Pada masa ini Islam mulai berkembang lantaran hubungan dekat penguasanya dengan para perantau Arab di Demak Sultan pertama Bulungan bernama Wira Amir 1731 1777 dengan gelar Amiril Mukminin Ia kemudian diganti oleh anaknya Aji Ali 1777 1817 yang bergelar Sultan Alimudin Suksesor Aji Ali adalah Aji Muhammad 1817 1861 yang bergelar Sultan Muhammad Kaharudin Kemudian diteruskan oleh anaknya Si Kidding 1862 1866 dengan gelar Sultan Muhammad Jalaludin Tidak lama kemudian Si Kidding meninggal dan digantikan Sultan Muhammad Kaharudin 1866 1973 Penerus mahkota berikutnya adalah Datu Alam 1873 1875 dengan gelar Sultan Khalifatul Alam Muhammad Adil Namun karena dianggap melanggar perjanjian dengan Belanda ia diracun dalam sebuah jamuan di istana Bulungan pada 1875 Penggantinya adalah Ali Kahar 1875 1889 yang bergelar Sultan Kaharudin II Pada masa ini Belanda begitu kuat menanamkan pengaruhnya sehingga pada Juni 1878 ditandatanganilah sebuah perjanjian yang memberi wewenang kepada penjajah itu untuk menentukan kebijakan sultan Bulungan termasuk urusan pajak Sebagai imbalannya keamanan sultan dijamin oleh Kerajaan Belanda Kekuasaan Sultan Kaharudin II diteruskan oleh menantunya Si Gieng 1889 1899 yang bergelar Sultan Adzimudin Setelah meninggal kekuasaannya dilanjutkan oleh Puteri Sibut didampingi oleh Datu Mansyur 1899 1901 Sultan yang memerintah berikutnya adalah Datu Belembung putra sulung Sultan Adzimudin Gelarnya Sultan Maulana Muhammad Kasim Al Din Sultan Kasimudin Ia mengambil kebijakan dan langkah langkah anti Belanda seperti mendukung penghapusan upeti dan penghilangan penjemputan tamu tamu Belanda ke kapal sebelum merapat di pelabuhan Sultan ke 10 itu juga menentukan kebijakan politik bisnis bagi kepentingan Kesultanan Bulungan dengan memanfaatkan hasil hutan dan perikanan Setelah ditemukannya sumber minyak di Pulau Tarakan tahun 1902 Kesultanan Bulungan makin mencapai puncak keemasannya Rakyat bangga dengan sultan muda ini Sayang ia meninggal terkena peluru nyasar sewaktu berburu pada 1925 Penggantinya adalah Datu Mansyur 1925 1930 Sesudah putra Sultan Kasimudin bernama Achmad Sulaiman kembali dari tugas belajar di Sumatra Datu Mansyur menyerahkan kekuasaan kepadanya Tetapi sultan ke 12 itu tidak lama berkuasa karena mendadak meninggal pada 1931 Ia digantikan oleh Sultan Muhammad Jalaludin II 1931 1958 Inilah sultan yang terakhir di Bulungan Pada periode ini dibangun istana ketiga di Tanjung Palas pemberian pangkat Letnan Kolonel Tituler oleh Ratu Wilhelmina kepada sultan pelaksanaan upacara birau pertama selama 40 hari 40 malam pembumihangusan Tarakan oleh tentara Jepang untuk mengusir Belanda dan pendaratan tentara sekutu NICA Pemerintah Indonesia mengangkat Bulungan menjadi Daerah Istimewa pada 1948 dengan Sultan Muhammad Jalaludin sebagai kepala daerah istimewa pertamanya Sang saka merah putih untuk pertama kalinya berkibar pada 17 Agustus 1949 di sana Dan pada 1958 sultan terakhir Bulungan itu meninggal Sistem Kepercayaan Suku Bulungan suntingSejak periode ketiga raja raja Bulungan dan keluarga mereka menganut agama Islam Namun sebagaimana suku suku tradisional lainnya orang Bulungan juga tetap menghidupkan praktik praktik nenek moyangnya Contoh praktik praktik kepercayaan yang masih dilakukan oleh suku Bulungan misalnya persembahan sesaji ketika ada anggota masyarakat yang membuka ladang nasi rasul ketan mirip tumpeng tetapi ujungnya berupa parabola percaya pada tanda tanda alam pada perilaku burung biawak ular dan sebagainya 2 Upacara Adat Bulungan suntingSuku Bulungan masih melakukan beberapa upacara tradisi pendahulu mereka Beberapa di antaranya sebagai berikut Birau sunting Dalam bahasa Bulungan birau artinya pesta besar Pesta ini memang dirayakan dengan sangat meriah oleh semua rakyat Meskipun pada awalnya Perayaan Birau hanya dilaksanakan pada masa Kesultanan Bulungan dalam rangka syukuran khitanan anak anak raja 1 Namun demi melestarikan adat istiadat dan menciptakan daya tarik pariwisata Upacara Birau diselenggarakan secara rutin bahkan menjadi agenda resmi pemerintah Kabupaten Bulungan Biasanya pelaksanaannya setiap 12 Oktober bersamaan dengan peringatan HUT Kota Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan Walaupun dari tahun ke tahun pesta ini terus menunjukkan gejala sepi peminat karena keterbatasan dana dari pemerintah daerah 3 Banyak pihak khawatir pesta budaya ini akan dilupakan masyarakat Bulungan serta suku suku pendatang yang berada di sana seperti Dayak Bugis dan Jawa Lampi Sapot sunting Upacara adat ini juga dikenal sebagai naik ayun Diadakannya ketika anak berusia sekitar satu bulan hingga mampu membalik badannya sendiri Naik ayun dibuat berdasarkan ajaran Islam yaitu ibadah aqiqah 4 Tradisi ini sebenarnya juga dimiliki oleh suku suku lain di Kalimantan Namun dalam tradisi Bulungan bahan bahan yang harus disediakan cukup khas Seperti nasi rasul dua buah karena mengikuti sunah nabi berkaitan dengan perjalanan Shofa dan Marwah satu buah kelapa biasa yang dibungkus dengan kain kuning kelapa gading sebuah lilin bantal bayi kuning untuk anak bangsawan dan putih untuk orang biasa dan 33 busak balai bendera bermotif ukiran yang diletakkan di dua tiang besar Teknis acaranya anak dimasukkan secara simbolik ke dalam sapot oleh para tetua laki laki lalu tetua perempuan Setelah itu ada tari tarian jepen Namun sekarang tari jepen ini jarang ditampilkan dalam Ritual Lampi Sapot Kemudian nasi rasul dibagi bagikan kepada undangan Lamanya upacara sekitar empat jam biasanya dari pukul 8 pagi hingga pukul 12 siang Mata Pencaharian Orang Bulungan suntingDalam masa pra kesultanan anggota suku Bulungan biasa berpindah pindah tempat untuk berladang dan berburu Namun setelah periode kesultanan hingga sekarang mereka menetap sebagaimana masyarakat modern lainnya Kendati demikian orang Bulungan tetap banyak yang berladang untuk mencukupi kebutuhan sehari harinya Bedanya penggarapan sawah mereka sudah menggunakan teknologi pertanian atau perkebunan Profesi orang Bulungan sebagian besar memang petani dan nelayan 5 Namun sama seperti warga di tempat tempat lain yang terbuka profesi profesi lainnya pun berkembang Selain itu banyak juga pemuda Bulungan yang memutuskan merantau ke daerah lain bahkan keluar pulau untuk mencari penghidupan yang layak Lihat pula suntingKamus bahasa Indonesia bahasa BulunganReferensi sunting a b Penduduk Adat Istiadat dan Kebudayaan Kabupaten Bulungan WisataKaltara com 2013 12 13 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 07 29 Diakses tanggal 2019 03 16 Kesalahan pengutipan Tanda lt ref gt tidak sah nama WisataKaltara didefinisikan berulang dengan isi berbeda a b Nanang Martinus 2008 Sejarah Penyebaran amp Kebudayaan Suku suku di Kabupaten Malinau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malinau Perhelatan Birau Kian Meredup DPRD Bulungan Sarankan Pembentukan Dewan Kesenian Tribunnews com 2017 10 10 Diakses tanggal 2019 03 19 Naik Ayun Budaya Indonesia org 2014 04 09 Diakses tanggal 2019 03 20 Profil Bulungan Ibu Kota Kalimantan Utara BustomyKaltara blogspot com 2015 06 09 Diakses tanggal 2019 03 20 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Suku Bulungan amp oldid 21941014