www.wikidata.id-id.nina.az
Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah 26 Oktober 1900 26 Februari 1969 adalah seorang reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia Ia merupakan pendiri Diniyah Putri perguruan yang saat ini meliputi taman kanak kanak hingga sekolah tinggi Sewaktu Revolusi Nasional Indonesia ia memelopori pembentukan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat TKR di Padang Panjang serta menjamin seluruh perbekalan dan membantu pengadaan alat senjata mereka Rahmah El YunusiyahRahmah El Yunusiyah pada majalah Pedoman Isteri 1932Lahir 1900 10 26 26 Oktober 1900Nagari Bukit Surungan Padang Panjang Hindia BelandaMeninggal26 Februari 1969 1969 02 26 umur 68 Padang Panjang Sumatera Barat IndonesiaKebangsaanIndonesiaDikenal atasPendiri Diniyah PutriPartai politikMasyumiOrang tuaMuhammad Yunus ayah Rafia ibu KerabatZainuddin Labay El Yunusy abang Isnaniah Saleh sepupu Rahmah sempat belajar di Diniyah School yang dipimpin abangnya Zainuddin Labay El Yunusy Tidak puas dengan sistem koedukasi yang mencampurkan pelajar putra dan putri Rahmah secara inisiatif menemui beberapa ulama Minangkabau untuk mendalami agama hal tidak lazim bagi seorang perempuan pada awal abad ke 20 di Minangkabau Selain itu ia mempelajari berbagai ilmu praktis secara privat yang kelak ia ajarkan kepada murid muridnya Dengan dukungan abangnya ia merintis Diniyah Putri pada 1 November 1923 yang tercatat sebagai sekolah agama Islam perempuan pertama di Indonesia Sewaktu pendudukan Jepang di Sumatera Barat Rahmah memimpin Haha No Kai di Padang Panjang untuk membantu perwira Giyugun Pada masa perang kemerdekaan ia memelopori berdirinya TKR di Padang Panjang dan mengerahkan muridnya melawan penjajah sesuai kesanggupan mereka walaupun hanya menyediakan makanan dan obat obatan Pada 7 Januari 1949 ia ditangkap oleh Belanda dan ditahan Dalam pemilu 1955 Rahmah terpilih sebagai anggota DPR mewakili Masyumi tetapi tidak pernah lagi menghadiri sidang setelah ikut bergerilya mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia PRRI Keberadaan Diniyah Putri kelak menginspirasi Universitas Al Azhar membuka Kulliyatul Banat fakultas yang dikhususkan untuk perempuan Dari Universitas Al Azhar Rahmah mendapat gelar kehormatan Syekhah yang belum pernah diberikan sebelumnya sewaktu ia berkunjung ke Mesir pada 1957 setelah dua tahun sebelumnya Imam Besar Al Azhar Abdurrahman Taj berkunjung ke Diniyah Putri Di Indonesia pemerintah menganugerahkannya tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana secara anumerta pada 13 Agustus 2013 Daftar isi 1 Kehidupan awal dan keluarga 2 Pendidikan 3 Mendirikan Diniyah Putri 4 Kepemimpinan 5 Pendudukan Jepang 6 Revolusi Nasional Indonesia 7 Pasca revolusi 8 Meninggal 9 Pandangan 10 Catatan kakiKehidupan awal dan keluarga nbsp Museum Rahmah El YunusiyahRahmah El Yunusiyah lahir pada 26 Oktober 1900 Kalender Hijriyah 1 Rajab 1318 di Nagari Bukit Surungan Padang Panjang 1 Ia adalah anak bungsu dari pasangan Muhammad Yunus al Khalidiyah bin Imanuddin dan Rafia memiliki dua kakak perempuan dan dua kakak laki laki 2 a Keluarga itu adalah penganut agama yang taat Yunus adalah seorang ulama yang pernah menuntut ilmu di Mekkah selama empat tahun Ia bekerja sebagai qadi di Pandai Sikek lima kilometer dari Padang Panjang 3 Istri Yunus Rafia bertali darah dengan Haji Miskin ulama pemimpin Perang Padri pada awal abad ke 19 4 Rafia memiliki saudara seorang bidan bernama Kudi Urai yang membantunya saat melahirkan Rahmah 5 Dalam usia enam puluh tahun Yunus wafat meninggalkan Rahmah yang masih berusia enam tahun Keluarganya memilihkan salah seorang murid Yunus sebagai guru mengaji Rahmah Dua abangnya yang pernah belajar di Sekolah Desa mengajarkan Rahmah baca tulis Arab dan Latin Di bawah asuhan ibu dan kakak kakaknya Rahmah tumbuh sebagai anak yang keras hati dan memiliki kemauan kuat Lewat kemampuannya membaca ia mempelajari buku buku yang dimiliki dan ditulis abangnya Zainuddin Labay El Yunusy 6 Menginjak usia 10 tahun Rahmah sudah gemar mendengarkan kajian yang diadakan di beberapa surau di Padang Panjang Ia mengambil perbandingan dari kajian kajian yang diikutinya berpindah pindah ke berbagai surau 3 Lantaran jarang bergaul dengan teman sebayanya Rahmah remaja menjadi gadis pendiam dan pemalu Ketiadaan ayah membuat Rahmah banyak memikirkan dan menyelesaikan sendiri urusannya 7 Ia menjahit bajunya dan menyenangi berbagai macam kerajinan tangan Mengikuti tradisi adat Rahmah dalam usia 16 tahun dinikahkan oleh keluarganya dengan Bahauddin Lathif seorang ulama dari Sumpur Pernikahan mereka berlangsung pada 15 Mei 1916 dan berakhir pada 22 Juni 1922 tanpa meninggalkan anak 8 9 Meski demikian Rahmah memiliki sepupu dari keluarga ibu Isnaniah Saleh yang kelak meneruskan kepemimpinannya di Diniyah Putri 10 Pendidikan nbsp Zainuddin Labay El Yunusy pendiri Diniyah School adalah kakak dan guru bagi RahmahSeiring arus pembaruan Islam yang dibawa oleh para ulama Minangkabau usai menuntut ilmu di Timur Tengah pada awal abad ke 20 sejumlah sekolah agama berdiri di berbagai daerah Minangkabau menggantikan sistem pendidikan tradisional yang berbasis surau Pada 10 Oktober 1915 Zainuddin Labay El Yunusy membuka sekolah agama Islam Diniyah School yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum dan dijalankan dengan cara pendidikan modern menggunakan alat peraga dan memiliki perpustakaan 11 Sekolah ini menerima murid perempuan di kelas yang sama dengan murid laki laki hal yang baru bagi sekolah agama saat itu 12 Rahmah ikut mendaftar diterima duduk di bangku kelas tiga setara tsanawiyah oleh pihak sekolah menyesuaikan kemampuannya 13 Selain menghadiri kelas pada pagi hari di Diniyah School Rahmah memimpin kelompok belajar di luar kelas pada sore hari Ia melihat dengan bercampurnya murid laki laki dan perempuan dalam kelas yang sama perempuan tidak bebas mengutarakan pendapat dan menggunakan haknya dalam belajar 13 Ia mengamati banyak masalah perempuan terutama dalam perspektif fikih tidak dijelaskan secara rinci oleh guru yang notabene laki laki sementara murid perempuan enggan bertanya 14 Bersama dua temannya Sitti Nansiah dan Djawana Basyir Rahmah berinisiatif mempelajari fikih lebih lanjut kepada Abdul Karim Amrullah di Surau Jembatan Besi Mereka tercatat sebagai murid murid perempuan pertama yang ikut belajar di Surau Jembatan Besi sebagaimana dicatat oleh Hamka 15 3 Saat bersekolah di Diniyah School Rahmah bergabung dengan Persatuan Murid Murid Diniyah School PMDS Ketika duduk di bangku kelas enam Rahmah merundingkan gagasannya untuk mendirikan sekolah perempuan sendiri kepada teman teman perempuannya di PMDS 13 Ia menginginkan agar perempuan memperoleh pendidikan yang sesuai dengan fitrah mereka dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari hari Kesungguhannya untuk mewujudkan gagasannya ia sampaikan kepada abangnya Kalau saya tidak mulai dari sekarang maka kaum saya akan tetap terbelakang Saya harus mulai dan saya yakin akan banyak pengorbanan yang dituntut dari diri saya Jika kakanda bisa kenapakah saya adiknya tidak bisa Jika lelaki bisa kenapa perempuan tidak bisa 16 17 Rahmah kelak meluaskan penguasaannya dalam beberapa ilmu terapan agar dapat diajarkan pada murid muridnya Melalui keahlian yang dimiliki oleh mak tuo nya Rahmah belajar ilmu kebidanan Ia sempat mengikuti kursus kebidanan di beberapa rumah sakit kepada beberapa orang dokter Di RS Kayutanam Rahmah belajar kepada dr Sofjan Rassad Secara privat ia mempelajari olahraga dan senam dengan seorang guru asal Belanda yang mengajar di Guguk Malintang Pergaulan Rahmah sebagai pimpinan sekolah mempertemukannya dengan para guru yang mengajar di Padang Panjang Ia berkenalan dengan Djusair Rosminanturi Gaban dan Sitti Akmar b mereka membawa Rahmah mendalami berbagai keterampilan Ia juga belajar bertenun tradisional menggunakan alat tenun bukan mesin yang pada masa itu banyak dilakukan oleh masyarakat Minangkabau Pengalamannya bertenun ia dapatkan dari pusat pertenunan rakyat seperti Pandai Sikek dan Silungkang Berbagai ilmu lainnya seperti ilmu hayat dan ilmu alam ia pelajari sendiri dari buku Berbagai ilmu dan keterampilan tersebut kelak mewarnai kurikulum di Diniyah Putri 18 3 19 20 Mendirikan Diniyah PutriPada 1 November 1923 Rahmah membuka Madrasah Diniyah Li al Banat sebagai bagian dari Diniyah School yang dikhususkan untuk murid murid putri Rahmah mengatur kegiatan belajar mengajar di masjid yang terletak berseberangan dengan rumah kediamannya di Jalan Lubuk Mata Kucing sekarang Jalan Abdul Hamid Hakim Pasar Usang Padang Panjang Dua teman Rahmah Sitti Nansiah dan Djawana Basyir termasuk guru terawal sementara Rahmah merangkap sebagai guru dan pimpinan 21 Mulanya terdapat 71 orang murid yang kebanyakan adalah ibu ibu muda 13 Pelajaran diberikan selama 2 5 jam meliputi dasar pengetahuan agama gramatika bahasa Arab dan ilmu alat 22 Para murid duduk di lantai mengelilingi guru secara berkelompok Para guru memakai buku buku berbahasa Arab dan menerangkan dengan bahasa Indonesia Ilmu pengetahuan umum belum diajarkan pada tahun pertama Oleh karena itu Rahmah mengerahkan murid muridnya bergabung dengan Persatuan Murid Murid Diniyah School PMDS untuk mendapatkan berbagai pengetahuan umum dan mengikuti berbagai kegiatan seperti kepanduan organisasi dan koperasi 23 Dengan hadirnya bagian untuk putri Diniyah School peninggalan Zainuddin berangsur angsur hanya dihadiri oleh murid murid putra dan Madrasah Diniyah Li al Banat yang didirikan Rahmah menjadi populer sebagai Diniyah Putri 24 25 26 Ketika Zainuddin meninggal secara mendadak pada 10 Juli 1924 27 banyak orang menyangka bahwa usaha yang baru dirintis Rahmah akan hilang di tengah jalan sebagaimana dicatat oleh Isnaniah Saleh 28 Dalam suatu rapat pengurus Diniyah Putri yang diadakan oleh Rahmah beberapa hari setelah Zainuddin meninggal majelis guru sepakat untuk meningkatkan sistem pengajaran Diniyah Putri lengkap dengan sarana 29 Pada 1925 Rahmah menyewa rumah bertingkat dua di Pasar Usang untuk dijadikan ruangan kelas dan asrama Diniyah Putri Ia mengupayakan sendiri mencari perlengkapan seperti bangku meja dan papan tulis Sedikitnya 60 orang murid menempati asrama pada tahun pertama 20 Selain Diniyah Putri Rahmah membuka program pemberantasan buta huruf untuk kalangan ibu ibu yang lebih tua pada 1926 setelah melihat kebanyakan mereka tak sempat mengenyam pendidikan formal 13 30 13 31 Kegiatan itu diikuti oleh 125 orang ibu ibu pada mulanya tetapi terpaksa dihentikan setelah Diniyah Putri binasa oleh gempa bumi sehingga sekolah itu menuntut perhatian sepenuhnya dari Rahmah 32 nbsp Pada 28 Juni 1926 gempa bumi berkekuatan 7 6 SR mengguncang Padang Panjang membuat kota itu ditinggalkanSeiring banyaknya murid Diniyah Putri Rahmah mengatur pembagian waktu belajar remaja remaja perempuan pada sore hari dan ibu ibu rumah tangga pada malam hari 30 Pada awal 1926 karena kapasitas asrama yang disediakan di tingkat dua gedung tidak mencukupi pembangunan gedung baru mulai dilakukan seacara gotong royong 21 Dalam buku Peringatan 55 Tahun Diniyah Putri dicatat para murid Diniyah Putri bersama sama pelajar dari Diniyah School dan Thawalib mengangkat batu kali dari sungai yang berjarak 2 5 km dari sekolah mereka untuk membangun pondasi gedung Namun gempa bumi berkekuatan 7 6 skala Richter 33 mengguncang Padang Panjang pada 28 Juni 1926 meruntuhkan gedung lama beserta pondasi gedung baru yang dibangun Nanisah salah seorang guru wafat karena tertimpa runtuhan bangunan 13 25 Gempa bumi mengakibatkan kegiatan belajar mengajar Diniyah Putri berhenti Gedung dan peralatan mengajar hancur Bersama separuh penduduk Padang Panjang seluruh murid Diniyah Putri mengungsi keluar kota 34 28 Ia menyaksikan penduduk meninggalkan kota seolah olah sekumpulan kafilah di gurun Sahara berbondong bondong membawa bebannya masing masing 35 40 hari setelah gempa bumi Rahmah beserta para guru mendirikan kelas darurat dibantu oleh murid murid Thawalib kembali secara gotong royong Kelas dibangun di atas sebidang tanah wakaf dari ibunya terbuat dari bambu dengan atap daun rumbia berlantaikan tanah Sambil melanjutkan kegiatan belajar mengajar di kelas darurat para guru beserta para wali murid membentuk komite untuk mencari dana pembangunan kembali gedung sekolah yang runtuh 36 Rahmah menjual perhiasannya dan berkeliling ke berbagai daerah menghimpun donasi Pembangunan gedung permanen dapat dimulai pada Desember 1927 dan ditempati pada Oktober 1928 Gedung baru terdiri dari dua tingkat dan merupakan gedung utama yang masih berdiri sampai saat ini Total biaya pembangunan mencapai 7 000 gulden 25 nbsp Gedung Kulliyyatul Mualimat el Islamiyyah KMI Diniyah Putri saat ini bertransformasi menjadi madrasah aliyah Diniyah Putri memiliki sedikitnya 200 murid pada 1928 Jumlah itu dicatat oleh Deliar Noer meningkat menjadi 350 pada 1930 dan 400 pada 1935 17 Mereka berasal dari Minangkabau Bengkulu Tapanuli Deli Aceh dan Selangor 37 Seorang lulusan Diniyah Putri Aishah Ghani menyebut kehidupan Diniyah Putri sangat terkungkung dan diawasi secara ketat Mereka benar benar mempersiapkan murid murid perempuan menjadi perempuan dengan mengajarkan menenun ilmu kerumahtanggaan dan membuat murid murid mengetahui segala sesuatu dan memiliki rasa tanggung jawab 38 Seiring meningkatnya kebutuhan tenaga pengajar Rahmah membuka Kulliyyatul Mualimat el Islamiyyah KMI pada 1 Februari 1937 sebagai sekolah guru untuk putri dengan lama pendidikan tiga tahun 39 Sebelum pendudukan Jepang Diniyah Putri telah memiliki 500 murid pada 1941 Saat pendudukan Jepang Diniyah Putri di Padang Panjang sempat menjadi tempat perawatan korban kecelakaan sedangkan cabang Diniyah Putri di Jakarta ditutup 32 Pada 1947 dalam rangka menyesuaikan pembagian jenjang pendidikan yang ada di Indonesia Diniyah Putri dibagi ke dalam Diniyah Rendah dan Diniyah Menengah Pertama Diniyah Rendah setara SD dengan lama pendidikan tujuh tahun sedangkan Diniyah Menengah Pertama setara SLTP dengan lama pendidikan berdasarkan peruntukkannya DMP B dengan lama pendidikan empat tahun diperuntukkan bagi lulusan SD Lulusannya disetarakan dengan SLTP dan dipersiapkan untuk melanjutkan ke KMI atau perguruan lanjutan lainnya Adapun DMP C dengan lama pendidikan dua tahun diperuntukan bagi tamatan SLTP yang tidak sempat mendalami agama dan bahasa Arab pada jenjang pendidikan sebelumnya Lulusan DMP C dapat melanjutkan pendidikan ke KMI sebagaimana lulusan DMP B 40 39 KepemimpinanMajalah Aboean Goeroe Goeroe milik perkumpulan para guru di Sumatera Barat pada Mei 1930 menyebut Rahmah sebagai orang pertama yang berkiprah untuk kemajuan anak anak perempuan di Minangkabau Rahmah dipuji sebagai sosok yang sedikit bicara dan tertawa tetapi banyak bekerja 37 Lewat usahanya mendirikan Diniyah Putri dengan seluruh tenaga pengajar dari perempuan Rahmah ingin memperlihatkan bahwa perempuan yang selama ini dipandang lemah dan rendah derajatnya dapat berbuat sebagaimana laki laki 19 Ia mengusahakan pendanaan Diniyah Putri secara mandiri termasuk dengan menjual perhiasannya 37 Ia juga melakukan penggalangan dana tanpa bergantung pada laki laki Ia mengatakan buat sementara golongan putri akan mencoba melayarkan sendiri pencalangnya sampai ke tanah tepi sampai tenaga putri tidak sanggup lagi 41 Hamka mencatat perwakilan Muhammadiyah di Padang Panjang pernah datang kepada Rahmah pada 1928 menganjurkan agar pengelolaan Diniyah Putri diserahkan kepada Muhammadiyah Rahmah menolak tawaran tersebut mengungkapkan bahwa dirinya tetap percaya kepada kekuatan yang diberikan Allah kepada dirinya sendiri 42 Kepemimpinannya di Diniyah Putri membuatnya sering berpergian ke luar daerah 37 Dalam rangka penggalangan dana Rahmah melakukan perjalanan ke sejumlah daerah Minangkabau dan luar Minangkabau pada pengujung 1927 19 25 Ia menemui beberapa tokoh pemimpin Muslim menyampaikan cita cita dan program Diniyah Putri Di tiap tiap daerah yang dikunjunginya Rahmah berpidato di mimbar untuk menggairahkan umat Muslim berkorban bagi pembangunan Islam terutama untuk putri putri Islam mempelajari agama Islam yang mereka cintai Kegiatannya ini telah membentuk dirinya sebagai orator sekaligus meluaskan keterkenalan Diniyah Putri di Sumatra 30 Dalam rangka pengembangan kurikulum ia mengadakan studi banding melalui kunjungan ke sekolah sekolah agama di Sumatra dan Jawa pada 1931 43 Selain itu ia banyak mengirim siswa siswa tamatan Diniyah Putri untuk mengajar di berbagai daerah hingga Semenanjung Malaya Dalam dua kali perjalanannya ke Semenanjung Malaya pada 1933 dan 1935 ia tercatat mengunjungi Pinang Terengganu Johor Negeri Sembilan Selangor Perak Pahang Kelantan dan Kedah Di Sumatra ia mengunjungi Kesultanan Siak menemui Sultan Siak Sri Indrapura Dalam berbagai kunjungannya ia tampil memperkenalkan Diniyah Putri dan menghimpun dana kelanjutan pembangunan sekolah 44 Selama pemerintahan kolonial Belanda Rahmah menghindari aktivitas di jalur politik untuk melindungi kelangsungan sekolah yang dipimpinnya Ia memilih tidak bekerja sama dengan pemerintah jajahan 45 46 Ketika pemerintah kolonial Belanda melalui Van Straten sekretaris atau controleur Padang Panjang menawarkan kepada Rahmah agar Diniyah Putri didaftarkan sebagai lembaga pendidikan terdaftar sehingga dapat menerima subsidi dari pemerintah Rahmah menolak Ia mengungkapkan bahwa Diniyah Putri adalah sekolah kepunyaan umat dibiayai oleh umat dan tidak memerlukan perlindungan selain perlindungan Allah Menurutnya subsidi dari pemerintah akan mengakibatkan keleluasaan pemerintah dalam memengaruhi pengelolaan Diniyah Putri nbsp Rasuna Said lulusan Diniyah Putri yang mengajar untuk almamaternya Ketika kegiatan politik merebak di lembaga lembaga pendidikan Minangkabau dengan berdirinya Partai Persatuan Muslim Indonesia Permi pada 1930 seorang guru sekaligus lulusan Diniyah Putri Rasuna Said mulai mengemukakan pandangan politiknya melalui pelajaran yang ia berikan di dalam kelas Ia memandang murid murid perlu mendapatkan wawasan politik sebagai upaya keluar dari belenggu penjajahan Rahmah menolak usulan Rasuna berpendapat bahwa dasar Islam yang murid murid terima telah menjadi dasar bagi upaya mereka dalam kegiatan politik Menurut Rahmah masalah politik dengan sendirinya akan dapat diketahui oleh para pelajar saat mereka terlibat di dalamnya setelah mereka tamat 47 Ia mendasari pandangannya dari pemimpin politik di Minangkabau saat itu yang memperoleh pelajaran agama di lembaga pendidikan yang mereka ikuti meskipun tidak mendapat pelajaran khusus tentang politik 48 Namun kepopuleran Rasuna di kancah politik saat itu telah menarik sejumlah murid Diniyah Putri dalam kegiatan politik Saat ditegur Rahmah Rasuna menyatakan tetap dengan pendiriannya ia akhirnya menarik diri dan pindah ke Padang 49 50 46 51 Pada 1931 Muchtar Lutfhi dan Mahmud Yunus pernah menawarkan kepada Rahmah agar Diniyah Putri bernaung di bawah Permi 52 Permi melihat modernisasi sekolah agama berkembang pesat tetapi tidak ada keseragaman program atau buku standar yang digunakan Untuk itu perlu adanya penggabungan seluruh sekolah dan perguruan agama ke dalam suatu wadah tunggal 53 Rahmah menolak Diniyah Putri bergabung Menurutnya lebih baik memelihara satu saja tapi terawat daripada bergabung tapi porak poranda Jika terjadi sesuatu dengan wadah tersebut tidak perlu pula seluruh sekolah yang dinaunginya bubar Ketika Permi membentuk Dewan Pengajaran Permi untuk menyatukan pelajaran sekolah sekolah Islam Rahmah membuat wadah sendiri bagi pengajar Diniyah Putri bernama Perserikatan Guru Guru Agama Putri Islam PGAPI pada 1933 54 Pada 1933 Rahmah memimpin panitia penolakan Ordonansi Sekolah Liar 55 yang akan mengakibatkan sekolah tak berizin dari pemerintah ditutup di Padang Panjang 56 Aktivismenya ini membuat ia dituduh membicarakan politik sehingga mengakibatkannya didenda 100 gulden oleh pengadilan Pada tahun yang sama Belanda melalui Politieke Inlichtingen Dienst menggeledah Diniyah Putri Tiga orang guru Diniyah Putri Kanin RAS Chasjiah AR dan Siti Adam Addarkawi dikenakan larangan mengajar 40 57 Pada 1935 Rahmah menghadiri Kongres Perempuan Indonesia di Batavia sebagai utusan Serikat Kaum Ibu Sumatra SKIS 58 Di sana ia mengemukakan idenya untuk mengembangkan pendidikan agama ke berbagai kota Idenya mendapat sambutan sehingga dengan bantuan beberapa pedagang asal Minangkabau dan lulusan lembaga pendidikan agama di Padang Panjang ia dapat membuka cabang Diniyah Putri di Kwitang dan Tanah Abang pada 2 dan 7 September 1936 Selain itu Rahmah dalam kongres memperjuangkan penggunaan ciri khas budaya Islam ke dalam kebudayaan Indonesia seperti penggunaan kerudung dalam busana perempuan 59 Pada 1938 ia hadir dalam rapat umum di Bukittinggi untuk menentang Ordonansi Kawin Bercatat Pada April 1940 Rahmah menghadiri undangan Kongres Persatuan Ulama Seluruh Aceh di Kotaraja Aceh Ia dipandang oleh ulama ulama Aceh sebagai ulama perempuan terkemuka di Sumatra Pendudukan Jepang nbsp Semasa pendudukan Jepang gedung sekolah Diniyah Putri dua kali dijadikan rumah sakit darurat untuk menampung korban kecelakaan kereta api Kedatangan tentara Jepang di Minangkabau pada Maret 1942 membawa berbagai perubahan dalam pemerintahan dan mengurangi kualitas hidup penduduk non Jepang Selama pendudukan Jepang Rahmah ikut dalam berbagai kegiatan Anggota Daerah Ibu ADI yang bergerak di bidang sosial Dalam situasi perang Rahmah bersama para anggota ADI mengumpulkan bantuan makanan dan pakaian bagi penduduk yang kekurangan Ia memotivasi penduduk yang masih bisa makan untuk menyisakan beras genggam setiap kali memasak untuk dibagikan bagi penduduk yang kekurangan makanan Kepada murid muridnya ia menginstruksikan bahwa seluruh taplak meja dan kain pintu yang ada pada Diniyah Putri dijadikan pakaian untuk penduduk 60 Selain itu Rahmah bersama para anggota ADI menuntut pemerintah Jepang untuk menutup rumah bordil dan menentang pengerahan perempuan Indonesia sebagai jugun ianfu atau wanita penghibur Tuntutan ini dipenuhi oleh pemerintah Jepang dan tempat prostitusi di kota kota Sumatera Barat berhasil ditutup 61 Dalam politik Rahmah bergabung dengan Majelis Islam Tinggi Minangkabau yang berkedudukan di Bukittinggi Ia menjadi Ketua Haha No Kai di Padang Panjang untuk membantu perjuangan perwira yang terhimpun dalam Giyugun Seiring memuncaknya ketegangan di Padang Panjang Rahmah membawa sekitar 100 orang muridnya mengungsi untuk menyelamatkan mereka dari serbuan tentara Jepang Selama pengungsian ia menanggung sendiri semua keperluan murid muridnya 50 Ketika terjadi kecelakaan kereta api pada 25 Desember 1944 dan 23 Maret 1945 di Padang Panjang Rahmah menjadikan bangunan sekolah Diniyah Putri sebagai tempat perawatan korban kecelakaan 62 Hal ini membuat Diniyah Putri mendapatkan piagam penghargaan dari pemerintah Jepang Menjelang berakhirnya pendudukan Jepang membentuk Cuo Sangi In yang diketuai oleh Muhammad Sjafei Rahmah duduk sebagai salah seorang anggota peninjau Cuo Sangi In 61 Revolusi Nasional IndonesiaIndonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 Setelah mendapatkan berita tentang proklamasi kemerdekaan langsung dari Ketua Cuo Sangi In Muhammad Sjafei Rahmah segera menggerek bendera Merah Putih di halaman perguruan Diniyah Putri Ia tercatat sebagai salah seorang pertama yang mengibarkan bendera Merah Putih di Sumatera Barat 45 Berita bahwa bendera Merah Putih berkibar di Diniyah Putri menjalar ke seluruh pelosok kota dan daerah Batipuh 61 Ketika Komite Nasional Indonesia terbentuk sebagai hasil sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI pada 22 Agustus 1945 Soekarno yang melihat kiprah Rahmah mengangkatnya sebagai salah seorang anggota Namun ketika KNPI mengadakan sidang di Malang Rahmah tidak hadir karena tak bisa meninggalkan ibunya yang sedang sakit di Padang Panjang 63 Pada 5 Oktober 1945 Soekarno mengeluarkan dekret pembentukan Tentara Keamanan Rakyat TKR Pada 12 Oktober 1945 Rahmah memelopori berdirinya unit perbekalan TKR untuk Padang Panjang dan sekitarnya Ia mengusahakan logistik dan pembelian beberapa kebutuhan alat senjata dari harta yang dimilikinya Bersama dengan bekas anggota Haha No Kai Rahmah mengatur dapur umum di kompleks perguruan Diniyah Putri untuk kebutuhan TKR Anggota anggota TKR ini menjadi tentara inti dari Batalyon Merapi di bawah pimpinan Anas Karim 64 c Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda kedua Belanda menangkap sejumlah pemimpin pemimpin Indonesia di Padang Panjang Rahmah meninggalkan kota dan bersembunyi di lereng Gunung Singgalang Namun ia ditangkap Belanda pada 7 Januari 1949 membuatnya mendekam di tahanan wanita di Padang Panjang 62 Setelah tujuh hari ia dibawa ke Padang dan ditahan di satu ruangan bekas SPG Negeri Putri Padang Ia melewatkan tiga bulan di Padang sebagai tahanan rumah huis arrest sebelum diringankan sebagai tahanan kota stad arrest selama lima bulan berikutnya 65 Pasca revolusi nbsp Potret Rahmah El Yunusiyah sebagai anggota DPR pada 1956Pada Oktober 1949 Rahmah meninggalkan Kota Padang untuk memenuhi undangan Kongres Pendidikan II Indonesia di Yogyakarta Di kota yang sama ia hadir dalam Kongres Muslimin Indonesia yang diselenggarakan pada 20 25 Desember 1949 Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag Rahmah kembali ke Padang Panjang pada Januari 1950 untuk memimpin Diniyah Putri setelah tiga belas bulan ia tinggalkan 66 Pada 1951 Rahmah bergabung dalam panitia pembentukan bidang perpustakaan Balai Perguruan Tinggi Hukum Pancasila cikal bakal Universitas Andalas bersama Diyar Karim Rasyid Manggis Abdul Hamid dan Sadudin Djambek 67 Di bidang politik Rahmah bergabung dengan partai Islam Masyumi Sekitar tahun 1952 1954 ia menjadi anggota Dewan Partai Masyumi di Jakarta Selanjutnya ia menjadi penasihat Masyumi Muslimat di Sumatra Tengah hingga 1955 Dalam Muktamar VII Masyumi di Surabaya pada 27 Desember 1954 Rahmah turut hadir selaku anggota Masyumi Muslimat Ia dicalonkan untuk pemilu 1955 dan terpilih sebagai anggota DPR mewakili Sumatra Tengah 68 Melalui DPR Rahmah membawa aspirasinya tentang pendidikan dan pelajaran Islam 69 Pada 15 Agustus 1955 Imam Besar Al Azhar Abdurrahman Taj berkunjung ke Indonesia dan atas ajakan Muhammad Natsir berkunjung ke berbagai tempat untuk melihat perkembangan pendidikan Islam di Indonesia termasuk Diniyah Putri Abdurrahman Taj mengungkapkan kekagumannya pada Diniyah Putri sementara Al Azhar sendiri saat itu belum memiliki bagian khusus perempuan 70 71 Pada Juni 1957 Rahmah berangkat ke Timur Tengah Usai menunaikan ibadah haji ia mengunjungi Mesir memenuhi undangan Imam Besar Al Azhar Dalam satu Sidang Senat Luar Biasa Rahmah mendapat gelar kehormatan Syekhah dari Universitas Al Azhar kali pertama Al Azhar memberikan gelar kehormatan syekh pada perempuan 72 71 Hamka mencatat Diniyah Putri memengaruhi pimpinan Al Azhar untuk membuka Kulliyatul Banat bagian Universitas Al Azhar yang dikhususkan untuk putri pada 1962 42 73 Sebelum kepulangannya ke Indonesia Rahmah sempat mengunjungi Suriah Lebanon Yordania dan Irak 74 75 Sekembalinya dari kunjungan ke berbagai negara di Timur Tengah Rahmah merasa bahwa Soekarno telah terbawa arus kuat PKI Tidak nyaman berjuang di Jakarta ia memilih kembali pulang ke Padang Panjang 76 Rahmah melihat bahwa mencurahkan perhatiannya untuk memimpin perguruannya akan lebih bermanfaat daripada duduk di kursi parlemen yang sudah dikuasai komunis 77 Ketika Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia PRRI di Sumatra Tengah dideklarasikan pada akhir 1958 akibat ketidaksetujuan atas sepak terjang Soekarno Rahmah dilaporkan bergabung dengan Dewan Banteng 78 Selama masa pergolakan ia bergerilya di tengah rimba bersama tokoh tokoh PRRI dan rakyat yang mendukungnya Dengan beberapa anggota keluarganya ia berpindah pindah dari satu desa ke satu desa sampai ke hutan hutan yang cukup jauh dari pemukiman penduduk Pada Agustus 1961 satu rombongan yang terdiri dari beberapa anggota keluarga dan pemuda berangkat menjemput Rahmah di tempat terakhir pengembaraannya melalui jalan darat yang rusak dan menyeberangi beberapa sungai 77 MeninggalPada 1961 Rahmah kembali memimpin perguruannya setelah tiga tahun ia tinggalkan pasca pergolakan PRRI 77 Pada 1964 Rahmah menjalani operasi tumor payudara di RS Pirngadi Medan 79 Pada Desember 1967 Rahmah berkunjung ke Jakarta untuk terakhir dalam rangka pembentukan Dewan Kurator Perguruan Tinggi Diniyah Putri Pada Juli 1968 dengan kondisi fisik yang semakin lemah Rahmah berangkat menuju Kelantan ditemani keponakannya Isnaniah Saleh Mereka menemui alumni Diniyah Putri di beberapa negara bagian Malaysia didampingi Datin Sakinah alumni Diniyyah Putri asal Perak yang tinggal di Kelantan bersama suaminya Datok Mohammad Asri yang merupakan Menteri Besar Kelantan Mereka menyinggahi Penang Perak Kuala Terengganu dan Kuala Lumpur 77 Namun dalam kunjungannya yang ketiga dan terakhir ke Malaysia itu ia tidak dapat bicara banyak karena kesehatannya yang menurun 80 Rahmah meninggal mendadak dalam usia 68 tahun dalam keadaan berwudu hendak salat Magrib pada 26 Februari 1969 Jenazahnya dimakamkan di pekuburan keluarga yang terletak di samping rumahnya Sehari sebelum ia wafat Rahmah sempat menemui Gubernur Sumatera Barat saat itu Harun Zain mengharapkan pemerintah memperhatikan sekolahnya Dalam pertemuannya dengan Harun Zain ia mengatakan Pak Gubernur napas ini sudah hampir habis rasanya sudah sampai dileher Tolonglah Pak Gubernur dilihat lihat dan diperhatikan Sekolah Diniyah Putri 76 Setelah Rahmah wafat kepimpinan Diniyah Putri dilanjutkan oleh Isnaniah Saleh sampai 1990 Saat ini Diniyah Putri dipimpin oleh Fauziah Fauzan sejak September 2006 dan telah memiliki jenjang pendidikan mulai dari TK hingga perguruan tinggi Dalam bukunya Islam dan Adat Minangkabau Hamka menyinggung kiprah Rahmah di dunia pendidikan dan pembaruan Islam di Minangkabau Dalam sejarah Universitas Al Azhar baru Rahmah seoranglah perempuan yang diberi gelar Syekhah Dalam sejumlah esainya Azyumardi Azra menyebut perkembangan Islam modern dan pergerakan Muslimah di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari nama Rahmah sebagai perintis Pandangan nbsp Rahmah El Yunusiyah sekitar tahun 1950Rahmah memperoleh pendidikan atas inisiatifnya sendiri pada saat masyarakat memandang kurang perlunya pendidikan bagi perempuan Ia melihat bahwa perempuan tertinggal dari laki laki berada dalam kebodohan dan kepasrahan pada keadaan sehingga masyarakat pada umumnya termasuk perempuan sendiri mengganggap diri mereka makhluk yang lemah dan terbatas Ia menginginkan setiap wanita menjadi ibu yang baik dalam rumah tangga dan masyarakat Hal itu menurutnya hanya dapat dicapai melalui pendidikan Meski menolak pembatasan mencari ilmu bagi perempuan Rahmah menolak emansipasi seperti yang digaungkan oleh feminis Sarah Larasati Mantovani dari Universitas Muhammadiyah Surakarta menulis Rahmah ingin perempuan tetap pada fitrahnya dan anak didiknya menjadi ibu yang baik untuk anak anaknya kelak Ia tetap memasukkan pendidikan rumah tangga seperti menjahit memasak dan keterampilan rumah tangga lainnya ke dalam kurikulum sekolahnya 81 Sepanjang hidupnya Rahmah menampilkan dirinya dengan pakaian baju kurung dan mudawarah Anggota Konstituante Zamzami Kimin menulis bagaimana Rahmah memberikan perumpamaan menutup aurat dengan membandingkan dua orang berjualan di tepi jalan raya Penjual yang satu membiarkan jualannya terbuka sementara penjual yang satu lagi menutupi jualannya itu dengan rapi takut dihinggapi debu yang beterbangan Kalau sekiranya saudara ingin membeli jualan itu yang manakah yang akan saudara beli tulis Zamzami menirukan ucapan Rahmah Selain itu Rahmah telah menampilkan ciri khas anak anak putri dengan pakaian khas Diniyah kerudung putih yang mereka lilitkan di kepala baik di ruangan kelas maupun di halaman sekolah Bila masyarakat melihat gadis gadis atau wanita wanita memakai mudawarah baju kurung membalut tubuh sehingga yang kelihatan hanya tangan muka dan kaki maka dengan spontan mereka menyebut itulah dia murid murid Rahmah El Yunusiyah tulis Zamzami 23 Catatan kakiKeterangan Empat orang kakak Rahmah adalah Zainuddin Labay Mariah Muhammad Rasyad dan Rihanah 2 Sitti Akmar adalah seorang guru dari Meisjes Normaal School atau Sekolah Guru Wanita di Padang Panjang Ia berasal dari Sungai Limau dan menikah dengan Bagindo Dahlan Abdullah pada 1930 Ketika TKR untuk Sumatra Tengah terbentuk rapat para pemimpin TKR pada 1 Januari 1946 di Padang Panjang menetapkan nama Divisi III Banteng di bawah pimpinan Komandan Divisi Kolonel Dahlan Djambek Divisi III Banteng mempunyai empat resimen Batalyon Merapi adalah satu dari tiga batalyon untuk Resimen I Rujukan Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 176 a b Rasyad dkk 1991 hlm 36 a b c d Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 177 Rasyad dkk 1991 hlm 33 Munawaroh 2002 hlm 6 Munawaroh 2002 hlm 5 Rasyad dkk 1991 hlm 37 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 225 Janti 28 Juli 2018 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 248 Edwar 1981 hlm 186 195 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 42 a b c d e f g Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 44 Rasyad dkk 1991 hlm 365 Hamka 1967 hlm 315 Munawaroh 2002 hlm 12 a b Kahin 2005 hlm 109 Rasyad dkk 1991 hlm 39 a b c Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 179 a b Nata 2005 hlm 30 a b Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 273 Munawaroh 2002 hlm 13 a b Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 246 Nata 2005 hlm 31 a b c d Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 45 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 280 Rasyad dkk 1991 hlm 44 a b Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 181 Munawaroh 2002 hlm 14 a b c Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 245 Rasyad dkk 1991 hlm 100 a b Noer 1991 hlm 62 65 Tempo co 12 Oktober 2010 Hadler 2008 hlm 141 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 274 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 182 a b c d Aboean Goeroe Goeroe Mei 1930 Kahin 2005 hlm 111 a b Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 48 a b Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 47 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 276 a b Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 27 Rasyad dkk 1991 hlm 77 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 257 a b Ensiklopedia Islam 2002 hlm 152 a b Kahin 2005 hlm 110 Nata 2005 hlm 33 Susiyanto 2014 Nata 2005 hlm 34 a b Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 183 Noer 1996 hlm 437 438 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 279 Munawaroh 2002 hlm 22 Munawaroh 2002 hlm 23 Noer 1991 hlm 202 Ismail 2008 hlm 401 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 184 Putri 2018 hlm 72 Munawaroh 2002 hlm 24 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 250 a b c Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 186 a b Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 190 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 251 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 187 Rasyad dkk 1991 hlm 62 Rasyad dkk 1991 hlm 80 Departemen Penerangan 1953 hlm 811 Hasil Rakjat 1956 hlm 181 183 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 253 Munawaroh 2002 hlm 28 a b Murtadlo 15 Desember 2018 hlm 297 306 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 195 Gatra 2009 Peringatan 55 Tahun 1978 hlm 255 Munawaroh 2002 hlm 20 a b Rasyad dkk 1991 hlm 137 a b c d Rasyad dkk 1991 hlm 63 De Nieuwsgier 24 Desember 1956 Rasyad dkk 1991 hlm 81 Rasyad dkk 1991 hlm 64 Mantovani amp tt Daftar pustakaBukuAjisman 2002 Rahmah El Yunusiyah Tokoh Pembaharu Pendidikan dan Aktivis Perempuan di Sumatera Barat Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional ISBN 979 9388 26 0 Buku Peringatan 15 Tahun Diniyah School Putri Padang Panjang Diniyah School Putri 1938 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam 2002 Ensiklopedia Islam Departemen Agama 4 Jakarta Ichtiar Baru van Hoeve ISBN 979 8276 65 5 Edwar ed 1981 Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatera Barat Padang Islamic Center Sumatera Barat Hadler Jeffrey 2008 Muslims and Matriarchs Cultural Resilience in Indonesia Through Jihad and Colonialism dalam bahasa Inggris Cornell University Press ISBN 978 0 8014 4697 9 Hamka Abdul Karim Amrullah 1967 Ayahku riwayat hidup Dr H Abdul Karim Amrullah dan perjuangan kaum agama di Sumatera Umminda Hasil Rakjat Memilih Tokoh tokoh Parlemen PDF Jakarta Parlaungan 1956 Ismail Taufiq 2008 Himpunan Tulisan 1960 2008 Panitia 55 Tahun Taufiq Ismail dalam Sastra Indonesia dan Majalah Sastra Horizon ISBN 978 602 8168 00 7 Kahin Audrey R 2005 Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatera Barat dan Politik Indonesia 1926 1998 Yayasan Obor Indonesia ISBN 979 461 519 6 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Mantovani Sarah Larasati Mendidik Tanpa Emansipasi PDF Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2017 01 04 Diakses tanggal 4 Januari 2017 Munawaroh Junaidatul 2002 Jajat Burhanuddin dan Oman Fathurahman ed Ulama Perempuan Indonesia Gramedia Pustaka Utama ISBN 979 686 644 7 Nata Abuddin 2005 Tokoh tokoh Pembaruan dan Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta Raja Grafindo Persada Noer Deliar 1991 Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900 1942 Jakarta LP3ES Noer Deliar 1996 Aku Bagian Ummat Aku Bagian Bangsa Mizan Peringatan 55 Tahun Diniyah Putri Padang Panjang Jakarta Ghalia Indonesia 1978 Propinsi Sumatera Tengah Jakarta Departemen Penerangan Republik Indonesia 1953 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Rasyad Aminuddin 1991 Hj Rahmah El Yunusiyah dan Zainuddin Labay El Yunusy Dua Bersaudara Tokoh Pembaharu Pendidikan Islam Jakarta Parameter coauthors yang tidak diketahui mengabaikan author yang disarankan bantuan Putri Selfi Mahat 2018 Perempuan dan Modernitas Perubahan Adat Perkawinan Minangkabau Pada Awal Abad ke 20 Gre Publishing ISBN 978 602 7677 54 8 JurnalMurtadlo Muhamad 15 Desember 2018 Hubungan Mesir Indonesia dalam Modernisasi Pendidikan Islam Al Qalam 24 2 doi 10 31969 alq v24i2 530 ISSN 2540 895X Media massaGhazali Chairil 19 April 1983 Mengenang Rahmah El Yunusiyah Wanita Pertama Penerima Gelar Syaikhah Harian Pelita Janti Nur 28 Juli 2018 Kala Ulama Perempuan Melawan Historia Diakses tanggal 31 Desember 2018 Susiyanto 25 September 2014 Syaikhah Rahmah El Yunusiah Pendidik dan Ibu Kandung Perjuangan JIB Diakses tanggal 4 Januari 2017 Pemeliharaan CS1 Tanggal dan tahun link Zuraya Nidia 7 April 2012 Rahmah El Yunusiyah Perintis Sekolah Wanita Islam di Indonesia Republika Diakses tanggal 21 Oktober 2012 Boedjangga Istri Aboean Goeroe Goeroe Vol 5 Fort de Kock hlm 114 115 Benteng Raad De Nieuwsgier Batavia 24 Desember 1956 Era Baru di Tangan Generasi Keempat Gatra 22 September 2009 Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Januari 2017 Diakses tanggal 2 Januari 2017 Pemeliharaan CS1 Tanggal dan tahun link Gempa Bumi di Sumatera Barat Sejak Perang Padri Tempo co 12 Oktober 2010 Diakses tanggal 8 Juli 2012 pranala nonaktif permanen Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Rahmah El Yunusiyah amp oldid 24369863