www.wikidata.id-id.nina.az
Arya Wiraraja atau Banyak Wide adalah nama seorang tokoh Jawa pemimpin pada abad ke 13 M di Jawa dan Madura Aria Wiraraja adalah Penasehat negara di Kerajaan Singhasari dan sekaligus saudara sepupu Kertanagara juga merupakan raja pertama dari Kerajaan Lamajang Tigang Juru Dalam sejarah ia dikenal sebagai pengatur siasat pada masa kejatuhan Kerajaan Singhasari dan kematian raja Kertanegara pada 1292 serta bangkitnya Raden Wijaya dalam usaha penaklukan Kerajaan Kadiri dan pendirian Kerajaan Majapahit tahun 1293 Arya Wiraraja memiliki putra yaitu Arya Wirondaya atau Ranggalawe dan Nambi Arya WirarajaRaja Lamajang Tigang Juru ke 1Masa jabatan 1295 M 1300 MMantri Makapramuka MajapahitMasa jabatan 1294 M 1295 MAdipati SumenepMasa jabatan 1269 M 1294 MInformasi pribadiLahir1232 MJawa TimurMeninggal1300 MLamajang Jawa Timur Daftar isi 1 Kelahiran dan masa muda 2 Penasehat Negara Kerajaan Singhasari 3 Persekutuan Aria Wiraraja dengan Raden Wijaya 4 Jabatan di Majapahit 5 Akhir Kemerdekaan Lamajang Tigang Juru atau Majapahit Timur 6 Referensi 7 Pustaka tambahan 8 Lihat pulaKelahiran dan masa muda SuntingMenurut Babad Pararaton nama kecilnya adalah Banyak Wide yang secara etimologis yaitu Banyak adalah biasanya adalah nama yang disandang kaum Brahmana sedangkan Wide yang berarti Widya yang berarti pengetahuan jadi nama banyak wide sendiri berarti brahmana yang punya banyak pengatahuan atau cerdik Hal ini kemudian sesuai dengan perjalanan kariernya kemudian Tentang kelahiran Banyak wide Babad Pararaton menyebutkan beberapa keterangan yang penting Hana ta wongira babatanganira buyuting Nangka aran Banyak Wide sinungan pasenggahan Arya Wiraraja arupa tan kandel denira dinohaken kinon Adipati ing Songenep anger ing Madura wetan yang artinya Ada seorang hambanya Kertanegara merupakan keturunan tetua di Nangka bernama Banyak Wide yang kemudian bergelar Arya Wiraraja dan dijauhkan menjadi adipati Sumenep Madura wetan Dari keterangan ini dapat dinilai bahwa ia dilahirkan di desa Nangka namun daerah mana belum diketahui dengan jelas Dikenal ada 4 versi tentang kelahiran Arya Wiraraja Pertama dari keluarga besar trah Sunan Kalijaga bahwa Sunan Kali Jaga merupakan keturunan dari Bangsawan Wengker Arya Wiraraja yang lahir di desa Nongkodono Kauman Ponorogo anak dari adipati Wengker Ponorogo Dalam silsilah yang masih dipegang oleh Keluarga besar trah Sunan Kali Jaga sebagai Berikut Adipati Wengker Ponorogo yang antara lain berputra yang selanjutnya menurunkan Arya Wiraraja atau Banyak Wide Arya Adikara atau Arya Ranggalawe Arya Teja I Bupati Tuban Arya Teja II Arya Teja III Raden Sahur atau Tumenggung Wilatikta beristeri Dewi Retno Dumilah antara lain berputra Sunan Kalijaga maka dari itu Sunan Kali Jaga gemar menggenakan pakaian serba hitam karena beliau adalah seorang warok yang teguh akan budaya jawa akan tetapi lebih memilih tidak patuh kepada Majapahit meski ayahnya seorang pejabat Majapahit 1 Kedua versi dari penulis Sumenep bahwa ia dilahirkan di desa Karang Nangka Kecamatan Ruberu Kabupaten Sumenep Ketiga versi tradisional Bali di mana menurut Babad Manik Angkeran ia dilahirkan di Desa Besakih Rendang Karangasem Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Bali Keempat menurut Mansur Hidayat seoarang penulis sejarah Lumajang bahwa ia diperkirakan lahir di dusun Nangkaan Desa Ranu Pakis Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang Hal ini berdasarkan analisisnya di mana Pararaton tentang pemindahan Arya Wiraraja ke Sumenep dalam rangka dinohken yang berarti dijauhkan sehingga dimungkinkan ia bukan berasal dari Madura 2 Kelahiran Arya Wiraraja di wilayah Lumajang Lamajang juga dideduksi berdasarkan pemindahan kerajaannya dari Sumenep ke Lamajang pada tahun 1292 1294 Masehi Sebagai seoarang politisi ulung tampaknya ia sudah mengenal betul daerah Lamajang Demikian pun di sekitar Dusun Nangkaan ini terdapat sebuah situs besar yang pernah digali tim Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2007 di mana situs ini dimungkinkan adalah pemukiman dengan komplek peribadatannya Tentang kelahirannya tokoh ini diperkirakan lahir pada tahun 1232 Masehi karena dalam Babad Pararaton dinyatakan ketika terjadi ekpedisi Pamalayu ia berusia sekitar 43 tahun dan menjadi Adipati Sumenep pada usia 37 tahun Dalam perjalanan politik selanjutnya nama Banyak Wide atau Arya Wiraraja lebih mencuat dalam sejarah politik di kerajaan Singhasari Penasehat Negara Kerajaan Singhasari SuntingKidung Panji Wijayakrama dan Kidung Harsawijaya mengisahkan Arya Wiraraja semula menjabat sebagai rakryan demung sedangkan Babad Pararaton dan Kidung Ronggolawe menjelaskan bahwa jabatannya adalah Babatangan yang berarti tukang ramal atau bisa ditafsirkan sebagai Penasehat Kenegaraan pada masa pemerintahan Kertanagara di Singhasari Arya Wiraraja merupakan tokoh muda Singhasari yang terbilang cemerlang karena di usia 30 an ia sudah menduduki jabatan sebagai penasehat raja Di kerajaan Singhasari sendiri terdapat konflik intern yang sangat parah yang diwariskan sejak zaman pemerintahan Ken Arok yang merupakan pendiri kerajaan Ada 2 Wangsa yang bertentangan ketika itu yaitu Wangsa Rajasa keturunan Ken Dedes Ken Arok dan Wangsa Sinelir keturunan Ken Dedes Tunggul Ametung Nah Arya Wiraraja ini termasuk seoarang pendukung Wangsa Rajasa karena ia telah merupakan seorang murid politik dari Narasinghamurti Dalam perkembangan politik sepeninggal raja Wisnuwardhana yang kemudian digantikan oleh raja Kertanegara pada tahun 1269 Masehi di mana raja ini mempunyai kebijakan politik untuk menundukkan kerajaan sekitar atau dikenal dengan Doktrin Drnnyawipantara yang akan meluaskan wilayahnya ke Jawa dan Sumatra Dirakertialam politik internnya raja Kertanegara kurang menyukai peran Wangsa Rajasa dan kemudian menyingkirkannya baik di turunkan pangkatnya seperti Pendeta Santasmerthi dari pendeta kerajaan menyingkir ke pegunungan Patih Mpu Raganatha dari Patih ke Jaksa maupun Tumenggung Wirakerti Sedangkan Banyak wide di naikkan pangkatnya namun dipindahkan jauh dari pusat kerajaan menjadi Adipati di Sumenep Pemindahan besar besaran ini terjadi pada tahun 1269 Masehi di mana Banyak Wide kemudian memperoleh gelar Arya Wiraraja yang berarti pemimpin yang berani Namun penurunan pangkat dan pemindahan ini tidak menjadikan Wangsa Rajasa tercerai berai Mantan Patih Raganatha merupakan penasehat utama yang mengamati keadaan di ibu kota sedangkan Arya Wiraraja bertugas memantau perkembangan dari luar Secara perlahan lahan Arya Wiraraja membangun Kadipaten Sumenep menjadi sebuah pelabuhan dagang yang penting sehingga menimbulkan kemajuan besar bagi perekonomian daerah ini yang sangat tandus Hubungan perdagangan yang besar ini menyebabkan Arya Wiraraja banyak mendapatkan hubungan dengan negeri asing seperti kekaisaran Mongol Dalam perkembangan selanjutnya Sri Kertanegara semakin bernafsu mengirim tentara ke luar Singhasari misalnya pada tahun 1275 mengirim Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin oleh Kebo Anabrang di mana pasukan Singhasari berusaha menundukkan kerajaan Melayu Dharmasraya dan kemudian menolak untuk mengakui kemaharajaan Mongol Tartar di tanah Jawa Arah kebijakan luar negeri yang semakin ekspansif ini menyebabkan pertentangan politik intern Singhasari semakin memanas Dua Wangsa yang selama ini bertentangan saling mempersiapkan kelemahan lawan Menurut Prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan oleh raja Wisnu wardhana ayah raja Kertanegara Jayakatwang sendiri merupakan keponakannya yang kemudian di jadikan menantunya yaitu dikawinkan dengan putrinya yang bernama Nararya Turuk Bali dan diberi wilayah di Wurawan Setelah pemerintahan raja Kertanegara sendiri Jayakatwang yang merupakan adik ipar raja Kertangara diangkat menjadi raja bawahan yang berkuasa di Daha yang merupakan kerajaan bawahan Singhasari yang paling penting Demikian juga putra dari Jayakatwang ini yang bernama Nararya Ardharaja dijadikan menantu Ketika kerajaan Singhasari masih dalam suasana pertentangan melawan kerajaan Mongol Tartar pada tahun 1292 Masehi terjadi kudeta berdarah yang menewaskan raja Kertanegara tersebut Ini adalah suatu blank spot dalam sejarah di mana tiba tiba Raden Wijaya dari wangsa Rajasa melarikan diri ke madura dan menemui penasehatnya yaitu Arya Wiraraja di Sumenep Menurut Babad Pararaton Arya Wiraraja mengetahui kalau Jayakatwang bupati Gelang Gelang berniat memberontak untuk membalas kekalahan leluhurnya yaitu Kertajaya raja terakhir Kadiri yang digulingkan oleh Ken Arok pendiri Kerajaan Tumapel atau Singhasari Wiraraja pun mengirim surat melalui putranya yang bernama Wirondaya yang berisi saran supaya Jayakatwang segera melaksanakan niatnya karena saat itu sebagian besar tentara Singhasari sedang berada di luar Jawa Tetapi dalam buku sejarah terbaru karangan Mansur Hidayat dimungkinkan bahwa Jayakatwang yang merupakan orang terdekat raja Kertanegara merupakan korban politik dari lawan lawannya yaitu Wangsa Rajasa yang kemudian gagal mengambil alih kerajaan dan kemudian memanfaatkan kedatangan pasukan asing Mongol Tartar menyerang tanah Jawa 2 Persekutuan Aria Wiraraja dengan Raden Wijaya SuntingMenantu Kertanagara yang bernama Raden Wijaya mengungsi ke Sumenep meminta perlindungan Aria Wiraraja Semasa muda Wiraraja pernah mengabdi pada Narasingamurti kakek Raden Wijaya Maka ia pun bersedia membantu sang pangeran untuk menggulingkan Jayakatwang Raden Wijaya bersumpah jika ia berhasil merebut kembali takhta mertuanya maka kekuasaannya akan dibagi dua yaitu untuk dirinya dan untuk Wiraraja Mula mula Wiraraja menyarankan agar Raden Wijaya pura pura menyerah ke Kadiri Atas jaminan darinya Raden Wijaya dapat diterima dengan baik oleh Jayakatwang Sebagai bukti takluk Raden Wijaya siap membuka Hutan Tarik di Tarik Sidoarjo Jawa Timur menjadi kawasan wisata bagi Jayakatwang yang gemar berburu Jayakatwang mengabulkannya Raden Wijaya dibantu orang orang Madura kiriman Wiraraja membuka hutan tersebut dan mendirikan desa Majapahit di dalamnya Pada tahun 1293 datang tentara Mongol untuk menghukum Kertanagara yang berani menyakiti utusan Kubilai Khan tahun 1289 Raden Wijaya selaku ahli waris Kertanagara siap menyerahkan diri asalkan ia terlebih dahulu dibantu memerdekakan diri dari Jayakatwang Maka bergabunglah pasukan Mongol dan Majapahit menyerbu ibu kota Kadiri Setelah Jayakatwang kalah pihak Majapahit ganti mengusir pasukan Mongol dari tanah Jawa Menurut Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Harsawijaya pasukan Mongol datang atas undangan Wiraraja untuk membantu Raden Wijaya mengalahkan Kadiri dengan imbalan dua orang putri sebagai istri kaisar Mongol Oleh para sejarawan kisah tersebut dianggap hanyalah ciptaan si pengarang yang tidak mengetahui kejadian sebenarnya Diketahui tujuan kedatangan pasukan Mongol adalah untuk menaklukkan Kertanagara penguasa Jawa Jabatan di Majapahit SuntingRaden Wijaya menjadi raja pertama Majapahit yang merdeka tahun 1293 Dari prasasti Kudadu 1294 diketahui jabatan Aria Wiraraja adalah sebagai pasangguhan dengan gelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka Pada prasasti Penanggungan 1296 nama Wiraraja sudah tidak lagi dijumpai Prasasti Kudadu menyebutkan bahwa ketika Raden Wijaya melarikan diri bersama 12 pengawal setianya ke Madura Adipati Arya Wiraraja memberikan bantuan kemudian melakukan kesepakatan pembagian tanah Jawa menjadi dua yang sama besar yang kemudian di sebut Perjanjian Sumenep Setelah itu Adipati Arya Wiraraja memberi bantuan besar besar kepada Raden Wijaya termasuk mengusahakan pengampunan politik terhadap Prabu Jayakatwang di Kediri dan pembukaan hutan Tarik menjadi sebuah desa bernama Majapahit Dalam pembukaan desa Majapahit ini sungguh besar jasa Adipati Arya Wiraraja dan pasukan Madura Raden wijaya sendiri datang di desa Majapahit setelah padi padi sudah menguning Kira kira 10 bulan setelah pendirian desa Majapahit ini kemudian datanglah pasukan besar Mongol Tartar pimpinan Jenderal Ike Mese serta Jendral Shih Pi Shi bi yang mendarat di pelabuhan Tuban Adipati Arya Wiraraja kemudian menasehati raden wijaya untuk mengirim utusan dan bekerja sama dengan pasukan besar ini dan menawarkan bantuan dengan iming iming harta rampasan perang dan putri putri Jawa yang cantik Setelah dicapai kesepakatan maka diseranglah Prabu Jayakatwang di Kediri yang kemudian dapat ditaklukkan dalam waktu yang kurang dari sebulan Setelah kekalahan Kediri Jendral Shih Pi meminta janji putri putri Jawa tersebut dan kemudian sekali lagi dengan kecerdikan Adipati Arya Wiraraja utusan Mongol dibawah pimpinan Jendral Kau Tsing Gaoxing menjemput para putri tersebut di desa Majapahit tanpa membawa senjata Hal ini dikarenakan permintaan Arya Wiraraja dan Raden Wijaya untuk para penjemput putri Jawa tersebut agar meletakkan senjata dikarenakan permohonan para putri yang dijanjikan yang masih trauma dengan senjata dan peperangan yang sering kali terjadi Setelah pasukan Mongol Tartar masuk desa Majapahit tanpa senjata tiba tiba gerbang desa ditutup dan pasukan Ranggalawe maupun Mpu Sora bertugas membantainya Hal ini diikuti oleh pengusiran pasukan Mongol Tartar baik di pelabuhan Ujung Galuh Surabaya maupun di Kediri oleh pasukan Majapahit dan laskar Madura Dalam catatan sejarah kekalahan pasukan Mongol Tartar ini merupakan kekalahan yang paling memalukan karena pasukan besar ini harus lari tercerai berai Setahun setelah pengusiran pasukan Mongol Tartar menurut Kidung Harsawijaya sesuai dengan Perjanjian Sumenep tepatnya pada 10 November 1293 Masehi Raden Wijaya diangkat menjadi raja Majapahit yang wilayahnya meliputi wilayah wilayah Malang bekas kerajaan Singosari Pasuruan dan wilayah wilayah di bagian barat sedangkan di wilayah timur berdiri kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin oleh Arya Wiraraja yang kemudian dalam dongeng rakyat Lumajang disebut sebagai Prabu Menak Koncar I Kerajaan Lamajang Tigang Juru ini sendiri menguasai wilayah seperti Madura Lamajang Patukangan atau Panarukan dan Blambangan Dari pembagian bekas kerajaan Singosari ini kemudian kita mengenal adanya 2 budaya yang berbeda di Provinsi Jawa Timur di mana bekas kerajaan Majapahit dikenal mempunyai budaya Mataraman sedang bekas wilayah kerajaan Lamajang Tigang Juru dikenal dengan budaya Pendalungan campuran Jawa dan Madura yang berada di kawasan Tapal Kuda sekarang ini Prabu Menak Koncar I Arya Wiraraja ini berkuasa dari tahun 1293 1316 Masehi Dalam versi lain disebutkan pada tahun 1295 salah satu putra Wiraraja yang bernama Ranggalawe melakukan pemberontakan dan menemui kematiannya Peristiwa itu membuat Wiraraja sakit hati dan mengundurkan diri dari jabatannya Ia lalu menuntut janji Raden Wijaya yaitu setengah wilayah Majapahit Raden Wijaya mengabulkannya Wiraraja akhirnya mendapatkan Majapahit sebelah timur dengan ibu kota di Lumajang Akhir Kemerdekaan Lamajang Tigang Juru atau Majapahit Timur SuntingKetika mendengar salah satu putranya gugur melawan kerajaan majapahit ia sebagai ayah sangat sedih dan oleh karenanya mempersiapkan benteng pertahanan di ibu kotanya Lamajang Ibu kotanya itu bernama Arnon dan sekarang dikenal sebagai Situs Biting yang berada dalam wilayah desa bernama Kutorenon Kutorenon sendiri dalam bahasa jawa kuno berarti Kuto itu artinya kota berbenteng dan Renon berasal dari kata Renu artinya marah Jadi Kutorenon sendiri berarti kota yang dibangun karena marah Inilah awal konflik 2 kerajaan besar di tanah Jawa yaitu Majapahit dan Lamajang Tigang Juru atau disebut juga Majapahit timur Namun selagi ada Arya Wiraraja wilayah Lamajang ini tidak berani disentuh oleh Majapahit Arya Wiraraja atau Prabu Menak Koncar I meninggal dan diperabukan di ibu kota Arnon dan sekarang tempat ini dikenal sebagai Makam Petilasan Arya Wiraraja di Dusun Biting Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang Baru setelah Arya Wiraraja meninggal pada tahun 1316 Masehi dan Nambi yang merupakan Maha Patih Majapahit sebagai salah satu putranya sedang menengok ke Lumajang disertai 7 pembesar utama kerajaan difitnah oleh Mahapati dihadapan raja Jayanagara sebagai pengganti Raden Wijaya Pararaton menyebutkan pada tahun 1316 terjadi pemberontakan Nambi di Lumajang terhadap Jayanagara raja kedua Majapahit Kidung Sorandaka mengisahkan pemberontakan tersebut terjadi setelah kematian ayah Nambi yang bernama Pranaraja Sedangkan Pararaton dan Kidung Harsawijaya menyebut Nambi adalah putra Wiraraja Menurut prasasti Kudadu 1294 Pranaraja tidak sama dengan Wiraraja Berdasarkan analisis Slamet Muljana menggunakan bukti prasasti Kudadu dan prasasti Penanggungan dalam bukunya Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya 1979 Wiraraja lebih tepat sebagai ayah Ranggalawe daripada ayah Nambi Lihat Ranggalawe 3 Menurut analisis Mansur Hidayat salah seorang penulis Arya Wiraraja dan kerajaan Lamajang Tigang juru bahwa istilah pemberontakan semestinya diganti karena pada masa tersebut Nambi difitnah dan tidak pernah mau memberontak Demikian juga kerajaan Lamajang Tigang Juru sebagai hasil dari Perjanjian Sumenep antara Arya Wiraraja dan Raden wijaya pada tahun 1292 Masehi merupakan negara yang sah Jadi penyerangan Majapahit ke Lamajang sepeninggal Arya Wiraraja yang sangat disegani adalah ekpansi yang kemudian menimbulkan perlawanan terus menerus Setelah kejatuhan Lamajang pada tahun 1316 Masehi telah menyebabkan perlawanan di kota kota pelabuhannya seperti Sadeng dan Patukangan Panarukan yang kemudian dikenal sebagai Perang Sadeng dan Ketha Demikianpun ketika Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling daerah Lamajang pada tahun 1359 Masehi tidak berani singgah di bekas ibu kota Arnon Situs Biting Malah perlawanan daerah timur kembali bergolak ketika adanya perpecahan Majapahit menjadi barat dan timur dengan adanya Perang Paregreg pada tahun 1401 1406 Masehi 2 Referensi Sunting keris dunia MARCH 25 2018 Tiga Versi asal usul Sunan Kali Jaga Sunia Keris Diakses tanggal 22 juli 2021 Periksa nilai tanggal di access date date bantuan a b c Mansur Hidayat Sejarah Lumajang Melacak Ketokohan Arya Wiraraja dan Keemasan Lamajang Tigang Juru Denpasar Cakra Press 2012 Slamet Muljana 1979 Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya Jakarta Bhratara Pustaka tambahan SuntingSlamet Muljana 2005 Menuju Puncak Kemegahan Yogyakarta LKIS Mansur Hidayat Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru Menafsir Ulang Sejarah Majapahit Timur Denpasar Pustaka Larasan 2013 Lihat pula SuntingInvasi Yuan Mongol ke Jawa Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Aria Wiraraja amp oldid 24222188