www.wikidata.id-id.nina.az
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi bacaan terkait atau pranala luar tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat Mohon tingkatkan kualitas artikel ini dengan memasukkan rujukan yang lebih mendetail bila perlu Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini dr Tjipto Mangoenkoesoemo EBI Cipto Mangunkusumo Aksara Jawa ꦕ ꦥ ꦠꦩꦔ ꦤ ꦏ ꦱ ꦩ Pecangaan Jepara Keresidenan Semarang 1886 Jakarta 8 Maret 1943 adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai Tiga Serangkai yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda Ia adalah tokoh dalam Indische Partij suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat bukan oleh Belanda Pada tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya dan baru kembali 1917 Tjipto MangoenkoesoemoTjipto MangoenkoesoemoLahir 1886 03 04 4 Maret 1886Pecangaan Jepara Keresidenan Semarang Hindia BelandaMeninggal8 Maret 1943 1943 03 08 umur 57 Jakarta Masa pendudukan JepangKebangsaanJawa IndonesiaPekerjaanPolitikus Aktivis Penulis PriyayiTjipto Mangoenkoesoemo tampak kanan dalam Tiga Serangkai Dokter Cipto menikah dengan seorang Indo pengusaha batik sesama anggota organisasi Insulinde bernama Marie Vogel pada tahun 1920 Berbeda dengan kedua rekannya dalam Tiga Serangkai yang kemudian mengambil jalur pendidikan Cipto tetap berjalan di jalur politik dengan menjadi anggota Volksraad Karena sikap radikalnya pada tahun 1927 ia dibuang oleh pemerintah penjajahan ke Banda Ia wafat pada tahun 1943 dan dimakamkan di TMP Ambarawa Pada tanggal 19 Desember 2016 atas jasa jasanya Pemerintah Republik Indonesia mengabadikan beliau di pecahan uang logam rupiah baru pecahan Rp 200 Daftar isi 1 Perjalanan Hidup 2 Pendidikan 3 Budi Utomo 4 Indische Partij 5 Insulinde 6 Pengasingan 7 Akhir Hidup 8 Catatan kaki 9 Referensi 10 Pranala luarPerjalanan Hidup SuntingCipto Mangunkusumo dilahirkan pada 4 Maret 1886 di desa Pecangakan Jepara Keresidenan Semarang 1 Ia adalah putera tertua dari Mangunkusumo seorang priyayi rendahan dalam struktur masyarakat Jawa Karier Mangunkusumo diawali sebagai guru bahasa Melayu di sebuah sekolah dasar di Ambarawa kemudian menjadi kepala sekolah pada sebuah sekolah dasar di Semarang dan selanjutnya menjadi pembantu administrasi pada Dewan Kota di Semarang Sementara sang ibu adalah keturunan dari tuan tanah di Mayong Jepara Meskipun keluarganya tidak termasuk golongan priyayi birokratis yang tinggi kedudukan sosialnya Mangunkusumo berhasil menyekolahkan anak anaknya pada jenjang yang tinggi Cipto beserta adik adiknya yaitu Gunawan Budiardjo dan Syamsul Ma arif bersekolah di STOVIA sementara Darmawan adiknya bahkan berhasil memperoleh beasiswa dari pemerintah Belanda untuk mempelajari ilmu kimia industri di Universitas Delft Belanda Si bungsu Sujitno terdaftar sebagai mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia Fauzi NursalimPendidikan SuntingKetika menempuh pendidikan di STOVIA Cipto mulai memperlihatkan sikap yang berbeda dari teman temannya Teman teman dan guru gurunya menilai Cipto sebagai pribadi yang jujur berpikiran tajam dan rajin Een begaafd leerling atau murid yang berbakat adalah julukan yang diberikan oleh gurunya kepada Cipto Di STOVIA Cipto juga mengalami perpecahan antara dirinya dan lingkungan sekolahnya Berbeda dengan teman temannya yang suka pesta dan bermain Cipto lebih suka menghadiri ceramah ceramah baca buku dan bermain catur Penampilannya pada acara khusus tergolong eksentrik ia senantiasa memakai surjan dengan bahan lurik dan merokok kemenyan Ketidakpuasan terhadap lingkungan sekelilingnya senantiasa menjadi topik pidato nya Baginya STOVIA adalah tempat untuk menemukan dirinya dalam hal kebebasan berpikir lepas dari tradisi keluarga yang kuat dan berkenalan dengan lingkungan baru yang diskriminatif Beberapa Peraturan peraturan di Stovia menimbulkan ketidakpuasan pada dirinya seperti semua mahasiswa Jawa dan Sumatra yang bukan Kristen diharuskan memakai pakaian tadisional bila sedang berada di sekolah Bagi Cipto peraturan berpakaian di STOVIA merupakan perwujudan politik kolonial yang arogan dan melestarikan feodalisme Pakaian Barat hanya boleh dipakai dalam hierarki administrasi kolonial yaitu oleh pribumi yang berpangkat bupati Masyarakat pribumi dari wedana ke bawah dan yang tidak bekerja pada pemerintahan dilarang memakai pakaian Barat Akibat dari kebiasaan ini rakyat cenderung untuk tidak menghargai dan menghormati masyarakat pribumi yang memakai pakaian tradisional Keadaan ini senantiasa digambarkannya melalui De Locomotief surat harian kolonial yang sangat berkembang pada waktu itu di samping Bataviaasch Nieuwsblad Sejak tahun 1907 Cipto sudah menulis di harian De Locomotief Tulisannya berisi kritikan dan menentang kondisi keadaan masyarakat yang dianggapnya tidak sehat Cipto sering mengkritik hubungan feodal maupun kolonial yang dianggapnya sebagai sumber penderitaan rakyat Rakyat umumnya terbatas ruang gerak dan aktivitasnya sebab banyak kesempatan yang tertutup bagi mereka Kondisi kolonial lainnya yang ditentang oleh Cipto adalah diskriminasi ras Sebagai contoh orang Eropa menerima gaji yang lebih tinggi dari orang pribumi untuk suatu pekerjaan yang sama Diskriminasi membawa perbedaan dalam berbagai bidang misalnya peradilan perbedaan pajak kewajiban kerja rodi dan kerja desa Dalam bidang pemerintahan politik ekonomi dan sosial bangsa Indonesia menghadapi garis batas warna Tidak semua jabatan negeri terbuka bagi bangsa Indonesia Demikian juga dalam perdagangan bangsa Indonesia tidak mendapat kesempatan berdagang secara besar besaran tidak sembarang anak Indonesia dapat bersekolah di sekolah Eropa Tulisan tulisannya di harian De Locomotief mengakibatkan Cipto sering mendapat teguran dan peringatan dari pemerintah Untuk mempertahankan kebebasan dalam berpendapat Cipto kemudian keluar dari dinas pemerintah dengan konsekuensi mengembalikan sejumlah uang ikatan dinas nya yang tidak sedikit Selain dalam bentuk tulisan Cipto juga sering melancarkan protes dengan bertingkah melawan arus Misalnya larangan memasuki sociteit bagi bangsa Indonesia tidak diindahkannya Dengan pakaian khas yakni kain batik dan jas lurik ia masuk ke sebuah sociteit yang penuh dengan orang orang Eropa Cipto kemudian duduk dengan kaki dijulurkan hal itu mengundang kegaduhan di sociteit Ketika seorang opas penjaga mencoba mengusir Cipto untuk keluar dari gedung dengan lantang nya Cipto memaki maki sang opas serta orang orang berada di dekatnya dengan mempergunakan bahasa Belanda Kewibawaan Cipto dan penggunaan bahasa Belanda nya yang fasih membuat orang orang Eropa terperangah Budi Utomo SuntingTerbentuknya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 disambut baik Cipto sebagai bentuk kesadaran pribumi akan dirinya Pada kongres pertama Budi Utomo di Yogyakarta jati diri politik Cipto semakin tampak Walaupun kongres diadakan untuk memajukan perkembangan yang serasi bagi orang Jawa namun pada kenyataannya terjadi keretakan antara kaum konservatif dan kaum progesif yang diwakili oleh golongan muda Keretakan ini sangat ironis mengawali suatu perpecahan ideologi yang terbuka bagi orang Jawa Dalam kongres yang pertama terjadi perpecahan antara Cipto dan Radjiman Wedyodiningrat Cipto menginginkan Budi Utomo sebagai organisasi politik yang harus bergerak secara demokratis dan terbuka bagi semua rakyat Indonesia 1 Organisasi ini harus menjadi pimpinan bagi rakyat dan jangan mencari hubungan dengan atasan bupati dan pegawai tinggi lainnya Sedangkan Radjiman ingin menjadikan Budi Utomo sebagai suatu gerakan kebudayaan yang bersifat Jawa 1 Cipto tidak menolak kebudayaan Jawa tetapi yang ia tolak adalah kebudayaan keraton yang feodalis Cipto mengemukakan bahwa sebelum persoalan kebudayaan dapat dipecahkan terlebih dahulu diselesaikan masalah politik Pernyataan pernyataan Cipto bagi zaman nya dianggap radikal Gagasan Cipto menunjukkan rasionalitas nya yang tinggi serta analisis yang tajam dengan jangkauan masa depan belum mendapat tanggapan luas Untuk membuka jalan bagi timbulnya persatuan di antara seluruh rakyat di Hindia Belanda yang mempunyai nasib sama di bawah kekuasaan asing ia tidak dapat dicapai dengan menganjurkan kebangkitan kehidupan Jawa Sumber keterbelakangan rakyat adalah penjajahan dan feodalisme Meskipun diangkat sebagai pengurus Budi Utomo Cipto akhirnya mengundurkan diri dari Budi Utomo yang dianggap tidak mewakili aspirasinya Sepeninggal Cipto tidak ada lagi perdebatan dalam Budi Utomo akan tetapi Budi Utomo kehilangan kekuatan progesifnya Indische Partij SuntingSetelah mengundurkan diri dari Budi Utomo Cipto membuka praktik dokter di Solo Ia juga berandil besar dalam pemberantasan wabah pes di Malang pada 1911 Berkat jasanya itulah Dokter Tjipto mendapat bintang emas penghargaan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda 1 Meskipun demikian Cipto tidak meninggalkan dunia politik sama sekali Di sela sela kesibukan melayani pasien Cipto mendirikan Raden Ajeng Kartini Klub yang bertujuan memperbaiki nasib rakyat Perhatiannya pada politik semakin menjadi setelah dia bertemu dengan Douwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat untuk mendirikan Indische Partij pada tahun 1912 1 Cipto melihat Douwes Dekker sebagai kawan seperjuangan Kerja sama dengan Douwes Dekker telah memberinya kesempatan untuk melaksanakan cita citanya yakni gerakan politik bagi seluruh rakyat Hindia Belanda Bagi Cipto Indische Partij merupakan upaya mulia mewakili kepentingan kepentingan semua penduduk Hindia Belanda tidak memandang suku golongan dan agama Pada tahun 1912 Cipto pindah dari Solo ke Bandung dengan dalih agar dekat dengan Douwes Dekker Ia kemudian menjadi anggota redaksi penerbitan harian de Express dan majalah het Tijdschrijft Perkenalan antara Cipto dan Douwes Dekker yang sehaluan itu sebenarnya telah dijalin ketika Douwes Dekker bekerja pada Bataviaasch Nieuwsblad Douwes Dekker sering berhubungan dengan murid murid STOVIA Pada November 1913 Belanda memperingati 100 tahun kemerdekaannya dari Prancis Peringatan tersebut dirayakan secara besar besaran juga di Hindia Belanda Perayaan tersebut menurut Cipto sebagai suatu penghinaan terhadap rakyat bumi putera yang sedang dijajah Cipto dan Suwardi Suryaningrat kemudian mendirikan suatu komite perayaan seratus tahun kemerdekaan Belanda dengan nama Komite Bumi Putra Dalam komite tersebut Cipto dipercaya untuk menjadi ketuanya Komite tersebut merencanakan akan mengumpulkan uang untuk mengirim telegram kepada Ratu Wilhelmina yang isinya meminta agar pasal pembatasan kegiatan politik dan membentuk parlemen dicabut Komite Bumi Putra juga membuat selebaran yang bertujuan menyadarkan rakyat bahwa upacara perayaan kemerdekaan Belanda dengan mengerahkan uang dan tenaga rakyat merupakan suatu penghinaan bagi bumi putera Aksi Komite Bumi Putera mencapai puncaknya pada 19 Juli 1913 ketika harian De Express menerbitkan suatu artikel Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als Ik Een Nederlander Was Andaikan Saya Seorang Belanda Pada hari berikutnya dalam harian De Express Cipto menulis artikel yang mendukung Suwardi untuk memboikot perayaan kemerdekaan Belanda Tulisan Cipto dan Suwardi sangat memukul Pemerintah Hindia Belanda pada 30 Juli 1913 Cipto dan Suwardi dipenjarakan Pada 18 Agustus 1913 keluar surat keputusan untuk membuang Cipto bersama Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker ke Belanda karena kegiatan propaganda anti Belanda dalam Komite Bumi Putera Selama masa pembuangan di Belanda bersama Suwardi dan Douwes Dekker Cipto tetap melancarkan aksi politiknya dengan melakukan propaganda politik berdasarkan ideologi Indische Partij Mereka menerbitkan majalah De Indier yang berupaya menyadarkan masyarakat Belanda dan Indonesia yang berada di Belanda akan situasi di tanah jajahan Majalah De Indier menerbitkan artikel yang menyerang kebijaksanaan Pemerintah Hindia Belanda Kehadiran tiga pemimpin tersebut di Belanda ternyata telah membawa pengaruh yang cukup berarti terhadap organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda Indische Vereeniging pada mulanya adalah perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia sebagai tempat saling memberi informasi tentang tanah airnya Akan tetapi kedatangan Cipto Suwardi dan Douwes Dekker berdampak pada konsep konsep baru dalam gerakan organisasi ini Konsep Hindia bebas dari Belanda dan pembentukan sebuah negara Hindia yang diperintah rakyatnya sendiri mulai dicanangkan oleh Indische Vereeniging Pengaruh mereka semakin terasa dengan diterbitkannya jurnal Indische Vereeniging yaitu Hindia Poetra pada 1916 Insulinde SuntingOleh karena alasan kesehatan pada tahun 1914 Cipto diperbolehkan pulang kembali ke Jawa dan sejak saat itu dia bergabung dengan Insulinde suatu perkumpulan yang menggantikan Indische Partij Sejak itu Cipto menjadi anggota pengurus pusat Insulinde untuk beberapa waktu dan melancarkan propaganda untuk Insulinde terutama di daerah pesisir utara pulau Jawa Selain itu propaganda Cipto untuk kepentingan Insulinde dijalankan pula melalui majalah Indsulinde yaitu Goentoer Bergerak kemudian surat kabar berbahasa Belanda De Beweging surat kabar Madjapahit dan surat kabar Pahlawan Akibat propaganda Cipto jumlah anggota Insulinde pada tahun 1915 yang semula berjumlah 1 009 meningkat menjadi 6 000 orang pada tahun 1917 Jumlah anggota Insulinde mencapai puncaknya pada Oktober 1919 yang mencapai 40 000 orang Insulinde di bawah pengaruh kuat Cipto menjadi partai yang radikal di Hindia Belanda Pada 9 Juni 1919 Insulinde mengubah nama menjadi Nationaal Indische Partij NIP Pada tanggal 18 Mei 1918 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Volksraad Dewan Rakyat 1 Pengangkatan anggota Volksraad dilakukan dengan dua cara Pertama calon calon yang dipilih melalui dewan perwakilan kota kabupaten dan provinsi Sedangkan cara yang kedua melalui pengangkatan yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum mengangkat beberapa tokoh radikal dengan maksud agar Volksraad dapat menampung berbagai aliran sehingga sifat demokratisnya dapat ditonjolkan Salah seorang tokoh radikal yang diangkat oleh Limburg Stirum adalah Cipto Bagi Cipto pembentukan Volksraad merupakan suatu kemajuan yang berarti Cipto memanfaatkan Volksraad sebagai tempat untuk menyatakan pemikiran dan kritik kepada pemerintah mengenai masalah sosial dan politik Meskipun Volksraad dianggap Cipto sebagai suatu kemajuan dalam sistem politik namun Cipto tetap menyatakan kritiknya terhadap Volksraad yang dianggapnya sebagai lembaga untuk mempertahankan kekuasaan penjajah dengan kedok demokrasi Pada 25 Nopember 1919 Cipto berpidato di Volksraad yang isinya mengemukakan persoalan tentang persekongkolan Sunan dan residen dalam menipu rakyat Cipto menyatakan bahwa pinjaman 12 gulden dari sunan ternyata harus dibayar rakyat dengan bekerja sedemikian lama di perkebunan yang apabila dikonversi dalam uang ternyata menjadi 28 gulden Pengasingan Sunting nbsp Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Melihat kenyataan itu Pemerintah Hindia Belanda menganggap Cipto sebagai orang yang sangat berbahaya sehingga Dewan Hindia Raad van Nederlandsch Indie pada 15 Oktober 1920 memberi masukan kepada Gubernur Jenderal untuk mengusir Cipto ke daerah yang tidak berbahasa Jawa 1 Akan tetapi pada kenyataannya pembuangan Cipto ke daerah Jawa Madura Aceh Palembang Jambi dan Kalimantan Timur masih tetap membahayakan pemerintah Oleh sebab itu Dewan Hindia berdasarkan surat kepada Gubernur Jenderal mengusulkan pengusiran Cipto ke Kepulauan Timor Pada tahun itu juga Cipto dibuang dari daerah yang berbahasa Jawa tetapi masih di pulau Jawa yaitu ke Bandung dan dilarang keluar kota Bandung Selama tinggal di Bandung Cipto kembali membuka praktik dokter Selama tiga tahun Cipto mengabdikan ilmu kedokterannya di Bandung dengan sepedanya ia masuk keluar kampung untuk mengobati pasien Di Bandung Cipto dapat bertemu dengan kaum nasionalis yang lebih muda seperti Sukarno yang pada tahun 1923 membentuk Algemeene Studieclub Pada tahun 1927 Algemeene Studieclub diubah menjadi Partai Nasional Indonesia PNI Meskipun Cipto tidak menjadi anggota resmi dalam Algemeene Studieclub dan PNI Cipto tetap diakui sebagai penyumbang pemikiran bagi generasi muda Misalnya Sukarno dalam suatu wawancara pers pada 1959 ketika ditanya siapa di antara tokoh tokoh pemimpin Indonesia yang paling banyak memberikan pengaruh kepada pemikiran politiknya tanpa ragu ragu Sukarno menyebut Cipto Mangunkusumo Pada akhir tahun 1926 dan tahun 1927 di beberapa tempat di Indonesia terjadi pemberontakan komunis Pemberontakan itu menemui kegagalan dan ribuan orang ditangkap atau dibuang karena terlibat di dalamnya Dalam hal ini Cipto juga ditangkap dan didakwa turut serta dalam perlawanan terhadap pemerintah Hal itu disebabkan suatu peristiwa ketika pada bulan Juli 1927 Cipto kedatangan tamu seorang militer pribumi yang berpangkat kopral dan seorang kawannya Kepada Cipto tamu tersebut mengatakan rencananya untuk melakukan sabotase dengan meledakkan persediaan persediaan mesiu tetapi dia bermaksud mengunjungi keluarganya di Jatinegara Jakarta terlebih dahulu Untuk itu dia memerlukan uang untuk biaya perjalanan Cipto menasihatkan agar orang itu tidak melakukan tindakan sabotase dengan alasan kemanusiaan Cipto kemudian memberikan uangnya sebesar 10 gulden kepada tamunya Setelah pemberontakan komunis gagal dan dibongkarnya kasus peledakan gudang mesiu di Bandung Cipto dipanggil pemerintah untuk menghadap pengadilan karena dianggap telah memberikan andil dalam membantu anggota komunis dengan memberi uang 10 gulden dan diketemukannya nama nama kepala pemberontakan dalam daftar tamu Cipto Sebagai hukumannya Cipto kemudian dibuang ke Banda Maluku pada tanggal 19 Desember 1927 1 Akhir Hidup SuntingDalam pembuangan penyakit asmanya kambuh Beberapa kawan Cipto kemudian mengusulkan kepada pemerintah agar Cipto dibebaskan Ketika Cipto diminta untuk menandatangani suatu perjanjian bahwa dia dapat pulang ke Jawa dengan melepaskan hak politiknya Cipto secara tegas mengatakan bahwa lebih baik mati di Banda daripada melepaskan hak politiknya Cipto kemudian dialihkan ke Bali Makasar dan pada tahun 1940 Cipto dipindahkan ke Sukabumi Tjipto meninggal dunia pada 8 Maret 1943 akibat penyakit asma Catatan kaki Sunting a b c d e f g h Tjipto Mangoenkoesoemo Manusia Buangan amp Tak Merasakan Kemerdekaan tirto id Diakses tanggal 2020 08 20 Referensi SuntingBalfas 1952 Dr Tjipto Mangoenkoesoemo Demokrat Sejati Jakarta Pradjaparamita Kartodirdjo Sartono 1990 Pengantar Sejarah Indonesia Baru Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme Jakarta Gramedia Nagazumi Akira 1989 Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Budi Utomo 1908 1918 Jakarta Grafitipers Notosutanto Nugroho Et al 1977 Sejarah Nasional Indonesia Jilid V Jakarta balai Pustaka Mulyono Slamet 1968 Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan Bangsa Indonesia Jilid I Jakarta Balai Pustaka Tashadi 1984 Dr D D Setiabudhi Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah NasionalPranala luar SuntingArticle in Britannica Biographical notes at the Open library International institute of social history Diarsipkan 2013 12 13 di Wayback Machine JSTOR article Indonesia Jurnal Ekonomi Rakyat Diarsipkan 2005 02 10 di Wayback Machine Indonesia Artikel di TokohIndonesia com Diarsipkan 2005 03 07 di Wayback Machine Indonesia biografi di segitigaonline com Diarsipkan 2007 03 12 di Wayback Machine Indonesia biografi di solusihukum com Diarsipkan 2005 02 01 di Wayback Machine Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Tjipto Mangoenkoesoemo amp oldid 23646266