www.wikidata.id-id.nina.az
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus Cari sumber Samaratungga berita surat kabar buku cendekiawan JSTORSri Maharaja Samarottungga atau kadang ditulis Samaratungga adalah raja Kerajaan Medang dari Wangsa Syailendra yang memerintah pada tahun 792 835 Tidak seperti pendahulunya yang ekspansionis pada masa pemerintahannya Smaratungga lebih mengedepankan pengembangan agama dan budaya Pada tahun 825 dia menyelesaikan pembangunan candi Borobudur yang menjadi kebanggaan Indonesia Untuk memperkuat aliansi antara wangsa Syailendra dengan penguasa Sriwijaya terdahulu Samaratungga menikahi Dewi Tara putri Dharmasetu Dari pernikahan itu Samaratungga memiliki seorang putra pewaris tahta Balaputradewa dan Pramodhawardhani yang menikah dengan Rakai Pikatan putra Sri Maharaja Rakai Garung raja kelima Kerajaan Medang 1 Pada masa Raja Samaratungga Candi Borobudur selesai dibangun Daftar isi 1 Prasasti Kayumwungan 2 Seputar Rakai Patapan Mpu Palar 3 Identifikasi dengan Rakai Garung 4 Hubungan dengan Balaputradewa 5 Masa Pemerintahan 6 Keruntuhan Wangsa Syailendra 7 Daftar Para Raja Raja 8 Kepustakaan 9 ReferensiPrasasti Kayumwungan SuntingNama Samaratungga terdapat dalam prasasti Kayumwungan atau prasasti Karangtengah yang dikeluarkan pada tanggal 26 Mei 824 Dalam prasasti itu disebutkan bahwa Samaratungga memiliki seorang putri bernama Pramodawardhani yang meresmikan sebuah jinalaya yang sangat indah Prasasti ini dianggap berhubungan dengan pembangunan Candi Borobudur Prasasti Kayumwungan terdiri atas dua bagian Bagian pertama berbahasa Sanskerta sebagaimana disinggung di atas sedangkan bagian kedua berbahasa Jawa Kuno yang dikeluarkan oleh Rakai Patapan Mpu Palar Disebutkan tokoh Mpu Palar menghadiahkan beberapa desa sebagai sima swatantra untuk ikut serta merawat candi Jinalaya tersebut Seputar Rakai Patapan Mpu Palar SuntingSejarawan De Casparis menganggap tokoh Rakai Patapan Mpu Palar adalah raja bawahan Samaratungga Nama lengkapnya ditemukan dalam Prasasti Gandasuli yaitu Dang Karayan Patapan Sida Busu Pelar Prasasti yang kedua ini dikeluarkan tahun 832 dan menyebutkan adanya istilah kerajaan Jadi menurut De Casparis Mpu Palar pada tahun itu melepaskan diri dari kekuasaan Samaratungga De Casparis juga menemukan bahwa dalam prasasti Kedu terdapat informasi tentang desa Guntur yang masuk wilayah wihara Garung serta masuk pula wilayah Patapan Atas dasar ini Rakai Patapan dianggap identik dengan Sri Maharaja Rakai Garung dalam daftar para raja versi prasasti Mantyasih Rakai Garung adalah raja sebelum Rakai Pikatan yang merupakan menantu Samaratungga Kesimpulannya ialah Rakai Patapan Mpu Palar pada tahun 824 masih menjadi bawahan Samaratungga Kemudian pada tahun 832 ia sudah membangun kerajaan sendiri dan memakai gelar Maharaja Rakai Garung Putranya bernama Rakai Pikatan Mpu Manuku menikah dengan Pramodawardhani putri Samaratungga sehingga bisa mewarisi takhta Kerajaan Medang Teori De Casparis ini ditolak oleh Slamet Muljana Menurutnya prasasti Gondosuli dikeluarkan ketika Mpu Palar sudah meninggal Gelar terakhirnya menurut prasasti itu ialah haji yaitu gelar untuk raja bawahan di bawah maharaja Jadi Haji Rakai Patapan tidak mungkin sama dengan Maharaja Rakai Garung Selain itu disebutkan pula bahwa anak anak Mpu Palar semuanya perempuan jadi tidak mungkin ia berputra Rakai Pikatan Ditinjau dari tata bahasa prasasti Gondosuli tokoh Mpu Palar diperkirakan berasal dari pulau Sumatra Dalam prasasti Munduan diketahui yang menjabat sebagai Rakai Patapan pada tahun 807 adalah Mpu Manuku Kemudian pada prasasti Kayumwungan 824 dijabat oleh Mpu Palar Namun pada prasasti Tulang Air 850 Mpu Manuku kembali memimpin daerah Patapan Kesimpulannya ialah Mpu Manuku mula mula menjabat sebagai Rakai Patapan Kemudian ia diangkat oleh Maharaja Samaratungga sebagai Rakai Pikatan sehingga jabatannya digantikan oleh Mpu Palar seorang pendatang dari Sumatra Atas jasa jasa dan kesetiaannya Mpu Palar kemudian diangkat sebagai raja bawahan bergelar aji atau haji Rakai Pikatan Mpu Manuku berhasil menikahi Pramodawardhani sang putri mahkota Ia bahkan berhasil menjadi raja Kerajaan Medang sepeninggal Samaratungga Kemudian setelah Mpu Palar meninggal daerah Patapan kembali diperintah olehnya Mungkin dijadikan satu dengan Pikatan Identifikasi dengan Rakai Garung SuntingSri Maharaja Rakai Garung adalah raja kelima Kerajaan Medang dalam daftar para raja versi prasasti Mantyasih Pada prasasti Pengging tanggal 21 Maret 819 juga ditemukan istilah Rakryan i Garung tetapi tidak diketahui siapa nama aslinya Sebagaimana telah disebutkan di atas De Casparis menganggap Rakai Garung identik dengan Rakai Patapan Mpu Palar Namun teori ini ditolak Slamet Muljana berdasarkan analisis perbandingan prasasti Gondosuli Kayumwungan dan Mantyasih Menurut prasasti Mantyasih Maharaja Rakai Garung memerintah Kerajaan Medang sebelum Rakai Pikatan Maka tokoh yang mungkin identik dengannya adalah Maharaja Samaratungga bukan Mpu Palar yang hanya bergelar haji Jadi menurut teori ini sebelum menjadi raja di Kerajaan Medang Samaratungga lebih dahulu menjabat sebagai kepala daerah di Garung bergelar Rakryan i Garung atau Rakai Garung Hubungan dengan Balaputradewa SuntingBerdasarkan Prasasti Nalanda Balaputradewa adalah raja Swarnadwipa Kerajaan Sriwijaya dan putra dari Samaragrawira Berdasarkan kemiripan nama De Casparis menyamakan Samaragrawira ini dengan Samaratungga yang selanjutnya dipopulerkan oleh para sejarawan lainnya misalnya Dr Bosch Teori ini menganggap bahwa sepeninggal Samaratungga terjadi perang saudara memperebutkan tahta antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan suami saudarinya Pramodawardhani Balaputradewa yang kalah kemudian menyingkir ke Sumatra Slamet Muljana menolak identifikasi Samaratungga dengan Samaragrawira Ia berpendapat bahwa Prasasti Kayumwungan menyebutkan bahwa Samaratungga memiliki seorang putri saja yaitu Pramodawardhani Menurut Slamet Muljana Balaputradewa tidak memiliki hak atas tahta Jawa karena ia hanyalah adik Samaratungga bukan putranya Dengan kata lain Samaragrawira adalah ayah dua orang putra yaitu Samaratungga dan Balaputradewa Mungkin Balaputradewa menyingkir ke Sumatra bukan karena kalah perang tetapi karena ia memang tidak memiliki hak atas tahta Jawa Benteng pertahanan Balaputradewa sewaktu berperang melawan Rakai Pikatan diperkirakan berada di Bukit Ratu Boko Namun prasasti prasasti yang ditemukan di bukit tersebut menyebutkan bahwa musuh Rakai Pikatan adalah tokoh yang bernama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni Analisis terhadap prasasti prasasti Ratu Baka tersebut dilakukan oleh Pusponegoro dan Notosutanto Masa Pemerintahan SuntingApabila teori Slamet Muljana benar bahwa Samaratungga identik dengan Rakai Garung maka tokoh ini diperkirakan naik tahta Kerajaan Medang sebelum tahun 819 prasasti Pengging Peresmian Candi Borobudur dianggap terjadi pada tahun 824 dan dilakukan oleh Pramodawardhani sang putri mahkota prasasti Kayumwungan Pada tahun ini Samaratungga dipastikan masih hidup Kemudian prasasti Kahulunan tahun 842 menyebut adanya tokoh Sri Kahulunan yang telah menetapkan beberapa desa sebagai daerah perdikan untuk merawat Kamulan Bhumisambhara nama asli Candi Borobudur Ada dua versi penafsiran tokoh Sri Kahulunan ini yaitu permaisuri atau ibu suri Nama Samaratungga tidak disebut dalam prasasti itu sehingga ia diperkirakan sudah meninggal Saat itu diperkirakan masa pemerintahan Rakai Pikatan Apabila Sri Kahulunan bermakna permaisuri berarti ia adalah Pramodawardhani Sedangkan apabila bermakna ibu suri berarti ia adalah permaisuri Samaratungga Jadi kesimpulannya pemerintahan Samaratungga diperkirakan terjadi sebelum tahun 819 dan berakhir sebelum tahun 842 Keruntuhan Wangsa Syailendra SuntingDimulai dengan adanya perbedaan agama antara pihak Penguasa yang beragama Budha dengan masyarakat awam yang memeluk agama hindu Syiwa Hal ini menjadi faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah butuh rujukan Untuk memantapkan posisinya di Jawa Tengah raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani dengan anak Garung yang bernama Rakai Pikatan yang waktu itu menjadi pangeran wangsa Sanjaya Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram menggantikan agama Buddha Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa yang merupakan paman atau saudara Pramodhawardhani Sejarah wangsa Syailendra berakhir pada tahun 850 yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya Setelah terusirnya wangsa Syailendra dari Jawa Tengah Munoz beranggapan berakhir pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu abad Munoz beranggapan bahwa orang orang Jawa pengikut Balaputradewa merasa terancam dan akhirnya menyingkir mengungsi ke Jawa Barat untuk mendirikan kerajaan Banten Girang Hal ini berdasarkan temuan arca arca bergaya Jawa Tengahan abad ke 10 di situs Gunung Pulasari Banten Girang Sementara itu sejarawan seperti Poerbatjaraka dan Boechari percaya bahwa hanya ada satu wangsa yaitu Syailendra dan tidak pernah disebutkan Sanjayavamca dalam prasasti apapun Sanjaya dan keturunannya dianggap masih masuk dalam wangsa Syailendra Secara tradisional selama ini kurun kekuasaan Syailendra dianggap berlangsung antara abad ke 8 hingga ke 9 Masehi dan hanya terbatas di Jawa Tengah tepatnya di Dataran Kedu dari masa kekuasaan Panangkaran hingga Samaratungga Hal ini sesuai dengan penafsiran Slamet Muljana yang menganggap Panangkaran sebagai Raja Syailendra pertama yang naik takhta Akan tetapi penafsiran paling mutakhir berdasarkan temuan Prasasti Sojomerto serta kelanjutan Syailendra di Sriwijaya mengusulkan bahwa masa kekuasaan wangsa Syailendra berlangsung jauh lebih lama Dari pertengahan abad ke 7 perkiraan dituliskannya Prasasti Sojomerto hingga awal abad ke 11 masehi jatuhnya wangsa Syailendra di Sriwijaya akibat serangan Cholamandala dari India Dalam kurun waktu tertentu wangsa Syailendra berkuasa baik di Jawa Tengah maupun di Sumatra Persekutuan dan hubungan pernikahan keluarga kerajaan antara Sriwijaya dan Syailendra memungkinkan bergabungnya dua keluarga kerajaan dengan wangsa Syailendra akhirnya berkuasa baik di Kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah sekaligus di Sriwijaya Sumatra Daftar Para Raja Raja SuntingPara sejarawan telah mencoba untuk merekonstruksi kembali urutan daftar silsilah raja raja Syailendra meskipun satu sama lain mungkin tidak sepakat Misalnya Slamet Muljana meneruskan teori dinasti kembar Bosch berpendapat bahwa anggota wangsa Syailendra pertama yang berhasil menjadi raja adalah Rakai Panangkaran Sementara itu Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah ada Dengan kata lain Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Syailendra Boechari mencoba menyusun tahap awal perkembangan wangsa Syailendra berdasarkan penafsiran atas Prasasti Sojomerto Sementara Poerbatjaraka mencoba menyusun daftar raja penguasa Syailendra pada periode menengah dan lanjut berdasarkan hubungannya dengan tokoh Sanjaya beberapa prasasti Syailendra serta penafsiran atas naskah Carita Parahyangan Akan tetapi banyak kebingungan yang muncul karena tampaknya wangsa Syailendra berkuasa atas banyak kerajaan Kalingga Medang dan Sriwijaya Akibatnya nama beberapa raja tampak tumpang tindih dan berkuasa di kerajaan kerajaan ini secara bersamaan Tanda tanya menunjukkan keraguan atau dugaan karena data atau bukti sejarah sahih masih sedikit ditemukan dan belum jelas terungkap Kurun Waktu Nama Raja atau Penguasa Ibu Kota Prasasti atau Catatan Bersejarah Peristiwasekitar 650 Santanu Prasasti Sojomerto sekitar 670 700 Sebuah keluarga beragama Siwa berbahasa Melayu kuno mulai bermukim di pesisir utara Jawa Tengah diduga berasal dari Sumatra atau asli dari Jawa tetapi di bawah pengaruh Sriwijaya raja bawahan sekitar 674 Dapunta Selendra Batang pantai utara Jawa Tengah Prasasti Sojomerto sekitar 670 700 Dimulainya wangsa keluarga penguasa pertama kalinya nama Selendra Sailendra disebutkan674 703 Shima Kalingga di antara Pekalongan dan Jepara Carita Parahyangan Catatan Tiongkok mengenai kunjungan biksu Hwi ning di Ho ling 664 dan pemerintahan Ratu Hsi mo 674 Menguasai kerajaan Kalingga703 710 Mandiminak Carita Parahyangan710 717 Sanna Prasasti Canggal 732 Carita Parahyangan Sanna berkuasa di Jawa tetapi setelah kematiannya kerajaan runtuh dan terpecah belah akibat pemberontakan atau serangan dari luar717 760 Sanjaya Mataram Jawa Tengah Prasasti Canggal 732 Carita Parahyangan Sanjaya putra Sannaha keponakan Sanna memulihkan keamanan mempersatukan kerajaan dan naik takhta sejarawan lama menafsirkannya sebagai berdirinya Wangsa Sanjaya sementara pihak lain menganggap ia sebagai kelanjutan Sailendra760 775 Rakai Panangkaran Mataram Jawa Tengah Prasasti Raja Sankhara Prasasti Kalasan 778 Carita Parahyangan Rakai Panangkaran beralih keyakinan dari memuja Siwa menjadi penganut Buddha Mahayana pembangunan Candi Kalasan775 800 Dharanindra Mataram Jawa Tengah Prasasti Kelurak 782 Prasasti Ligor B sekitar 787 Juga berkuasa di Sriwijaya Sumatra membangun Manjusrigrha memulai membangun Borobudur sekitar 770 Jawa menyerang dan menaklukan Ligor dan Kamboja Selatan Chenla 790 800 812 Samaragrawira Mataram Jawa Tengah Prasasti Ligor B sekitar 787 Juga berkuasa di Sriwijaya Kamboja memerdekakan diri 802 812 833 Samaratungga Mataram Jawa Tengah Prasasti Karangtengah 824 Juga berkuasa di Sriwijaya merampungkan Borobudur 825 833 856 Pramodhawardhani berkuasa mendampingi suaminya Rakai Pikatan Mamrati Jawa Tengah Prasasti Siwagrha 856 Mengalahkan dan mengusir Balaputradewa yang menyingkir ke Sumatra Sriwijaya Membangun Candi Prambanan dan Candi Plaosan Para raja Medang penerus Pikatan mulai dari Dyah Lokapala 850 890 hingga Wawa 924 929 dapat dianggap sebagai penerus trah Sailendra meskipun Dyah Balitung 898 910 dalam Prasasti Mantyasih 907 hanya merunut leluhurnya hingga Sanjaya akibatnya menumbuhkan teori Wangsa Sanjaya 833 850 Balaputradewa Sriwijaya Sumatera Selatan Prasasti Siwagrha 856 Prasasti Nalanda 860 Dikalahkan Pikatan Pramodhawardhani terusir dari Jawa Tengah menyingkir ke Sumatra dan berkuasa di Sriwijaya mengaku dirinya sebagai pewaris sah wangsa Sailendra dari Jawa membangun Candi di Nalanda India sekitar 960 Cri Udayadityavarman Sriwijaya Sumatera Selatan Utusan ke Tiongkok 960 dan 962 Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkoksekitar 980 Haji Hia Tche Sriwijaya Sumatera Selatan Utusan ke Tiongkok 980 983 Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkoksekitar 988 Sri Culamanivarmadeva Sriwijaya Sumatera Selatan Utusan ke Tiongkok 988 992 1003 Prasasti Tanjore atau prasasti Leiden 1044 Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok Raja Jawa Dharmawangsa menyerang Sriwijaya membangun Candi untuk Kaisar Tiongkok pemberian desa perdikan oleh Raja raja Isekitar 1008 Sri Maravijayottungga Sriwijaya Sumatera Selatan Utusan ke Tiongkok 1008 Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok 1008 sekitar 1017 Sumatrabhumi Sriwijaya Sumatera Selatan Utusan ke Tiongkok 1017 Mengirim utusan dan persembahan untuk mendapat misi dagang dengan Tiongkok 1017 sekitar 1025 Sangramavijayottungga Sriwijaya Sumatera Selatan Prasasti Chola di Candi Rajaraja Tanjore Serbuan kerajaan Cholamandala atas Sriwijaya ibu kota ditaklukan oleh Rajendra CholaKepustakaan SuntingMarwati Poesponegoro amp Nugroho Notosusanto 1990 Sejarah Nasional Indonesia Jilid II Jakarta Balai Pustaka Purwadi 2007 Sejarah Raja Raja Jawa Yogyakarta Media Ilmu Slamet Muljana 2006 Sriwijaya terbitan ulang 1960 Yogyakarta LKISReferensi Sunting Munoz Paul Michel 2006 Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula Singapore Editions Didier Millet hlm pages 171 ISBN 981 4155 67 5 Pemeliharaan CS1 Teks tambahan link Menurut teori Bosch Didahului oleh Dharanindra Raja Wangsa Sailendra812 833 Diteruskan oleh PramodawardhaniMenurut teori Slamet Muljana Didahului oleh Rakai Warak Raja Kerajaan Medang 819 842 Diteruskan oleh Rakai Pikatan Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Samaratungga amp oldid 24371048