www.wikidata.id-id.nina.az
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi bacaan terkait atau pranala luar tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat Mohon tingkatkan kualitas artikel ini dengan memasukkan rujukan yang lebih mendetail bila perlu Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus Cari sumber Wangsa Sanjaya berita surat kabar buku cendekiawan JSTORWangsa Sanjaya adalah indikasi suatu dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang Periode Jawa Tengah atau lazim disebut Kerajaan Mataram Kuno Wangsa ini bersama sama dengan Wangsa Syailendra memerintah di Kerajaan Medang Daftar isi 1 Asal usul 2 Teori yang menolak 3 Kalender Sanjaya 4 Raja sesudah Balitung 5 Lihat pula 6 Daftar pustakaAsal usul SuntingIstilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr Bosch dalam karangannya yang berjudul Sriwijaya de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa 1952 Ia menyebutkan bahwa di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan Medang yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732 Berdasarkan Prasasti Canggal 732 M diketahui Sanjaya adalah penerus raja Jawa Sanna menganut agama Hindu aliran Siwa dan berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India dan mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan membangun pusat pemerintahan baru Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang disusun dari zaman kemudian Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh yang akhirnya berkuasa di Mataram Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara Ayah dari Sanjaya adalah Sena Sanna Bratasenawa raja Galuh ketiga Sena adalah putra Mandiminyak raja Galuh kedua 702 709 M Dikemudian hari Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa raja Sunda Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora Saat Tarusbawa meninggal pada tahun 723 kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya Di tangannya Sunda dan Galuh bersatu kembali Tahun 732 Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda Galuh kepada putranya Rakryan Panaraban Tamperan Di Kalingga Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun 732 754 yang kemudian diganti oleh puteranya dari Dewi Sudiwara yaitu Rakai Panangkaran Secara garis besar kisah dari Carita Parahyangan ini sesuai dengan prasasti Canggal Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti pendatang dari Jawa atau India atau Sumatera yang bernama Wangsa Sailendra Berdasarkan penafsiran atas Prasasti Kalasan 778 M pada tahun 778 raja Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra Sampai akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan seorang keturunan Sanjaya pada tahun 840 an Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya Dengan demikian Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang Teori yang menolak SuntingPoerbatjaraka menolak keberadaan Wangsa Sanjaya Menurutnya Wangsa Sanjaya tidak pernah ada karena Sanjaya sendiri adalah anggota Wangsa Sailendra Dinasti ini mula mula beragama Hindu karena istilah Sailendra bermakna penguasa gunung yaitu sebutan untuk Siwa Selain itu istilah Sanjayawangsa tidak pernah dijumpai dalam prasasti mana pun sedangkan istilah Sailendrawangsa ditemukan dalam beberapa prasasti misalnya prasasti Ligor prasasti Kalasan dan prasasti Abhayagiriwihara Poerbatjaraka berpendapat bahwa Sanjaya telah memerintahkan agar putranya yaitu Rakai Panangkaran pindah agama dari Hindu menjadi Buddha Teori ini berdasarkan atas kisah dalam Carita Parahyangan bahwa Rahyang Sanjaya menyuruh Rahyang Panaraban untuk berpindah agama Dengan demikian yang dimaksud dengan istilah raja Sailendra dalam prasasti Kalasan tidak lain adalah Rakai Panangkaran sendiri Carita Parahyangan memang ditulis ratusan tahun sesudah kematian Sanjaya Meskipun demikian kisah di atas seolah terbukti dengan ditemukannya prasasti Raja Sankhara yang mengisahkan tentang seorang pangeran bernama Sankhara yang pindah agama karena ayahnya meniggal dunia akibat menjalani ritual terlalu berat Sayangnya prasasti ini telah hilang dan tidak jelas angka tahunnya serta tidak menyebutkan nama ayah Sankhara tersebut Jadi teori Poerbatjaraka menyebutkan bahwa hanya ada satu dinasti saja yang berkuasa di Kerajaan Medang yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Hindu Siwa Sejak pemerintahan Rakai Panangkaran dinasti Sailendra terpecah menjadi dua Agama Buddha dijadikan agama resmi negara sedangkan cabang Sailendra lainnya ada yang tetap menganut agama Hindu misalnya seseorang yang kelak menurunkan Rakai Pikatan Kalender Sanjaya SuntingMeskipun istilah Sanjayawangsa tidak pernah dijumpai dalam prasasti mana pun namun istilah Sanjayawarsa atau Kalender Sanjaya ditemukan dalam prasasti Taji Gunung dan prasasti Timbangan Wungkal Kedua prasasti tersebut dikeluarkan oleh Mpu Daksa dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli Sanjaya sang pendiri kerajaan Tahun 1 Sanjayawarsa sama dengan tahun 717 Masehi Tidak diketahui dengan pasti apakah tahun 717 ini merupakan tahun kelahiran Sanjaya ataukah tahun berdirinya kerajaan Daftar para raja Medang sebelum Dyah Balitung yang tertulis dalam prasasti Mantyasih menurut teori Bosch adalah daftar para raja Wangsa Sanjaya sekaligus juga silsilah keluarga mulai dari Sanjaya sampai Balitung Para raja tersebut antara lain sebagai berikut Sanjaya Rakai Panangkaran Rakai Panunggalan Rakai Warak Rakai Garung Rakai Pikatan Rakai Kayuwangi Rakai WatuhumalangSejarawan Slamet Muljana berpendapat lain Menurutnya daftar tersebut bukan silsilah Wangsa Sanjaya melainkan daftar para raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang Pendapatnya itu berdasarkan atas julukan Rakai Panangkaran dalam prasasti Kalasan yaitu Sailendrawangsatilaka atau permata Wangsa Sailendra Jadi menurutnya tidak mungkin apabila Rakai Panangkaran adalah putra Sanjaya Analisis Slamet Muljana terhadap beberapa prasasti misalnya prasasti Kelurak prasasti Nalanda ataupun prasasti Kayumwungan menyimpulkan bahwa Rakai Panangkaran Rakai Panunggalan Rakai Warak dan Rakai Garung adalah anggota Wangsa Sailendra sementara sisanya adalah anggota Wangsa Sanjaya kecuali Rakai Kayuwangi yang berdarah campuran pubRaja sesudah Balitung SuntingRaja sesudah Dyah Balitung adalah Mpu Daksa yang memperkenalkan pemakaian Kalender Sanjaya untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli sang pendiri kerajaan Selain itu kemungkinan besar Daksa juga merupakan cucu Rakai Pikatan sebagaimana yang tertulis dalam Prasasti Telahap Daksa digantikan oleh menantunya bernama Dyah Tulodhong yaitu putra dari seseorang yang dimakamkan di Turu Mangambil Tidak diketahui dengan pasti apakah Tulodhong ini merupakan keturunan Sanjaya atau bukan Menurut sejarawan Boechari pemerintahan Tulodhong berakhir akibat pemberontakan Dyah Wawa putra Rakryan Landhayan Dalam hal ini juga tidak dapat dipastikan apakah Wawa keturunan Sanjaya atau bukan Raja selanjutnya bernama Mpu Sindok yang diperkirakan sebagai cucu Mpu Daksa Jika benar demikian maka Mpu Sindok dapat disebut sebagai keturunan Sanjaya pula meskipun ia dianggap telah mendirikan dinasti baru bernama Wangsa Isyana Lihat pula SuntingWangsa Sailendra Wangsa IsyanaDaftar pustaka SuntingMarwati Poesponegoro amp Nugroho Notosusanto 1990 Sejarah Nasional Indonesia Jilid II Jakarta Balai Pustaka Slamet Muljana 2006 Sriwijaya terbitan ulang 1960 Yogyakarta LKIS Degroot Veronique Myriam Yvonne 2009 Candi Space and Landscape A Study on the Distribution Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains PDF Leiden University Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2022 07 12 Diakses tanggal 2022 07 07 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Wangsa Sanjaya amp oldid 23592855