www.wikidata.id-id.nina.az
Pulau Sebesi Sebesi Island adalah sebuah pulau yang secara administratif berada di wilayah Desa Tejang Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung Indonesia Berbentuk gunung berapi dengan ketinggian 844m secara geografis pulau ini terletak di selat Sunda atau wilayah selatan perairan Lampung Lebih tepatnya P Sebesi berada di sebelah selatan dari Pulau Sebuku sebelah timur Pulau Serdang dan Pulau Legundi serta sebelah Timur Laut Gugusan Krakatau SebesiPulau Sebesi di antara Selat SundaGeografiLokasiLampung SelatanKoordinat5 59 0 LS 105 29 50 BTLuas2 620 haPemerintahanNegaraIndonesiaKependudukanPenduduk2 911 jiwa 2011 Gambar Pulau Sebesi pada tahun 1880 Pulau ini merupakan daratan yang paling dekat dengan Gugusan Krakatau dan turut menjadi saksi kedahsyatan letusan besar Krakatau tahun 1883 Sejak dulu Pulau Sebesi sangat terkenal akan kesuburan tanahnya Kini selain memiliki keunggulan di sektor perkebunan pulau ini juga sedang dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata andalan Lampung Selatan selain Krakatau dan sejumlah pantai seperti Merak Belantung Kalianda resort dll Nama Pulau Sebesi diduga berasal dari bahasa Sansekerta Sawesi Savvesi Masyarakat sekitar biasa menyebut Pulau Sebesi dengan sebutan Pulo Daftar isi 1 Riwayat Kepemilikan 1 1 Pangeran Cecobaian 1 2 Pangeran Singa Brata 1 3 Pangeran Minak Putra 1 4 Raden Pangeran Hadji Djamaloedin 1 5 Muhammad Saleh Ali 2 Hasil Bumi 2 1 Sebelum 1883 2 2 Setelah Letusan Besar Krakatau 3 Satwa 4 Desa Dusun 4 1 Desa Tejang 4 2 Dusun Regahan Lada 4 3 Dusun Segenom 5 Masyarakat 5 1 Sejarah 5 2 Demografi 5 3 Perekonomian 6 Politik amp Pemerintahan 6 1 Struktur Pemerintahan 7 Infrastruktur 8 Pariwisata 9 Harta Karun 10 Referensi 11 Daftar Pustaka 12 Pranala luarRiwayat Kepemilikan suntingHingga kini catatan yang menggambarkan mengenai awal mula keberadaan pulau ini belum pernah ditemukan Namun beberapa dokumen yang dibuat oleh orang orang Eropa pada abad ke 17 mengindikasikan bahwa pulau ini pernah disinggahi oleh orang orang Eropa yang berlayar dari wilayah perairan Utara menuju Banten atau sebaliknya Pada saat itu Pulau Sebesi dihuni oleh masyarakat yang ada di sepanjang pesisir di wilayah V Saibatin Marga kaki gunung Raja Basa yang mayoritas bertani rempah rempah Meski begitu nama pemilik pulau ini tidak pernah ditemukan dalam catatan hingga memasuki abad ke 19 Pangeran Cecobaian sunting Menurut legenda dahulu pulau ini berada dibawah kekuasaan Sultan Banten Lalu pada akhir abad ke 16 seorang Mekhanai Pemuda Lampung datang ke gunung Raja Basa dan menetap di wilayah yang saat ini dihuni oleh V Saibatin Marga yaitu Saibatin Marga Ratu Saibatin Marga Dantaran Saibatin Marga Raja Basa Saibatin Marga Legun Saibatin Marga Ketibung Sang Pemuda juga datang ke Pulau Sebesi dan Gugusan Krakatau untuk membeli hasil lada yang ditanam warga Sebagian dari hasil lada tersebut diserahkan dijual oleh pemuda itu kepada Sultan Banten Sebagai imbalannya Sultan memberikan pemuda tersebut gelar Pengikhan Cecobaian ejaan dalam arsip Belanda Pengkhan Tjetjobaian Pangeran Tjoba Tjoba sebagai percobaan karena saat itu Kesultanan Banten belum pernah memberikan gelar Pengikhan kepada orang Sabrang sebutan untuk orang Lampung pada masa itu Selain gelar Pengikhan tersebut diberikan pula hak kepemilikan atas Pulau Sebesi Pulau Sebuku dan Gugusan Krakatau kepadanya 1 Pangeran Singa Brata sunting Setelah Pengikhan Cecobaian wafat hak kepemilikan atas Pulau Sebesi ini pada akhirnya diwariskan pada Pangeran Singa Brata yang juga menjabat sebagai Kepala Kebandakhan Raja Basa Pengikhan Singa Brata adalah keturunan ke 18 dari Pangeran Cecobaian 1 Ia juga merupakan salah satu pejuang dari Karesidenan Lampung onderafdeeling Katimbang yang turut membantu Raden Intan II berjuang melawan pemerintah Hindia Belanda 2 Sempat terjadi sengketa kepemilikan Pulau Sebesi dan Sebuku antara Pengikhan Singa Brata dengan seorang penduduk Teluk Betung Mengajukan permintaan tertanggal 17 Juli 1848 kepada Civiele en Militaire Gezaghebberagar diperbolehkan menanam di Pulau Sebesi dan Sebuku Hal ini diduga dilakukan untuk melemahkan perjuangan Pengikhan Singa Brata terhadap penjajah Pengikhan Singa Brata pun mengajukan keberatan pada pihak pemerintah Lalu pemerintah Hindia Belanda pada saat itu melakukan penyelidikan terhadap status hukum Pulau Sebesi dan Sebuku Dari hasil investigasi itu diketahui bahwa Pangeran Singa Brata adalah pemilik yang sah atas Pulau Sebesi dan Sebuku 3 Namun pada tahun 1856 Pengikhan Singa Brata tertangkap oleh tentara Hindia Belanda dan dibuang ke Manado Sulawesi Utara Untuk mengakhiri konflik maka hak kepemilikan Pengikhan Singa Brata atas pulau ini disahkan melalui Besluit Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1864 Selama masa pengasingan Pengikhan Singa Brata ke Manado pemerintahan Kebandakhan Raja Basa dan pengelolaan Pulau Sebesi dan Sebuku ditangani oleh para keluarga dari Pengikhan Singa Brata antara lain Pangeran Warta Manggala saudara kandung Pangeran Warta Manggala anak dari Pangeran Warta Manggala dan Dalom Mangku Minggar tetua dalam marga Raja Basa 1 Tahun 1879 atau 23 tahun setelah menjalani pengasingannya Pengikhan Singa Brata dipulangkan ke Raja Basa atas permintaan 14 kepala pekon di pesisir dengan jaminan bahwa Pengikhan Singa Brata tidak akan melakukan perlawanan terhadap Belanda Namun 4 tahun setelah kepulangannya tepatnya pada tanggal 27 Agustus 1883 Krakatau meletus dengan dahsyat yang memporak porandakan wilayah pesisir gunung Raja Basa Pengikhan Singa Brata turut menjadi korban atas peristiwa ini dan ia dinyatakan tewas 1 Seluruh penduduk pesisir yang tak sempat menyelamatkan diri dinyatakan tewas termasuk 3000 warga yang menghuni Pulau Sebesi Sebuku dan Krakatau Seluruh flora dan fauna serta rumah warga yang berada di Pulau Sebesi dan Sebuku dinyatakan musnah total Kedua pulau ini seketika berubah menjadi pulau tak berpenghuni untuk beberapa saat Pangeran Minak Putra sunting Tahun 1884 Minak Putra kepala kampung Rajabasa yang juga merupakan adik mendiang Pengikhan Singa Brata dikukuhkan sebagai kepala Kebandakhan pengganti Pengikhan Singa Brata Hal ini dikarenakan mendiang Pengikhan Singa Brata tidak memiliki keturunanA yang tersisa Maka berdasarkan aturan dan tatacara adat Minak Putra diangkat menjadi Pengikhan dan meneruskan tahta sebagai kepala Kebandakhan anak tuha bakas Raja Basa dan mewarisi hak atas kepemilikan P Sebesi P Sebuku dan Gugusan KrakatauB Peristiwa pengangkatan dan peralihan hak atas kepulauan ini juga disetujui oleh Sultan Banten Maulana Pangeran surya kumala Pangeran suryo kumolo dan Pemerintah Hindia Belanda dengan syarat pendirian marga tidak boleh lagi memakai nama Raja Basa Maka Pengikhan Minak Putra pun memilih menggunakan nama Marga PesisirC Kemudian hal ini dikuatkan oleh Staatsblad tahun 1885 ketika Pangeran Minak Putra menyewakan P Sebuku kepada Mr Barzal 4 Catatan Kaki A Ada sejumlah sumber yang menyatakan bahwa Raden Tinggi adalah anak Pengikhan Singa Brata yang tewas dalam pertempuran melawan Belanda B Beberapa sumber menyatakan bahwa pengangkatan kepala kebandakhan ini juga disetujui oleh Sultan Banten Tidak disebutkan siapa Sultan Banten yang dimaksud Namun jika merunut dari tahun kejadiannya kemungkinan besar Sultan Banten yang dimaksud saat itu sedang menjalani masa pembuangannya di Surabaya pada tahun 1899 Ia dimakamkan di Pesarean Agung Sentono Botoputih Pemakaman Keluarga Bupati Surabaya Di pusaranya tertulis dengan huruf Arab yang terjemahannya sbb Ini kubur Sultan Banten Ketika lenyap almarhum pada malam Senen 3 Rajab 1318 H atau 11 November 1899 C Menurut beberapa sumber sejarah hal ini dilakukan oleh Belanda untuk sebisa mungkin memutus regenerasi perjuangan Pengikhan Singa Brata Sehingga pada setiap surat keputusan Besluit Pemerintah Hindia Belanda mengenai pengesahan keturunan Pengikhan Minak sebagai kepala kebandakhan selanjutnya selalu menggunakan sebutan Pesisir 5 6 Raden Pangeran Hadji Djamaloedin sunting Tahun 1896 Pengikhan Minak menjual Pulau Sebesi dan Sebuku kepada Hadji Djamaloedin seorang kepala kampung kampunghoofd Kalianda onderafdeeling Katimbang Proses jual beli ini dicatatkan melalui sebuah akta jual beli dan disaksikan oleh Controleur Demang serta Klerk Griffier afdeeling Katimbang 5 6 Hak kepemilikan Kalianda kemudian dikuatkan oleh Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1900 Sebelum membeli Pulau Sebesi dan Sebuku tepatnya pada tahun 1888 Kalianda dan Pengikhan Minak sempat dipanggil oleh Pemerintah Banten di Anyer untuk menerima penghargaan Hadji Djamaloedin mendapat bintang emas dan Pengikhan Minak Putra menerima bintang perak 7 Pada masa kepemilikan Kepala pekon kalianda ini pula untuk pertama kalinya Dinas Topografi Hindia Belanda membuat peta topografi yang paling akurat Disebut akurat antara lain karena gambar pulau yang dihasilkan oleh peta tersebut sama persis dengan bentuk aslinya bisa dibandingkan dengan gambar bentuk Pulau yang dihasilkan oleh Google Earth Bahkan peta tersebut memuat jenis pohon pohon yang ditanam oleh Kepala pekon kalianda saat itu seperti Kelapa dan Pisang Hingga kini 2013 peta topografi tersebut masih bertahan sebagai satu satunya peta topografi Pulau Sebesi paling akurat yang pernah ada Muhammad Saleh Ali sunting Pasca meninggalnya Raden Pengikhan Hadji Djamaloedin pada tahun 1926 hak kepemilikan atas Pulau Sebesi dan Sebuku beralih kepada anak laki laki satu satunya Muhammad Saleh Ali 8 9 Di masa kepemilikan M Saleh Ali Pulau Sebesi menjadi basis pendanaan bagi para pejuang Kalianda semasa perang kemerdekaan melawan Belanda dan Jepang hingga agresi militer Belanda ke 2 pada tahun 1949 Kini hak kepemilikan terhadap Pulau Sebesi dan Sebuku telah beralih pada Hasanudin bin M Saleh Ali dan saudara saudaranya 10 11 Catatan Kaki Tak seperti pada masa penguasaan Hadji Djamaloedin bukti kepemilikan Pulau Sebesi pada masa penguasaan M Saleh Ali lebih banyak ditemukan pada dokumen resmi daripada pemberitaan di koran Hal itu dapat ditemukan di sejumlah putusan Pengadilan Republik Indonesia hingga dokumen resmi Kementrian Agraria Hasil Bumi suntingSebelum 1883 sunting Sebelum meletusnya Krakatau pada tahun 1883 masyarakat di Pulau Sebesi umumnya bertani karet lada dan kelapa Bahkan riwayat mengenai kebun lada di Pulau Sebesi sudah berlangsung sejak Sultan Banten memberikan perintah pada Pengikhan Cecobaian agar mewajibkan seluruh elemen masyarakat Sabrang sebutan dari orang orang Banten untuk penduduk Lampung saat itu mulai dari pembesar punggawa maupun orang kecil untuk menanam lada sebanyak 500 batang per kepala Setelah berbuah hasilnya boleh dijual kepada siapa saja baik kepada orang Jawa Cina Eropa maupun ke Banten Barang siapa yang diketahui tidak menanam 500 batang pohon lada maka Sultan akan menjatuhi hukuman pasung dan seluruh anggota keluarganya diseret ke Banten Perintah Sultan kepada Pangeran Cecobaian ini dituangkan dalam sebuah piagam tembaga beraksara Jawa yang diundangkan pada tahun 1074 H 1653 M 4 Setelah Letusan Besar Krakatau sunting Pasca letusan besar Krakatau Pulau Sebesi sempat lama ditinggalkan oleh masyarakat pesisir karena takut akan terulangnya letusan Krakatau Pulau Sebesi baru kembali ditanami tanaman perkebunan setelah pulau ini dibeli oleh Hadji Djamaloedin dari Pangeran Minak Putra Setelah resmi menjadi pemilik tunggal Pulau Sebesi dan Sebuku Hadji Djamaloedin secara berangsur angsur membawa puluhan pekerja dan ribuan bibit tanaman Kelapa untuk ditanam di kedua pulau tersebut Hal ini dicatat oleh sejumlah ahli biologi yang berkunjung ke Pulau Sebesi untuk pertama kalinya pada tahun 1920 12 Sebesi has permanent streams and thus has been inhabited and considerably disturbed by agricultural practices for many years Much of the island s lowland area was cleared and planted by Hadji Djamaludin and his workers in 1890 and in about 1900 cattle goats and horses were introducted Dammerman 1948 12 Coconut plantations were now extensive and there were fruit trees and ladangs rice fields in cleared forest Dammerman 1948 12 Selain itu pendapat ahli botani dari Buitenzorg Museum Museum Botani Bogor yang pada tahun 1906 tergabung dalam sebuah Comissie untuk menyelidiki usia tanaman di Sebesi memperkuat pernyataan itu Pernyataan itu terangkum dalam isi vonis Pengadilan Proatin Kalianda tahun 1906 13 Sejak era penanaman kelapa di Pulau Sebesi tanaman yang diproduksi baik dalam bentuk kelapa butir maupun kopra ini menjadi komoditas utama dari Pulau Sebesi Bahkan hasil kopra dari pulau ini turut menjadi penyumbang dana untuk perjuangan rakyat Kalianda Lampung Selatan sejak masa sebelum kemerdekaan hingga agresi militer Belanda ke 2 pada tahun 1949 Kejayaan Kelapa Dalam Cocos nucifera baik dalam bentuk butiran maupun kopra di Pulau Sebesi terus berlanjut sampai periode awal tahun 1990 dengan ditandai pendirian pabrik pengolahan minyak kelapa oleh keturunan dari Muhammad Saleh Ali Namun era kejayaan Kelapa Dalam pada akhirnya terhenti ketika industri minyak sawit berkembang pesat sejak pertengahan tahun 1990an Sawit yang jauh lebih unggul dari segi efektivitas dan efisiensi biaya pengolahan mampu mengungguli minyak Kelapa Dalam Sejak saat itu minyak sawit menjadi primadona di seluruh dunia dan berimbas pada merosotnya harga Kelapa Dalam Sejak saat itu masyarakat Pulau Sebesi mulai mencari komoditas lain yang dapat dijual dengan keuntungan yang tinggi Tanaman kakao mulai menjadi primadona berikutnya sejak tahun 2008 Hal ini juga didorong oleh program pemerintah yang menargetkan Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke 2 pada tahun 2016 setelah Pantai Gading Di era Kakao inilah perekonomian masyarakat Pulau Sebesi meningkat cukup pesat Dalam 1 tahun rata rata tiap luasan 1 Ha kebun kakao menghasilkan 1 1 5 Ton biji kering kakao Sehingga hasil keseluruhan biji kering kakao dari Pulau Sebesi mencapai lebih dari 100 ton per bulan atau 1000 ton per tahun Satwa suntingLetusan Krakatau tahun 1883 telah memusnahkan seluruh satwa yang ada di Pulau Sebesi 14 Lalu untuk pertama kalinya Haji Djamaloedin membawa hewan hewan ternak seperti kuda kambing dan sapi 14 Sedangkan penelitian terhadap satwa baru dilakukan pada tahun 1920 oleh 2 ilmuwan Dr W van Leeuwen dan Dr K W Dammerman dari Buitenzorg Musem Museum Bogor 12 15 Babi hutan merupakan satwa hama utama bagi warga Pulau Sebesi Pada sekitar tahun 1930 Belanda membawa dan memelihara sejumlah babi hutan di pulau ini yang akhirnya berkembang biak secara liar Oleh para pemburu dan tokoh masyarakat jumlah babi hutan di pulau ini diperkirakan lebih dari separuh jumlah penduduk Pulau Sebesi Desa Dusun suntingPulau Sebesi terdiri dari 1 desa dan 4 dusun utama dan beberapa dusun kecil yang berada dibawah naungan dusun utama Empat dusun utama tersebut adalah Dusun Bangunan Dusun Inpres Dusun Segenom dan Dusun Regahan Lada 16 Sebelum menjadi desa sendiri Pulau Sebesi masih berada dalam naungan kampung Raja Basa Saat itu kampung Raja Basa dipimpin oleh kepala marga Pesisir Pangeran Warta Manggala II anak dari Pangeran Minak Putra Desa Tejang sunting Pada tahun 1958 Muhammad Saleh Ali anak dari Haji Djamaloedin memisahkan Pulau Sebesi dari kampung Raja Basa dan membentuk desa sendiri dengan nama Tejang Peristiwa ini diketahui dan disahkan oleh kepala Marga Pesisir Pangeran Marzuki Manggala anak dari Pangeran Warta Manggala II Nama Tejang berasal dari bahasa Lampung Khejang Tijang yang berarti Panjang Sehingga Desa Tejang berarti Desa yang panjang Sebutan Tejang biasanya mengacu pada wilayah yang mencakup 2 dari 4 dusun utama yaitu Dusun Inpres dan Dusun Bangunan Dusun Regahan Lada sunting Salah satu area yang dijadikan tempat menanam lada oleh masyarakat pada masa penguasaan Pangeran Cecobaian saat mendapat perintah dari Sultan Banten untuk menanam 500 batang pohon lada per kepala terletak di Pulau Sebesi Masyarakat pada masa itu menyebut nama kebun lada tersebut dengan sebutan Reghan baca Kheghan Lada atau yang dalam bahasa Lampung Pesisir berarti Tempat Pemberhentian Lada Meski kini tak dapat dijumpai lagi pohon lada di tempat itu tetapi tempat dimana dahulu terdapat perkebunan lada tersebut tetap menggunakan nama Regahan Reghan Lada sebagai nama Dusunnya Dusun Regahan Lada termasuk dusun utama yang menaungi beberapa dusun kecil seperti Dusun Syanas Teluk Baru Gubug Seng Lawang Kori dll Dusun Segenom sunting Ada dua teori mengenai asal usul nama dusun Segenom yaitu Berasal dari bahasa Belanda yaitu Den Eigendom yang kadang ditulis s Eigendom yang berarti Properti Berasal dari campuran bahasa Lampung sai satu dan Belanda Eigendom kepemilikan yang berarti satu kepemilikan Kedua teori diatas tentu cocok bila dikaitkan dengan Pulau Sebesi yang sejak dahulu merupakan harta properti milik satu orang Dusun Segenom menaungi sejumlah dusun kecil seperti Dusun Ujung Cukuh Salai dll Masyarakat suntingBerdasarkan data sensus tahun 2011 Pulau Sebesi saat ini terdiri dari 771 kepala keluarga dengan jumlah penduduk mencapai 2911 jiwa Jumlah itu terdiri dari 1636 laki laki dan 1277 perempuan Sejarah sunting Sebelum meletusnya Krakatau penduduk Pulau Sebesi hampir seluruhnya berasal dari pesisir Di luar itu juga terdapat beberapa orang dari Banten yang ikut tinggal di Pulau Sebesi Masyarakat saat itu rata rata bekerja sebagai petani karet lada dan kelapa serta pengolahan hasil kayu dari hutan Meski tidak banyak tetapi sebagian kecil warga bertani sarang burung walet Pasca beralihnya kepemilikan Pulau dari Pangeran Minak Putra kepada Hadji Djamaloedin beberapa penduduk pesisir yang selamat datang ke pulau itu untuk bekerja sebagai buruh tanam kelapa Namun gelombang masuknya penduduk ke Pulau Sebesi baru benar benar dimulai tahun 1913 Saat itu beberapa rombongan dari Banten datang dan meminta izin untuk menanam kepada Hadji Djamaloedin Penduduk Pulau Sebesi yang bersuku Banten saat ini hampir seluruhnya merupakan keturunan dari pendatang tahun 1913 Demografi sunting Penduduk Pulau Sebesi terdiri dari suku Banten 60 Lampung 30 dan sisanya Jawa Sunda NTT dll Warga pulau ini seluruhnya menganut agama Islam dan terdapat 3 masjid dan 2 mushola Sebagian besar penduduk beerja sebagai petani meskipun sebagian ada pula yang bekerja sebagai awak kapal berdagang montir guru dan lain sebagainya Berdasarkan data tahun 2002 sebanyak 1659 dari penduduk usia sekolah sampai lanjut usia telah berpendidikan minimal sekolah dasar Persentase warga yang berpendidikan SD sebesar 78 7 1305 jiwa Sekolah Menengah Pertama sebesar 15 8 262 jiwa Sekolah Menengah Atas sebesar 5 83 jiwa dan perguruan tinggi sebesar 0 5 9 jiwa 16 17 Perekonomian sunting Kehidupan masyarakat Sebesi saat ini dapat dikatakan cukup mengalami peningkatan karena Pendapatan yang cukup tinggi dari hasil penjualan biji kering kakao Infrastruktur jalan jalur utama dalam kondisi baik yang dapat dilalui oleh mobil sehingga memudahkan pengangkutan hasil bumi menuju dermaga Dukungan terhadap 2 hal diatas menyebabkan cukup tingginya daya beli masyarakat hingga dalam rata rata tiap rumah mampu membeli 1 buah sepeda motor Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang melalui strategi marketing dan promosi online Tiap minggunya minimal 100 wisatawan datang ke Sebesi Keempat hal diatas menyebabkan munculnya bentuk bentuk usaha pendukung seperti bengkel warung bensin warung makan warung kelontong penginapan villa jasa pemandu jasa antar barang penyewaan alat selam permukaan snorkeling bertambahnya jumlah kapal motor dan permintaan jumlah awak kapal meningkat Pada tahun 2011 rata rata setiap keluarga mampu mendapat penghasilan rata rata minimum Rp 2 000 000 per bulan 18 Politik amp Pemerintahan suntingStruktur Pemerintahan sunting Pulau Sebesi yang termasuk dalam wilayah administrasi Desa Tejang dipimpin oleh seorang Kepala Desa Masyarakat setempat yang kebanyakan berdarah Banten biasa memanggil kepala desanya dengan sebutan Jaro Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa Selain itu kepala desa dibantu oleh sejumlah Kepala Urusan Kaur di sejumlah bidang seperti Pemerintahan Kependudukan Pembangunan dan lain lain Dalam menjalankan tugasnya Kepala Desa juga dibantu oleh Kepala Dusun yang membawahi masing masing Dusun Kepala Dusun dibantu oleh Ketua RT Tidak ada RW Rukun Warga di Desa Tejang Infrastruktur suntingPada tahun 2002 perkerasan jalan di Pulau Sebesi mulai dibangun dengan material paving blok Awalnya pembangunan paving ini hanya meliputi Dusun Bangunan dan Dusun Inpres saja Lalu pada tahun 2004 mulai dibangun pula perkerasan jalan dari Dusun Inpres menuju Dusun Regahan Lada Pembangunan perkerasan jalan terus berlanjut hingga mencapai Dusun Segenom pada tahun 2012 Terdapat 3 dermaga semi permanen di Pulau Sebesi Pada tahun 2013 Pemkab Lampung Selatan dan Kementrian Perhubungan membangun dermaga beton yang mampu memfasilitasi kapal ferry Pembangunan dermaga ini bertujuan untuk menjadikan Pulau Sebesi sebagai tujuan wisata terutama pada setiap Festival Krakatau Bahkan saat ini di pulau Sebesi sedang dibangun dermaga yang bisa disandari kapal pesiar Yansen Mulya Kepala Dinas Parawisata Seni dan Budaya Kabupaten Lampung Selatan 2013 Tribun Lampung Untuk menuju Pulau Sebesi dapat melalui pelabuhan Canti di Kecamatan Raja Basa Lampung Selatan Dari pelabuhan Canti disediakan moda transportasi berupa kapal motor terbuat dari kayu dengan tarif sebesar Rp 20 000 orang untuk 1x penyeberangan Waktu tempuh dari pelabuhan Canti ke Sebesi atau sebaliknya rata rata sekitar 1 5 jam Jadwal penyeberangan kapal motor dari Sebesi ke Canti dan umumnya hanya ada 1 kali waktu penyeberangan per hari Setiap hari pukul 07 00 pagi Dari Sebesi ke Canti Setiap hari pukul 13 00 siang Dari Canti ke Sebesi Calon penumpang yang ingin membawa sepeda motor dapat membawa naik sepeda motornya ke atas kapal dengan dikenakan tarif Rp 15 000 sepeda motor Fasilitas listrik di Pulau Sebesi pada wilayah dusun dusun utama disediakan oleh PLN Namun fasilitas tersebut umumnya hanya dapat dinikmati mulai pukul 18 00 24 00 WIB Hal ini disebabkan oleh akses Pulau Sebesi yang tak dapat dijangkau oleh sambungan listrik dari darat pesisir sehingga Pulau Sebesi menggunakan generator listrik sendiri berupa PLTD Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dari PLN Di pulai ini terdapat beberapa sarana pendidikan yang mencakup 3 buah Taman Kanak Kanak 1 Sekolah Dasar Negeri 1 Sekolah Menengah Pertama Swasta SMP Swadhipa dan 1 Sekolah Menengah Atas SMA Kelautan Swadhipa Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan warga terdapat 1 buah Pusat Kesehatan Desa Puskesdes di Pulau Sebesi yang dikelola oleh 1 orang mantri Pariwisata suntingPengembangan pariwisata Pulau Sebesi sudah dimulai sejak tahun 1970an Saat itu penduduk Desa Tejang mendirikan permukiman di wilayah pinggir pantai Lalu Muhammad Saleh Ali memerintahkan agar warga mendirikan rumah baru di lokasi yang telah disiapkan Dalam kurun waktu 10 tahun warga memindahkan rumahnya ke lokasi yang berjarak 100 meter dari bibir pantai utama Desa Tejang Pembangunan tahap berikutnya dilakukan pada tahun 1993 yaitu dengan membangun 2 buah penginapan bergaya rumah adat Lampung serta pusat perbelanjaan yang oleh masyarakat setempat sering disebut Pesanggrahan Kantin Setelah diperjuangkan selama 15 tahun akhirnya pariwisata di Pulau Sebesi mengalami kemajuan yang cukup pesat Meski visi pariwisata Pulau Sebesi yang pada awalnya mengarah ke segmen kelas atas tidak terwujud tetapi dengan pangsa pasar segmen menengah komunitas backpacker mampu memberi efek domino terhadap perekonomian masyarakat setempat Sejak tahun 1980 an Pulau Sebesi menjadi tempat favorit bagi wisatawan yang memiliki hobi menembak Tahun 2011 di pulau ini terindikasi terdapat lebih dari sekitar 1500 ekor babi hutan yang hidup di bagian puncak gunung Harta Karun suntingLetusan besar Krakatau telah memusnahkan seluruh penduduk Sebesi beserta harta bendanya Namun warga masih sering menemukan harta karun yang terkubur saat sedang menggali sumur atau membuat pondasi rumah Beberapa harta karun yang berhasil ditemukan antara lain Siger emas mangkuk koin Belanda keramik dan piring berusia ratusan tahun Hingga kini warga Sebesi kerap menemukan peninggalan yang terkubur seperti perhiasan pecahan keramik dan koin Belanda Bahkan beberapa warga juga menemukan kerangka manusia Salah seorang warga Hayun 39 mengatakan peninggalan itu biasa ditemukan saat menggali sumur di kedalaman 6 8 meter Kompas comReferensi sunting a b c d Helfrich O L 1930 Adatrechtbundels XXXII Zuid Sumatra Diarsipkan 2013 12 14 di Wayback Machine hlm 233 241 s Gravenhage Martinus Nijhoff Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Pendidikan Pahlawan Nasional Radin Intan II Leaflet 2004 Nederlands Indie 1864 Besluiten van den Gouvernement 6 April 1864 Staatblad No 54 1864 Diarsipkan 2013 12 14 di Wayback Machine a b Perbatasari RG 2012 Bandakh Marga Raja Basa Pesisir Kalianda Lampung Selatan a b Nieuwe Amsterdam Courant Algemeen Handelsblad No 32239 De Koning van Sebesi hal 9 Nederlands 1926 a b De Indische Courant No 64 Uit de Lampongs Poelau Seboekoe en Sebesi hal 6 Nederlands Indie 1934 Java Bode No 266 Officieele Berichten Civiel Departement hal 5 Nederlands Indie 1888 Het Nieuws Van Den Dag No 193 Mach van Adatrechten en Legenden hal 17 Nederlands Indie 1936 De Sumatra Post No 201 Adatrechten en Legenden hal 11 Nederlands Indie 1936 Mahkamah Agung Republik Indonesia Putusan No 1757K SIP 1978 Mahkamah Agung Republik Indonesia Putusan No 3013K PDT 2009 Diarsipkan 2013 12 15 di Wayback Machine a b c d Thornton Ian W B Krakatau The Destruction and Reassembly of an Island Ecosystem hal 128 New York Harvard College 1996 ISBN 978 0 674 50572 8 Proatin Kalianda Putusan No 25 Tertanggal 5 Juli 1906 a b Dammerman K W The Fauna of Krakatau Verlaten Island and Sebesy Treubia 3 1922 pp 61 112 1 map Wheeler William Morton 1924 Ants of Krakatau and Other Islands In The Sunda Strait Bussey Institution Boston Mass EXTRAIT DE TREUBIA VOL V LIVR 1 3 a b Wiryawan Budi Profil Sumber Daya Pulau Sebesi hal 15 USAID 2002 Wiryawan Budi Rencana Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya Pulau Sebesi hal 19 USAID 2002 Kompas com Ekspedisi Cincin Api Di Bawah Bayangan Krakatau Diarsipkan 2013 12 15 di Wayback Machine Tri Wahono 2011 11 2 Kompas com Diakses pada 1 Januari 2013Daftar Pustaka suntingPerbatasari RG 2012 Bandakh Marga Raja Basa Pesisir Kalianda Lampung Selatan Bataviaasch Nieuwsblad 1932 Executorial Verkooping page 3 Uitreksee uit het Register der Besluiten van den Resident der Lampongsche Districten 1938 Surat Keputusan Kepala Desa Tejang Pulau Sebesi Nomor 140 03 KD TPS 16 01 XI 2002 pranala nonaktif permanen Pernamasari Rieke 2006 Adu Besi Di Pulau Sebesi Teknokra Pulau Inji Benyak No 208 hlm 24 42 Juli September Lampung Universitas Lampung Reproductiebedrijf Topografische Dienst Batavia 1932 Poelau Sebesi opgenomen door den Topografischen Dienst in 1908 1910 Schaal 1 100 000 Pranala luar suntingKompas Ekspedisi Cincin Api Dibawah Bayangan Krakatau Diarsipkan 2013 12 15 di Wayback Machine Diakses 15 Desember 2013 Tribun Lampung Pemkab Dituntut Ganti Rugi Rp 64 562 Miliar Diakses 16 Desember 2013 Lampung Post Warga Minta Status Hak Tanah Pulau Sebesi Diperjelas pranala nonaktif permanen Diakses 15 Maret 2014 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Pulau Sebesi amp oldid 25111789