www.wikidata.id-id.nina.az
Kutha Lasem Argasoka atau Kekuwuan Lasem adalah nama sebuah kota kuno kekuwuan yang berdiri di bekas reruntuhan Kerajaan Pucangsula pada abad ke 9 negeri Pucangsula diperkirakan hilang akibat bencana alam pada masa meletusnya Gunung Sangkapura di sebelah timur Pulau Bawean juga akibat meletusnya Gunung Muria di sebelah barat Pulau Muria Pulau Maura Muryapada Sebenarnya Kutha Lasem ini tidaklah yang pertama berdiri di tanah Nusa Argapura Sebelumnya pernah berdiri Kedhatuan Tanjungputri yang terletak di utara timur Pegunungan Lasem Argapura sekitar desa Tanjungsari sekarang dan juga Kerajaan Pucangsula yang terletak di pesisir barat Pegunungan Lasem yang terkenal dengan armada laut wanitanya yang kuat dan kejam Tanjungputri menjadi desa kecil penduduknya mengungsi membuka desa baru di tempat lain dan Kerajaan Pucangsula hilang akibat bencana alam Kekuwuan Lasem menempati tanah bekas lautan di dataran rendah sebelah barat lereng Pegunungan Lasem yang mengalami pengendapan dan pendangkalan akibat bencana alam gunung meletus gempa bumi tanah longsor sedimentasi Kota kuno ini didirikan oleh Ki Welug yang bergelar Rangga dan mendapatkan nama kehormatan Widyabadra sehingga orang menyebutnya Ki Rangga Widyabadra Ia mendapat gelar tersebut karena menyelesaikan masa belajarnya di padepokan Gambiran oleh Bhikku Gam Swi Lang Kekuwuan ini runtuh akibat serangan pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada untuk menaklukkan daerah Lasem Kutha Lasem Argasoka882 1351Ibu kotaBanjar Karanggan LasemBahasa yang umum digunakanJawa Kuno SanskertaAgamaKejawen Hindu Syiwah Buddha KanungAkuwu 882 920Ki Welug Mpu Rangga Widyabadra 1345 1351Mpu MetthabadraSejarah Ki Welug Mpu Rangga Widyabadra mendirikan Kutha Lasem882 Mpu Metthabadra ditaklukkan Majapahit lalu Duhitendu Dewi dilatik menjadi Bhre Lasem1351Didahului oleh Digantikan olehkrj KerajaanPucangsula krj KerajaanLasemSunting kotak info Lihat BicaraBantuan penggunaan templat ini Daftar isi 1 Nama 2 Membuka hutan dan semak barat Argasoka 3 Ki Welug mendapat gelar kepujanggaan 4 Membangun Kutha Lasem Argasoka 5 Pemberontakan Ra Semi 6 Tokoh 7 Peninggalan 8 Lihat Pula 9 Kepustakaan 10 Pranala luarNama suntingMenurut naskah Sejarah Kawitane Wong Jawa lan Wong Kanungyang ditulis oleh Mbah Guru nama Lasem diambil dari nama Kamala dan Bekasem Manisan buah Kamala dan olahan Bekasem ini diajarkan oleh Ki Welug Mpu Rangga Widyabadra meninggal tahun 920M kepada masyarakat Banjar Karanggan dan sekitarnya banjar desa besar Ada versi lain yang menyebutkan bahwa Lasem berasal dari kata Alas Asem maupun versi lain yaitu Lasem berasal dari kosakata Tiongkok Lao Sam yang konon artinya adalah hutan jati karena memang dahulu sampai sekarang Lasem terkenal sebagai penghasil kayu jati berkualitas tinggi Membuka hutan dan semak barat Argasoka suntingSetelah beberapa masa setelah meletusnya gunung di Sangkapura Bawean berbondong bondong masyarakat Kanung sangkan gunung dari daerah Criwik dan Sindawaya rombongan ini turun gunung dan membuka lahan pemukiman di sebelah barat Pegunungan Lasem yang kala itu masih berupa rawa rawa dan hutan belantara Tokoh yang berperan penting dalam rombongan tersebut adalah Ki Wekel dan Ki Welug Mereka adalah kakak beradik dan kemungkinan mereka adalah orang orang berpengaruh di kalangan masyarakat Kanung di sekitar Dataran Criwik hingga Sindawaya Alasannya mereka yang memimpin suatu kelompok masyarakat apalagi di zaman kuno adalah mereka yang berperan penting di dalam masyarakat orang yang dituakan orang bijaksana serta cerdas disegani dan mereka yang dianggap mampu memimpin masyarakat agar menjadi lebih baik Saat sampai di dataran baru tersebut rombongan pun akhirnya terbagi 2 Mereka yang ikut Ki Wekel membuka perkampungan di sebelah barat Sungai Lasem tepatnya di bumi Tegalamba Karas sedangan Ki Welug membuka perkampungan di barat Gunung Argasoka Tapaan tepatnya di bumi Sumbersili Rombongan Ki Wekel mengadu nasib menjadi Tani pokol mereka menanam jagung kodhok kacang tholo dan telo elung Perkampungan yang mereka dirikan ini disebut Tegalamba dan Karas Karasmula Karasgedhe Karaskepoh Rombongan lain yang dipimpin oleh adik Ki Wekel yaitu Ki Welug enggan untuk membuka perkampungan terlalu jauh dari daerah asalnya Mereka membuka kampung di sekitar lereng Gunung Bugel dan Gunung Gebang serta daerah di lembah sebelah barat Peg Lasem yang tanahnya banyak terdapat sumber mata air dan airnya menggenangi daratan sehingga menjadi rawa rawa di sini banyak terdapat ikan kutuk ikan gabus dan ikan sili yang ukurannya besar besar Dari sanalah masyarakat tersebut menyebut daerah ini Sumbersili Mereka hidup sebagai Tani ngothek hidup dengan mengunduh buah buahan yang ada di hutan serta menangkap ikan ikan di rawa rawa Menurut mereka titah manusia itu sudah memiliki rejekinya sendiri sendiri ketika terlahir di dunia ini yang menanam jambu kluthuk itu Semut getem yang membawa biji jambu kluthuk lalu diletakkan di sarangnya di bawah batu Codhot Kalong dan Kelelawar membawa buah buah pelok dan beton kemudian kotorannya berceceran sehingga biji yang mereka makan tersebut tumbuh di mana mana Maka tak ada caranya orang orang Tani ngothek itu untuk repot repot menanam pepohonan buah buahan itu semua sudah tumbuh dengan sendirinya di mana mana ikan ikan itu semua sudah berkembang biak dengan sendirinya Manusia tidak perlu menanam maupun beternak ikan tinggal mengambil saja yang alam berikan tinggal mengunduh tinggal memasang wuwu bubu Dengan kedua pemikirannya yang berbeda mereka berdua akhirnya membawa masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik Mengolah hasil alam mensyukuri apa yang alam berikan kepada mereka hidup berdampingan dengan alam serta menjaga kelestarian alam di mana mereka hidup Hamemayu hayuning bawana Mereka hidup berdampingan rukun dalam suasana yang asri dan tenteram Di tanah yang penuh dengan mata air yang melimpah di tanah yang rawa rawanya menyediakan ikan yang melimpah di tanah yang menyediakan buah buahan yang melimpah di tanah yang subur dan memberikan hasil panen yang melimpah Di tanah ini beberapa masa ke depan menjadi tanah yang membawa peradaban besar Ya di sinilah kelak Kota Lasem terlahir dan menjadi negeri yang menyimpan banyak cerita Ki Welug mendapat gelar kepujanggaan suntingBeberapa tahun sudah Ki Welug tinggal di bumi Sumbersili Kampung ini semakin lama semakin maju dan semakin ramai Sekitar tahun 870 M seseorang dari Negeri Siam mendarat di pesisir barat Gunung Argasoka tepatnya di Sunglon ereng erenge Pongol pesisir tersebut dan membuat permukiman di sana Seiring berjalannya waktu kampung tersebut diberi nama Pereng Dia yang datang dari Thailand Negeri Siam itu adalah seorang Bhikku Buddha bernama Gam Swi Lang Ia dan masyarakat Kanung yang tinggal di situ kemudian membangun Sanggar dan Pasraman di daerah selatan Pereng menghadap ke barat Masyarakat menyebut Pasraman itu Gambiran diambil dari nama Gam Swi Lang berubah pelafalan menjadi Gambiran Eyang Gam Swi Lang mengajarkan ajaran Buddha Kanung Rombongan Gam Swi Lang dan masyarakat Kanung banyak yang menikah dan hidup rukun berdampingan Pada tahun 880 M tepatnya 10 tahun semenjak Eyang Gam Swi Lang mendarat di Pereng Ki Welug menemui Bhikku Gam Swi Lang untuk belajar ilmu Agama Buddha dan ilmu ilmu lainnya Setelah mengenyam banyak ilmu dan dianggal lulus Ki Welug diwisuda sebagai Pujangga dan mendapat gelar kapujanggan yaitu Mpu Widyabadra Setelah pulang ke tempat tinggalnya ia mengajarkan Ilmu Karya kepada masyarakatnya Orang orang Sumbersili diajarinya membuat makanan unik yaitu 1 Manisan yang dibuat dari Buah Kemala yang diberi gula 2 Olahan lauk pauk yang dibuat dari ikan rawa yang sudah dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam klething wadah ditumpuk tumpuk bersama nasi jagung dan garam kemudian diperam 5 hari sampai terjadi fermentasi dan baunya busuk Makanan ini dinamakan Bekasem atau Masin Masyarakat membuatnya bothok dan dicampur dengan krambil muda yang sudah diparut dijadikan lauk dimakan bersama nasi jagung dan sayur elung atau sayur asem kangkung Setelah makan mereka bersendawa sambil berseru Hwaeeek Aduh Semboook segere Kemudian mereka memakan manisan Kemala sambil bersantai tanpa pakaian atas karena keringatnya gemrobyos diterpa angin semilir dari Gunung Bugel membawa aroma bunga bunga yang harum menenangkan pikiran Orang orang Tani ngothek Sumbersili diajak Ki Welug untuk membuat batu bata berukuran besar dibuat tembok untuk menanggul sumber mata air yang luber membanjiri desa Air tersebut dialirkan menuju Sungai Semangu dan Kemandhung lalu merembet ke Sungai Tegalamba dan menuju rawa Narukan Selain itu Ki Welug juga mengajarkan masyarakat menjadi Kundhi membuat gerabah Daerah tempat tinggal para Kundhi itu diberi nama Kundhen Selain itu masyarakat juga diajarkan menjadi Pandhe tempat tinggalnya diberi nama Pandheyan Wanita wanita kampung Kundhen diajari membuat Ampo makanan dari tanah liat yang bahan tanah liatnya didapat di sekitar Palwadhak lereng utara Gunung Bugel yang terdapat lempung kete kuning yang apabila dibuat Ampo rasanya agak gurih Sementara itu Tani pokol Tegalamba diajarkan cara menanam Padi yang tanpa membutuhkan banyak air Bibitnya didapat dari sumbangan orang orang Siam padi itu dinamakan Pari Gaga rancah Beras yang dihasilkan disebut Krōtōg Membangun Kutha Lasem Argasoka suntingOrang orang Tani pokol dan Tani ngothek yang dipimpin Mpu Widyabadra tersebut merasa guyub dan senang sekali Masyarakat lalu mengangkat Ki Welug Widyabadra menjadi Rangga Pemimpin Karya Dia lalu pindah dan membuat tempat tinggal baru yang dinamai Keranggan Tak menunggu waktu lama desa tersebut menjadi semakin ramai seperti kota besar Kemudian daerah itu dinamakan LASEM Ketika daerah itu ditetapkan menjadi KOTA LASEM di musim Bedhidhing diadakan upacara agung Mpu Rangga Widyabadra membuat Candrasengkala untuk mengingat momen tersebut yaitu Akarya kombuling manggala Akarya 4 kombuling 0 manggala 8 Membaca tahun Candrasengkala adalah dengan dibalik angkanya jadinya adalah 804 Artinya KOTA LASEM didirikan oleh Ki Welug Rangga Widyabadra pada tahun 804 Caka 882 M Mpu Widyabadra meninggal dunia pada tahun 920 M dan abu jenazahnya disemayamkan bersama para leluhurnya di Pundhen Tapaan Gunung Argasoka Tapaan Pemberontakan Ra Semi suntingKidung Sorandaka menyebutkan pada tahun 1316 M ayah Patih Nambi yang bernama Pranaraja meninggal dunia di Lumajang Tokoh Ra Semi ikut dalam rombongan pelayat dari Majapahit Kemudian terjadi peristiwa tragis di mana Nambi difitnah melakukan pemberontakan oleh seorang tokoh licik bernama Mahapati Raja Majapahit saat itu adalah Jayanagara putra Raden Wijaya Karena telanjur percaya kepada hasutan Mahapati ia pun mengirim pasukan untuk menghukum Nambi Saat pasukan Majapahit datang menyerang Ra Semi masih berada di Lamajang bersama anggota rombongan lainnya Mau tidak mau ia pun bergabung membela Nambi Akhirnya Nambi dikisahkan terbunuh beserta seluruh pendukungnya termasuk Ra Semi Pararaton menyebutkan pada tahun 1318 M Ra Semi melakukan pemberontakan terhadap Majapahit Berita ini cukup berbeda dengan naskah Kidung Sorandaka yang menyebutkan Ra Semi tewas membela Nambi tahun 1316 M Pararaton mengisahkan secara singkat pemberontakan Ra Semi terhadap pemerintahan Jayanagara Pemberontakannya itu ia lakukan di daerah Lasem Akhirnya pemberontakan kecil ini dapat ditumpas oleh pihak Majapahit di mana Ra Semi akhirnya tewas dibunuh di bawah pohon kapuk Pernyataan menurut kitab Pararaton tersebut mirip dengan apa yang ada di sekitar Ngeblek Ngargomulyo dimana terdapat makam tokoh besar tokoh agung di bawah pohon randu kapuk Namun keadaan sekarang karena proses islamisasi maka masyarakat sekitar menamai makam itu dengan nama Islam Sungguh hal yang disayangkan Tokoh suntingMpu Rangga Widyabadra Ra Semi Mpu MetthabadraPeninggalan suntingBelum ditemukan secara pasti terkait bukti fisik Kekuwuan Lasem namun yang bisa kita lihat sampai saat ini adalah Pertapaan Argasoka di Gunung Tapaan sebelah barat Vihara Ratanavana Arama Sendangcoyo Di sana terdapat Punden Tapaan yang berdiri tugu nisan bertuliskan nama nama tokoh yang diperabukan dan ditempatkan di sana mulai dari Reliqnya Dhatu Kie Seng Dhang Sindang Dhatu Tanjungputri Abu jenazah Dhatu Hang Sam Badra Bhadrawarman raja pertama Pucangsula Abu jenazah Dattsu Sie Ba Ha Dewi Sibah putri Hang Sam Badra Abu jenazah Mpu Rangga Widyabadra Ki Welug pendiri Kutha Kekuwuan Lasem dan yang terakhir adalah Tumenggung Wilwatikta Mpu Pangeran Santibadra Tumenggung Wilwatikta Penulis Kitab Sabda Badra Santi Pendeta Buddha Kanung ayah biologis Kalijaga Perkampungan Karas Desa Karasgede Dukuh Tegalamba utara desa Karasgede mungkin juga Desa Karaskepoh Dukuh Karasjajar Doropayung daerah satu kawasan ini semua memakai awalan Karas seperti yang disebutkan dalam cerita tentang rombongan Ki Wekel yang membuka permukiman di daerah Karasmula Perkampungan Karanggan kini masuk desa Sumbergirang tepatnya di kampung sebelah utara Sungai Kemendung Perkampungan Pereng dan Gambiran konon Gambiran berasal dari kata Gam Swi Lang guru Mpu Rangga Widyabadra Kini merupakan kawasan pecinan di Soditan Lihat Pula suntingKerajaan PucangsulaLasemKerajaan LasemKepustakaan suntingMbah Guru 1996 Sejarah Kawitane Wong Jawa lan Wong Kanung Pranala luar suntinggilangsuryas wordpress com Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkan kategori Tag ini diberikan pada Februari 2023 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Kekuwuan Lasem amp oldid 22823596