www.wikidata.id-id.nina.az
Keresidenan Manado bahasa Inggris Manado Residency bahasa Belanda Residentie Manado adalah salah satu karesidenan di bawah Gubernemen Grote Oost Hindia Belanda yang dibentuk pada tanggal 1 Januari 1926 Ibu kota karesidenan terletak di Kota Manado Keresidenan Manado terdiri dari tiga afdeling distrik yaitu Afdeling Manado Afdeling Gorontalo dan Afdeling Midden Celebes Sulawesi Tengah Pada tahun 1910 saat seluruh bagian Sulawesi Tengah telah jatuh di bawah kekuasaan Hindia Belanda pemerintah kolonial di Keresidenan Manado mulai mengontrol dan menerapkan sistem pajak terhadap populasi masyarakat yang berjumlah hampir 1 juta jiwa di daerah yang berukuran setara dengan Portugal ini 1 Keresidenan Manado berakhir saat pendudukan Jepang di Indonesia dimulai Bagaimanapun arsip kolonial dari Keresidenan Manado sebuah rekaman sejarah publik yang disimpan oleh pemerintah kolonial selama setidaknya dua setengah abad hilang Seorang pria tua yang bekerja di kantor Dewan Minahasa bahasa Belanda Minahassaraad saat berkunjung ke kantor Residen menyaksikan beberapa perwira kolonial Belanda yang membakar kertas kertas arsip tersebut 2 Daftar isi 1 Penolakan istilah Toraja di Sulawesi Tengah 1 1 To Lamusa 1 2 Legenda dan Tradisi Bare e 2 Residen 3 Referensi 3 1 SumberPenolakan istilah Toraja di Sulawesi Tengah SuntingBugis dan To Luwu adalah masyarakat yang pertama kali menolak penyebutan Toraja untuk Umat Kristen di Sulawesi Selatan dan hal tersebut diakui oleh Makkole dan Maddika Luwu saat itu dan juga karena wilayah yang dihuni Suku Toraja adalah wilayah Kerajaan Luwu yang mana wilayah kerajaan Luwu mulai dari Selatan Pitumpanua ke utara Morowali 3 dan dari Tenggara Kolaka Mengkongga sampai ke seluruh wilayah Tana Toraja oleh karena itu To Luwu menolak terhadap istilah Toraja Toradja untuk penyebutan Umat Kristen di Sulawesi Selatan Penolakan atas istilah Toraja inilah yang membuat ragu masyarakat Sulawesi pada saat terjadi gerakkan Monangu Buaya oleh Kerajaan Luwu karena bunyi dari Monangu Buaya adalah sangat bertentangan dengan penolakan istilah Toraja Toradja yang terjadi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah karena bunyi dari Monangu Buaya Monangu Buaja adalah Semua Suku Toraja Toradja Stammen dan Umat Kristen di Tana Poso harus mendukung semua Budaya Luwu termasuk Monangu Buaya dan itu sangat tidak mungkin terjadi dimana sedang terjadi salah paham dan pengusiran antara pihak masyarakat Sulawesi Selatan yang menentang istilah Toraja ciptaan misionaris Belanda dan Budaya Luwu Monangu Buaya yang didukung misionaris Belanda dengan kata lain sedang terjadi permusuhan antara masyarakat Sulawesi Selatan dengan pihak misionaris Belanda sehingga semua masyarakat Sulawesi berkesimpulan bahwa gerakan menarik upeti Monangu Buaya Monangu Buaja krokodilzwemmen 4 adalah bukan dari Kerajaan Luwu tetapi Monangu Buaya adalah ciptaan misionaris Hindia Belanda Terbukti dari Monangu Buaya mengutip ayat dari Alkitab Injil yaitu dengan melihat kepada Tokoh Alkitab Injil yaitu sejarah kematian Lazarus yang menceritakan bahwa Baju Adat Inodo bukan bajunya umat kristen yang diwakili tokoh Lazarus 5 6 Permasalahan yang muncul kemudian adalah pengkaburan sejarah tana poso mengenai siapakah pemilik tana poso Karena tidak mungkin satu wilayah memiliki dua suku dan tidak mungkin juga satu wilayah dimiliki dua kerajaan yang berbeda yaitu Suku Bare e di pihak Kerajaan Tojo dan Toraja pamona kristen di pihak Kerajaan Luwu dan Kerajaan Luwu tidak memiliki bukti kepemilikan Tana Poso seperti Arajang 7 Kerajaan Tojo 8 Dan sekitar tahun 1905 pemerintah Hindia Belanda menduduki Buyumboyo dan setelah itu terjadi gerakan Misionaris besar besaran di wilayah Tana Poso yang dipimpin oleh Albertus Christiaan Kruyt Nicolaas Adriani dan Philip Heinrich Christoph Hofman To Lamusa Sunting Artikel utama Puumboto Skema To Lamusa dari Kerajaan Luwu tidak terbukti yaitu dari pernyataan Walter Kaudern yang menyatakan adapun kalau ditempati tanah tersebut sudah ditinggalkan dalam waktu yang lama sekali karena tanahnya seperti jurang yang sangat sulit untuk dibuatkan semacam rumah tempat tinggal karena berupa jurang sehingga pastilah orang akan beranggapan tanah yang dulunya merupakan hunian pemukiman penduduk setelah itu tempat hunian tersebut menjadi jurang pastilah orang beranggapan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena faktor bencana alam dan salah satunya adalah Gempa bumi dan di zaman moderen pernyataan tersebut dibuktikan dengan tidak adanya garis patahan gempa yang melewati wilayah tempat yang dulu dinamakan Lamusa di TandongKasa Tando Ngkasa desa Lamoesa dan Pantjawoe Enoe 9 Legenda dan Tradisi Bare e Sunting Di Poso tahun 1907 pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan taktik Politik pecah belah wilayah Suku Bare e yang sebelumnya hanya 4 wilayah yaitu ToRato Bongka ToLalaeyo ToTora u dan ToLage dipecah menjadi beberapa daerah baru seperti To Puumboto To Onda e To Pebato To Bancea dll dan setiap wilayah baru diangkat seorang pemimpin Landschap wilayah bentukkan Hindia Belanda yang berpangkat dalam Bahasa Bare e Mokole Bangke dan dalam hal taktik Politik pecah belah pemerintah Hindia Belanda bekerjasama dengan Misionaris Kristen dari Belanda Taktik Politik pecah belah oleh pemerintah Hindia Belanda tersebut yaitu dengan melakukan beberapa tradisi dari umat Kristen di Tana Poso untuk menyebarkan adat istiadat dan budaya Suku Bare e yang mempengaruhi suku suku di luar Suku Bare e yaitu tradisi mengatakan bahwa orang Sausu dan Parigi berasal dari daerah aliran sungai Poso setelah terjadi peristiwa Watu Mpogaa Konon mereka membawa tanaman sinagoeri dari Danau Poso Ceritanya semak ini menjadi pohon Pohon dari Danau Poso ini sekarang digunakan di Parigi sebagai tiang utama rumah kepala lanskap Namun patut diduga bahwa Orang Parigi aslinya berasal dari Teluk Palu begitu pula dengan masyarakat Ampibabo yang tinggal di sebelah utara mereka yang bahkan lebih murni memiliki ciri ciri kelompok Parigi Kaili 10 Begitu halnya dengan wilayah To Kulawi dengan mengatakan bahwa To Kulawi memiliki Tadulako yang berasal dari Roh Anitu roh perang 11 seperti halnya Suku Bare e di Grup Poso Tojo padahal yang sebenarnya hanya Suku Bare e lah yang percaya dan memiliki Roh Anitu dan Roh Anitu 12 berasal dari Bahasa Bare e sementara To Kulawi yang memiliki adat istiadat dan budaya Suku Bare e adalah To Kulawi bentukkan pemerintah Hindia Belanda yang seperti halnya orang orang parigi yang dibawa pemerintah Hindia Belanda dari pulau Jawa dan beragama Kristen Jadi seperti halnya tradisi Tanaman sinagoeri dari danau poso yang mempengaruhi orang Parigi supaya percaya bahwa orang parigi berasal dari Danau Poso Suku Bare e bukan dari Teluk Palu yaitu tempatnya Suku Kaili berasal seperti itulah Misionaris Kristen Belanda mempengaruhi dan mengajak suku suku di Sulawesi Tengah untuk mengenal agama Kristen dan konon tradisi dan budaya dari Suku Bare e ini jangkauan wilayahnya sampai ke wilayah Suku Mongondow di Sulawesi Utara terutama dalam hal Tari Moraego Tari Mokayori Baju Kulit Kayu Inodo Fuya dll hal tersebut bisa dibuktikan dengan peninggalan dokumen dokumen di zaman Hindia Belanda Tradisi dari umat Kristen di Tana Poso mengenai sausu dan parigi dipraktekkan oleh pemerintah Hindia Belanda yaitu mula mula dengan membawa orang orang dari pulau Jawa yang telah beragama Kristen ke wilayah Poso Tojo di Sulawesi setelah itu memaksakan suatu cerita Legenda atau tradisi dari Suku Bare e kepada suku selain Suku Bare e dan tahap akhir dari Misionaris Belanda di Sulawesi Tengah yaitu membawa orang orang yang telah beragama Kristen yang telah terpengaruh tadi dari daerah asalnya ke wilayah Wotu Luwu Timur dengan mengikuti Legenda Desa Pamona Watu Mpogaa 13 Residen SuntingTammo Petrus Adriaan Martheze 21 April 1817 November 1818 Johan Fredrik Roos November 1818 Juni 1824 Johannes Wenzel Juni 1824 1826 Daniel Francois Willem Pietermaat 10 Februari 1826 1827 Hugo Cornets de Groot 1827 13 Agustus 1827 Daniel Francois Willem Pietermaat 13 Agustus 1827 1832 Joan Pieter Cornelis Cambier 1832 Juni 1942 Johannis Benedictus Lodewijik Engelhard 16 Juni 1942 1843 Arnoldus Johannes Van Delden 1842 1843 Abraham Isaac Van Olpen 1843 1850 Reinier Carel Scherius 1850 1848 1851 Carel Pieter Brest van Kempen 1851 1852 Adrian Luberth Andriesse 1852 1853 Albert Jacques Frederic Jansen 1853 1859 Casparus Bosscher 1859 1861 Charles Jean Bosch 1861 1862 Michael Wilhelm Scheltema 1862 Willem Christiaan Happe 1862 1864 Frederik Justus Herbert van Deinse 1864 1871 Petrus van der Crab 1871 1875 Samuel Corneille Jean Wilhelm van Musschenbroek 1875 1876 Anthonie Hendrik Swaving 21 Januari 1876 1877 Peter Adriaan Matthes 1878 1881 F L Wattendorff Owen Mauritz de Munnick 1883 1885 Johannes Cornelis Wilhelmus Diedericus Adrianus van der Wyck 1885 1888 Marinus Cornelis Emanuel Stakman 1889 1892 Eeltje Jelles Jellesma 1892 1903 Steven Jan Matthijs van Geuns 1903 1906 Jacobus Koos van Hengel 1906 1910 Philippe Jules van Marle 1910 1914 Wilhelm Frans Johannes Kroon 1915 1919 Fredrik Hendrik Willem Johan Rijken Logeman 1919 1922 Jan Tideman 1922 Mei 1926 Harko Johannes Schmidt 1 Mei 1926 Maret 1930 Anton Philip van Aken 1930 1932 Frans Herman Visman 1932 1935 Jan Jongejans 1935 1936 M van Rhijn 4 Maret 1936 1941 Frederik Charles Hendrik Hirschmann 31 Mei 1941 1942 Referensi Sunting Henley David Conflict Justice and the Stranger King Indigenous Roots of Colonial Rule in Indonesia and Elsewhere PDF Universitas Stanford hlm 12 Diakses tanggal 25 November 2016 line feed character di title pada posisi 41 bantuan Lapian A B Personal Reflections on the Japanese Occupation in Indonesia PDF Universitas Kyoto hlm 214 Diakses tanggal 25 November 2016 KEDATUAN LUWU WILAYAHNYA HANYA SAMPAI MOROWALI KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH 1 Sumber buku POSSO LIHAT amp DOWNLOAD HALAMAN 151 MONANGU BUAJA krokodilzwemmen menyatakan Monangu buaya yaitu budaya ciptaan Misionaris Belanda dengan meminjam nama dari Kerajaan Luwu 2 Diakses 30 Juni 2023 POSSO LIHAT amp DOWNLOAD HALAMAN 151 MONANGU BUAJA krokodilzwemmen kematian Lazarus yang berbaju apa adanya To Lampu berbeda dengan Baju Mewah atau Baju Inodo yang milik dari Suku Bare e Bare e Stammen 3 Aragon 2000 hlm 2 DERIJKSSIERADEN VAN TODJO De Bare e Sprekende de Toradja van midden celebes jilid 1 halaman 75 83 4 Buku POSSO HALAMAN 151 Monangu buaja krokodilzwemmen 5 Peta Patahan Sesar gempa di Sulawesi 6 VERSPREIDING VAN DE POSSO SCH TODJO SCHE GROEP page 6 7 Chapter TADOELAKO TO KOELAWI 8 De Bare e Sprekende de Toradja van midden celebes jilid 1 halaman 285 DE GEESTEN INDEN DORP STEMPEL 9 LEGENDA DESA PAMONA DORP PAMONA halaman 5 10 Sumber Sunting Hulstijn Pieter van 1926 Van Heutsz en de buitengewesten Den Haag Luctor et Emergo OCLC 295723 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Keresidenan Manado amp oldid 24359779