www.wikidata.id-id.nina.az
Museum Benteng Vredeburg Jawa ꦩ ꦱ ꦪ ꦩ ꦧ ꦠ ꦮ ꦢ ꦧ ꦒ translit Musiyum Beteng Vredeburg adalah sebuah museum yang terletak di depan Gedung Agung dan Kraton Kesultanan Yogyakarta Sekarang benteng ini menjadi sebuah museum Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia Benteng Vredeburgꦧ ꦠ ꦮ ꦢ ꦧ ꦒ Terletak di Ngupasan Gondomanan Yogyakarta di IndonesiaBenteng VredeburgKoordinat7 48 01 S 110 21 58 E 7 800293 S 110 3661642 E 7 800293 110 3661642 Koordinat 7 48 01 S 110 21 58 E 7 800293 S 110 3661642 E 7 800293 110 3661642JenisBentengInformasi situsPemilikKesultanan Ngayogyakarta HadiningratOperatorBalai Pelestarian Cagar Budaya YogyakartaTerbuka untukumumYaKondisiDijadikan museumSejarah situsDibangun1787 1787 Harga Tiket Masuk Benteng Vredeburg yaitu Rp 3 000 orang dengan jam operasional setiap hari mulai pukul 07 30 16 00 WIB Daftar isi 1 Arsitektur 2 Sejarah 2 1 Tahun 1760 1765 2 2 Tahun 1765 1788 2 3 Tahun 1788 1799 2 4 Tahun 1799 1807 2 5 Tahun 1807 1811 2 6 Tahun 1811 1816 2 7 Tahun 1816 1942 2 8 Masa Jepang 2 9 Masa Kemerdekaan 2 9 1 1945 1970 an 2 9 2 Tahun 1977 1992 2 9 3 Tahun 1992 sampai sekarang 3 Koleksi Unggulan Museum Benteng Vredeburg 1 4 Galeri 5 Referensi 6 Pranala luarArsitektur SuntingBenteng ini dibangun sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan residen Belanda kala itu dengan dikelilingi oleh sebuah parit jagang yang sebagian bekas bekasnya telah direkonstruksi dan dapat dilihat hingga sekarang Benteng berbentuk persegi ini mempunyai bastion menara pantau di keempat sudutnya Sejarah SuntingPendirian Benteng Vredeburg berkaitan erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi Sultan Hamengku Buwono I kelak merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja raja Jawa waktu itu Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan agar diizinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi intimidasi penyerangan dan blokade Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga jaga apabila sewaktu waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan nbsp Sudut Barat Daya Museum Benteng Vredeburg dengan tiga patok yang berfungsi untuk meletakkan meriamTahun 1760 1765 Sunting Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta pada tahun 1760 atas permintaan Belanda Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar Di keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion Oleh sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayawisesa sudut barat laut Jayapurusa sudut timur laut Jayaprakosaningprang sudut barat daya dan Jayaprayitna sudut tenggara Menurut penuturan Nicolas Hartingh bahwa benteng tersebut keadaannya masih sangat sederhana Tembok dari tanah yang diperkuat dengan tiang tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren Bangunan di dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap ilalang Sewaktu W H Ossenberch menggantikan kedudukan Nicolas Hartingh pada tahun 1765 diusulkan kepada sultan agar benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin kemanan Usul tersebut dikabulkan selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan di bawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir Frans Haak Pada awal pembangunan ini 1760 status tanah merupakan milik kasultanan Tetapi dalam penggunaannya dihibahkan kepada Belanda VOC di bawah pengawasan Nicolas Hartingh gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa di Semarang Tahun 1765 1788 Sunting Usul Gubernur W H Van Ossenberg pengganti Nicolaas Hartingh agar bangunan benteng lebih disempurnakan dilaksanakan tahun 1767 Periode ini merupakan periode penyempurnaan Benteng yang lebih terarah pada satu bentuk benteng pertahanan Menurut rencana pembangunan tersebut akan diselesaikan tahun itu juga Akan tetapi dalam kenyataannya proses pembangunan tersebut berjalan sangat lambat dan baru selesai tahun 1787 Hal ini terjadi karena pada masa tersebut Sultan yang bersedia mengadakan bahan dan tenaga dalam pembangunan benteng sedang disibukkan dengan pembangunan Kraton Yogyakarta Setelah selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Rustenburg yang berarti Benteng Peristirahatan Pada periode ini secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan tetapi secara de facto penguasaan benteng dan tanahnya dipegang oleh Belanda Tahun 1788 1799 Sunting Periode ini merupakan saat digunakannya benteng secara sempurna oleh Belanda VOC Bangkrutnya VOC tahun 1799 menyebabkan penguasaan benteng diambil alih oleh Bataafsche Republic Pemerintah Belanda Sehingga secara de facto menjadi milik pemerintah kerajaan Belanda Pada periode ini status tanah benteng secara yuridis formal tetap milik kasultanan secara de facto dikuasai Belanda Tahun 1799 1807 Sunting Status tanah benteng secara yuridis formal tetap milik kasultanan tetapi penggunaan benteng secara de facto menjadi milik Bataafsche Republik Pemerintah Belanda di bawah Gubernur Van Den Burg Benteng tetap difungsikan sebagai markas pertahanan Tahun 1807 1811 Sunting Pada periode ini benteng diambil alih pengelolaannya oleh Koninkrijk Holland Kerajaan Belanda Maka secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan tetapi secara de facto menjadi milik Pemerintah Kerajaan Belanda di bawah Gubernur Herman Willem Daendels Tahun 1811 1816 Sunting Ketika Inggris berkuasa di Indonesia 1811 1816 untuk sementara benteng dikuasai Inggris di bawah Wakil Gubernur Thomas Stamford Raffles Namun dalam waktu singkat Belanda dapat mengambil alih Secara yuridis formal benteng tetap milik kasultanan Tahun 1816 1942 Sunting Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen yang dibangun tahun 1824 Tugu Pal Putih dan Benteng Rustenburg serta bangunan bangunan yang lain Bangunan bangunan tersebut segera dibangun kembali Benteng Rustenburg segera diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak Setelah selesai bangunan benteng yang semula bernama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg yang berarti Benteng Perdamaian Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang waktu itu Bentuk benteng tetap seperti awal mula dibangun yaitu bujur sangkar Pada keempat sudutnya dibangun ruang penjagaan yang disebut seleka atau bastion Pintu gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit Di dalamnya terdapat bangunan bangunan rumah perwira asrama prajurit gudang logistik gudang mesiu rumah sakit prajurit dan rumah residen Di Benteng Vredeburg ditempati sekitar 500 orang prajurit termasuk petugas medis dan paramedis Disamping itu pada masa pemerintahan Hindia Belanda digunakan sebagai tempat perlindungan para residen yang sedang bertugas di Yogyakarta Hal itu sangat dimungkinkan karena kantor residen yang berada berseberangan dengan letak Benteng Vredeburg Sejalan dengan perkembangan politik yang berjadi di Indonesia dari waktu ke waktu maka terjadi pula perubahan atas status kepemilikan dan fungsi bangunan Benteng Vredeburg Status tanah benteng tetap milik kasultanan tetapi secara de facto dipegang oleh pemerintah Belanda Karena kuatnya pengaruh Belanda maka pihak kasultanan tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi masalah penguasaan atas benteng Sampai akhirnya benteng dikuasai bala Tentara Jepang tahun 1942 setelah Belanda menyerah kepada Jepang dengan ditandai dengan Perjanjian Kalijati bulan Maret 1942 di Jawa Barat Masa Jepang Sunting Tanggal 7 Maret 1942 pemerintah Jepang memberlakukan UU nomor 1 tahun 1942 bahwa kedudukan pimpinan daerah tetap diakui tetapi berada di bawah pengawasan Kooti Zium Kyoku Tjokan Gubernur Jepang yang berkantor di Gedung Tjokan Kantai Gedung Agung Pusat kekuatan tentara Jepang disamping ditempatkan di Kotabaru juga di pusatkan di Benteng Vredeburg Tentara Jepang yang bermarkas di Benteng Vredeburg adalah Kempeitei yaitu tentara pilihan yang terkenal keras dan kejam Disamping itu benteng Vredeburg juga digunakan sebagai tempat penahanan bagi tawanan orang Belanda maupun Indo Belanda yang ditangkap Juga kaum politisi Indonesia yang berhasil ditangkap karena mengadakan gerakan menentang Jepang Guna mencukupi kebutuhan senjata tentara Jepang mendatangkan persenjataan dari Semarang Sebelum dibagikan ke pos pos yang memerlukan terlebih dulu di simpan di Benteng Vredeburg Gudang mesiu terletak di setiap sudut benteng kecuali di sudut timur laut Hal itu dengan pertimbangan bahwa di kawasan tersebut keamanan lebih terjamin Penempatan gudang mesiu di setiap sudut benteng dimaksudkan untuk mempermudah di saat terjadi perang secara mendadak Penguasaan Jepang atas Benteng Vredeburg berlangsung dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 ketika proklamasi telah berkumandang dan nasionalisasi bangunan bangunan yang dikuasai Jepang mulai dilaksanakan Selama itu meskipun secara de facto dikuasai oleh Jepang tetapi secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan Dari uraian itu dapat dikatakan bahwa pada masa pendudukan Jepang 1942 1945 bangunan benteng Vredeburg difungsikan sebagai markas tentara Kempeitei gudang mesiu dan rumah tahanan bagi orang Belanda dan Indo Belanda serta kaum politisi RI yang menentang Jepang Masa Kemerdekaan Sunting 1945 1970 an Sunting Berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia disambut dengan perasaan lega oleh seluruh rakyat Yogyakarta Ditambah dengan keluarnya Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX Pernyataan 5 September 1945 yang kemudian diikuti oleh Sri Paku Alam VIII yang berisi dukungan atas berdirinya negara baru Negara Republik Indonesia maka semangat rakyat semakin berapi api Sebagai akibatnya terjadi berbagai aksi spontan seperti pengibaran bendera Merah Putih perampasan bangunan dan juga pelucutan senjata Jepang Masih kuatnya pasukan Jepang yang berada di Yogyakarta menyebabkan terjadinya kontak senjata seperti yang terjadi di Kotabaru Yogyakarta Dalam aksi perampasan gedung ataupun fasilitas lain milik Jepang Benteng Vredeburg juga menjadi salah satu sasaran aksi Setelah benteng dikuasai oleh pihak RI untuk selanjutnya penanganannya diserahkan kepada instansi militer yang kemudian dipergunakan sebagai asrama dan markas pasukan yang tergabung dalam pasukan dengan kode Staf Q di bawah Komandan Letnan Muda I Radio yang bertugas mengurusi perbekalan militer Oleh karena itu tidak mustahil bila pada periode ini Benteng Vredeburg disamping difungsikan sebagai markas juga sebagai gudang perbekalan termasuk senjata mesiu dan sebagainya Pada tahun 1946 di dalam komplek Benteng Vredeburg didirikan rumah sakit tentara untuk melayani korban pertempuran Namun dalam perkembangannya rumah sakit tersebut juga melayani tentara beserta keluarganya Ketika tahun 1946 kondisi politik Indonesia mengalami kerawanan di saat perbedaan persepsi akan arti revolusi yang sedang terjadi Meletuslah peristiwa yang dikenal dengan Peristiwa 3 Juli 1946 yaitu percobaan kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Mayor Soedarsono Karena usaha tersebut gagal maka para tokoh yang terlibat dalam peristiwa tersebut seperti Mohammad Yamin Tan Malaka dan Soedarsono ditangkap Sebagai tahanan politik mereka pernah ditempatkan di Benteng Vredeburg Pada masa Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948 Benteng Vredeburg yang waktu itu dijadikan markas militer RI menjadi sasaran pengeboman pesawat pesawat Belanda Kantor Tentara Keamanan Rakyat yang berada di dalamnya hancur Setelah menguasai lapangan terbang Maguwo tentara Belanda yang tergabung dalam Brigade T pimpinan Kolonel Van Langen berhasil menguasai kota Yogyakarta termasuk Benteng Vredeburg Selanjutnya Benteng Vredeburg dipergunakan sebagai markas tentara Belanda yang tergabung dalam IVG Informatie voor Geheimen yaitu dinas rahasia tentara Belanda Di samping itu Benteng Vredeburg juga difungsikan sebagai asrama prajurit Belanda dan juga dipakai untuk menyimpan senjata berat seperti tank panser dan kendaraan militer lainnya Ketika terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai usaha untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa RI bersama dengan TNI masih ada Benteng Vredeburg menjadi salah satu sasaran di antara bangunan bangunan lain yang dikuasai Belanda seperti kantor pos stasiun kereta api Hotel Toegoe Gedung Agung dan tangsi Kotabaru Kurang lebih 6 jam kota Yogyakarta dapat dikuasai oleh TNI beserta rakyat pejuang Baru setelah bala bantuan tentara Belanda yang didatangkan dari Magelang tiba ke Yogyakarta TNI dan rakyat mundur ke luar kota dan melakukan perjuangan gerilya Setelah Belanda meninggalkan kota Yogyakarta Benteng Vredeburg dikuasai oleh APRI Angkatan Perang Republik Indonesia Kemudian pengelolaan benteng diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta Pada waktu itu Ki Hadjar Dewantara pernah mengemukakan gagasannya agar Benteng Vredeburg dimanfaatkan sebagai ajang kebudayaan Akan tetapi gagasan itu terhenti karena terjadi peristiwa Tragedi Nasional Pemberontakan G 30 S tahun 1965 Waktu itu untuk sementara Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tahanan politik terkait dengan peristiwa G 30 S yang langsung berada di bawah pengawasan Hankam Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai lebih terlihat nyata setelah tahun 1976 diadakan studi kelayakan bangunan benteng yang dilakukan oleh Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Setelah diadakan penelitian maka usaha ke arah pemugaran bangunan bekas Benteng Vredeburg pun segera dimulai Tahun 1977 1992 Sunting nbsp Tiket masuk Museum Benteng Vredeburg 2012 nbsp Prasasti peresmian Museum Benteng Yogyakarta oleh Mendikbud Fuad Hasan Dalam periode ini status penguasaan dan pengelolaan benteng pernah diserahkan dari pihak HANKAM kepada Pemerintah Daerah Yogyakarta Tanggal 9 Agustus 1980 diadakan penandatanganan piagam perjanjian tentang pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg oleh Sri Sultan HB IX pihak I dan Mendibud Dr Daoed Joesoef pihak II Pada periode ini Benteng Vredeburg pernah dipergunakan sebagai ajang Jambore Seni 26 28 Agustus 1978 Pendidikan dan latihan Dodiklat POLRI Juga pernah dipergunakan sebagai markas Garnisun 072 serta markas TNI AD Batalyon 403 Meski demikian secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan Dengan pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut merupakan bangunan bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan bekas Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan Ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0224 U 1981 tanggal 15 Juli 1981 Tentang pemanfaatan bangunan Benteng Vredeburg dipertegas lagi oleh Prof Dr Nugroho Notosusanto Mendikbud RI tanggal 5 November 1984 yang mengatakan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan sebagai museum perjuangan nasional yang pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Piagam perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX Nomor 359 HB 85 tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan perubahan tata ruang bagi gedung gedung di dalam kompleks benteng Vredeburg diizinkan sesuai dengan kebutuhan sebagai sebuah museum Untuk selanjutnya dilakukan pemugaran bangunan bekas benteng dan kemudian dijadikan museum Tahun 1987 museum telah dapat dikunjungi oleh umum Tahun 1992 sampai sekarang Sunting Melalui Surat Keputusan Mendikbud RI Prof Dr Fuad Hasan nomor 0475 O 1992 tanggal 23 November 1992 secara resmi Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Yogyakarta Untuk meningkatkan fungsionalisasi museum ini maka mulai tanggal 5 September 1997 mendapat limpahan untuk mengelola Museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta dari Museum Negeri Provinsi DIY Sonobudoyo Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM 48 OT 001 MKP 2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM 48 OT 001 MKP 2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi yaitu sebagai museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala yang bertugas melaksanakan pengumpulan perawatan pengawetan penelitian penyajian penerbitan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta Koleksi Unggulan Museum Benteng Vredeburg 1 SuntingPada tahun 2014 Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan buku berisi koleksi unggulan museum di Daerah Istimewa Yogyakarta di antaranya adalah koleksi unggulan yang dimiliki oleh Museum Benteng Vredeburg Koleksi unggulan Museum Benteng Vredeburg adalah sebagai berikut Diorama pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar TNI diorama ini memperlihatkan situasi pelantikan Soedirman menjadi Panglima Besar TNI oleh Presiden Soekarno di Gedung Agung Yogyakarta Indonesia Minirama Kongres Boedi Oetomo minirama ini berlatar tempat di Kweekschool Yogyakarta yang sekarang menjadi SMA 11 di Jalan A M Sangaji Organisasi Boedi Oetomo menggelar kongres di tempat tersebut pada tahun 1908 Mesin Ketik Surjopranoto Surjopranoto adalah pemimpin aksi mogok kerja buruh pabrik gula di Yogyakarta Mesin ketik ini digunakan untuk menulis ujaran yang mengobarkan semangat pemogokan tersebut Kendil tiga buah kendil ini konon ceritanya pernah digunakan oleh Soedirman ketika tinggal di rumah Ibu Mertoprawira Dokumen Soetomo berisi daftar alamat kantor kementerian ketika Yogyakarta menjadi ibu kota Republik Indonesia Bangku militer akademi bangku sekolah ini dahulu dipakai oleh para siswa MA Militer Academie pada tahun 1945 1950 Gedung sekolah ini sekarang menjadi SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Galeri Sunting nbsp Jalanan di belakang benteng nbsp Kafetaria dengan suasana Hindia Belanda di dalam museum 2012 nbsp Seorang pengunjung sedang menggunakan koleksi digital museum 2014 nbsp Halaman bagian dalam Museum Vredeburg Yogyakarta Indonesia 2014 nbsp Benteng Vredeburg pada awal abad ke 20 Referensi Sunting Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Koleksi Unggulan Museum Yogyakarta Yogyakarta Indonesia Penulis Pranala luar Sunting Indonesia Berwisata ke Benteng Vredeburg Indonesia Museum Benteng Vredeburg Diarsipkan 2010 03 10 di Wayback Machine Inggris Fort Vredeburg Museum Diarsipkan 2010 03 04 di Wayback Machine Indonesia Panduan Pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Museum Benteng Vredeburg amp oldid 24134054