www.wikidata.id-id.nina.az
Gereja Katolik menentang segala bentuk prosedur aborsi atau pengguguran kandungan yang tujuan langsungnya adalah untuk menghancurkan embrio blastosis zigot atau janin fetus karena berpegang pada keyakinan bahwa kehidupan manusia harus dihormati dan dilindungi secara mutlak sejak saat pembuahannya Sejak saat pertama keberadaannya seorang manusia insani harus diakui hak haknya sebagai seorang pribadi di antaranya adalah hak untuk hidup yang tidak dapat diganggu gugat yang dimiliki setiap makhluk tak bersalah 1 Namun Gereja Katolik juga mengakui bahwa tindakan tindakan tertentu yang secara tidak langsung mengakibatkan kematian janin dapat dibenarkan secara moral seperti ketika tujuan langsung tindakannya adalah pengangkatan rahim dengan sel kanker Kanon 1398 dalam Kitab Hukum Kanonik 1983 menjatuhkan ekskomunikasi secara otomatis latae sententiae kepada umat Katolik Latin yang melakukan aborsi dan berhasil 2 ketika kondisi kondisi yang tercantum dalam Kan 1321 1329 terpenuhi untuk dapat terkena sanksi pidana tersebut 3 Umat Katolik Timur tidak terkena sanksi ekskomunikasi otomatis tetapi berdasarkan Kanon 1450 dalam Kitab Hukum Kanonik Gereja Gereja Timur mereka diekskomunikasi melalui dekret apabila didapati bersalah atas perbuatan yang sama 4 dan mereka hanya dapat menerima pengampunan atas dosanya melalui uskup eparkial saja 5 Selain mengajarkan bahwa aborsi adalah tidak bermoral Gereja Katolik juga kerap mengeluarkan pernyataan pernyataan publik dan melakukan tindakan tindakan untuk menentang legalitasnya Daftar isi 1 Doktrin Gereja 1 1 Keyakinan akan pemerolehan hidup yang tertunda 1 2 Konsekuensi yuridis 1 3 Pembahasan tentang potensi keadaan yang membenarkan 1 4 Aborsi yang tak dikehendaki 1 5 Kehamilan ektopik 1 6 Embrio 1 7 Sanksi 1 8 Pengampunan bagi wanita yang melakukan aborsi 1 9 Pernyataan terbaru mengenai posisi Gereja 2 Perdebatan politik atas legalisasi aborsi 2 1 Posisi Gereja 2 2 Perlakuan Gereja atas politisi pro pilihan 3 Lihat pula 4 ReferensiDoktrin Gereja suntingMenurut Penghormatan bagi Kehidupan Manusia yang Belum Terlahir Ajaran Tetap Gereja sebuah dokumen yang dirilis oleh Komite Aktivitas Pro Kehidupan Konferensi Uskup Katolik Amerika Serikat Gereja Katolik telah mengutuk abortus procurato sebagai perbuatan amoral sejak abad ke 1 6 Karya tulis Kristen awal yang menentang aborsi misalnya Didache Surat Barnabas Apokalipsis Petrus 7 serta karya karya penulis awal seperti Tertulianus Athenagoras dari Athena 8 Klemens dari Aleksandria dan Basilius Agung 9 Undang undang Gereja yang paling awal tidak membedakan antara janin berbentuk dan belum berbentuk tidak seperti versi Keluaran 21 22 23 dalam Septuaginta Yunani posisi ini dapat ditemukan dalam karya tulis para Bapa Gereja awal seperti Basilius Agung dan kanon kanon konsili awal Gereja Elvira Ancyra 10 11 Pada abad ke 4 dan ke 5 sejumlah penulis seperti Gregorius dari Nyssa serta Maximus sang Pengaku Iman menyatakan bahwa kehidupan manusia telah dimulai sejak saat pembuahan beberapa penulis seperti Laktansius mengikuti pandangan Aristoteles menyatakan bahwa jiwa manusia dimasukkan dalam periode empat puluh hari atau lebih dan beberapa penulis seperti Hieronimus serta Agustinus dari Hippo menyerahkan misteri waktu pemasukan tersebut kepada Allah 10 Agustinus dari Hippo dengan gigih mengutuk praktik aborsi langsung yang disengaja sebagai suatu kejahatan dalam tahap kehamilan apapun kendati ia menerima perbedaan antara janin berbentuk dan belum berbentuk yang disebutkan dalam Keluaran 21 22 23 terjemahan Septuaginta serta tidak mengklasifikasikan aborsi janin belum berbentuk sebagai pembunuhan karena ia berpikir bahwa belum dapat dikatakan secara pasti apakah sang janin telah menerima jiwanya 12 Perbedaan antara janin berbentuk dan belum berbentuk diperkenalkan oleh kesalahan penerjemahan kata bahaya atau kerugian Alkitab TB LAI menyebutnya kecelakaan dari teks asli Ibrani menjadi bentuk di dalam Septuaginta Yunani versi Perjanjian Lama yang digunakan oleh Agustinus serta berakar pada pembedaan Aristotelian atas janin sebelum dan setelah momen yang diduga sebagai pemerolehan kehidupannya 6 12 Pembedaan semacam itu juga dipandang sebagai akibat dari keterbatasan ilmu embriologi pada saat itu 6 13 Para penulis setelahnya seperti Yohanes Krisostomus dan Sesarius dari Arles serta konsili konsili Gereja kemudian misalnya Lerida dan Braga II juga mengutuk aborsi sebagai perbuatan yang sama sekali salah tanpa membedakan antara janin berbentuk dan belum berbentuk ataupun mendefinisikan secara tepat pada tahap kehamilan mana kehidupan manusia dimulai 10 11 Gereja telah selalu mengutuk aborsi namun perubahan keyakinan mengenai saat embrio memperoleh jiwa manusianya terlepas dari adanya sejumlah pandangan di antara para penulis awal dan Bapa Gereja telah menyebabkan alasan alasan yang dinyatakan atas kutukan tersebut dan klasifikasinya dalam hukum kanon tentang dosa aborsi mengalami perubahan dalam kurun waktu tertentu pada masa silam 14 15 Keyakinan akan pemerolehan hidup yang tertunda sunting Lihat pula Sejarah pemikiran Kristen tentang aborsi dan Pemerolehan jiwa Mengikuti pandangan Aristoteles terdapat pandangan umum di antara beberapa pemikir Katolik terkemuka dalam sejarah awal Gereja bahwa eksistensi manusia tidak seketika ada pada saat pembuahan atau konsepsi tetapi baru beberapa minggu setelahnya Aborsi tetap dipandang sebagai suatu dosa kendati bukan pembunuhan hingga embrio dihidupkan atau dianimasi oleh jiwa insaninya 16 Dalam Tentang Perkandungan dari Perawan dan Dosa Asal 7 Anselmus dari Canterbury 1033 1109 mengatakan bahwa tidak ada intelek kemanusiaan yang menerima pandangan bahwa seorang bayi memiliki jiwa rasionalnya sejak saat pembuahan 8 Beberapa dekade setelah wafatnya Anselmus hukum kanon Katolik dalam Decretum Gratiani menyatakan bahwa bukanlah seorang pembunuh ia yang mendatangkan aborsi sebelum jiwa berada dalam tubuhnya 8 Bagaimanapun kendati dahulu hukum Gereja menerapkan sanksi berbeda pada aborsi fase awal dan lanjut sejalan dengan teori yang saat itu umum diterima mengenai pemerolehan jiwa yang tertunda aborsi pada setiap tahap kehamilan tetap dipandang sebagai suatu kejahatan serius 17 Karenanya Thomas Aquinas yang menerima teori Aristotelian bahwa jiwa manusia dimasukkan setelah 40 hari untuk janin laki laki 90 hari untuk janin perempuan senantiasa memandang aborsi janin yang belum berjiwa sebagai tindakan yang tidak etis 18 suatu kejahatan serius 19 suatu dosa berat suatu kelakuan yang jahat dan bertentangan dengan kodrat Ia menuliskan Dosa ini meskipun berat dan perlu diperhitungkan di antara kelakuan kelakuan jahat serta melawan kodrat adalah hal yang bukan seperti pembunuhan bukan pula seperti yang harus dinilai irregular 20 kecuali seseorang melakukan aborsi janin yang telah terbentuk 8 21 22 Pandangan Aristotelian tentang penundaan pemerolehan jiwa ini telah ditinggalkan sejak abad ke 17 mengiringi unggulnya keyakinan bahwa jiwa telah hadir sejak saat pembuahan serta pembuktian ilmiah pada tahun 1827 mengenai keberadaan sel telur perempuan dan pada tahun 1875 mengenai keterlibatan penyatuan sel gamet dari masing masing orang tua dalam pembuahan menjatuhkan spekulasi tentang suatu perubahan substansial yang tertunda 23 Konsekuensi yuridis sunting Kebanyakan aturan penitensial awal mengenakan silih yang setara atas tindakan aborsi fase awal maupun fase akhir namun penitensial yang lain membedakan keduanya Penitensial penitensial setelah itu pada Abad Pertengahan biasanya membedakan keduanya memberlakukan silih yang lebih berat atas tindakan aborsi fase akhir 24 Walaupun Decretum Gratiani yang tetap menjadi dasar hukum kanon Katolik sampai digantikan oleh Kitab Hukum Kanonik 1917 membedakan antara aborsi fase awal dan fase akhir pembedaan kanonik tersebut dihapuskan oleh bulla Effraenatam yang dikeluarkan Paus Sistus V pada tahun 28 Oktober 1588 dan bertahan selama tiga tahun setelah itu Bulla Effraenatam menetapkan beragam penalti terhadap segala bentuk aborsi tanpa membeda bedakannya 25 Dengan menyebut aborsi sebagai pembunuhan dekret itu menyatakan bahwa siapa saja yang melakukan aborsi janin entah telah beroleh hidup atau belum berbentuk atau belum berbentuk tam animati quam etiam inanimati formati vel informis perlu menerima hukuman yang sama seperti para pembunuh sesungguhnya yang benar benar dan memang melakukan pembunuhan veros homicidas qui homicidium voluntarium actu re ipsa patraverint Selain menyatakan hukuman hukuman tersebut bagi para penduduk Negara Gereja tempat ia menjadi pemegang kewenangan sipil Paus Sistus juga menjatuhkan hukuman rohani ekskomunikasi otomatis kepada para pelakunya bagian 7 Penerusnya Paus Gregorius XIV menyadari bahwa hukuman tersebut tidak menghasilkan dampak yang diharapkan sehingga ia mencabutnya memberlakukan hukuman tersebut sebatas pada aborsi janin yang berbentuk 26 Melalui bulla Apostolicae Sedis moderationi Paus Pius IX pada tahun 1869 mencabut kembali pengecualian terhadap janin yang belum beroleh hidup berkenaan dengan hukuman spiritual ekskomunikasi menyatakan bahwa mereka yang melakukan aborsi efektif terkena ekskomunikasi yang hanya dapat dilepaskan oleh para uskup atau ordinaris 27 Sejak saat itu penalti ini dikenakan secara otomatis dengan dilakukannya aborsi pada semua tahap kehamilan yang bahkan sebelum saat itu memang tidak pernah dipandang sebagai dosa ringan semata 28 Dalam hal lain hukum kanon Katolik pada saat itu tidak mengalami perubahan bahkan setelah tahun 1869 dengan mempertahankan perbedaan antara aborsi janin yang telah terbentuk dan yang belum terbentuk Sebagaimana diindikasikan di atas dalam kutipan dari Thomas Aquinas seseorang yang melakukan aborsi janin yang telah beroleh hidup dipandang irregular yang berarti bahwa ia didiskualifikasi dari kesempatan untuk menerima ataupun mempraktikkan Tahbisan Paus Sistus V memperluas penalti ini hingga mencakup aborsi fase awal bulla Effraenatam bagian 2 tetapi Paus Gregorius XIV kembali membuat pembatasan atasnya Paus Pius IX tidak membuat keputusan dalam hal ini sehingga penati irregularitas masih terbatas pada aborsi fase akhir hingga saat dibuatnya artikel Aborsi dalam Catholic Encyclopedia 1907 29 Pada akhirnya Kitab Hukum Kanonik 1917 menghapus pembedaan tersebut 30 Pembahasan tentang potensi keadaan yang membenarkan sunting Pada Abad Pertengahan Gereja mengutuk semua aborsi dan pada abad ke 14 seorang Dominikan bernama Yohanes dari Napoli dilaporkan sebagai orang pertama yang mengeluarkan pernyataan eksplisit bahwa jika tujuannya adalah menyelamatkan hidup sang ibu aborsi sebenarnya diizinkan asalkan belum sampai fase pemerolehan jiwa 31 Pandangan ini mendapat dukungan maupun penolakan dari para teolog lainnya Pada abad ke 16 kendati Thomas Sanchez mendukung pendapat tersebut Antoninus de Corduba membuat perbedaan yang sejak saat itu diterima secara umum di antara para teolog Katolik yaitu bahwa pembunuhan janin secara langsung tidak dapat diterima tetapi tindakan untuk menyembuhkan sang ibu perlu dilakukan sekalipun akan secara tidak langsung mengakibatkan kematian janin 31 Pada abad ke 17 ketika Francisco Torreblanca menyetujui aborsi yang ditujukan sekadar untuk menyelamatkan nama baik seorang wanita Biro Suci yang sekarang disebut Kongregasi Ajaran Iman yang pada waktu itu dipimpin oleh Paus Innosensius XI mengutuk proposisi tersebut yang menyatakan bahwa adalah sah melakukan aborsi sebelum pemerolehan jiwa pada janin agar jangan seorang perempuan yang didapati hamil dibunuh atau tercemar reputasi baiknya 32 33 Terkadang dikatakan kalau Alfonsus Liguori dari abad ke 18 berpendapat bahwa aborsi meski secara umum salah secara moral dapat diterima dalam kondisi kondisi seperti ketika kehidupan sang ibu berada dalam bahaya karena ketidakpastian mengenai kapan jiwa memasuki janin 34 Namun ia jelas menyatakan bahwa tidak pernah dibenarkan menggunakan suatu obat dengan tujuan membunuh janin walaupun diperbolehkan setidaknya menurut opini umum teologis untuk memberikan seorang ibu berpenyakit ekstrem suatu pengobatan yang hasil langsungnya adalah keselamatan hidup sang ibu sekalipun secara tidak langsung menyebabkan keluarnya janin 35 Liguori menyebutkan pembedaan antara janin yang hidup dan belum hidup namun ia menjelaskan bahwa tidak ada kesepakatan mengenai kapan jiwa dimasukkan di mana menurutnya banyak kalangan meyakini bahwa hal itu terjadi pada saat pembuahan Ia juga mengatakan bahwa Gereja berbaik hati mengikuti opini 40 hari tersebut dengan menerapkan penalti irregularitas dan ekskomunikasi hanya bagi mereka yang dengan sengaja berhasil melakukan aborsi janin hidup 36 Sebuah surat ketidaksetujuan yang dipublikasikan dalam Medical Record New York pada tahun 1895 berbicara tentang seorang Yesuit bernama Augustine Lehmkuhl yang menganggap kraniotomi dengan menghancurkan tengkorak janin diperbolehkan bila digunakan untuk menyelamatkan hidup sang ibu 37 Asal usul laporan itu adalah sebuah artikel dalam jurnal medis Jerman yang dikecam sebagai palsu dalam American Ecclesiastical Review pada tahun yang sama yang mengatakan bahwa kendati Lehmkuhl dalam suatu pembahasan awal menerima gagasan gagasan tentatif lanjutan belakangan ia telah mengadopsi suatu pandangan yang sepenuhnya selaras dengan keputusan penolakan yang dimaklumkan pada tahun 1884 dan 1889 oleh Penitensiaria Suci 38 yang pada tahun 1869 menahan diri untuk tidak membuat suatu pernyataan 39 Menurut Mackler Lehmkuhl telah menerima sebagai suatu teori yang dapat dipertahankan keabsahan pengangkatan janin yang bahkan telah beroleh hidup dari rahim tanpa selalu dipandang membunuhnya tetapi ia telah menolak serangan langsung pada janin seperti kraniotomi 40 Karenanya pada tahun 1884 dan sekali lagi pada tahun 1889 kraniotomi tengkorak janin tidak diperbolehkan dengan alasan menyelamatkan hidup sang ibu 38 Pada tahun 1895 Takhta Suci juga melarang induksi bayi prematur yang dianggap tidak layak setelah sebelumnya pada tahun 1889 menetapkan prinsip bahwa setiap pembunuhan secara langsung atas janin ataupun ibunya adalah tidak dapat dibenarkan Pada tahun 1902 Takhta Suci menolak pengangkatan secara langsung embrio ektopik untuk menyelamatkan kehidupan sang ibu tetapi tidak melarang pengangkatan tuba fallopi yang terinfeksi sehingga menyebabkan suatu aborsi tidak langsung lihat bagian bawah 39 Pada tahun 1930 Paus Pius XI tidak memperbolehkan perbuatan yang ia sebut pembunuhan langsung orang yang tidak bersalah sebagai suatu cara untuk menyelamatkan ibunya Dan Konsili Vatikan II menyatakan Kehidupan harus dilindungi dengan kepedulian sepenuhnya dari saat pembuahan aborsi dan infantisida adalah kejahatan kejahatan mengerikan 41 Aborsi yang tak dikehendaki sunting Lihat pula Prinsip akibat ganda dan Aborsi tidak langsung Prinsip efek ganda sering kali dikutip dalam kaitannya dengan aborsi Seorang dokter yang meyakini bahwa aborsi senantiasa keliru secara moral dapat mengangkat rahim atau tuba falopi seorang wanita hamil meski menyadari bahwa prosedur tersebut akan menyebabkan kematian embrio atau janin dalam kasus kasus di mana sang wanita dipastikan akan meninggal tanpa dilakukannya prosedur tersebut contohnya termasuk kehamilan ektopik dan kanker rahim yang agresif Dalam kasus kasus itu efek yang diinginkan adalah menyelamatkan kehidupan sang wanita bukan mengakhiri kehamilannya dan kematian embrio atau janin diperkirakan sebagai suatu efek samping bukan dimaksudkan sebagai suatu sarana untuk mencapai tujuan lain Artinya kematian janin bukanlah jalan untuk mencapai suatu tujuan tetapi merupakan suatu konsekuensi yang tidak diinginkan yang tidak dapat dihindari Dengan demikian kemoterapi ataupun pengangkatan suatu organ yang terkena kanker tidak menggugurkan janin untuk menyembuhkan kanker tetapi sebaliknya tindakan tindakan itu menyembuhkan kanker sementara juga memberikan hasil yang secara tidak langsung menggugurkan embrio atau janin 42 43 44 Kehamilan ektopik sunting Kehamilan ektopik kehamilan yang terjadi di luar rahim merupakan salah satu dari sedikit kasus dimungkinkannya kematian embrio yang tak terelakkan karena kasus ini dikategorikan sebagai aborsi tidak langsung Pandangan ini juga dikemukakan pada tahun 1953 oleh Paus Pius XII dalam suatu sambutan kepada Asosiasi Urologi Italia 45 Menggunakan Prinsip Totalitas pengangkatan suatu bagian patologis untuk mempertahankan kehidupan orang tersebut dan Doktrin Efek Ganda Thomistik satu satunya tindakan moral dalam suatu kehamilan ektopik di mana kehidupan seorang wanita terancam secara langsung adalah pengangkatan tuba falopi yang berisi embrio manusia atau salpingektomi Kematian embrio manusia tidak diharapkan meski tidak dapat dihindari 46 Penggunaan metotreksat dan salpingektomi masih menjadi kontroversi dalam kalangan medis Katolik dan Gereja belum mengambil suatu sikap resmi atas tindakan tindakan itu Asosiasi Kesehatan Katolik di Amerika Serikat yang mengeluarkan pedoman bagi semua sistem kesehatan dan rumah sakit Katolik di sana mengizinkan penggunaan kedua prosedur itu Argumen yang menyatakan kalau metode metode tersebut merupakan suatu aborsi tidak langsung berputar di sekitar gagasan bahwa pengangkatan tuba falopi ataupun dalam kasus metotreksat penghancuran secara kimiawi sel sel trofoblas sel sel yang berkembang untuk membentuk plasenta bukan merupakan suatu tindakan langsung pada embrio yang sedang berkembang Namun para dokter dan rumah sakit individu dapat memilih untuk melarang prosedur prosedur tersebut jika secara pribadi mereka merasa tindakan tindakan tersebut sebagai suatu aborsi langsung 47 48 Walaupun belum ada suatu pernyataan resmi dari Gereja mengenai perlakuan perlakuan tersebut dalam suatu survei pada tahun 2012 atas 1 800 dokter Obsgin yang bekerja di rumah sakit keagamaan hanya 2 9 responden yang dilaporkan merasa dibatasi atau dipaksa oleh pemberi kerja mereka dalam menentukan suatu opsi perawatan menunjukkan bahwa pada praktiknya para dokter dan institusi kesehatan umumnya memilih untuk menangani kehamilan ektopik 49 50 Embrio sunting Lihat pula Kontroversi sel punca Gereja memandang bahwa penghancuran embrio sama dengan aborsi dan dengan demikian menentang penelitian sel punca embrionik Ensiklik kepausan Humanae vitae menyatakan bahwa Kita wajib sekali lagi menyatakan bahwa penghentian secara langsung proses generatif telah dimulai dan di atas segalanya semua aborsi langsung sekalipun untuk alasan alasan terapeutik harus sama sekali ditolak sebagai cara yang sah untuk mengatur jumlah anak 51 Sanksi sunting Umat Katolik yang merampungkan suatu aborsi terkena ekskomunikasi secara otomatis dan langsung latae sententiae 2 Itu berarti bahwa ekskomunikasi tersebut tidak perlu dinyatakan atau dijatuhkan seperti halnya penalti ferendae sententiae masih harus diputuskan namun sebagaimana ditetapkan dengan jelas oleh hukum kanon ekskomunikasi terjadi ipso facto oleh kenyataan itu sendiri ketika suatu delik atau tindak pidana dilakukan suatu penalti latae sententiae 52 Hukum kanon menyatakan bahwa dalam kondisi kondisi tertentu pelaku pelanggaran tidak terkena penalti latae sententiae dan sebagai gantinya akan diberikan suatu penitensi atau silih di antara 10 kondisi yang tercantum dalam hukum kanon terdapat klausul delik yang dilakukan oleh orang yang belum berusia 16 tahun orang yang bukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak mengetahui adanya penalti tersebut dan orang yang terpaksa bertindak karena ketakutan berat kendati hanya relatif berat ataupun karena kebutuhan mendesak atau kesusahan berat 53 54 Menurut suatu memorandum tahun 2004 oleh Kardinal Joseph Ratzinger para politisi Katolik yang aktif mengampanyekan dan memberikan suara demi hukum hukum aborsi permisif perlu diberitahu oleh imam mereka mengenai ajaran Gereja serta diperingatkan agar menahan diri untuk tidak menerima Komuni Kudus atau menempuh risiko ditolak hingga mereka mengakhiri kegiatan tersebut 55 Posisi ini didasarkan pada Kanon 915 dalam Kitab Hukum Kanonik 1983 dan juga didukung atas nama pribadi oleh Kardinal Raymond Leo Burke Prefek Signatura Apostolik otoritas yudisial tertinggi dalam Gereja Katolik setelah Sri Paus 56 Pengampunan bagi wanita yang melakukan aborsi sunting Terlepas dari indikasi dalam hukum kanon bahwa ekskomunikasi otomatis tidak berlaku pada wanita yang melakukan aborsi karena rasa takut yang berat atau karena kesusahan berat Gereja Katolik di luar pembedaan tersebut menjamin dimungkinkannya pengampunan bagi para wanita yang telah melakukan aborsi Paus Yohanes Paulus II menuliskan Sekarang saya ingin menyampaikan suatu perkataan khusus bagi para wanita yang telah melakukan aborsi Gereja menyadari adanya banyak faktor yang mungkin telah mempengaruhi keputusan Anda dan ia tidak ragu bahwa dalam banyak kasus hal itu mungkin suatu keputusan yang menyakitkan dan bahkan sangat menggelisahkan Luka di dalam hati Anda mungkin belum tersembuhkan Tentu saja apa yang telah terjadi adalah dan tetap sangat keliru Namun jangan menyerah pada keputusasaan dan jangan kehilangan harapan Berusahalah untuk lebih memahami apa yang telah terjadi dan hadapilah dengan jujur Apabila Anda belum melakukannya serahkanlah diri Anda pada kerendahan hati dan percayalah pada penyesalan Bapa yang penuh belas kasihan siap memberikan Anda pengampunan dan damai sejahtera Nya dalam Sakramen Rekonsiliasi 57 Dalam kesempatan Yubileum Luar Biasa Kerahiman pada tahun 2015 Paus Fransiskus mengumumkan bahwa semua imam selama tahun Yubileum yang berakhir pada tanggal 20 November 2016 melalui Sakramen Tobat diizinkan untuk melepaskan sanksi ekskomunikasi atas tindakan aborsi yang sebelumnya wewenang itu hanya dikhususkan bagi para uskup dan imam tertentu yang diberi mandat tersebut oleh uskupnya 58 Kebijakan ini dijadikan permanen melalui sebuah surat apostolik berjudul Misericordia et misera Kerahiman dan Penderitaan yang dikeluarkan pada tanggal 21 November 2016 59 60 Pernyataan terbaru mengenai posisi Gereja sunting Lihat pula Evangelium Vitae Gereja mengajarkan bahwa kehidupan manusia harus dihormati dan dilindungi secara mutlak sejak saat pembuahannya Sejak saat pertama keberadaannya seorang manusia insani harus diakui hak haknya sebagai seorang pribadi di antaranya adalah hak untuk hidup yang tidak dapat diganggu gugat yang dimiliki oleh setiap makhluk tak bersalah 1 61 Sejak abad pertama Gereja telah menegaskan bahwa setiap aborsi langsung adalah kejahatan moral suatu ajaran yang Katekismus Gereja Katolik nyatakan belum berubah dan tetap tidak dapat berubah 62 Gereja mengajarkan bahwa hak yang tidak dapat dicabut atas kehidupan yang dimiliki setiap individu manusia yang tak bersalah merupakan suatu elemen pokok dalam masyarakat sipil dan perundang undangannya Dengan kata lain masyarakat terikat pada kewajiban untuk secara hukum melindungi kehidupan mereka yang belum terlahir 63 Perdebatan politik atas legalisasi aborsi suntingArtikel utama Gereja Katolik dan politik aborsi dan Hukum aborsi Posisi Gereja sunting Pada saat suatu hukum positif merampas satu kategori manusia dari perlindungan yang sepatutnya diberikan kepada mereka oleh undang undang sipil negara menyangkal kesetaraan semua orang di hadapan hukum Ketika negara tidak menempatkan kekuasaannya untuk melayani hak hak setiap warga dan terutama mereka yang lebih lemah maka landasan landasan utama suatu negara yang berdasarkan hukum terkikis secara perlahan Sebagai konsekuensi dari penghormatan dan perlindungan yang harus dijamin bagi anak yang tidak terlahirkan sejak saat pembuahannya hukum harus memberikan sanksi sanksi pidana untuk setiap pelanggaran yang disengaja terhadap hak hak sang anak Katekismus Gereja Katolik 2273 63 Karena Gereja Katolik memandang aborsi langsung adalah sama sekali salah maka Gereja Katolik merasa wajib untuk mengurangi penerimaannya oleh masyarakat dan dalam undang undang sipil Meski umat Katolik dilarang mendukung aborsi langsung dalam bidang apapun menurut Frank K Flinn diakui juga bahwa umat Katolik dapat menerima kompromi kompromi yang ketika membiarkan terjadinya aborsi langsung menurunkan prevalensi dengan cara cara seperti melarang beberapa bentuknya atau menetapkan berbagai solusi terhadap kondisi kondisi yang menimbulkan peningkatan prevalensi Flinn mengatakan bahwa dukungan dapat diberikan kepada suatu platform politik yang mengandung sebuah klausul yang berpihak pada aborsi tetapi juga berisi unsur unsur yang secara aktual mengurangi jumlah aborsi daripada suatu platform anti aborsi yang mengarah pada peningkatan jumlahnya 64 Pada tahun 2004 Joseph Kardinal Ratzinger Prefek Kongregasi Ajaran Iman menyatakan Seorang Katolik bersalah saat bekerja sama secara formal dalam kejahatan dan sangat tidak layak hadir untuk menerima Komuni Kudus apabila ia dengan sengaja memilih seorang kandidat justru karena sikap permisif sang kandidat dalam hal aborsi dan atau eutanasia Ketika seorang Katolik tidak menyetujui sikap kandidat yang mendukung aborsi dan atau eutanasia tetapi memilih kandidat itu karena alasan alasan lain maka hal itu dianggap kerja sama material yang tak terkait yang dapat diperkenankan dengan adanya alasan alasan proporsional 65 Perlakuan Gereja atas politisi pro pilihan sunting Artikel utama Ekskomunikasi politisi Katolik yang mendukung aborsi Terdapat kontroversi seputar perlakuan terhadap para politisi Katolik yang mendukung legalisasi aborsi Dalam kebanyakan kasus para pejabat Gereja mengancam untuk tidak memberikan Komuni Kudus kepada politisi politisi tersebut Pastor Richard John Neuhaus termasuk salah seorang pendukung utama tindakan itu Dalam beberapa kasus mereka menyatakan bahwa para politisi tersebut seharusnya menahan diri untuk tidak menerima komuni dalam kasus yang lain kemungkinan dijatuhkannya ekskomunikasi pernah dikemukakan Lihat pula suntingAgama dan aborsi Budaya kehidupan Gianna Beretta Molla Hak untuk hidup Kesakralan hidup Perintah kelima dalam Sepuluh Perintah Allah Pro kehidupan Teologi moral KatolikReferensi sunting a b Inggris Paragraph 2270 Catechism of the Catholic Church Second Edition Libreria Editrice Vaticana 2012 a b Inggris Code of Canon Law canon 1398 Inggris Code of Canon Law canons 1321 1329 Latin Code of Canons of the Eastern Churches canon 1450 2 Latin Code of Canons of the Eastern Churches canon 728 2 a b c Inggris Respect for Unborn Human Life the Church s Constant Teaching Inggris Abortion the development of the Roman Catholic perspective By John R Connery a b c d Inggris Frank K Flinn J Gordon Melton Encyclopedia of Catholicism Facts on File Encyclopedia of World Religions 2007 ISBN 978 0 8160 5455 8 p 4 Inggris Kristin Luker Abortion and the Politics of Motherhood University of California Press 1985 ISBN 978 0 520 90792 8 p 12 a b c Inggris M Therese Lysaught Joseph Kotva Stephen E Lammers Allen Verhey On Moral Medicine Theological Perspectives on Medical Ethics Wm B Eerdmans Publishing 2012 ISBN 978 0 8028 6601 1 p 676 a b Inggris Michele Goyens Pieter de Leemans An Smets Science Translated Latin and Vernacular Translations of Scientific Treatises in Medieval Europe Leuven University Press 2008 ISBN 978 90 5867 671 9 p 384 399 a b Inggris Bauerschmidt John C 1999 Abortion Dalam Allan D Fitzgerald ed Augustine Through the Ages An Encyclopedia Wm B Eerdmans Publishing hlm 1 ISBN 978 0 8028 3843 8 Pemeliharaan CS1 Menggunakan parameter penyunting link Inggris Bishop Robert Vasa Modern Look at Abortion Not Same as St Augustine s EWTN Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 12 20 Diakses tanggal 2016 12 12 Inggris Stem cells human embryos and ethics interdisciplinary perspectives Lars Ostnor Springer 2008 Inggris Ana S Iltis Mark J Cherry At the Roots of Christian Bioethics M amp M Scrivener Press 2010 ISBN 978 0 9764041 8 7 p 166 Inggris David L Hull Michael Ruse editors The Cambridge Companion to the Philosophy of Biology Cambridge University Press 2007 ISBN 978 0 521 85128 2 p 328 Inggris United States Conference of Catholic Bishops The Catholic Church Is a Pro Life Church Diarsipkan 2013 04 16 di Archive is Inggris David Albert Jones Soul of the Embryo Continuum International 2004 ISBN 978 0 8264 6296 1 p 221 Inggris S C Selner Wright On Creation Quaestiones Disputatae de Potentia Dei Q 3 CUA Press 2010 ISBN 978 0 8132 1798 7 p xiv Istilah teknis yuridis irregular dijelaskan pada bagian di bawah Inggris William Petersen From Persons to People Transaction Publishers 2002 ISBN 978 0 7658 0170 8 p 114 Inggris William B Smith Donals Haggerty Modern Moral Problems Ignatius Press 2012 ISBN 978 1 58617 634 1 p 19 Inggris Jean Yves Lacoste editor Encyclopedia of Christian Theology Routledge 2005 ISBN 978 0 203 31901 7 vol 1 p 4 Inggris Michele Goyens Pieter de Leemans An Smets editors Science Translated Latin and Vernacular Translations of Scientific Treatises in Medieval Europe Leuven University Press 2008 ISBN 978 90 5867 671 9 pp 390 396 Teks bulla Effraenatam tersedia di situs ini Inggris Nicholas Terpstra Lost Girls Sex and Death in Renaissance Florence Johns Hopkins University Press 2010 ISBN 978 0 8018 9499 2 p 91 Latin Excommunicationi latae sententiae Episcopis sive Ordinariis reservatae subiacere declaramus 2 Procurantes abortum effectu sequuto 1 p 317 Inggris Johnstone Brian V March 2005 Early Abortion Venial or Mortal Sin Irish Theological Quarterly 70 1 60 doi 10 1177 002114000507000104 An excerpt can be found here Inggris Charles Coppens Abortion in Catholic Encyclopedia 1907 Diarsipkan 2012 03 30 di Wayback Machine Latin 1917 Code of Canon Law canon 985 4º a b Inggris Aaron L Mackler Introduction to Jewish and Catholic Bioethics Georgetown University Press 2003 ISBN 978 0 87840 146 8 p 122 Mackler 2003 pp 122 123 Latin Alphonsus Maria de Ligorio Theologia Moralis Bassano 1831 vol 1 p 247 Inggris Charles Panati Sacred Origins of Profound Things The Stories Behind the Rites and Rituals of the World s Religions Penguin Arcana 1996 p 454 Question 4 Is it permissible to give a mother in extreme illness medicine to expel a fetus Reply Firstly it is certain that it is not permissible for a mother outside of danger of death to take medicine for expelling even an inanimate fetus since directly impeding the life of a human being is a grave sin and a still graver one if the fetus is animate It is certain secondly that it is not permissible for a mother even in danger of death to take medicine for expelling an ensouled fetus directly since this would be procuring the child s death directly The question is rather whether it is permissible for a mother to take a medicine absolutely necessary to save her life when it involves danger of expulsion of the fetus The reply is that if the fetus is inanimate the mother may certainly ensure her life even though unintentionally on her part expulsion of the fetus results an expulsion for which the mother is not responsible since she is only using her natural right to preserve her life If the fetus is animate it is generally held that a mother may take a medicine whose direct purpose is to save her life when nothing else will save it but it is different in the case of medicines that of themselves are directed to killing a fetus which it is never permissible to take Latin Alphonsus Maria de Ligorio Theologia Moralis Bassano 1831 vol 1 pp 247 248 lihat pula Inggris Timothy Lincoln Bouscaren When Mother or Baby Must Die originally published in 1933 reprint Tradibooks 2008 ISBN 978 2 917813 01 0 p 61 Latin Alphonsus Maria de Ligorio Theologia Moralis Bassano 1831 vol 1 pp 248 249 Inggris Medical Record vol 48 no 2 13 July 1895 pp 71 72 a b Inggris A Sabetti The Catholic Church and Obstetrical Science in American Ecclesiastical Review New Series Vol III August 1895 pp 128 132 a b Inggris Charles E Curran The Catholic Moral Tradition Today A Synthesis pp 201 202 Mackler 2003 p 123 Mackler 2003 p 124 Inggris McIntyre Alison Doctrine of Double Effect Dalam Edward N Zalta Stanford Encyclopedia of Philosophy edisi ke Summer 2006 Diakses tanggal 2007 08 18 Inggris David F Kelly Contemporary Catholic Health Care Ethics Georgetown University Press 2004 ISBN 978 1 58901 030 7 pp 112 113 Inggris News Agency Sister violated more than Catholic teaching in sanctioning abortion ethicist says pranala nonaktif permanen May 19 2010 Inggris Indirect abortion Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018 12 24 Inggris ALL The moral management of ectopic pregnancies Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016 11 25 Inggris The National Catholic Bioethics Center When Pregnancy Goes Awry Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013 06 13 Inggris Early Pregnancy Complications and the Ethical and Religious Directives www chausa org Diakses tanggal 2016 04 20 Inggris Stulberg Debra B Dude Annie M Dahlquist Irma Curlin Farr A 2012 07 01 Obstetrician gynecologists religious institutions and conflicts regarding patient care policies American Journal of Obstetrics and Gynecology 207 1 73 e1 73 e5 doi 10 1016 j ajog 2012 04 023 PMC 3383370 nbsp PMID 22609017 Inggris When Religious Rules And Women s Health Collide NPR org Diakses tanggal 2016 04 20 Inggris Pius VI s Encyclical Humanae Vitae Paragraph 14 condemnation of abortion issued July 25 1968 Inggris Code of Canon Law canon 1314 Inggris Code of Canon Law canon 1324 Lihat pula komentar komentar tentang Kitab Hukum Kanonik seperti Inggris E Caparros M Theriault J Thorn editors Code of Canon Law Annotated Wilson amp Lafleur 1993 ISBN 2 89127 232 3 pp 829 830 Inggris Worthiness to Receive Holy Communion General Principles by Joseph Cardinal Ratzinger on July 3 2004 Inggris NCRegister com Diarsipkan 2012 09 11 di Archive is America s Most Complete Catholic Newsweekly Inggris Encyclical Evangelium vitae 99 Inggris Akin Jimmy September 1 2015 Holy Year Gestures on Abortion and the SSPX 12 Things to Know and Share National Catholic Register Diakses tanggal December 30 2015 Inggris Now is a time of mercy Pope issues new Apostolic Letter Vatican Radio 21 11 2016 Periksa nilai tanggal di date bantuan Inggris Pope Francis Extends Priests Ability to Forgive Abortion The New York Times Nov 21 2016 Periksa nilai tanggal di date bantuan The Catechism of the Catholic Church states that the embryo must be treated from conception as a person The church has not determined officially when human life actually begins and respect for life at all stages even potential life is generally the context of church documents Inggris Thomas P Rausch S J Catholicism in the Third Millennium Collegeville Liturgical Press 2nd Ed 2003 p 150 ISBN 0 8146 5899 7 Inggris Catechism of the Catholic Church 2271 a b Inggris Catechism of the Catholic Church part 3 section 2 chapter 2 article 5 The Fifth Commandment The Official Vatican Website Inggris Frank K Flinn J Gordon Melton editors Encyclopedia of Catholicism Facts on File 2007 ISBN 978 0 8160 5455 8 p 5 Inggris Denver Catholic Register 21 July 2004 Diarsipkan 2012 04 03 di Wayback Machine Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Aborsi dan Gereja Katolik amp oldid 24251724