www.wikidata.id-id.nina.az
Sejarah Lumajang kemungkinan mulai tercatat pada abad ke 12 ketika Lumajang telah dianggap sebagai tempat yang cukup penting semenjak tahun 1182 M Dalam sejarahnya kepercayaan terhadap gunung suci yaitu Mahameru sangat mewarnai kehidupan masyarakat di wilayah ini karena masyarakat pemukim sangat menghormati gunung suci ini sebagai tempat para roh leluhur dan juga bermukimnya para Dewa Di Lumajang untuk pertama kali ditemukan Prasasti yang dibuat oleh raja Kameswara dari Kediri yang melakukan Tirta Yatra atau perjalanan mencari air suci ke puncak gunung Semeru yang dibuktikan dengan adanya Prasasti Ranu Kumbolo pada tahun 1182 Masehi Daftar isi 1 Nama 2 Lamajang Tigang Juru dan Arya Wiraraja 3 Situs Biting Bekas ibu kota Arya Wiraraja 4 Pustaka SejarahNama suntingNama Lumajang berasal dari Lamajang yang diketahui dari penelusuran sejarah data prasasti naskah naskah kuno bukti bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain Prasasti Mula Malurung Naskah Negara Kertagama Kitab Pararaton Kidung Harsa Wijaya Kitab Pujangga Serat Babad Tanah Jawi Serat Kanda Karena Prasasti Mula Malurung di nyatakan sebagai prasasti tertua dan pernah menyebut nyebut Negara Lamajang maka dianggap sebagai titik tolak pertimbangan hari jadi Lumajang Prasasti Mula Malurung ini ditemukan pada tahun 1975 di Kediri Prasasti ini ditemukan berangka tahun 1977 Saka mempunyai 12 lempengan tembaga Pada lempengan VII halaman a baris 1 3 prasasti Mula Malurung menyebutkan Sira Nararyya Sminingrat pinralista juru Lamajang pinasangaken jagat palaku ngkaneng nagara Lamajang yang artinya Dia Nararyya Sminingrat Wisnuwardhana ditetapkan menjadi juru di Lamajang diangkat menjadi pelindung dunia di Negara Lamajang tahun 1177 Saka pada Prasasti tersebut setelah diadakan penelitian penghitungan kalender kuno maka ditemukan dalam tahun Jawa pada tanggal 14 Dulkaidah 1165 atau tanggal 15 Desember 1255 M Mengingat keberadaan Negara Lamajang sudah cukup meyakinkan bahwa 1255M itu Lamajang sudah merupakan sebuah negara berpenduduk mempunyai wilayah mempunyai raja pemimpin dan pemerintahan yang teratur maka ditetapkanlah tanggal 15 Desember 1255 M sebagai hari jadi Lumajang yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lumajang Nomor 414 Tahun 1990 tanggal 20 Oktober 1990Lamajang Tigang Juru dan Arya Wiraraja suntingDalam sejarahnya wilayah ini sangat berhubungan dengan tokoh bernama Arya Wiraraja yang kemudian menjadi raja besar di lamajang Tigang Juru Menurut Babad Pararaton nama kecilnya adalah Banyak Wide yang secara etimologis yaitu Banyak adalah biasanya adalah nama yang disandang kaum Brahmana sedangkan Wide yang berarti Widya yang berarti pengetahuan jadi nama banyak wide sendiri berarti brahmana yang punya banyak pengatahuan atau cerdik Hal ini kemudian sesuai dengan perjalanan kariernya kemudian Tentang kelahiran Banyak wide Babad Pararaton menyebutkan beberapa keterangan yang peting Hana ta wongira babatanganira buyuting Nangka aran Banyak Wide sinungan pasenggahan Arya Wiraraja arupa tan kandel denira dinohaken kinon Adipati ing Songenep anger ing Madura wetan yang artinya Ada seorang hambanya Kertanegara merupakan keturunan tetua di Nangka bernama Banyak Wide yang kemudian bergelar Arya Wiraraja dan dijauhkan menjadi adipati Sumenep Madura wetan Dari keterangan ini kita dapat menilai bahwa ia dilahirkan di desa Nangka namun daerah mana kita belum mengetahui dengan jelas Ada 3 versi tentang kelahiran Arya Wiraraja yang kita kenal Pertama versi dari penulis Sumenep bahwa ia dilahirkan di desa Karang Nangkan Kecamatan Ruberu Kabupaten sumenep Kedua versi tradisional Bali dimana menurut Babad Manik Angkeran ia dilahirkan di Desa Besakih Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Bali Ketiga menurut Mansur hidayat seoarang penulis sejarah Luamajang bahwa ia dilahirkan di dusun Nangkaan Desa Ranu Pakis Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang Hal ini berdasarkan analisisnya dimana Pararaton tentang pemindahan Arya Wiraraja ke Sumenep dalam rangka dinohken yang berarti dijauhkan sehingga ia dimungkin bukan berasal dari Madura Nah kelahiran Arya Wiraraja dimungiinkan di wilayah Lumajang karena pemindahan kerajaan dari sumenep ke Lamajang pada tahun 1292 1294 Masehi dimungkinkan sebagai seoarang politisi ulung ia sudah mengenal betul daerah Lamajang Demikian pun di sekitar Dusun Nangkaan ini terdapat sebuah situs besar yang pernah di gali tim Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2007 dimana situs ini dimungkinkan adalah pemukiman dengan komplek peribadatannya Tentang kelahirannya tokoh ini diperkirakan lahir pada tahun 1232 Masehi karena dalam babad Pararaton menyatakan ia ketika mterjadi ekpedisi Pamalayu ia berusia sekitar 43 tahun dan menjadi Adipati Sumenep di usia 37 tahun Dalam perjalanan politik selanjutnya nama Banyak wide atau arya wiraraja lebih mencuat dalam sejarah politik di kerajaan SinghasariPrasasti Kudadu menyebutkan bahwa ketika Raden Wijaya melarikan diri bersama 12 pengawal setianya ke Madura Adipati Arya Wiraraja memberikan bantuan kemudian melakukan kesepakatan pembagian tanah Jawa menjadi dua yang sama besar yang kemudian di sebut Perjanjian Sumenep Setelah itu Adipati Arya wiraraja memberi bantuan besar besar kepada Raden Wijaya termasuk mengusahakan pengampunan politik terhadap Prabu Jayakatwang di Kediri dan pembukaan hutan Terik menjadi sebuah desa bernama Majapahit Dalam pembukaan desa Majapahit ini sungguh besar jasa Adipati Arya Wiraraja dan pasukan Madura Raden wijaya sendiri datang di desa Majapahit setelah padi padi sudah menguning Kira kira 10 bulan setelah pendirian desa Majapahit ini kemudian datanglah pasukan besar Mongol Tar Tar pimpinan Jendral Shih Pi yang mendarat di pelabuhan Tuban Adipati Arya Wiraraja kemudian menasehati raden wijaya untuk mengirim utusan dan bekerja sama dengan pasukan besar ini dan menawarkan bantuan dengan iming iming harta rampasan perang dan putri putri Jawa yang cantik Setelah dicapai kesepakatan maka diseranglah Prabu Jayakatwang di Kediri yang kemudian dapat ditaklukkan dalam waktu yang kurang dari sebulan Setelah kekalahan Kediri Jendral Shih Pi meminta janji putri putri Jawa tersebut dan kemudian sekali lagi dengan kecerdikan Adipati Arya Wiraraja utusan Mongol dibawah pimpinan Jendral Kau Tsing menjemput para putri tersebut di desa Majapahit tanpa membawa senjata Hal ini dikarenakan permintaan Arya wiraraja dan Raden Wijaya untuk para penjemputri putri Jawa tersebut untuk meletakkan senjata dikarenakan permohonan para putri yang dijanjikan yang masih trauma dengan senjata dan peperangan yang sering kali terjadi Setelah pasukan Mongol Tar Tar masuk desa majapahit tanpa senjata tiba tiba gerbang desa ditutup dan pasukan Ronggolawe maupun Mpu Sora bertugas membantainya Hal ini diikuti oleh pengusiran pasukan Mongol Tar Tar baik di pelabuhan Ujung Galuh Surabya maupun di Kediri oleh pasukan Madura dan laskar Majapahit Dalam catatan sejarah kekalahan pasukan Mongol Tar Tar ini merupakan kekalahan yang paling memalukan karena pasukan besar ini harus lari tercerai berai Setahun setelah pengusiran pasukan Mongol Tar Tar menurut Kidung Harsawijaya sesuai dengan Perjanjian Sumenep tepatnya pada 10 Nopember 1293 Masehi Raden Wijaya diangkat menjadi raja Majapahit yang wilayahnya meliputi wilayah wilaah kota Malang bekas kerajaan Singosari Pasuruan dan wilayah wilayah di bagian barat sedangkan di wilayah timur berdiri kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin oleh Arya Wiraraja yang kemudian dalam dongeng rakyat Lumajang disebut sebagai Prabu Menak Koncar I Kerajaan Lamajang Tigang Juru ini sendiri menguasai wilayah seperti Madura Lamajang Patukangan atau Panarukan dan Blambangan Dari pembagian bekas kerajaan Singosari ini kemudian kita mengenal adanya 2 budaya yang berbeda di Provinsi Jawa Timur dimana bekas kerajaan Majapahit dikenal mempunyai budaya Mataraman sedang bekas wilayah kerajaan Lamajang Tigang Juru dikenal dengan budaya Pendalungan campuran Jawa dan Madura yang berada di kawasan Tapal Kuda sekarang ini Prabu Menak Koncar I Arya Wiraraja ini berkuasa dari tahun 1293 1316 Masehi Sepeninggal Prabu Menak Koncar I Arya Wiraraja salah seorang penerusnya yaiti Mpu Nambi diserang oleh Majapahit yang menyebabkan Lamajang Tigang Juru jatuh dan gugurnya Mpu Nambi yang juga merupakan patih di Majapahit Babad Pararaton menceritakan kejatuhan Lamajang pada tahun saka Naganahut wulan Naga mengigit bulan dan dalam Babad Negara Kertagama disebutkan tahun Muktigunapaksarupa yang keduanya menujukkan angka tahun 1238 Saka atau 1316 Masehi Jatuhnya Lamajang ini kemudian membuat kota kota pelabuhannya seperti Sadeng dan Patukangan melakukan perlawanan yang kemudian dikenal sebagai Pasadeng atau perang sadeng dan ketha pada tahun 1331 masehi Ketika Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling daerah Lamajang pada tahun 1359 Masehi tidak berani singgah di bekas ibu kota Arnon Situs Biting Malah perlawanan daerah timur kembali bergolak ketika adanya perpecahan Majapahit menjadi barat dan timur dengan adanya Perang Paregreg pada tahun 1401 1406 Masehi Perjalanan sejarah Lumajang kemudian masuk pada babak pemerintahan kerajaan Blambangan Sejarah pada masa ini agak kurang jelas karena kurangnya data Menurut Babad Sembar setelah keruntuhan Majapahit maka Lumajang dipimpin oleh Lembu Miruda Kemudian terjadi masa peperangan antara Untung Surapati kerajaan Blambangan Mataram dan VOC Pada abad ke 17 Lumajang dikuasai oleh keluarga Untung Suropati setelah kematian pemimpin terakhir Kerajaan Blambangan Susuhunan Tawangalun II yang beristana di Macan Putih Banyuwangi Salah satu penguasa Lumajang pada masa ini yaitu Adipati Kartanegara memerintah Lumajang di kawasan perbentengan Kutorenon Cucu Untung Suropati itu terkenal sangat anti VOC Permintaan untuk menyerahkan diri kepada VOC ditolaknya mentah mentah sehingga Lumajang ditaklukkan dan perbentengannya diratakan dengan tanah pada bulan Juni tahun 1767 Adipati Kartanegara mengungsi ke Malang sempat dilindungi saudaranya Adipati Arya Malayakusuma Beliau kemudian meninggal dan dimakamkan di suatu tempat di Malang Selatan Drs Sri Margana Lumajang dari Praaksara hingga Masa Awal Kemerdekaan Perlawanan masyarakat Lamajang kembali bergolak ketika Babad Tanah Jawi menceritakan Sultan Agung merebut benteng Renong dalam hal ini Arnon atau Kutorenon melalui Tumenggung Sura Tani sekitar tahun 1617 Masehi Kemudian ketika anak anak Untung Suropati terdesak dari Pasuruan sekali perlawanan dialihkan dari kawasan Arnon atau Situs Biting Lumajang Sejak tahun 1882 Lumajang masih merupakan Distrik setingkat Kecamatan yang dipimpin oleh seorang Wedono Lumajang berada dibawah Pasuruan dan Probolinggo Pimpinan tertinggi Lumajang adalah Asisten Residen dengan didampingi Jaksa Pada 31 Desember 1866 Raden Astro Koesoemo diangkat menjadi Jaksa Lumajang Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1968 kemudian tahun 1886 status sistem Pemerintahannya dinaikkan statusnya menjadi daerah Afdeeling setingkat Kabupaten kapala Pemerintahannya adalah seorang Patih Afdeeling dan tahun 1929 sistem Pemerintahan di Lumajang dinaikkan lagi statusnya menjadi Kabupaten kepala pemerintahannya adalah seorang Bupati Patih Afdeeling dan Bupati yang pernah dan sedang memimpin Lumajang antara lain I Jaman Pemerintahan Patih Afdeeling1 Patih Raden Endro Koesoemo 1867 1886 Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1870 2 Patih Raden Pandji Atmo Koesoemo 1886 1890 Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1887 3 Patih Raden Mas Singowiguno 1890 1920 Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1898 4 Patih Mas Ngabehi Ardjosoepoetro 1920 1923 Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1922 5 Patih Raden Kartoadiredjo 1923 1928 Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1933 II Jaman Pemerintahan Bupati tahun 1929 adalah perlalihan dari Daerah Afdeeling ke Kabupaten 5 R A A Kartoadiredjo 1928 1941 6 R T Abu Bakar 1941 1948 7 R Sastrodikoro 1948 1959 8 R Sukardjono 1959 1966 9 RN G Subowo 1966 1973 10 Soewandi Roestam 1973 1983 11 Karsid 1983 1988 12 H M Samsi Ridwan 1988 1993 13 Kolonel Inf Purn Tarmin Hariadi 1993 1998 14 Drs Achmad Fauzi 1998 2008 15 Dr H Sjahrazad Masdar MA 2008 2013 16 As at Malik 2013 2018 17 Thoriqul Haq 2018 2023 Satu catatan ternyata nama besar Maha Patih Nambi tidak pernah di munculkan di Kabaupaten Lumajang Sampai sekarang belum ada nama Maha Patih Nambi sebagai nama jalan dan nama gedung di kota ini Sedangkan Nama Besar Arya Wiraraja Digunakan Sebagai Nama Balai Kota Pendopo Kabupaten Lumajang Pendopo Arya Wirajraja Nama Taman kota Taman Bumi Arya Wiraraja Dikawasan KWT Kawasan Wonorejo Terpadu Situs Biting Bekas ibu kota Arya Wiraraja suntingKabupaten Lumajang dikenal mempunyai banyak peninggalan bersejarah yang luar biasa banyak dimana hampir semua wilayah Kecamatan mempunyai situs situs yang bersejarah misalnya di Situs Biting Situs Pra Sejarah di Kandangan Kecamatan Senduro Situs Watu Lumpang di Dusun Watu Lumpang Kecamatan Gucialit Candi Agung di Kecamatan Randu Agung Situs Tegal Randu di Kecamatan Klakah Situs Candi Gedong Putri di desa Klopo Sawit Kecamatan Candi Puro Situs situs ini sampai sekarang masih berserakan dan meminta perhartian lebih intens karena ancaman alaman dan ulah tangan manusia Situs Biting adalah sebuah situs arkeologis yang terletak di desa Kutorenon kecamatan Sukodono Lumajang provinsi Jawa Timur Situs ini diperkirakan merupakan peninggalan dari kerajaan Lamajang dan tersebar di atas kawasan seluas sekitar 135 hektaree Bangunan yang paling mengesankan adalah bekas tembok benteng dengan dengan panjang 10 kilometer lebar 6 meter dan tinggi 10 meter Kawasan Situs Biting adalah sebuah kawasan ibu kota kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin Prabu Arya Wiraraja yang dikelilingi oleh benteng pertahanan dengan tebal 6 meter tinggi 10 meter dan panjang 10 km Hasil penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 1982 1991 Kawasan Situs Biting memiliki luas 135 hektare yang mencakup 6 blok area merupakan blok keraton seluas 76 5 ha blok Jeding 5 ha blok Biting 10 5 ha blok Randu 14 2 ha blok Salak 16 ha dan blok Duren 12 8 ha Dalam Babad Negara Kertagama kawasan ini disebut Arnon dan dalam perkembangan pada abad ke 17 disebut Renong dan dewasa ini masuk dalam desa Kutorenon yang dalam cerita rakyat identik dengan Ketonon atau terbakar Nama Biting sendiri merujuk pada kosakata Madura bernama Benteng karena daerah ini memang dikelilingi oleh benteng yang kokoh Pada tahun 1995 di Kawasan Situs Biting mulai dibangun Perumnas Biting yang tentu saja banyak merusak peninggalan Sejarah Situs yang ada Namun anehnya pihak pihak terkait yaitu Balai Pelstarian Peninggalan Purbakala BP3 Jawa Timur yang merupakan lembaga penyelamat seolah diam melihat perusakan ini sehingga lebih kurang 15 Hektar kawasan ini rusak oleh pembangunan ini Advokasi Pelestarian oleh Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur MPPM Timur Pada tahun 2010 berdasarkan lahir sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat bernama Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur MPPM Timur melakukan advokasi pelestarian Situs Biting Setelah itu juga Komunitas Mahasiswa Peduli Lumajang KMPL bergerak dalam advokasi ini dan kemudian juga elemen masyarakat lokal Biting juga mulai sadar akan peninggalan sejarah yang ada di wilayahnya Advokasi yang dilakukan oleh para pelestari Situs Biting telah melahirkan berbagai event seperti Napak Tilas yang telah digelar selama 2 kali berturut turut lomba lukis benteng maupun seminar Nasional Untuk acara Napak Tilas kemudian menjadi agenda resmi Pariwisata Jawa Timur dari Kabupaten Lumajang yang akan diadakan setiap bulan juni Pelestarian Situs Biting di Lumajang Jawa Timur merupakan contoh bagi para pecinta dan pelestari sejarah dimana LSM mahasiswa maupun masyarakat telah bahu membahu melakukan sosialisasi maupun advokasi terhadap peninggalan sejarah Pustaka Sejarah suntingMansur Hidayat Sejarah Lumajang Melacak Ketokohan Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru Denpasar Cakra Press 2012 Mansur Hidayat Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru Menafsir Ulang Sejarah Majapahit Timur Denpasar Pustaka Larasan 2013 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Sejarah Kabupaten Lumajang amp oldid 25427888