www.wikidata.id-id.nina.az
Ada usul agar artikel ini digabungkan ke Kesultanan Buton Diskusikan Buton adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah tenggara Pulau Sulawesi Pada zaman dahulu di daerah ini pernah berdiri kerajaan Buton yang kemudian berkembang menjadi Kesultanan Buton Buton dikenal dalam Sejarah Indonesia karena telah tercatat dalam naskah Nagarakertagama karya Prapanca pada Tahun 1365 Masehi dengan menyebut Buton atau Butuni sebagai Negeri Desa Keresian atau tempat tinggal para resi dimana terbentang taman dan didirikan lingga serta saluran air Rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru Nama Pulau Buton juga telah dikenal sejak zaman pemerintahan Majapahit Patih Gajah Mada dalam Sumpah Palapa menyebut nama Pulau Buton Daftar isi 1 Sejarah Awal 2 Bidang Hukum 3 Bidang Perekonomian 4 Bidang Pertahanan 5 Raja raja Buton 6 Sultan Sultan Buton 7 Referensi 8 Pranala luarSejarah Awal suntingCikal bakal negeri Buton untuk menjadi sebuah Kerajaan pertama kali dirintis oleh kelompok Mia Patamiana si empat orang yaitu Sipanjonga Simalui Sitamanajo Sijawangkati yang oleh sumber lisan mereka berasal dari Semenanjung Tanah Melayu pada akhir abad ke 13 Mereka mulai membangun perkampungan yang dinamakan Wolio saat ini berada dalam wilayah Kota Bau Bau serta membentuk sistem pemerintahan tradisional dengan menetapkan 4 Limbo Empat Wilayah Kecil yaitu Gundu gundu Barangkatopa Peropa dan Baluwu yang masing masing wilayah dipimpin oleh seorang Bonto sehingga lebih dikenal dengan Patalimbona Keempat orang Bonto tersebut disamping sebagai kepala wilayah juga bertugas sebagai pelaksana dalam mengangkat dan menetapkan seorang Raja Selain empat Limbo yang disebutkan di atas di Buton telah berdiri beberapa kerajaan kecil seperti Tobe tobe Kamaru Wabula Todanga dan Batauga Maka atas jasa Patalimbona kerajaan kerajaan tersebut kemudian bergabung dan membentuk kerajaan baru yaitu kerajaan Buton dan menetapkan Wa Kaa Kaa seorang wanita bersuamikan Si Batara seorang turunan bangsawan Kerajaan Majapahit menjadi Raja I pada tahun 1332 setelah mendapat persetujuan dari keempat orang bonto patalimbona saat ini hampir sama dengan lembaga legislatif Dalam periodisasi Sejarah Buton telah mencatat dua Fase penting yaitu masa Pemerintahan Kerajaan sejak tahun 1332 sampai pertengahan abad ke 16 dengan diperintah oleh 6 enam orang raja diantaranya 2 orang raja perempuan yaitu Wa Kaa Kaa dan Bulawambona Kedua raja ini merupakan bukti bahwa sejak masa lalu derajat kaum perempuan sudah mendapat tempat yang istimewa dalam masyarakat Buton Fase kedua adalah masa Pemerintahan Kesultanan sejak masuknya agama Islam di Kerajaan Buton pada tahun 948 Hijriah 1542 Masehi bersamaan dilantiknya Laki La Ponto sebagai Sultan Buton I dengan Gelar Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis sampai pada Muhammad Falihi Kaimuddin sebagai Sultan Buton ke 38 yang berakhir tahun 1960 Bidang Hukum suntingDibidang hukum dijalankan sangat tegas dengan tidak membedakan baik aparat pemerintahan maupun masyarakat umum Hal ini terlihat dari ke 38 orang sultan yang memerintah di Buton 12 orang menyalahgunakan kekuasaan dan melanggar sumpah jabatan dan satu diantaranya yaitu Sultan ke VIII Mardan Ali diadili dan diputuskan untuk dihukum mati dengan cara leher dililit dengan tali sampai meninggal yang dalam bahasa wolio dikenal dengan istilah digogoli Bidang Perekonomian suntingBidang perekonomian dimana Tunggu Weti sebagai penagih pajak di daerah kecil ditingkatkan statusnya menjadi Bonto Ogena disamping sebagai penanggung jawab dalam pengurusan pajak dan keuangan juga mempunyai tugas khusus selaku kepala siolimbona saat ini hampir sama dengan ketua lembaga legislatif Bidang Pertahanan suntingBidang Pertahanan Keamanan ditetapkannya Sistem Pertahanan Rakyat Semesta dengan falsafah perjuangan yaitu Yinda Yindamo Arata somanamo Karo Harta rela dikorbankan demi keselamatan diri Yinda Yindamo Karo somanamo Lipu Diri rela dikorbankan demi keselamatan negeri Yinda Yindamo Lipu somanamo Sara Negeri rela dikorbankan demi keselamatan pemerintah Yinda Yindamo Sara somanamo Agama Pemerintah rela dikorbankan demi keselamatan agama Disamping itu juga dibentuk sistem pertahanan berlapis yaitu empat Barata Wuna Tiworo Kulisusu dan Kaledupa empat matana sorumba Wabula Lapandewa Watumotobe dan Mawasangka serta empat orang Bhisa Patamiana pertahanan kebatinan Selain bentuk pertahanan tersebut maka oleh pemerintah kesultanan juga mulai membangun benteng dan kubu kubu pertahanan dalam rangka melindungi keutuhan masyarakat dan pemerintah dari segala gangguan dan ancaman Kejayaan masa Kerajaan Kesultanan Buton sejak berdiri tahun 1332 dan berakhir tahun 1960 berlangsung 600 tahun lamanya telah banyak meninggalkan warisan masa lalu yang sangat gemilang sampai saat ini masih dapat kita saksikan berupa peninggalan sejarah budaya dan arkeologi Wilayah bekas Kesultanan Buton telah berdiri beberapa daerah kabupaten dan kota yaitu Kabupaten Buton Kabupaten Muna Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Buton Utara Kabupaten Buton Tengah dan Kota Bau Bau Raja raja Buton suntingRatu ke I Wa Kaa Kaa Ratu ke II Bulawambona Raja ke III Bataraguru Raja ke IV Tua Rade Raja ke V Mulae Raja ke VI La Kilaponto Timbang Timbaga Halu Oleo MurhumSultan Sultan Buton suntingSultan Murhum La Kilaponto 1491 1537 dengan gelar Sultan Kaimuddin Sultan La Tumparasi 1545 1552 dengan gelar Sultan Kaimuddin Sultan La Sangaji 1566 1570 dengan gelar Sultan Kaimuddin Sultan La Elangi 1597 1633 dengan gelar Sultan Dayanu Iksanuddin Sultan La Balawo 1617 1619 Sultan La Buke 1632 1645 Sultan La Saparagau 1645 1646 Sultan La Cila 1647 1654 Sultan La Awu 1654 1664 dengan gelar Sultan Malik Sirullah Sultan La Simbata 1664 1669 dengan gelar Sultan Adilil Rakhiya Sultan La Tangkaraja 1669 1680 dengan gelar Sultan Kaimuddin Sultan La Tumpamana 1680 1689 dengan gelar Sultan Zainuddin Sultan La Umati 1689 1697 Sultan La Dini 1697 1704 dengan gelar Sultan Syaifuddin Sultan La Rabaenga 1702 Sultan La Sadaha 1704 1709 dengan gelar Sultan Syamsuddin Sultan La Ibi 1709 1711 dengan gelar Sultan Nasraruddin Sultan La Tumparasi 1711 712 dengan gelar Sultan Muluhiruddin Abdul Rasyid Sultan La Ngkarieri 1712 1750 dengan gelar Sultan Sakiyuddin Duurul Aalam Sultan La Karambau 1750 1752 Sultan Himayatuddin Ibnu Sultaani Liyaauddin Ismail Sultan Hamim 1752 1759 dengan gelar Sultan Sakiyuddin Sultan La Seha 1759 1760 dengan gelar Sultan Rafiuddin Sultan La Karambau 1760 1763 Sultan Himayatuddin Ibnu Sultaani Liyaauddin Ismail Sultan La Jampi 1763 1788 dengan gelar Sultan Kaimuddin Sultan La Masalalamu dengan gelar Sultan Alimuddin 1788 1791 Sultan La Kaporu 1791 1799 dengan gelar Sultan Muhuyuddien Abdul Gafur Sultan La Badaru 1799 1822 dengan gelar Sultan Dayanu Asraruddin Sultan La Dani 1823 1824 Sultan Muh Idrus Kaimuddin 1824 1851 Sultan Muh Isa 1851 1861 Sultan Muh Salihi 1871 1886 Sultan Muh Umar 1886 1906 Sultan Muh Asikin 1906 1911 Sultan Muh Husain 1914 Sultan Muh Ali 1918 1921 Sultan Muh Saifu 1922 1924 Sultan La Ode Muh Hamidi 1928 1937 Sultan La Ode Falihi Qaimuddin 1937 1960 Sultan Drs H La Ode Manarfa Putra Sultan La Ode Falihi Qaimuddin Pelaksana Sultan Buton sejak Sultan Falihi Qaimuddin mangkat 1960 2002 Sultan La Ode Muhammad Jafar Mei 2012 19 Juli 2013 Sultan dr H La Ode Muhammad Izat Manarfa M Sc 13 Des 2013 Sekarang Referensi sunting Drs R Soekmono 1973 edisi cetak ulang ke 5 1988 Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2 2nd ed Yogyakarta Penerbit Kanisius hlm 37 Munoz Paul Michel 2006 Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula Singapore Editions Didier Millet hlm pages 171 ISBN 981 4155 67 5 http regional kompas com read 2008 12 28 08593188 Puncak Sanga Likur Tempat Ritual 1 SuraPranala luar sunting Indonesia Situs web resmi Pemerintah Kota Bau Bau Diarsipkan 2009 07 27 di Wayback Machine Indonesia Potensi Wisata Kota Bau Bau Diarsipkan 2008 12 22 di Wayback Machine nbsp Artikel bertopik sejarah ini adalah sebuah rintisan Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya lbs Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Sejarah Buton Wolio amp oldid 25119336