www.wikidata.id-id.nina.az
K H Mas Mansoer ER EYD Mas Mansur 25 Juni 1896 25 April 1946 adalah seorang tokoh Islam dan pahlawan nasional Indonesia K H Mas MansoerKetua Umum Muhammadiyah ke 4Masa jabatan 1937 1942Pendahulu K H Hisjam bin HoesniPengganti Ki Bagoes HadikoesoemoInformasi pribadiLahir 1896 06 25 25 Juni 1896Soerabaja Hindia BelandaMeninggal25 April 1946 1946 04 25 umur 49 Surabaya Jawa Timur IndonesiaMakamGipo SurabayaKebangsaanIndonesiaSuami istriSiti Zakijah HalimahOrang tuaK H Mas Achmad Marzoeqi Ayah Raudhah Ibu KerabatSyafrudin Budiman cicit Alma materUniversitas Al AzharPenghargaan sipilPahlawan Nasional IndonesiaSunting kotak info L B Daftar isi 1 Keluarga 2 Pendidikan 2 1 Nyantri pada Kyai Kholil Bangkalan 2 2 Belajar di Mekkah dan Mesir 3 Menikah 4 Bergabung dengan Sarekat Islam 5 Taswir Al Afkar 6 Kepenulisan 7 Kegiatan di Muhammadiyah 7 1 Mulai aktif di Muhammadiyah 7 2 Terpilih menjadi Ketua PB Muhammadiyah 7 3 Gaya kepemimpinan 8 Kegiatan politik 9 Meninggal dunia 10 Pahlawan nasional 11 Pranala luarKeluarga suntingIbunya bernama Raudhah seorang wanita kaya yang berasal dari keluarga Sagipodin Ayahnya bernama K H Mas Achmad Marzoeqi berasal dari Keluarga Pesantren Sidoresmo Wonokromo Surabaya yang merupakan seorang pionir Islam ahli agama yang terkenal di Jawa Timur pada masanya Dia berasal dari keturunan bangsawan Astatinggi Sumenep Madura Dia dikenal sebagai imam tetap dan khatib di Masjid Ampel suatu jabatan terhormat pada saat itu Pendidikan suntingNyantri pada Kyai Kholil Bangkalan sunting Masa kecilnya dilalui dengan belajar agama pada ayahnya sendiri Di samping itu dia juga belajar di Pesantren Sidoresmo dengan Kiai Muhammad Thaha sebagai gurunya Pada tahun 1906 ketika Mas Mansur berusia sepuluh tahun dia dikirim oleh ayahnya ke Pondok Pesantren Demangan Bangkalan Madura Di sana dia mengkaji Al Qur an dan mendalami kitab Alfiyah ibnu Malik kepada Kiai Khalil Belum lama dia belajar di sana kurang lebih dua tahun Kiai Khalil meninggal dunia sehingga Mas Mansur meninggalkan pesantren itu Raka Belajar di Mekkah dan Mesir sunting Sepulang dari Pondok Pesantren Demangan pada tahun 1908 oleh orang tuanya disarankan untuk menunaikan ibadah haji dan belajar di Makkah pada Kiai Mahfudz yang berasal dari Pondok Pesantren Termas Pacitan Jawa Timur Setelah kurang lebih empat tahun belajar di sana situasi politik di Saudi memaksanya pindah ke Mesir Penguasa Arab Saudi Syarif Hussen mengeluarkan instruksi bahwa orang asing harus meninggalkan Makkah supaya tidak terlibat sengketa itu Pada mulanya ayah Mas Mansoer tidak mengizinkannya ke Mesir karena citra Mesir Kairo saat itu kurang baik di mata ayahnya yaitu sebagai tempat bersenang senang dan maksiat Meskipun demikian Mas Mansoer tetap melaksanakan keinginannya tanpa izin orang tuanya Kepahitan dan kesulitan hidup karena tidak mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya untuk biaya sekolah dan biaya hidup harus dijalaninya Oleh karena itu dia sering berpuasa Senin dan Kamis dan mendapatkan uang dan makanan dari masjid masjid Keadaan ini berlangsung kurang lebih satu tahun dan setelah itu orang tuanya kembali mengiriminya dana untuk belajar di Mesir Di Mesir dia belajar di Perguruan Tinggi Al Azhar pada Syaikh Ahmad Maskawih Suasana Mesir pada saat itu sedang gencar gencarnya membangun dan menumbuhkan semangat kebangkitan nasionalisme dan pembaharuan Banyak tokoh memupuk semangat rakyat Mesir baik melalui media massa maupun pidato Mas Mansoer juga memanfaatkan kondisi ini dengan membaca tulisan tulisan yang tersebar di media massa dan mendengarkan pidato pidatonya Ia berada di Mesir selama kurang lebih dua tahun Sebelum pulang ke tanah air terlebih dulu dia singgah dulu di Makkah selama satu tahun dan pada tahun 1915 dia pulang ke Indonesia Menikah suntingSepulang dari belajar di Mesir dan Makkah ia menikah dengan puteri Haji Arif yaitu Siti Zakijah yang tinggalnya tidak jauh dari rumahnya Dari hasil pernikahannya itu mereka dikaruniai enam orang anak yaitu Nafiah Ainoerrafiq Aminah Mohammad Noeh Ibrahim dan Loek loek Di samping menikah dengan Siti Zakijah dia juga menikah dengan Halimah Dia menjalani hidup dengan istri kedua ini tidak berlangsung lama hanya dua tahun karena pada tahun 1939 Halimah meninggal dunia Bergabung dengan Sarekat Islam suntingLangkah awal Mas Mansoer sepulang dari belajar di luar negeri ialah bergabung dalam Sarekat Islam Peristiwa yang dia saksikan dan alami baik di Makkah yaitu terjadinya pergolakan politik maupun di Mesir yaitu munculnya gerakan nasionalisme dan pembaharuan merupakan modal baginya untuk mengembangkan sayapnya dalam suatu organisasi Pada saat itu SI dipimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto dan terkenal sebagai organisasi yang radikal dan revolusioner Ia dipercaya sebagai Penasihat Pengurus Besar SI Taswir Al Afkar suntingDi samping itu Mas Mansoer juga membentuk majelis diskusi bersama Wahab Hasboellah yang diberi nama Taswir al Afkar Cakrawala Pemikiran Terbentuknya majelis ini diilhami oleh Masyarakat Surabaya yang diselimuti kabut kekolotan Masyarakat sulit diajak maju bahkan mereka sulit menerima pemikiran baru yang berbeda dengan tradisi yang mereka pegang Taswir al Afkar merupakan tempat berkumpulnya para ulama Surabaya yang sebelumnya mereka mengadakan kegiatan pengajian di rumah atau di surau masing masing Masalah masalah yang dibahas berkaitan dengan masalah masalah yang bersifat keagamaan murni sampai masalah politik perjuangan melawan penjajah Aktivitas Taswir al Afkar itu mengilhami lahirnya berbagai aktivitas lain di berbagai kota seperti Nahdhah al Wathan Kebangkitan Tanah Air yang menitikberatkan pada pendidikan Sebagai kelanjutan Nahdhah al Wathan Mas Mansur dan Abdul Wahab Hasbullah mendirikan madrasah yang bernama Khitab al Wathan Mimbar Tanah Air kemudian madrasah Ahl al Wathan Keluarga Tanah Air di Wonokromo Far u al Wathan Cabang Tanah Air di Gresik dan Hidayah al Wathan Petunjuk Tanah Air di Jombang Kalau diamati dari nama yang mereka munculkan yaitu wathan yang berarti tanah air maka dapat diketahui bahwa kecintaan mereka terhadap tanah air sangat besar Mereka berusaha mencerdaskan bangsa Indonesia dan berusaha mengajak mereka untuk membebaskan tanah air dari belenggu penjajah Pemerintahan sendiri tanpa campur tangan bangsa lain itulah yang mereka harapkan Taswir al Afkar merupakan wadah yang diskusinya mau tidak mau permasalahan yang mereka diskusikan merembet pada masalah khilafiyah ijtihad dan madzhab Terjadinya perbedaan pendapat antara Mas Mansoer dengan Abdoel Wahab Hasboellah mengenai masalah masalah tersebut yang menyebabkan Mas Mansoer keluar dari Taswir al Afkar Kepenulisan suntingMas Mansoer juga banyak menghasilkan tulisan tulisan yang berbobot Pikiran pikiran pembaharuannya dituangkannya dalam media massa Majalah yang pertama kali diterbitkan bernama Soeara Santri Kata santri digunakan sebagai nama majalah karena pada saat itu kata santri sangat digemari oleh masyarakat Oleh karena itu Soeara Santri mendapat sukses yang gemilang Djinem merupakan majalah kedua yang pernah diterbitkan oleh Mas Mansoer Majalah ini terbit dua kali sebulan dengan menggunakan bahasa Jawa dengan huruf Arab Kedua majalah tersebut merupakan sarana untuk menuangkan pikiran pikirannya dan mengajak para pemuda melatih mengekspresikan pikirannya dalam bentuk tulisan Melalui majalah itu Mas Mansoer mengajak kaum muslimin untuk meninggalkan kemusyrikan dan kekolotan Di samping itu Mas Mansoer juga pernah menjadi redaktur Kawan Kita di Surabaya Tulisan tulisan Mas Mansur pernah dimuat di Siaran dan Kentoengan di Surabaya Pengandjoer dan Islam Bergerak di Jogjakarta Pandji Islam dan Pedoman Masyarakat di Medan dan Adil di Solo Di samping melalui majalah majalah Mas Mansoer juga menuliskan ide dan gagasannya dalam bentuk buku antara lain yaitu Hadits Nabawijah Sjarat Sjahnja Nikah Risalah Tauhid dan Sjirik dan Adab al Bahts wa al Munadlarah Beberapa dari tulisan tulisan K H Mas Mansoer yang tersebar di banyak media tersebut kemudian dihimpun oleh Amir Hamzah Wirjosukarto dalam sebuah Buku Rangkaian Mutu Manikam Kyai Hadji Mas Mansur yang diterbitkan oleh Penjebar Ilmu dan Al Ichsan pada tahun 1968 Kegiatan di Muhammadiyah suntingMulai aktif di Muhammadiyah sunting Di samping aktif dalam bidang tulis menulis dia juga aktif dalam organisasi meskipun aktivitasnya dalam organisasi menyita waktunya dalam dunia jurnalistik Pada tahun 1921 Mas Mansoer masuk organisasi Muhammadiyah Aktivitas Mas Mansoer dalam Muhammadiyah membawa angin segar dan memperkukuh keberadaan Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharuan Tangga tangga yang dilalui Mas Mansur selalu dinaiki dengan mantap Hal ini terlihat dari jenjang yang dilewatinya yakni setelah Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya kemudian menjadi Konsul Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur Puncak dari tangga tersebut adalah ketika Mas Mansur menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah Terpilih menjadi Ketua PB Muhammadiyah sunting Mas Mansoer dikukuhkan sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke 26 di Jogjakarta pada bulan Oktober 1937 Banyak hal pantas dicatat sebelum Mas Mansoer terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah Suasana yang berkembang saat itu ialah ketidakpuasan angkatan muda Muhammadiyah terhadap kebijakan Pengurus Besar Muhammadiyah yang terlalu mengutamakan pendidikan yaitu hanya mengurusi persoalan sekolah sekolah Muhammadiyah tetapi melupakan bidang tabligh penyiaran agama Islam Angkatan Muda Muhammadiyah saat itu berpendapat bahwa Pengurus Besar Muhammadiyah hanya dikuasai oleh tiga tokoh tua yaitu K H Hisjam Ketua Pengurus Besar K H Moechtar Wakil Ketua dan K H Sjuja sebagai Ketua Majelis PKO Pertolongan Kesedjahteraan Oemoem Situasi bertambah kritis ketika dalam Kongres Muhammadiyah ke 26 di Jogjakarta pada tahun 1937 ranting ranting Muhammadiyah lebih banyak memberikan suara kepada tiga tokoh tua tersebut Kelompok muda di lingkungan Muhammadiyah semakin kecewa Namun setelah terjadi dialog ketiga tokoh tersebut ikhlas mengundurkan diri Setelah mereka mundur lewat musyawarah Ki Bagoes Hadikoesoemo diusulkan untuk menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah namun ia yang menolak Kiai Hadjid juga menolak ketika ia dihubungi untuk menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah Perhatian pun diarahkan kepada Mas Mansoer Konsul Muhammadiyah Daerah Surabaya Pada mulanya Mas Mansoer menolak tetapi setelah melalui dialog panjang ia bersedia menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah Pergeseran kepemimpinan dari kelompok tua kepada kelompok muda dalam Pengurus Besar Muhammadiyah tersebut menunjukkan bahwa Muhammadiyah saat itu sangat akomodatif dan demokratis terhadap aspirasi kalangan muda yang progresif demi kemajuan Muhammadiyah bukan demi kepentingan perseorangan Bahkan Pengurus Besar Muhammadiyah pada periode Mas Mansoer juga banyak didominasi oleh angkatan muda Muhammadiyah yang cerdas tangkas dan progresif Gaya kepemimpinan sunting Terpilihnya Mas Mansoer sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah meniscayakannya untuk pindah ke Jogjkarta bersama keluarganya Untuk menopang kehidupannya Muhammadiyah tidak memberikan gaji melainkan ia diberi tugas sebagai guru di Madrasah Mu allimin Muhammadiyah Yogyakarta sehingga ia mendapatkan penghasilan dari sekolah tersebut Sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah Mas Mansoer juga bertindak disiplin dalam berorganisasi Sidang sidang Pengurus Besar Muhammadiyah selalu diadakan tepat pada waktunya Demikian juga dengan para tamu Muhammadiyah dari daerah daerah Berbeda dari Pengurus Besar Muhammadiyah sebelumnya yang sering kali menyelesaikan persoalan Muhammadiyah di rumahnya masing masing Mas Mansoer selalu menekankan bahwa kebiasaan seperti itu tidak baik bagi disiplin organisasi karena Pengurus Besar Muhammadiyah telah memiliki kantor sendiri beserta segenap karyawan dan perlengkapannya Namun ia tetap bersedia untuk menerima silaturrahmi para tamu Muhammadiyah dari daerah daerah itu di rumahnya untuk urusan yang tidak berkaitan dengan Muhammadiyah Kepemimpinannya ditandai dengan kebijaksanaan baru yang disebut Langkah Muhammadiyah 1938 1949 Ada duabelas langkah yang dicanangkannya Selain itu Mas Mansoer juga banyak membuat gebrakan dalam hukum Islam dan politik ummat Islam saat itu Yang perlu untuk pula dicatat Mas Mansoer tidak ragu mengambil kesimpulan tentang hukum bank yakni haram tetapi diperkenankan dimudahkan dan dimaafkan selama keadaan memaksa untuk itu Ia berpendapat bahwa secara hukum bunga bank adalah haram tetapi ia melihat bahwa perekonomian ummat Islam dalam kondisi yang sangat memprihatinkan sedangkan ekonomi perbankan saat itu sudah menjadi suatu sistem yang kuat di masyarakat Oleh karena itu jika ummat Islam tidak memanfaatkan dunia perbankan untuk sementara waktu maka kondisi perekonomian ummat Islam akan semakin turun secara drastis Dengan demikian dalam kondisi keterpaksaan tersebut dibolehkan untuk memanfaatkan perbankan guna memperbaiki kondisi perekonomian ummat Islam Kegiatan politik suntingDalam perpolitikan ummat Islam saat itu Mas Mansoer juga banyak melakukan gebrakan Sebelum menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah Mas Mansoer sebenarnya sudah banyak terlibat dalam berbagai aktivitas politik ummat Islam Setelah menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah ia pun mulai melakukan gebrakan politik yang cukup berhasil bagi ummat Islam dengan memprakarsai berdirinya Majelis Islam A la Indonesia MIAI bersama Hasyim Asy ari dan Wahab Hasboellah yang keduanya dari Nahdlatul Ulama NU Ia juga memprakarsai berdirinya Partai Islam Indonesia PII bersama Dr Sukiman Wiryasanjaya sebagai perimbangan atas sikap non kooperatif dari Partai Syarikat Islam Indonesia PSII Demikian juga ketika Jepang berkuasa di Indonesia Mas Mansoer termasuk dalam empat orang tokoh nasional yang sangat diperhitungkan yang terkenal dengan empat serangkai yaitu Soekarno Mohammad Hatta Ki Hadjar Dewantara dan Mas Mansur Keterlibatannya dalam empat serangkai mengharuskannya pindah ke Jakarta sehingga Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah diserahkan kepada Ki Bagoes Hadikoesoemo Namun kekejaman pemerintah Jepang yang luar biasa terhadap rakyat Indonesia menyebabkannya tidak tahan dalam empat serangkai tersebut sehingga ia memutuskan untuk kembali ke Surabaya dan kedudukannya dalam empat serangkai digantikan oleh Ki Bagoes Hadikoesoemo Meninggal dunia suntingKetika pecah perang kemerdekaan Mas Mansoer belum sembuh benar dari sakitnya Namun ia tetap ikut berjuang memberikan semangat kepada barisan pemuda untuk melawan kedatangan tentara Belanda NICA Akhirnya ia ditangkap oleh tentara NICA dan dipenjarakan di Kalisosok Di tengah pecahnya perang kemerdekaan yang berkecamuk itulah Mas Mansur meninggal di tahanan pada tanggal 25 April 1946 Jenazahnya dimakamkan di Gipo Surabaya Pahlawan nasional suntingAtas jasa jasanya oleh Pemerintah Republik Indonesia ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia bersama rekan seperjuangannya yaitu K H Fakhruddin Pranala luar sunting Indonesia Biografi Mas Mansyur di Muhammadiyah com Didahului oleh Hisjam bin Hoesni Ketua Umum Muhammadiyah1936 1942 Diteruskan oleh Bagoes Hadikoesoemo Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Mas Mansoer amp oldid 24795854