www.wikidata.id-id.nina.az
Kakawin Bhomantaka atau juga disebut sebagai Kakawin Bhomakawya adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuno Kakawin ini merupakan salah satu yang terpanjang dalam Sastra Jawa Kuno panjangnya mencapai 1 492 bait Isinya ialah kisah cerita peperangan antara Prabu Kresna dan sang raksasa Bhoma 1 Kakawin BhomantakaTarikh1963Bahasa bahasa KawiJuru juru tulisAnak Agung Gde Alit GeriaUkuran21 cm x cmAksaraAksara BaliHalaman88Masuk Koleksi padaPerpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Perpustakaan Kongres Amerika Serikat Suntingan teks edisi Teeuw dan Robson Daftar isi 1 Masa penulisan dan penggubah syair 2 Mengenai nama kakawin 3 Ringkasan 3 1 Pembukaan 1 2 3 2 Kepergian Samba 3 13 3 3 Dharmadewa dan Yajnawati 14 29 3 4 Sang putri dibawa ke istana Bhoma 30 43 3 5 Pernyataan cinta Yajnawati 41 43 3 6 Samba berhasil melarikan Yajnawati 44 49 3 7 Prabu Druma 50 72 3 8 Pernyataan perang Bhoma 73 84 3 9 Perang di Rewataka 85 113 3 10 Perang berakhir 114 118 4 Ajaran anitya 5 Suntingan teks 6 Referensi 6 1 Daftar pustakaMasa penulisan dan penggubah syair suntingKakawin Bhomakawya ditulis oleh Mpu Panuluh dari zaman Kerajaan Kadiri yang menggubah kisah Bhomakawya ia mempersembahkan Kakawin ciptaannya kepada Rsi Narada Apapun mungkin terjadi tampaknya pasti bahwa Bhomakawya telah lama menghilang dari percaturan sastra di tanah Jawa yang sampai kepada kita saat ini Meskipun di tanah asalnya karya sastra ini telah lama menghilang namun di Bali semua naskahnya masih ada dan bertahan menghadapi perjalanan waktu dan memberikan kesaksian yang terang benderang tentang kenyataan bahwa para penyalin Bali dari generasi ke generasi terus menerus menyalin kembali puisi ini di seluruh pulau Bali Menurut P J Zoetmulder 1974 dapat diketahui bahwa kakawin ini merupakan kakawin terpanjang yang berasal dari Jawa Timur dan kemungkinan bisa dijajarkan dengan kakawin Arjunawiwaha untuk masa penggubahan Mengenai nama kakawin suntingFriedrich sang pakar sastra Jawa Kuno dari Prusia yang menerbitkan kakawin ini untuk pertama kalinya pada tahun 1852 menyebutnya sebagai kakawin Bhomakawya Nama ini memang disebut pada bait ketiga pupuh pertama kakawin ini Namun pada kolofon kolofon naskah naskah manuskrip nama yang disebutkan adalah Bhomantaka Selain itu di tradisi Jawa dan Bali nama yang dikenal adalah Bhomantaka pula sehingga para pakar seperti Teeuw 1946 2005 Zoetmulder 1974 dan Robson 2005 akhirnya menggunakan nama Bhomantaka pula Ringkasan suntingDi bawah ini ringkasan kisah yang terkandung dalam kakawin Bhomantaka disajikan Ringkasan dibagi menurut adegan yang termuat Pembukaan 1 2 sunting Kakawin dimulai dengan manggala sang penyair Prabu Kresna dan saudaranya Baladewa diperkenalkan Lukisan ibu kota Dwarawati diberikan sebuah adegan audiensi dan datangnya tamu dari sorga dilukiskan di mana mereka meminta perlindungan dari Naraka sang raksasa Diceritakanlah bagaima sang Naraka dilahirkan sebagai putra batara Wisnu dan batari Pertiwi oleh karena itu Naraka memiliki nama Bhoma Bhoma artinya adalah Putra Bumi Lalu ia menjadi raja dan batara Brahma bertitah bahwa ia akan memerintah tiga dunia Kresna memutuskan bahwa Samba putra tertuanya akan dikirimkan untuk melindungi para tapa di Himalaya Kresna mengajarkan Samba kewajiban atau dharmanya sebagai seorang anak lelaki Kepergian Samba 3 13 sunting Samba bertemu dengan ibunya Jambawati dan lalu berangkat dari istana Sang raja memberinya wejangan mengenai dharma seorang ksatria lalu iapun dan pengikutnya berangkat ke daerah pedesaan Lalu lukisan daerah pedesaan diberikan mereka bermalam di sebuah pertapaan dan diterima di sana Para balatentara bercakap cakap dan bercengkerama Pertapaan dan daerah pedesaan sampai gunung Himalaya dilukiskan lebih lanjut Pertapaan pertapaan yang dirusak oleh bala Naraka dilukiskan para raksasa mencium keberadaan mereka dan menyerang pada malam hari Terjadilah pertempuran sengit kaum raksasa berhasil dipukul mundur Samba lalu berlawat pada sebuah pertapaan terpencil dan bercengkerama di sana Sebuah pertapaan dilukiskan Sisa sisa kaum raksasa menyerang kembali mereka berhasil dipukul mundur oleh para tapa dan Samba Perjalanan lalu dilanjutkan ke tempat larangan Wiswamitra Samba disambut di sana Dharmadewa dan Yajnawati 14 29 sunting Seorang siswa Wiswamitra Gunadewa menceritakan tentang komunitas di pegunungan termasuk yang sekarang telah ditinggalkan dan sebelumnya dihuni oleh putra batara Wisnu Dharmadewa yang merupakan kekasih Yajnawati Samba teringat bahwa ia pernah terlahirkan sebagai Dharmadewa dan bagaimana ia meninggalkan Yajnawati Ia lalu berusaha keras untuk menemukannya dan Gunadewa memberinya pelajaran akan anitya Semetara itu Tilottama seorang bidadari datang Samba mengenalnya sebagai dayang Yajnawati Tilottama memberi tahu bahwa Yajnawati telah lahir kembali sebagai seorang putri tetapi sekarang ia dicekal oleh Naraka Tilottama tahu ia dicekal di mana dan berjanji akan mengantar Samba Lalu kecantikan sang putri diperikan Saharsa berkata bahwa ia sudah datang Sang putri lalu menyiapkan diri Samba dan Tillottama datang Tilottama yang pertama masuk dan mendatangi sang putri yang mengharapkan kekasihnya Samba masuk tetapi sang putri kelihatannya enggan menjumpainya Samba berusaha keras untuk melayu sang putri dan mengingatkan bahwa mereka pada kehidupan sebelumnya merupakan kekasih Mereka dipersatukan Tilottama merasa cemas tetapi Samba berkata bahwa ia ingin memerangi para raksasa Para dayang dayang masuk dan melihat pasangan ini sedang bermain cinta Daruki seorang kusir masuk dan memperingatkan pangeran Samba bahwa mereka dalam keadaan bahaya para raksasa telah datang Samba meninggalkan sang putri dan pertempuran mulai Sang putri dibawa ke istana Bhoma 30 43 sunting Para wanita menjadi panik dan para dayang dayang lalu mengungsikan sang putri ke istana Bhoma Pragjyotisa Para raksasa terusir kembali dan Samba lalu mencari kekasihnya lagi Ia berusaha mengejarnya tetapi dihalangi oleh Narada dan menyuruhnya untuk pulang Pada perjalanan pulang ia berjumpa dengan Tilottama dan meminta untuk menyampaikan rasa rindunya kepada sang putri Sang pangeran kembali tetapi Krĕsna mencemaskannya Daruki berusaha memberi tahu apakah yang telah terjadi Prabu Citraratha diterima di balai audiensi dikirim oleh Indra karena para Dewata terdesak berperang melawan Naraka Sang raja berjanji akan memberikan bantuan dan meminta saran Uddhawa kebijakan apa yang harus diambil Uddhawa memberi jawaban dengan bicara panjang lebar mengenai kewajiban seorang raja dan bagaimana harus memerangi para raksasa Maka sang prabu memberi perintah untuk bersiap Dalam waktu tiga hari balatentara Yadu berangkat Mereka mencapai lereng Himalaya dan membuat sebuah perkemahan di luar pemukiman musuh Yajnawati mendengar bagaimana Samba telah datang dan mengirimkan Puspawati dengan sebuah pesan Pernyataan cinta Yajnawati 41 43 sunting Yajnawati lalu bercerita akan cinta sang putri dan meminta Samba untuk mengambilnya Hari selanjutnya kaum Yadu menyerang sesudah sebuah pertempuran sengit para raksasa melarikan diri Si raksasa Mura menyerang kembali tetapi dibunuh dan kaum Yadu memasuki istana Samba hadir dan menemukan Yajnawati kaum Yadu lalu pergi Samba berhasil melarikan Yajnawati 44 49 sunting Kaum Yadu sungguh lelah dan mereka berkemah untuk bermalam di daerah Magadha Prabu Jarasandha mendengar dan menyerang dibantu oleh selimut kegelapan Samba terluka namun bisa melarikan diri dengan sang putri di dalam keretanya setelah jauh roda kereta patah Sang pangeran lalu jatuh terpingsan Yajnawati menangis seorang biku lewat dan merasa iba Ia merasa kasihan atas keduanya dan memandikan sang pangeran dengan air yang dibawa sebagai bekal Sang pangeran siuman dan diurusi di dalam pertapaan Samba bermimpi bahwa Batara Wisnu memberinya jiwa Nya Daruki datang dan bercerita apa yang terjadi terhadapnya lalu Samba kembali ke Dwarawati dengan Yajnawati Prabu Druma 50 72 sunting Prabu Druma telah terusir dari negerinya dan sekarang meminta perlindungan Krĕsna Druma berbicara dengan sebuah dewan penghulu dan Basudewa memberikan sokongannya yang lalu diterimanya Ia lalu menjelaskan siapa saja yang berada di sisi Bhoma Kaum Yadu menyatakan dukungan mereka dan lalu pergi bercengkerama di gunung Rewataka Seorang gadis bernama Kokaja jatuh cinta dan bercerita kepada sahabatnya bahwa ia menggandrungi putra Prabu Druma Suratha Lalu sahabatnya pergi mencarinya Isi sebuah surat cinta dilukiskan Selain itu ada pula lukisan alam Para selir membicarakan kewajiban mereka Kaum Yadu bercengkerama di gunung Rewataka dan kembali ke negeri Pernyataan perang Bhoma 73 84 sunting Bhoma sungguh murka atas apa yang terjadi dan kembali dari sorga Ia bercerita kepada Mahodara bahwa ia berencana untuk memerangi Dwarawati Ia dibantu oleh Cedi Awangga Magadha dan Kalingga Bhoma bermusyawarah harus mengambil kebijakan apa Ia lalu mengirimkan Satruntapa dan sebagai duta ke Krĕsna untuk mencari tahu apakah ia ingin menyerah atau berperang Para duta datang dan diterima Satruntapa berbicara kepada Baladewa dan Kresna menyampaikan pesan Bhoma Gada menjawab dan menyangkal semua argumennya Ahuka Ugrasena berbicara dengan damai Satruntapa murka dan Mahodara berbicara diikuti oleh Wabhru Mereka saling menghina dan para duta pergi menuju sang Bhoma Bhoma menyatakan perang dan mengambil posisi di gunung Rewataka dengan bala tentara raksasanya Kaum Yadu dan sekutu mereka berkumpul dan mendiskusikan rencana yang harus mereka ambil Kresna memberikan perintahnya dan para hulubalang telah siap Malam itu sebuah pesta diberikan Keesokan harinya pagi pagi Prabu Kresna didatangi oleh Dewi Gangga yang telah dikirim oleh para Dewata untuk membawa air dan memandikannya Kresna lalu berangkat dengan para putranya Bala tentara yang telah berkumpul kelihatan Tiba tiba sang resi Durwasa datang untuk menjumpai Kresna dan memintanya untuk menyiapkan makanan untuknya Kresna lalu pergi dan menyerahkan kepemimpinan kepada Arjuna dan Rukma Perang di Rewataka 85 113 sunting Ketika melihat gunung Rewataka kedua bala tentara berjumpa Bhoma memerintahkan Cedi Karna dan Magadha untuk menantang kaum Yadu Bhoma memiliki tentara berjumlah lima divisi sedangkan kaum Yadu memiliki tiga Para prajurit Bhoma menyerang bala tentara Prabu Bahlika bala tentara Cedi menyerang Prabu Drupada Somadatta bertanding dengan Karna Windu dan Anuwinda dengan Yawana Kegelapan menimpa medan pertempuran Pertempuran sengit berlangsung Maka Suratha terluka parah dan tewas Prabu Sisupala Cedi tewas Karna tewas dibunuh Samba Hiranya terbunuh Prabu Magadha yang maju tewas dibunuh Gada Para raksasa ditahan oleh kaum Yadu Rukma dibunuh oleh Mahodara Samba dan Daruki dibunuh oleh Bhoma Arjuna dan Bhoma bertanding Arjuna sekarat sementara Bhoma bisa sadar Kresna segera diberi tahu yang lalu datang dengan sang Baladewa untuk memerangi para raksasa Daruki bercerita kepada Krĕsna mengenai rahasia bunga Wijaya Bhoma Arjuna akhirnya tewas Sang resi Durwasa datang dan memberi anugerah untuk mengembalikan seorang yang telah tewas Kresna memilih Prabu Druma Durwasa memberikan ajaran kepada Krĕsna dan menghilang Pertempuran sementara tetap berlangsung Nisunda dan Pancajana tewas Hayagriwa dan Tara juga tewas Bhoma dan Kresna berperang kereta Manipuspaka dihancurkan Kresna mengambil wujudnya sebagai Wisnu diiringi oleh Garuda wahananya yang merebut bunga Bhoma dibunuh oleh Kresna Para raksasa melarikan diri Baladewa menemukan sebuah gunung permata di angkasa dan mengambilnya Brahma datang dan memberikan sembah kepada Kresna sebagai raja utama Dewa dewa lain datang dan Wisnu memberi ajaran mereka atas dharma atau kewajiban masing masing Batara Sakra Indra memberi anugerah sehingga Krĕsna meminta supaya semua raja yang telah tewas dan kaum Yadu dihidupkan kembali dan tidak melupakan musuh musuhnya Cedi Karna dan Jarasandha Setelah dihidupkan kembali mereka mengira perang masih berlangsung Kresna meladeni mantan musuh musuhnya Perang berakhir 114 118 sunting Kresna berpulang ke Dwarawati dan asmanya yang termasyhur dikenal kembali Para ksatria diberi penghargaan dan hadiah Para pangeran diberi anugerah pula Samba juga diberi hadiah dan Suratha diberi seorang tuan putri untuk diperistri Keberanian Kresna dikenal seluruh dunia Ia lalu bersanggama dengan empat putri pada waktu yang bersamaan sebagai Wisnu Semua kasta melaksanakan kewajiban mereka Ajaran anitya suntingKakawin Bhomantaka sarat dengan ajaran ajaran yang berhubungan dengan agama Hindu dan Buddha Salah satu ajaran yang dibahas dalam kakawin ini dan akan dibahas lebih lanjut adalah suatu uraian mengenai anitya atau sering kali diterjemahkan dengan ketidakkekalan atau fana dalam bahasa Indonesia Inggris impermanence Ajaran ini terdapat pada pupuh 17 di mana sang Gunadewa yang merupakan seorang putra pertapa mengajari sang Samba Di bawah diberikan kutipan pupuh ini dalam bahasa Jawa Kuno beserta terjemahannya sihika sinahaken ing pati kalawan inaknya winas t a kabeh cinta dikalahkan oleh kematian dan semua kenikmatannya hilang Teks Jawa Kuno Alihbahasa 5 munisuta marma temen sira ri lara narendrasutangaca Putra sang pertama terharu atas rasa masygul sang pangeran yang besar irika matangguh ujar t adiwasa bapa denta wimurcha dahat lalu iapun mengajarinya dan berkata Janganlah terlalu bersedih hati bapak purih ikanang dadi duhkha gatinika matangnyan ade hid epen sebab duka memang bagian dari kehidupan oleh karena itu janganlah dipikirkan lilang i manah nrepaputra pangusadha sang arya rikang prihatin hati yang bebas dari hasrat oh sang pangeran itulah obat sakit hati seorang bangsawan 6 hana laki tatwanikang dadi ginaway anitya dadinya kabeh Wahai anakku intisari kehidupan ialah bahwa semuanya adalah tidak kekal anitya anili anilih wisaya ng manemu sukha bhinukti maweh prihati jika seseorang tetap mengambil kenikmatan indria sebagai tujuannya maka hal yang telah dinikmati akan membawa kesedihan prawalanika sang angenak inaki ng anilih sukha mogha jenek tanda seseorang yang secara tenang menerima pengalaman sukacita ialah bahwa ia melakukannya dengan santai sang anemu bhoga ta yan wruha ta sira pinan d ita yogya tirun ia yang menikmati kesenangan mengetahui hal ini maka ia adalah pandai dan patut ditiru 7 lawan ikahen ing wwang akuren apasah ta wasananika sedangkan hasil orang menikah ialah akhirnya berpisahkunang ikanang kari mogha karaketan i ramyaniki n kabharan tetapi yang ditinggalkan bagaimanapun rekat dengan keindahannya dan kewalahan ikang alare tekaning pati niyata turung wruh ikan mangaji yang tetap bersedih hati sampai mati jelas belum mengerti pelajaran secara penuh Suntingan teks suntingKakawin Bhomantaka pertama kali diterbitkan oleh sang pakar sastra Jawa Kuno dari Prusia Friedrich pada tahun 1852 menggunakan aksara Jawa Namun terjemahan pertama dalam bahasa Belanda baru muncul pada tahun 1946 dan digarap oleh Teeuw Lalu hampir 60 tahun kemudian Teeuw bersama Robson menyajikan terjemahan dalam bahasa Inggris Referensi sunting olih Dr Anak Agung Gde Alit Geria M Si 2017 Bhomakawya lontar prasi teks dan terjemahan Surabaya ISBN 978 602 204 615 8 OCLC 1012658140 Daftar pustaka sunting Poerbatjaraka dan Tardjan Hadiwidjaja 1952 Kepustakaan Djawa Amsterdam Djakarta Djambatan A Teeuw 1946 Bhomakawya A Teeuw dan S O Robson 2005 Bhomantaka Leiden KITLV P J Zoetmulder 1974 Kalangwan A Survey of Old Javanese literature The Hague Martinus Nijhoff Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Kakawin Bhomantaka amp oldid 25027407