www.wikidata.id-id.nina.az
Kakawin Arjunawijaya adalah salah satu naskah klasik berbahasa Jawa Kuno yang digubah oleh Mpu Tantular 1 di mana isinya menguraikan peperangan antara Prabhu Arjuna Sahasrabhahu melawan pendeta Parasu Rama berdasarkan Uttara Kanda bagian terakhir Ramayana Sanskerta Cerita ini sangat populer terbukti dari adanya pelbagai naskah dalam bahasa Bali dan Jawa Kuno Versinya dalam bahasa Jawa Baru dalam bentuk tembang diusahakan oleh Raden Ngabehi Sindusastra dari Surakarta diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1930 Kakawin Arjunawijaya dikenal dengan Lampahan Arjuna Sasrabahu banyak dipertunjukkan dalam pergelaran wayang baik wayang kulit maupun wayang orang Naskah ini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dibahas dan diterbitkan sebagai bahan thesis pada Universitas Nasional di Canberra Australia oleh Dr Supomo pada tahun 1971 Kakawin ArjunawijayaDaerah asalBugbugBahasa bahasa Bahasa Jawa KunoPenulis penulis Empu TantularUkuran50 cm x 3 5 cmFormatKakawinAksaraAksara BaliHalaman61Masuk Koleksi padaPerpustakaan Kantor Dokumentasi Budaya Bali dan Perpustakaan Kongres Amerika Serikat Daftar isi 1 Sinopsis 2 Konvensi bahasa 2 1 Jenis bahasa 2 2 Gaya bahasa 3 Keindahan bahasa 3 1 Sabdalangkara 3 1 1 Anuprasa 3 1 2 Yamaka 3 1 3 Arthalamkara 4 Konvensi sastra 4 1 Bentuk dan susunan naskah 4 2 Keindahan isi 4 2 1 Lukisan Alam 4 2 2 Pertempuran 4 2 3 Percintaan 4 2 4 Ajaran 5 Konvensi budaya 6 Nilai yang terkandung 6 1 Nilai religius 6 2 Nilai etika 6 3 Nilai Estetika 7 Penutup 8 Referensi 9 Daftar pustaka 10 Alih aksaraSinopsis SuntingDiceritakan tentang Raja Raksasa Mali Malyawan dikalahkan oleh Dewa Wisnu sehingga di melarikan diri dari kerajaannya yang bernama Lengka Untuk mengisi kekosongan kerajaan maka Waiurawana putra Wiurawa menempati kerajaan itu Raksasa Sumali yang merupakan keluarga Mali Malyawan sangat tertarik dengan kepandaian dan kesaktian Waiurawana dan ingin memiliki keturunan yang serupa agar dapat membalas dendam kepada Dewa Wiuou Kekasi berhasil memenuhi harapan ayahnya sehingga dari perkawinannya dengan Wiurawa lahirlah empat orang anak yaitu Dauamukha yang berkepala sepuluh Kumbhakaroa Wibhiuana dan Uurpaoakha Ketiga anak laki laki Wiurawa itu melakukan tapa brata yang keras di Gunung Gokaroa Dauamukha bertapa dengan memenggal kepalanya satu persatu dan melemparkan ke api korban sehingga ia mendapat anugerah kesaktian dari Dewa Brahma yaitu ia tidak tertewaskan oleh seorang Dewa maupun Raksasa Setelah itu ia dipulihkan kembali seperti semula Setelah mendapat anugerah dari Dewa Brahma dengan kesaktian yang dimiikinya Dauamukha selalu berbuat jahat dan meresahkan di dunia Waiurawana yang merupakan kakak tirinya merasa prihatin dan menasehati adiknya Ia mengutus Gomuka untuk membawa surat yang isinya berupa nasihat agar berhenti berbuat kejahatan di dunia Dauamukha sangat marah atas nasihat itu dan melampiaskan kemarahannya dengan memenggal kepala Gomuka Lalu ia dikutuk oleh Gomuka bahwa istananya kelak akan dibakar oleh seorang utusan Dauamukha kemudian menyerang Kerajaan Lengka di mana Waiurawana Daneuwara menjadi raja Perang yang hebat terjadi Dengan kesaktinnya Dauamukha mengenakan wujud yang tak kelihatan sehingga ia dapat menyerang dan memukul Waiurawana bertubi tubi Waiurawana tidak dapat melakukan perlawanan Ia disiksa oleh Dauamukha sampai berlumuran darah Para Dewa yang melihat tidak berani menolong Pada saat itulah patih Dauamukha yang bernama Prahasta merasa iba melihat keadaan Waiurawana sehingga ia memohon agar jangan membunuh kakak tirinya demi rasa hormatnya terhadap ayahnya Wiurawa Kesempatan itu digunakan oleh pengikut Waiurawana untuk mengamankan dia Kerajaan Lengka akhirnya dirampas oleh Dauamukha Dauamukha tidak berhenti sampai di sana ia terus menyebarkan kehancuran di mana mana Akhirnya sampailah dia di gunung kailasa tempat Dewa Siwa dan Dewi Uma bercengrama Nandi penjaga gunung itu mengingatkan Dauamukha bahwa para dewapun tidak berani datang ke sana serta mengganggu Dewa Siwa Dauamukha tidak menghiraukan peringatan itu malahan ia menghina wajah Nandi uwara yang mirip dengan seekor kera Nandi marah sehingga ia mengutuk Dauamukha bahwa kelak para kera akan menghancurkan keratonnya dan membunuh sanak saudaranya Dalam kemarahannya Dauamukha mengangkat dan mengguncangkan gunung kian kemari Dewa Siwa lau menekan puncaknya sehingga Dauamukha terjepit Dauamukha berteriak keras kesakitan sehingga teriakannya mengguncangkan seluruh dunia Oleh karena itulah ia disebut Rahwana Rawaoa yang berarti teriakan Dauamukha Rahwana melanjutkan perjalanannya ia kemudian bertemu dengan seorang pertapa wanita yang cantik bernama Dewi Wedawati Dewi Wedawati sudah bertekad tidak akan menikah jika tidak dengan awatara Wisnu Rahwana merayu pertapa ini dan menyombongkan diri bahwa ia lebih unggul dari Dewa Wisnu Ketika Rawaoa terus merayu agar mau menjadi permaisurinya Dewi Wedawati marah lalu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya Setelah menyembah dihadapan api pemujaan ia menceburkan dirinya ke dalam api tersebut Dewi Wedawati mengutuk Rawaoa bahwa kelak dalam penjelmaan berikutnya ia akan menjadi penyebab kematian Rawaoa ditangan Dewa Wisnu di medan perang Perjalanan Rawaoa untuk mengusai dunia terus berlanjut Dia mendatangi Raja Maruta Raja Maruta yang sedang melaksanakan yajna tidak melakukan perlawanan sehingga ia dianggap tunduk oleh Rahwana Kemudian Rahwana menyerang kerajaan Ayodhya Raja Ayodhya yaitu Banaputra mengadakan perlawanann dengan sengit namun akhirnya ia wafat oleh Rahwana Sebelum wafat ia mengutuk Rawaoa bahwa kelak keturunan raja Ayodhya yang merupakan penjelmaan Dewa Wisnu akan membunuh Rahwana Diceritakan sekarang seorang raja bernama Arjuna Uahasrabahu raja dari kerajaan Mahispati sedang bercengkrama dengan permaisurinya Dewi Citrawati di Sungai Narmada Sang raja bermaksud menyenangkan permaisurinya ia mengubah wujudnya menjadi bertangan seribu kemudin ia meneentangkan badannya disungai tersebut sehingga sungai menjadi dangkal Ketika itu di hulu sungai Rahwana sedang mengadakan pemujaan di hadapan sebuah Lingga Tiba tiba air naik dan menggenangi tempatnya memuja Setelah diselidiki ia akhirnya tahu penyebabnya yaitu Raja Arjuna Uahasrabahu Rahwana marah dan memerangi kerajaan Mahispati Dengan kecerdikannya Arjuna Sahasrabahu berhasil membuat Rawaoa pinsan dan mengikat tubuh Rawaoa dengan rantai baja dan dimasukkan ke krangkeng besi Ketika Arjuna Uahasrabahu kembali dari medan perang ia menemukan permaisurinya telah wafat Hal ini terjadi karena ada seorang utusan yang mengatakan bahwa suaminya telah wafat di medan perang Dewi Citrawati mengakhiri hidupnya untuk menunjukkan kesetiaan pada suami patibrata Mendapati permaisurinya sudah wafat Arjuna Uahasrabahu merasa sedih dan bermaksud bunuh diri Tiba tiba muncul perwujudan dewi sungai Narmada membawa air mujarab sehingga sang permaisuri dapat dihidupkan kembali Datanglah Rui Pulastya kakek Rahwana memohon agar Arjuna Uahasrabahu membebaskan dan mengampuni cucunya Rahwana Permohonan sang rui dikabulkn imbalannya semua prajurit yang telah tewas di medan perang dihidupkan kembali Konvensi bahasa SuntingSebuah karya sastra memiliki bentuk yang berbeda beda ada yang berbentuk puisi dan ada pula yang berbentuk prosa Bentuk formal sebuah karya sastra puisi tentu berbeda dengan bentuk formal sebuah karya sastra prosa persyaratan atau bentuk formal dari sebuah karya sastra yang meliputi bagianbagian pelengkap dan kebiasaan kebiasaan yang harus diikuti dalam penulisan disebut konvensi 2 Jenis bahasa Sunting Bahasa yang digunakan dalam kakawin Arjunawijaya adalah bahasa Jawa Kuno Untuk membuktikan penggunaan bahasa Jawa Kuno akan dikutip beberapa bait dari kakawin Arjunwijaya XX 1 sebagai berikut Tangheh yan ucapen sapolah ikanang Dauamuka kalawan balasura Sukhambekati ghora nora juga tan alaha sahananing purantara Sangarjuna Uahasrabahu caritan prabhu paramawiuesa digjaya Sireka siniwing Mahispati kadhatwanira kadi Maheuwara laya Terjemahan Panjang jika diceritakan tingkah Rahwana dan bala tentara raksasanya senang berbuat jahat juga tidak ada kerajan lain yang mengalahkan diceritakan seorang raja yang sangat termasyur bernama Arjuna Uahasrabahu dia memerintah Mahispati kerajaannyaa bagaikan Istana Dewa Siwa Berdasarkan Kamus Jawa Kuno Indonesia yang ditulis oleh P J Zoetmulder bekerjasama dengan S O Robson arti kata kata dalam bait kakawin di atas adalah sebagai berikut Tangheh yang artinya belum tampak tiada akhir lama atau jauh tak ada habishabisnya 3 Yan yang artinya kalau jika karena 4 Ucap yang artinya percakapan bicara kata kata 5 Polahyang artinya gerakan tindakan tingkah laku kelakuan kegiatan 6 Ika yang artinya itu 7 Lawan yang artinya dengan bersama dengan berbanding dengan dan dan juga lebih lebih terutama 8 Bala S yang artinya kekuasaan kekuatan pasukan tentara angkatan perang 9 Asura S yang artinya golongan makhluk seperti raksasa buta 10 Sukha S yang artinya menyenangkn cocok lezat gembira makmur menyenangkan lega ketentraman kesenangan kegembiraan kebahagiaan keriangan kesukaan 11 Ambek S yang artinya pikiran watak sikap suasana j iwa keinginan maksud 12 Ati S yang artinya berkelebihan sangat 13 Ghora S yang artinya hebat dasyat menakutkan mengerikan 14 Nora yang artinya tidak ada 15 Juga yang artinya saja baru saja hanya 16 Tan yang artinya tidak 17 Alaha yang artinya kalah dikalahkan menyerah mati mengalah 18 Sahananing yang artinya segala segala galanya semua semuanya seluruh seluruhnya 19 Purantara S yang artinya kota kerajaan lain 20 Prabhu S yang artinya raja 21 Parama S yang artinya yang utama paling utama paling baik 22 Wiuesa S yang artinya penting unggul terkemuka terbaik terpenting tertinggi menjadi penguasa tertinggi 23 Digjaya yang artinya penakluk dunia pemenang berhasil sekali 24 Sira yang artinya kata ganti orang ke 3 dalam kakawin 25 Ika yang artinya itu 7 siniwi yang artinya memerintah dikatakan tentang raja 26 Ing yang artinya di 27 Kadhatwan yang artinya keraton istana 28 Nira yang artinya nya mu 29 Kadi yang artinya seperti sebagai seolah olah 30 Maheuwara yang artinya raja besar dewa nama Uiwa 31 Laya yang artinya rumah tempat tinggal kediaman tempat beristirahat 32 Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kakawin Arjunawijaya merupakan kata kata bahasa Jawa Kuno yang sebagian kata serapan dari bahasa Sanskerta yang ditandai dengan huruf S di belakang kata tersebut Gaya bahasa Sunting Gaya bahasa yang terdapat dalam Kakawin Arjunawijaya adalah sebagai berikut Gaya bahasa Perumpamaan atau similePenggunaan gaya bahasa Perumpamaan dalam kakawin ini dapat dilihat dalam pupuh Kakawin Arjunawijaya XII 6 berikut ini Tunjung bhiru tan sahikeng mata luru Madhu bratha kweh kamage wetsta mar polah nikang sarwa sari kanginan bangun wiwal teki menen kinolaken Terjemahan Bunga tunjung biru tak pernah lepas dengan pandangan yang lembut semua kumbang merasa malu dengan keindahan betisnya yang mengharukan goyangan bunga bunga yang diterpa angin bagaikan penolakan dinda kini saat dipeluk Gaya bahasa personifikasiGaya bahasa ini terdapat dalam kutipan Arjunawijaya XXXIII 5 berikut Nda sakuaoa haneka nuua ya katon kapareki kahanan nareuwara bangun metu sakeng samudra langonya kadi wahu dateng sakeng tawang bukurnya ri samipaning bhujangga puupa padha winileting welass arep limutnyakuseng pucang gadhing awaroa saputi susuning sedheng rara Terjemahannya Bersamaan dengan itu terlihat sebuah pulau dekat dengan sang raja keindahannya bagaikan datang dari laut seperti baru turun dari angkasa kuilnya di samping bunga nagasari yang terlilit daun daunan berbelas kasihan kabutnya menutup pohon pinang gading bagaikan selendang menutupi payudara seorang gadis Gaya bahasa hiperbolaGaya bahasa ini terdapat dalam kutipan Kakawin Arjunawijaya X 16 berikut Humwang kabeha halilingen sahaneng tri loka dewadi kaplengenawuteka ring Uiwaoda wetning prakopa gumuruh kadi sindhugora sakuat gelap uatasahasra pareng tumampuh Terjemahan Berdengung semua tuli seisi tiga dunia paradewa dan yang lainnya kaget menjerit sampai di istana dewa Siwa Oleh kemarahan bergemuruh bagaikan gemuruh suara laut Seperti petir seratus ribu bersamaan mengglegar Demikianlah penggunaan gaya bahasa hiperbola dalam kakawin Arjunawijaya Petikan di atas menunjukkan adanya pngungkapn oleh pengarang secara berlebihan tentang keadaan yang dilukiskan Keindahan bahasa SuntingAspek alangkara alaykara dalam kakawin ada dua macam yaitu sabdalangkara dan arthalangkara Sabdalangkara Sunting Sabdalangkara berarti hiasan di dalam bait bait puisi yang didasarkan bunyibunyi bahasa Pemakaian ini dibedakan menjadi dua macam yaitu anuprasa dan yamaka Anuprasa Sunting Anuprasa sering disebut purwakanti yaitu persamaan bunyi konsonann asonasi aliterasi di dalam bait kakawin Teknik ini dapat dilihat dalam kakawin Arjunawijaya sebagai berikut Lilalon larising ratha tuti lebuhning dharma kiroa ngelor Ramyakweh tikanang tuminghali siran stri stri maninjo kabeh len tekang tumuting ratheka ya turung warsih tumonton sira kapwa tambaka waroa polahing anonton raja karyeng puri Kakawin Arjunawijaya XXX 6 Terjemahan Baik dan pelan jalannya kereta ke arah utara menuju halaman padharman ramai orang yang akan melihat dia para wanita menyaksikan semua lain lagi yang mengikuti kereta karena belum puas melihat sang prabu semua berdiri bagai tembok tingahlakunya seperti menonton perayaan besar di istana Lengong kalengengan manah nira lengong tekapi lengeng i ramyaning pasir manuknya manawat nawat kumedhap asri ng asemu alising keneng uneng pudhaknya ngudoda ring banyu wangun wetising areja kesisan tapih paternya ana matra mandra karengo sarengihinh awedin kaping rwana Kakawin Arjunawijaya XXXIII 2 Terjemahan Terpesona dia oleh keindahan dan keserasian samudra burung burung saling menyambar berhamburan bagaikan alis orang yang terlena oleh keindahan bunga pudaknya menjuntai bagaikan keindahan betis kuning gading tak ditutupi kain Suara guntur terdengar sekilas samar samar terdengan bagai rintihan takut yang kedua kalinya Kutipan kedua bait di atas menunjukkan adanya permainan bunyi yang digunakan oleh pengarang dalam menggubah karya sastra Permainan bunyi tersebut berupa pemilihan kata yang dimulai bunyi l s m dan t secara berturut urut Yamaka Sunting Dari bentuk Yamaka dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu Kanci yamaka Puspa yamaka Padayamaka Padanta yamaka Wrenta yamaka Kanci YamakaKanci Yamaka artinya kata kata yang terakhir dalam satu baris diulang pada kata pertama baris berikutnya Dalam Kakawin Arjunawijaya teknik Kanci Yamaka digunakan dalam bait berikut Uigran tekeng Himawan adri Dauasya raja ramya nuramya mihating patapan suramya ramyang kapuodhungika duryanikeng jurangnya mangguutha langseb ika poh panasa geng abyut Kakawin Arjunawijaya X 20 PuspayamakaPuspayamaka artinya suku kata sillabe yang terakhir dari tiap baris dalam satu bait bunyinya sama Dalam Kakawin Arjunawijaya pemakaian teknik ini terdapat dalam Arjunawijaya X 18 berikut Ngka sang Dauasya n umijli sakari girindra Sampun manganjali ya mamwit jong bhathara Mwang wahananya muyenging bhuwanati uighra Len tang paewira bala rakuasa sangga mahya PadayamakaPadayamaka artinya perulangan kata kata pertama setiap baris dalam satu bait Pemakaian teknik Padayamaka dalam kakawin Arjunawijaya XXXIII 3 adalah sebagai berikut Tatitnya kumedhap kedhaping wwang apicala ri sampun ing gati Limut limut ikeng tawang sapangureng asidehamanisaken huyang Kuwung kuwung ikasemu wastra sinusur turu turutani sandhining remeng Bangun wahu sakeng bahitra pasunging puhawang ika ri jong nareuwara Padanta yamakaPadanta yamaka adalah merupakan kebalikan dari Padayamaka Maksudnya perulangan kata kata yang terjadi tiap akhir baris dalam satu bait Pemakain teknik ini dalam Kakawin Arjunawijaya tidak ditemukan Wrenta yamakaWrenta yamaka adalah apabila di dalam satu bait puisi kakawin katakata pertama dalam setiap baris sama bentuk dan bunyinya Pemakaian teknik ini tidak ditemukan dalam Kakawin Arjunawijaya Arthalamkara Sunting Menurut Hooykaas 33 ada beberapa macam Arthalamkara dalam kakawin yaitu sebagai berikut Rupaka yaitu gaya perbandingan sesuatu objek diperbandingkan atau disamakan dengan standar perbandingannya metafora Rupaka bhyudika gaya metafora rupaka ditambah dengan satu sifat lagi Vyatireka yaitu suatu gaya yang melebih lebihkan dari sifat asalnya Hiperbolis Slesa yaitu suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu polisemi Upareksa yaitu suatu gaya yang menyatakan antara bentuk dan artinya berbeda Wibhawana yaitu sesuatu yang dikatakan ada tanpa sebab Atisyokti sesuatu yang diperbandingkan dengan sifat sifat yang tidak ada bandingannya Varta yaitu melukiskn sesuatu sesuai dengan apa adanya Yata sangkwa yaitu sesuatu susunan ide dikatakan dalam satu kata Wirodha yaitu suatu tindakan dengan hasil yangberbeda Ninda stuti yaitu suatu gaya untuk menyalahkan suatu perbuatan disampaikan dengan cara memuji daan untuk memuji sutu perbuatan disampaikan dengan cara mencela Nidarsana ialah suatu standar perbandingan dengan objek yang diperbandingkan dan standar perbandingan itu dianggap sebagai sesuatu hal yang benar benar ada Visosekti yaitu apabila perhatian kita dipusatkan pada sifat khusus dari suatu benda Arthantaranyasa yaitu memasukkan sesuatu yang agak berbeda dari pokok yang dibicarakan tetapi mengikuti artinya Upanyasa yaitu apabila dengan suatu pernyataan menguraikan sesuatu tetapi yang dimaksudkan adalah hal yang lain gaya sindiran Ananvaya adaah perbandingan sesuatu dengan benda itu sendiri sebagai objek Konvensi sastra SuntingBentuk dan susunan naskah Sunting Berkas Kakawin arjuna wijaya 250ppi 0003 jpgSalah satu isi Lontar Kakawin Arjuna Wijaya tersimpan di pusat dokumentasi dinas kebudayaan provinsi Bali ManggalaDalam kakawin Arjunawijaya terdapat manggala sebanyak empat bait yang dapat dalam kutipan Kakawin Arjunawijaya I berikut Ong Uri parwataraja dewa huriping sarwa pramaneng jagat Sang sakuat paramartha Buddha kinenep sang siddha yogiuwara Sang lwir tirtha kiteng maharddhika wiuambekteng mahadurjana Nirwighnopama surya wimba tumameng wway uanta ring rata kabeh Terjemahannya Om Uri parwataraja yang menghidupi semua makhluk hidup di bumi Dia bagaikan budha yang dibtinkan oeh para yogi yang sempurna Beiau bagai air suci bagi orang bijaksana bagai bisa bagi penjahat besar Tanpa haangan bagaikan bayangan matahari di dalam air menyebarkan kedamaian di bumi Berdasarkan kutipan Kakawin Arjunawijaya I 1 4 tersebut dapat diketahui bahwa manggala kakawin Arjunawijaya memuat tentang pemujaan terhadap dewa istadewata yaitu dewa raja gunung uri parwata raja dewa yang tidak lain adalah Dewa Siwa Pengarang juga menyatakan bahwa pada hakekatnya Dewa Siwa yang dipuja dalam manggala dipersamakan dengan Sang Budha Disamping itu dalam manggala ini pengarang juga mengungkapkan harapan dan doa kepada sangraja semoga beliu panjang umur dan sehjahtera beserta keluarganya serta tetap jaya memimpin negerinya Inti CeritaInti cerita dari Kakawin Arjunawijaya dapat diuraikan sebagai berikut Perkawinan antara Kekasi denga Wiurawa melahirkan tiga anak laki dan satu perempuaan yaitu Dauamukha Kumbhakaroa Wibhiuana dan Uurpaoakha Dauamukha Kumbhakaroa dan Wibhiuana melakukan tapa brata yang keras sehinga mendapat anugerah dari Dewa Brahma I 5 II 5 Setelah mendapat anugerah dari Dewa Brahma Dauamukha menjadi sangat sakti Namun dia mengunakan kesaktiannya untuk menyebarkan kehancuran di dunia Daneuwara Waiurawana saudara tirinya berusaha menasehati dengan mengutus Gomuka Dauamukha marah dan membunuh utusan itu Sebelum wafat Gomuka mengutuk Dauamukha bahwa kelak kerajaannya akan dibakar oleh utusan IV 1 I 12 Setelah membunuh Gomuka Dauamukha menyerang Daneuwara Dengan kesaktiannya Dauamukha menyerang Daneuwara Ketika Daneswara sudah tak berdaya Prahasta memohon kepada Dauamukha agar tidak membunuh kakak tirinya demi rasa hormat terhadap ayahnya VI 9 IX 13 Dauamukha menuju gunung Kailasa Dia bertemu Nandiuwara yang ditugaskan menjaga gunung oleh Dewa Uiwa Nandiuwara mengingatkan Dauamukha bahwa para Dewapun tidak berani mengganggu ke sana Dauamukha tidak menghiraukan dan menghina wajah Nandiuwara sehingga ia dikutuk bahw kelak kerajaannya akan dihancurkan oleh kera Dauamukha mengangkat dan menggoncangkan gunung Dewa Siwa menekan puncak gunung sehingga Dauamuka berteriak kesakitan Oleh karena itu ia disebut Rahwana V 1 X 17 Rawaoa melanjutkan perjalanan Ia bertemu dengan pertapa wanita yang cantik bernama Dewi Wedawati Rahwana merayu pertapa tersebut agar mau menjadi permaisurinya Dewi Wedawati menolak dan menceburkan dirinya ke api pemujaan Sebelum mengakhiri hidupnya ia mengutuk Rawaoa bahwa kelak ia akan menjadi penybab kematian Rawaoa X 18 XIII 11 Rawaoa menyerang raja Maruta Tetapi tidak melakukan perlawanan karena dia sedang melaksanakan yajna Rahwana menganggap ia tunduk dan melanjutkan menyerang kerajaan Ayodhya Raja Ayodhya melakukan perlawanan dan tewas Sebelum wafat ia mengutuk bahwa keturunannya kelak merupakan awatara Wisnu akan membunuh Rawaoa XIV 1 XIX 2 Cerita selanjutkannya mengisahkan raja Mahispati yang bernama Arjuna Uahasrabahu pergi bercengkrama ke sungai Narmada dengan permaisururinya Dewi Citrawati Karena ingin membahagiakan permaisurinya ia mengubah wujudnya menjadi bertangan seribu dan membendung sungai Narmada Sementara di hulu sungai Rawaoa sedang melakukan pemujaan dihadapan sebuah Lingga Hal ini menyebabkan tempatnya tergenang air Rahwana marah dan memerangi kerajaan Mahispati Berkali kali Rawaoa berhasil dibunuh tetapi hidup kembali Dengan kecerdikannya Arjuna Ssahasrabahu berhasil membuat Rawaoa pinsan lalu mengikat tubuhnya dengan rantai baja dan Rawaoa dimasukkan ke kerangkeng besi XXXVIII 9 LXIII 5 Setelah berhasil mengalahkan Rahwana Raja Arjuna Uahasrabahu kembali dari medan perang ia menemukan istrinya telah tewas Ia mendapat kabar bahwa suaminya Raja Arjuna Uahasrabahu telah wafat sehingga ia melakukan patibrata Raja Arjuna Uahasrabahu putus asa dan hendak bunuh diri Ketika itulah muncul perwujudan Dewi Sungai Namarda membawa air mujarab sehingga sang permaisuri dapat dihidupkan kembali Pada saat itu datanglah Aui Pulastya memohon agar Rawaoa dibebaskan Arjuna Sahasrabahu mengabulkan permohonan Aui Pulastya LXIII 7 LXXII 5 PenutupDalam Kakawin Arjunawijaya bagian penutup ini dapat ditemukan pada Kakawin Arjunawijaya LXXIII 5 berikut Nda niuthanya titir winada cinacad ginuyu guyu tekap kawiuwara nghing tan simpangike gatinyan akirim kakawin i dalaning pudak sumor sangksiptan ri lesohaningbhujaga puspa ri uikarani kamangun lango sang sukumeng lepihan tanah juga panenggahanika pinakeuthining mango Bait di atas menunjukkan kerendahan hati pengarang dalam menggubah sebuah kakawin Sehingga karya yang dianggap tidak sempurna tentulah banyak dicela dan ditertawakan pengarang yang mahir Tetapi pengarang tetap mempunyai harapan besar untuk menghasilkan karya yang indah Keindahan isi Sunting Lukisan Alam Sunting Lukisan alam merupakan suatu daya pesona yang menyebabkan karya sastra tersebut menarik bagi pembacanya Anak Agung Istri Anom Kovensi dan Nilai Kakawin Arjunawijaya Waktu dan musimLukisan alam yang memaparkan tentang waktu terdapat juga pada saat keberangkatan raja dan permaisuri bersenang senang menikmati keindahan alam yaitu terdapat pada kutipaan Kakawin Arjunawijaya XXXIV berikut Byatitan gati sang narendra kalawan sang lwir hyang ning campaka Ramyasing sakanten nireki pinaran mwang tang kakena ngiring Titis meh tumibeng dawuh lima madan sang urimaha bhupati Sampun prapta tikang gajauwa nu marek mangkat narendra dhipa Terjemahannya Tidak diceritakan keadaan sang raja dengan dia yang ibarat dewanya bungacempaka Indah segala yang dilihat itu di datangi dia diiringi oleh pelayan Setelah kirakira pukul 11 00 bersiaplah sang raja Telah datang gajah dan kuda mendekati lalu berangkatlah dia sang raja Flora dan FaunaFlora dan Fauna yang dilukiskan dalam kakawin Arjuna wijaya dapat dilihat dalam kutipan Kakawin Arjunawijaya XXII berikut Lunghangdoh uighra lampah matuti ujungning wukir sengka sengkan Wangkal sengwan kukap kaywn ika ri tepining lwah tengahning wanagong Wwat gantung marga tubanya satata gumuruh ring jurang kukang i grong Air tambangnya kecap lwir kecapning inuwahan swami dening papendung Terjemahan Semakin jauh perjalanan dia mengikuti kaki gunung semakin tinggi Pohon Wangkal Sengwan Kukap ditepi sungai di tengah hutan lebat Jembatan gantung sebagai jalan air nya selalu bergemuruh di jurangnya suara kodok bersuara di lubangnya Suara gemuruh air terjunnya bagaikan keresahan orang yang terpisah dari keluarganya Pertempuran Sunting Dalam Kakawin Arjunawijaya unsur peperangan paling banyak diceritakan Rawaoa sebagai salah satu tokoh cerita dalam Kakawin Arjunawijaya yang mempunyai ambisi untuk menguasai dunia triloka dengan kesaktiannya hal ini terdapat dalam kutipan Kakawin Arjunawijaya IX 3 berikut Sedheng nira silih pupuh silih arug pragalbha masuwe sira prang aruret Ndatan hana kacidra rakwa padha uakti laghawa maha prabhawa ring ayun Rika prabhu Dauasia uigran umesot mare gagana mukua tan patuduhan Peteng dedet ikang swa rajya sumaput tekap nira lawan prahara kumusuh Terjemahannya Ketika dia saling pukul saling tebas tidak terkira lamanya berdua bergumul Tidak ada yang cedera sama sama sakti dan pandai berkelit Lalu Rahwana segera melesat ke udara dengan kekuatan gaib tak terlihat Gelap gulita istana diiputi olehnya disertai angin kencang menderu Percintaan Sunting Percintaan yang dilukiskan terdapat antara Arjuna Sahasrabahu dengan permaisurinya Dewi Citrawati Hal ini terdapat dalam kutipan Kakawin Arjunawijaya XXVI 2 berikut ini Hah dyah wruh ngwang i duhka rakyan i gatingku wawang i sedenging mapet lango Apan kenakaning madhubrata mangantyakena ri uwusing pudhak sumar Mwang hyuning tadaharua rakwa mamalar malara ri kenaring niuakara Mwang tang catakaring tawang lengeng angantyakena riris i gentering pater Terjemahannya Wahai dinda tahu hamba dengan duka hatimu karena perbuatanku tergesa gesa ketika dinda menikmati keindahan Karena kesenangan si lebh adalah saat menunggu setelah mekar bunga pudak Dan kesenangan tadahasih adalah saat menanti nanti buan bersinar Dan kesenangan burung kakelik di angkasa adaah pada saat menunggu hujan gerimis disertai gemuruh guntur Ajaran Sunting Kakawin Arjuna Wijaya merupakan salah satu bentuk dharmasastra yang berisikan tentang ajaran ajaran agama Hindu yang bersumber dari kitab suci Weda Adapun ajaran ajaran yang terdapat dalam Kakwin Arjunawijaya adalah sebagai berikut Widhi TatwaKonsep Ketuhanan yang terdapat dalam Kakawin Arjunawijaya adalah Ekay sad vipra bahudha vadanti yang mengandung makna bahwa pada hakekatnya Tuhan itu satu hanya orang bijaksana yang menyebutnya dengan banyak nama Kosep Ketuhan ini terdapat dalam Kakawin Arjunawijaya XXVII 1 Kakawin Arjunawijaya XXVII 2 mengandung suatu pengertian bahwa konsep ketuhanan Uiwa Budha adalah sama Yang berbeda adalah naamanya pada hakekatnya sama KarmaphalaMengeni ajaran Karmaphala dalam Kakawin Arjunawijaya dapat dalam kutipan berikut Sakweh kweh para dewa uangga mangiring Hyang Brahma kepwan sira de Hyang Datra ri Kumbhakaroa ya sungen mangke waranugraha apan rakwa mahati rodra ya makin sor tang watek dewata deni gong kalawan guoa syapa teki dewopamanyerika Terjemahannya Semua para dewa yang mengiringi Hyang Brahma merasa bingung Karena Dewa Brahma akan memberikan anugrah kepada Kumbakarna Karena sesungguhnya sangat menakutkan kan semakin kalah para dewa Karena kebesaran dan kesaktiannya siapakah para dewa yang bisa menandingi Na tojar para dewa tan kagaman de Hyang Jagatkaraoa tan sang Hyang karaoanya rakwa tekaning wirya alpaning janmawannn tan len karmaphala rakwa magawe sih ning bathare riya yeka hetu niran tekanurunika sang Kumbhakaroa n aso Terjemahannya Demikianlah permintaan para dewa tidak dipenuhui oleh Dewa Brahma buka Dewa yang menyebabkan keunggulan maupn kekurangan manusia tidak lain adalah hasil perbuatannya yang menyebabkan para Dewa memberi anugrah kepadanya itulah sebabnya dia datang menghampiri kumbhakarna yang dikasihinya Berdasarkan kutipan di atas dapat disimak maksudnya bahwa yang menyebabkan manusia berhasil dalam hidupnya bukan semata mata anugerah Tuhan tetapi akibat hasil dari perbuatan manusia itu sendiri Dalam hal ini Kumbhakaroa dianggap pantas oleh Dewa Brahma mendapat anugerah karena melakukan semadi dengan taat Punarbhawa TatwaAjaran punarbhawa dalam Kakawin Arjunawijaya dapat disimak dalam kutipan Kakawin Arjunawijaya XIII 10 berikut Pitowi satatalpa buddhi ri Bhathara Sang Hyang Hari Matangyan aku margamun pejaha denira helem Nahan ling ira yar sumapa tumuding ri sang Rawaoa Neher sira mareng pahoman i dalem pradipta ng apuy Terjemahannya Dan lagi selalu bertentangan dengan dewa Wisnu Itu sebabnya saya akan menjadi jalanmu mati kelak Demikian ucapan dia mengutuk sambil menuding Rahwana Lalu dia menuju api pemujaan di pertapaan yang apinya menyala berkobarkobar Kutipan di atas menunjukkan adanya ajaran punarbhawa dalam Kakawin Arjunawijaya Dalam kakawin ini tokoh Dewi Wedawati seorang pertapa yang hanya ingin bersuamikan Dewa Wiuou menceburkan dirinya ke dalam api demi menjaga kesucian dirinya agar tidak dinodai oleh Rawaoa Ia sangat marah ketika Rawaoa merayu dan membelai rambutnya sehingga ia mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke api pemujaan Namun sebelum wafat ia mengutuk Rawaoa bahwa ia akan menyebabkan kematian Rawaoa dalam kehidupannya kelak Dikemudian hari Dewi Wedawati menjelma menjadi Dewi Sita Konvensi budaya SuntingKakawin sebagai hasil karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang dalam mengungkapkan ide ide yang ada dalam pemikirannya dengan menggunakan bahasa sebagai sarananya Budaya yang melahirkan karya sastra kakawin erat kaitannya dengan agama sang pengarang dan juga agama yang dianut oleh masyarakat pada saat karya sastra tersebut di gubah oleh pengarangnya Seperti telah diuraikan dalam penjelasan terdahulu bahwa Kakawin Arjunawijaya merupakan hasil karya sastra Jawa Kuno yang bernafaskan ajaran Uiwa Buddha Keyakinan terhadap ajaran Uiwa Buddha tidak terlepas dari perkembangan kerajaan Hindu di Indonesia yaitu pada zaman kerajaan Majapahit Adanya pengangkatan terhadap kedua pejabat tersebut menunjukkan pada saat itu kedua agama diakui sejajar dan hal tersebut menunjukkan adanya sikap toleransi dalam beragama sangat tinggi Nilai yang terkandung SuntingNilai religius Sunting Nilai religius dalam Kakawin Arjunawijaya dapat dilihat dalam tokoh Rawana dan saudaranya Rawaoa Dauamuka dan keempat saudaranya adalah keturunan Brahmana yaitu putra dari seorng Brahmana bernama Wiurawa dan cucu dari Aui Pulastya Namun ibunya adalah keturunan raksasa Walaupun Rawaoa adalah tokoh yang jahat tetapi ia memiliki sikap religius yaitu ditunjukkan dengan ketaatannya melakukan pemujaan bersama saudara saudaranya Ketaatannya dalam melakukan pemujaan ditunjukkan dengan tapa brata semadi sebagai wujud rasa bakti kepada Tuhan dan untuk memohon anugerah dari Tuhan Mereka melakukan pemujaan dengan caranya masing masing untuk mencapai tujuannya Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut Tan warnan pakurenireki numijil anak pat huwus Ndah yekan pamangun tapa brata padhagong yogha dhira japa Towin rakwa wekas Dhaneuwara kakanggeh de nirang Rawana Ndaswi majara kon ri sang yayi sirametang mahanugraha Kakawin Arjunawijaya I 14 Terjemahannya Tidak diceritakan tentang perkawinannya telah lahirlah empat orang anak Kemudian mereka melakukan tapa brata sama hebat dalam yoga dan japa Konon dibekas pertapaan Dhaneuwara kakanggeh de nirang Rawana Kemudin ia mengatakan kepada adiknnya agar mendapat anugrah utama Kutipan di atas menunjukkan sikap religius Rawana dan saudara saudaranya Mereka melakukan upacara ritus dengan yoga tapa dan brata Tapa yang mereka lakukan sangat berat Dauamuka melakukan tapa dengan mengorbankan kepalanya yaitu dengan melemparkan kepalanya ke dalam api korban sehingga ia memperoleh anugerah dari Dewa Brahma Sikap religius dalam Kakawin Arjunawijaya tercermin pula dalam tokoh Arjuna Sahasrabahu Ketika Arjuna Sahasrabahu melakukan perjalanan bersama permaisurinya untuk menikmati keindahan ia menyempatkan diri melakukan pemujaan di depan sebuah Arca sebagai wujud rasa bakti kepada Tuhan yang menciptakan segala keindahan yang ada Nilai etika Sunting Dalam Kakawin Arjunawijaya nilai etika moralitas terdapat pada tokoh Dewi Wedawati Dewi Wedawati dilukiskan sebagai wanita yang setia dan bakti kepada orang tuanya Dewi Wedawati memilih untuk hidup menjadi pertapa setelah kedua orang tuanya wafat Ia merasa bersalah karena menjadi penyebab kematian kedua orang tuanya Ia ingin memenuhi pesan orang tuanya yang ingin bermenantukan Dewa Wiuou Hal ini terdapat dalam kutipan berikut Nging sang maha Keuawa mantwa tan wurung Prayojana mwang bibi ni nghulun resep Ndah bhagna mogheki pejah nira kalih Tekap nikang rakuasa Sambhu gong galak Kakawin Arjunawijaya XII 11 Terjemahan Hanya Sang Hyang Wisnu yng diinginkan menjadi menantu Yang diharapkan ibu hamba di dalam hatinya Tetapi malapetaka menyebabkan mereka berdua wafat Oleh Raksasa Sambhu yang sangat buas Dose nghulun hetu niran wineh pati titir pininte sira tan paweh kedo margangku mungsir tapa bhaktya kawitan makartha sang hyang ari lakya ring helem Kakawin Arjunawijaya XII 2 Terjemhannya Hamba berdosa menjadi sebab kematian dia Sering diminta dia tetap tidak mengabulkan Hamba melakukan tapa sebagai bhkti terhadap leluhur Dengan harapan supaya Dewa Wisnu menjadi sumi hamba kelak Kutipan di atas mengandung ajaran atau nilai etika bahwa seorang anak wajib berbakti kepada orang tua sekalipun dia telah tiada Kewajiban seorang anak terhadap orang tua yang di ungkapkan dalam Kakawin Arjunawijaya sesuai dengan isi kitab Sarasamuccaya sebagai berikut Nilai Estetika Sunting Nilai Estetik dalam Kakawin Arjunawijaya dapat disimak melalui ungkapan ungkapan bahasa pengarang dalam memparkan pengalaman estetiknya Nilai tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini Nyauanyarjeng yawa ngungkuli jurang adalem tiraning marga lila Nyudhanta wah kahimbang sasusuning alango lengleng amrih kalangwan Ngka tang stri ratna kali kawula nika katon lwir tan ing rat winuwus Pinten kasih tekap sang kawi sira tumutur de ni gong ning langong Kakawin Arjunawijaya XXII 12 Terjemahannya Balai tempat duduknya serasi di atas jurang yang dalam ditepi jalan kelapa gadingnya bagaikan buah dadanya yang terlena oleh keindahan di sana tampak seorang wanita cantik diirinngi pelayannya itu terlihat seolah olah tidak berada di bumi dikatakan Dikasihi oleh sang pujangga karen dia yang mengerti tentang keutamaan cinta dan keindahan Kutipan di atas melukiskan keindahan yang dilukiskan berupa keindahan alam dan kecantikan yang dilukiskan pengarang dengan pemilihan kata yang tepat sehingga keindahan yang disampaikan oleh pengarang dapat dirasakan oleh pembaca atau penikmat karya sastra tersebut Penutup SuntingPenelitian terhadap Konvensi Kakawin Arjunawijaya meliputi Konvensi Bahasa Konvensi Budaya dan Konvensi Sastra Ditinjau dari Konvensi Bahasa Kakawin Arjunawijaya menggunakan bahasa Jawa Kuno yang kata katanya juga merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta Di samping itu penggunaan gaya bahasa seperti gaya bahasa perumpamaan personifikasi da Hiperbola juga adanya permainan bunyi alangkara mencerminkan bahwa Kakawin ini merupakan karya sastra yang indah ditinjau dari konvensi bahasanya Konvensi sastra dalam manggala Kakawin Arjunawijaya menunjukkan adanya pemujaan terhadap Dewa Siwa dan Budha Inti cerita mengisahkan tentang kemenangan dharma yang diwakili oleh tokoh Arjuna Uahasrabahu melawan adharma kejahatan yang diwakili oleh tokoh Rawaoa Penutup cerita berisi tentang sikap rendah hati pengarang Konvensi budaya dalam Kakawin Arjunawijaya menunjukkan adanya toleransi beragama yang tinggi yaitu perpaduan antara ajaran Uiwa Budha Nilai nilai Kakawin Arjunawijaya adalah Nilai Religius Nilai Etika dan Nilai Estetika Nilai Religius dicerminkan oleh tokoh cerita Rawaoa dan saudaranya yang taat melakukan pemujaan yaitu dengan melakukan tapa yoga dan semadi Nilai Etika di wakili oleh Tokoh Dewi Wedawati yang memiliki sikap berbakti terhadap orang tua Sedangkan Nilai Estetika dan Kakawin Arjunawijaya berupa ungkapan pengarang tentang keindahan yaitu keindahan alam dan kecantikan tokoh ceritanya Referensi Sunting Shopia Dharma Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli Desember 2013 Keraf 1980 halaman 6 Zoetmulder 1995 halaman 1204 Zoetmulder 1995 halaman 1488 Zoetmulder 1995 halaman 1315 Zoetmulder 1995 halaman 1323 a b Zoetmulder 1995 halaman 379 Zoetmulder 1995 halaman 577 Zoetmulder 1995 halaman 99 Zoetmulder 1995 halaman 73 Zoetmulder 1995 halaman 1136 Zoetmulder 1995 halaman 30 Zoetmulder 1995 halaman 75 Zoetmulder 1995 halaman 304 Zoetmulder 1995 halaman 709 Zoetmulder 1995 halaman 429 Zoetmulder 1995 halaman 1198 Zoetmulder 1995 halaman 21 Zoetmulder 1995 halaman 333 Zoetmulder 1995 halaman 164 Zoetmulder 1995 halaman 883 Zoetmulder 1995 halaman 764 Zoetmulder 1995 halaman 1450 Zoetmulder 1995 halaman 217 Zoetmulder 1995 halaman 1101 Zoetmulder 1995 halaman 1108 Zoetmulder 1995 halaman 376 Zoetmulder 1995 halaman 204 Zoetmulder 1995 halaman 394 Zoetmulder 1995 halaman 436 Zoetmulder 1995 halaman 635 Zoetmulder 1995 halaman 578 Medera 1997 halaman 21 22Daftar pustaka SuntingKakawin Arjuna Wijaya Agastya I B Gde 1987 Segara Giri Kumpulan Esai Jawa Kuno Denpasar Wyasa Sanggraha Cudamani 1993 Pengantar Agama Hindu Jakarta Hanuman Sakti Hardiman Budi F 2003 Melampaui Positivisme dan Modernias Yogyakarta Kanisius Hutagalung M S Jalan Tak Ada Ujung Muchtar Lubis Jakarta Gunung Agung Karim M Rusli 1994 Agama Modernisasi dan Sekularisasi Yogya Tiara Wacana Kajeng dkk 1999 Sarasamuccaya Surabaya Paramita Keraf Drs Gorys 1980 Komposisi Ende Flores Nusa Indah Arnolus Kosasih 2004 Bintap Bahasa Indonesia SMA Bandung CV Yama Widya Kusuma I Nyoman Weda 2005 Kakawin Usana Bali Karya Dang Hyang Nirartha Suntingan Teks Terjemahan dan Telaah Konsep konsep keagamaan Denpasar Pustaka Larasan Koentjaraningrat 1974 Kebudayaan dan Mentalitet Pembangunan Jakarta Gramedia Mantra IB 2002 Pengertian Uiwa Buddha Dalam Sejarah Indonesia dalam Uiwa Buddha Puja di Indonesia Denpasar Yayasan Dharma Sastra Mardiwarsito L 1978 Kamus Jawa Kuno Indonesia Ende Flores Nusa Indah Mastuti Dwi Woro Retno 2009 Kakawin Sutasoma Mpu Tantular Jakarta Komunitas bambu Medera Nengah 1996 Kakawin dan Mabebasan di Bali Denpasar Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Universitas Udayana Nida Diartha 2003 Sinkretisasi Uiwa Buddha Di Bali kajian Historis Sosiologis Denpasar Pustaka Bali Post Nurkancana Wayan 1997 Menguak Tabir Perkembangan Hindu Denpasar Bali Pos Pudja Gede dkk Theologi Hindu Brahma Widya Jakarta Mayasari Poerwadarminta 1976 Kamus umum bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka Robson S O Pengkajian Sastra sastra Tradisiona Indonesia Dalam Majalah Bahasa dan Sastra IV 6 Jakarta Pusat Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Sanatana Dharma sarana 1988 Intisari Ajaran Hindu Surabaya Paramita Sri Sukesi Adiwimarta 1993 Unsur unsur Ajaran Dalam Kakawin Parthayajna Disertasi Jakarta Universitas Indonesia Denpasar CV Percetakan Bali Sugriwa I G B 1977 Penuntun Pelajaran Kakawin Denpasar Sarana bakti Sabha Sudjiman Panuti Ed 1984 Kamus Istilah sastra Jakarta PT Gramedia Sumarjo Yakob 1984 Memahami Kesusastraan Bandung Alumni Supomo S 1997 arjunawijaya A Kakawin of Mpu Tantular Bibliothieca Indonesia14 KITLV The hague Martinus Nijhoff Titib 1998 Weda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan Surabaya Paramitha Teeuw A 1984 Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra Jakarta PustakaJaya Wisarja Ketut 2001 Nilai nilai dan Ajaran yang terkandung dalam Geguritan Mantri alit Denpasar STAHN Wiryamartana I Kuntara 1990 Arjunawiwaha Duta Wacana University Press Yogyakarta Zoetmulder P J 1985 Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang Cetakan ke 2 Jakarta Djambatan 1995 Kamus Jawa Kuno Indonesia Jilid 1 dan 2 Jakarta PT GramediaPustaka Utama Alih aksara SuntingAlih Aksara Lontar Kakawin Arjunawijaya Th 1995 Denpasar KantorDokumentasi Budaya Bali Alih Aksara Lontar Kakawin Arjunawijaya Th 1982 Singaraja Gedong Kirtya Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Kakawin Arjunawijaya amp oldid 22214061