www.wikidata.id-id.nina.az
Fonologi bahasa Indonesia dialihkan ke halaman ini Artikel ini membahas fonologi dari bahasa Melayu secara umum bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia Untuk bantuan pengucapan Wikipedia secara singkat lihat Bantuan IPA untuk bahasa Melayu Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional IPA Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA lihat Bantuan IPA Untuk penjelasan perbedaan dan Lihat IPA Tanda kurung dan delimitasi transkripsi Artikel ini menjelaskan fonologi dari bahasa Melayu yang didasarkan pada pengucapan bahasa Melayu Standar yang merupakan bahasa resmi dari Brunei Singapura Malaysia sebagai bahasa Malaysia dan Indonesia sebagai bahasa Indonesia Daftar isi 1 Konsonan 1 1 Asimilasi sengauan 2 Vokal 2 1 Diftong 3 Penekanan 4 Ritme 5 Struktur suku kata 6 Catatan 7 Referensi 8 Daftar pustakaKonsonan SuntingKonsonan dari bahasa Melayu Standar 1 dan juga bahasa Indonesia 2 ditunjukkan pada tabel dibawah Konsonan non asal dari bahasa ini yang hanya terjadi pada kata kata yang dipinjam dari bahasa Arab dan Inggris ditulis dalam tanda kurung Beberapa analisa menyebutkan bahwa terdapat 19 konsonan primer untuk bahasa Melayu sebagai 18 simbol yang tidak terdapat dalam tanda kurung dalam tabel ini termasuk hentian glotis ʔ 3 4 Fonem konsonan bahasa Melayu Standar Dwi bibir Gigi Rongga gigi Pask ronggi langit langit lang belakang Celah suaraSengau m n ɲ ŋLetup Nirsuara p t t ʃ k ʔBersuara b d d ʒ ɡFrikatif Nirsuara f 8 s ʃ x hBersuara v d z ɣ Hampiran l j wGetar rCatatan p t k merupakan konsonan yang tidak teraspirasikan seperti dalam rumpun bahasa Roman Dalam koda suku kata konsonan ini merupakan konsonan dengan pelepasan non suara dan k akhir kata merupakan hentian glotis dalam kata kata bahasa asli Tidak ada Liaison dan bahkan tidak ada pelepasan penyuaraan saat diikuti oleh vokal pada kata selanjutnya seperti dalam kulit ubi walaupun konsoanan ini diucapkan sebagai konsonan medial normal jika diikuti oleh suffiks t merupakan konsonan gigi yakni t Dalam banyak varietas bahasa Melayu 1 dan dalam bahasa Indonesia 2 Konsonan hentian glotis ʔ dapat direpresentasikan dengan tanda petik dalam kata yang berasal dari bahasa Arab seperti Al Qur an Dalam beberapa kata seperti terulang ˈterʔulaŋ diambil dari kata inisial vokal dengan sebuah prefiks jadi hentian glotis tidak dituliskan dalam penulisanya h diucapkan secara jelas diantara vokal seperti dalam Pahang sementara dalam penempatan lain konsonan ini memiliki suara sangat lemah dan bahkan bisa menjadi konsonan diam seperti dalam hutan utan hutan sahut saut menjawab Pengecualian dari sistem suara ini adalah konsonan inisial h dari kata pinjam bahasa Arab seperti hakim Pengucapan r berbeda secara signifikan antar dialek Bahkan terdapat pengucapan r yang dikiuti oleh pepet dapat mengalami suatu ambigu suara seperti kertas yang dapat diucapkan sebagai kreˈtas atau kereˈtas Getaran pada r terkadang dapat dikurangi menjadi getaran tunggal dan menjadikannya sebagai konsonan kepak ɾ secara fonerik jadi pengucapan r tunggal beragam antara getar r kepak ɾ dan dalam beberapa kasus dapat menjadi konsonan hampiran paska rongga gigi ɹ Konsonan hentian b dan d mengalami pengurangan penyuaraan pada posisi akhir kata seperti sebab seˈbap masjid ˈmasdʒit walaupun bahasa Melayu pada dasarnya menghindari pengurangan suara dari fonem Terkadang disebutkan bahwa pengurangan penyuaraan merupakan bentuk tidak standar dan kata tersebut seharusnya diucapkan sebagaimana yang tertulis 5 f v z ʃ d dan 8 hanya terdapat pada kata pinjam Beberapa penutur mengucapkan v dalam kata pinjam seperti v jika tidak maka konsonan ini merupakan f z juga dapat djucapkan sebagai alofoni sebelum konsonan bersuara Karena d dan z ditulis identik satu sama lainnya dalam bahasa melayu seperti halnya dengan 8 dan s d dan 8 dikarenakan hanya penutur yang dapat menuturkan bahasa di mana kata tersebut diambil Arab dan Inggris yang paham dan mengerti apakah konsonan ini merupakan konsonan gigi ataupun rongga gigi Suara direpresentasikan secara ortografik oleh simbol fonem konsonan tersebut kecuali ɲ ditulis sebagai ny sebelum vokal n sebelum c dan j ŋ ditulis sebagai ng hentian glotis ʔ ditulis sebagai k pada akhir kata atau sebagai tanda petik tʃ ditulis sebagai c dʒ ditulis sebagai j j ditulis sebagai y ʃ ditulis sebagai sy x ditulis sebagai kh ɣ ditulis sebagai gh d ditulis sebagai z dan ditranskripsikan menjadi z 8 ditulis sebagai s dan ditranskripsikan menjadi s Sebelum 1972 suara ini ditulis sebagai th dalam bahasa melayu Standar tetapi ini tidak berlaku pada bahasa Indonesia Fonem yang terjadi hanya dalam kata pinjam bahasa Arab mungkin diucapkan berbeda oleh penutur yang mengerti bahasa Arab jika tidak konsonan ini akan disubtitusikan sebagai suara bahasa asli Tabel konsonan pinjam dari bahasa Arab Konsonan Asimilasi Contoh x k h khabar خ ب ر ˈhabar kabar ˈkabar d d l redha reda rela dˤ l z lohor zohor luhur zuhur sholat tengah hari ɣ ɡ r ghaib raib ʕ ʔ saat sa at Asimilasi sengauan Sunting Hukum suara dari kata kerja dan kata benda dari bahasa Melayu adalah asimilasi dari konsonan sengau di akhir prefiks derivasional verbal meng meŋ dan prefiks nominal peng peŋ Segmen sengauan diletakkan sebelum konsonan sonoran sengauan m n ɲ ŋ likuida l r dan hampiran w j Prefiks ini mengalami peluruhan sebelum dan berasimilasi dengan konsonan obstruen dwibibir m sebelum p b konsonan rongga gigi n sebelum t d Konsonan paska rongga gigi ɲ sebelum tʃ dʒ dan s konsonan langit langit belakang ŋ sebelum suara lainnya k ɡ konsonan celah suara h dan semua vokal catatan 1 Sebagai tambahan obstruen nirsuara selain tʃ yakni p t s k diluluhkan kecuali sebelum prefik kausatif per di mana konsonan pertama tidak meluluh Fonem ini kehilangan sifatnya dalam kaidah KPST 6 Meng dapat menghasilkan derivasi berikut Akar kata Derivasi meng masak memasak nanti menanti layang melayang rampas merampas beli membeli dukung mendukung jawab menjawab meɲ gulung menggulung hantar menghantar Akar kata Derivasi meng ajar mengajar isi mengisi pilih memilih tulis menulis cabut mencabut meɲ kenal mengenal surat menyurat Vokal SuntingBiasanya disebutkan bahwa terdapat enam vokal dalam bahasa Melayu standar 1 7 dan dalam bahasa Indonesia 2 Enam vokal ini ditunjukkan di tabel dibawah Walaupun analisa lainnya menunjukkan sistem kotak fonem vokal dengan vokal setengah terbuka ɛ dan ɔ 8 Tabel fonem vokal bahasa Melayu Standar Depan Madya BelakangTertutup i uTengah e e oTerbuka aTabel fonem vokal bahasa Indonesia Depan Madya BelakangTertutup i i u u1 2 Tertutup e e e e ĕ o o1 2 Terbuka ɛ e ɔ oTerbuka a aCatatan Satu titik sumber variasi dalam bahasa Melayu yakni pengucapan a akhir dalam suku kata terbuka akhir dari akar morfem sebagai contoh saya dapat diucapkan sebagai a ataupun sebagai e Varietas pengucapan ini disebut sebagai varietas a seperti dalam bahasa Indonesia atau dalam pengucapan Serawak Sabah Brunei dan Malaysia bagian barat laut mengungkapkan vokal ini sebagai a sementara varietas pepet atau varietas schwa seperti dalam beberapa varietas Bahasa Malaysia Barat seperti Bahasa Melayu Terengganu dan aksen Kuala Lumpur Selangor dan varietas Singapura dan Sumatra mengucapkan vokal ini sebagai e 1 9 dalam varietas pepet a dari suku kata penultimasi juga berubah menjadi pepet jika diikuti oleh h seperti dalam usaha usehe a tidak diubah menjadi e dalam menyanyi Terdapat juga varietas bahasa Melayu di mana akhiran vokal terbuka a tidak diucapkan seperti dalam dua varietas sebelumnya seperti dalam bahasa Melayu Kelantan Pattani di mana dalam varietas ini a diucapkan sebagai vokal takbulat terbuka belakang ɑ Dalam suku kata terakhir yang menggunakan vokal tertutup dari akar morfem vokal depan i dan vokal belakang u biasanya diucapkan sebagai ɪ e atau e dan ʊ o atau o dalam bahasa Melayu Malaysia barar Singapura dan Sumatra di mana bahasa tersebut merupakan bahasa ibu 1 dan ɪ dan ʊ dalam bahasa Indonesia Alofoni diaras tidak berdiri sendiri vokal e dan o haruslah ditemani dengan status fonemik sebagaimana vokal ini terjadi dalam kata kata natif dari semua dialek Melayu dan dalam kata pinjam yang berasal dari Bahasa Arab Persia Portugis Inggris Belanda dan Jawa e dan o mungkin berbeda tergantung penutur sebagaimana vokal ini diucapkan sebagai vokal tengah dalam bahasa Melayu dan Vokal setengah tertutup dalam bahasa Indonesia i dan u diucapkan sama dalan Brunei dan Malaysia Timur Sabah dan Serawak Akhiran kata e dan o tergolong jarang dalam bahasa Melayu kecuali untuk kata pinjam seperti teko dari bahasa Min Nan 茶壺 tekoh toko dari bahasa Min Nan 土庫 tho kho semberono dari bahasa jawa sembrana gede dari bahasa jawa konde dari bahasa Jawa kondhe kare variasi kari dalam bahasa Tamil kaṟ i mestizo dari bahasa Spanyol kredo dari bahasa Latin credo resiko dari bahasa Belanda risico dan nama nama non Melayu seperti Suharto Manado Beberapa kata yang dipinjam dari bahasa Eropa memiliki vokal ɛ dan ɔ seperti dalam pek pɛk mengemasi dam kos kɔs harga Kata kata yang dipinjam lebih awal memiliki pengucapan yang lebih natif seperti pesta yang diucapkan sebagai peste Dalam bahasa Indonesia ɛ dan ɔ merupKan alofoni dari e dan o dalam suku kata akhir tertutup Beberapa dialek yang sedikit jauh bahkan membedakan vokal setengah tertutup dan Vokal setengah terbuka depan dan belakang Sebagai contoh dalam dialek Kedahan modɛ modal bɔrak borak sinonim dari bohong ɑ merupakan alofoni yang biasanya terjadi pada a setelah konsonan empatik juga dan r ɣ dan q dari kata bahasa Arab Sebagai contoh qari qɑri Beberapa dialek juga memiliki panjang vokal Sebagai contoh ɡulaː gulaa dari gulai dalam dialek Sungari Perak Terdapat juga ɪ dalam bahasa Indonesia sebgaia alofoni dari i sebagai vokal kedua dalam hiatus seperti air a ɪr Vokal e e ɛ e dan e e e biasanya ditulis tanpa diakritik dalam bahasa Melayu dan Indonesia sebagaj e 10 Diakritik habya digunakan sebagai indikasi dari pengucapan yang benar seperti dalam kamus Diftong Sunting Beberapa analisa mengeklaim bahwa bahasa Melayu memiliki diftong fonem natif dalam suku kata terbuka yakni ai kedai warung pandai au kerbau oi dodoi amboi Dan yang lainnya mengasumsikan bahwa diftong ini merupakan monoftong yang diikuti oleh konsonan hampiran Jadi ai merupakan aj au merupakan aw dan oi merupakan oj Dalam basis ini tidak ada diftong secara fonologi falam bahasa Melayu 11 Kata kata yang dipinjam dari hahasa Inggris dengan eɪ seperti Mei dan esei esai diucapkan sebagai e Fitur ini juga terjadi pada diftong bahasa Inggris oʊ yang diucapkan sebagai o Diftong berbeda dengan dua vokal dalam dua suku kata seperri a i rai merayakan ra i air a er a ɪr a u bau ba u laut la ot la ʊt Walaupun tidak dibedakan dalam ejaan Rumi moderen diftong dan dua vokal dibedakan dalam sistem penulisan Jawi di mana kedudukan vokal diindikasikan oleh adanya simbol hamzah ء sebagai contoh لاءوت laut Kedudukan vokal dibawah ini merupakan dua vokal yang diucapkan sebagai diftong ia meriah iu liur ua luar ui kelui penghalaman Penekanan SuntingBahasa Melayu memiliki kadar penekanan yang jatuh pada suku kata akhir ataupun suku kata penultimasi tergantung variasi daerah masing masing dikarenakan penggunaan pepet e dalam sebuah atan Jika biasanya suku kata penultimasi merupakan suku kata yang ditekankan kecuali jika vokalnya adalah pepet e Jika penultim memiliki pepet dan memiliki suku kata ante penultimasi maka penekanan berpindah pada suku kata ante penultimasi bahkan jika suku kata tersebut juga memiliki pepet dan jika kata tersebut merupakan disilabik maka penekanan berada di akhiran Dalam kata kata disilabik dengan suku kata penultimasi tertutup seperti tinggal dan rantai penekanan jatuh pada penultim Namun terdapat penolakan diantara para ahli bahasa mengenai status penekanan tersebut apakah merupakan tekanan fonemik tidak dapat diprediksi ataupun tidak dan beberapa menganalisa bahwa tidak ada penekanan dalam bahasa Melayu 1 12 13 Ritme SuntingKlasifikasi dari bahasa yang berdasarkan pada ritme dapat menjadi problematik 14 Walaupun begitu dalam perhitungan akustik bahasa Melayu memiliki suku kata yang berdasarkan ritme yang lebih banyak dari bahasa Inggris Britania 15 dan masih diperdebatkan apakah struktur suku kata penting dalam morfem bahasa Melayu 12 Struktur suku kata SuntingKebanyakan dadi leksikon bahasa asal didasarkan pada morfem disilabik dan akar kata monosilabik dan trisilabik dengan persentase yang kecil 16 Namun dengan tersebarnya prefiks dan suffiks banyak kata yang terdiri dari lima atau bahkan lebih yang dapat ditemukan 1 Struktur suku kata secara basis merupakan konsonan vokal konsonan CVC KVK di mana V merupakan monoftong dan K akhir dapat konsonan hampiran w atau j Lihat Diftong Catatan Sunting Ini adalah argumen untuk konsonan sengau ŋ ketika tidak ada tempat untuk berasimilasi konsonan ini muncul sebahai muncul sebagai ŋ Beberapa ahli menuliskannya N untuk menunjukkan bahwa konsonan ini tidak memiliki tempat artikulasinya sendiri tetapi ini gagal menjelaskan pengucapan dari konsonan tersebut sebelum vokal Referensi Sunting a b c d e f g Clynes Adrian Deterding David August 2011 Standard Malay Brunei Journal of the International Phonetic Association 41 2 259 268 doi 10 1017 S002510031100017X nbsp Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 08 16 a b c Soderberg Craig D Olson Kenneth S 2008 Indonesian Journal of the International Phonetic Association 38 2 209 213 doi 10 1017 S0025100308003320 nbsp Asmah Haji Omar 2008 Ensiklopedia Bahasa Melayu Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka hlm 108 Yunus Maris M 1980 The Malay Sound System Kuala Lumpur Penerbit Fajar Bakti Sdn Bhd page 52 S Effendi 2012 Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar Dunia Pustaka Jaya hlm 228 ISBN 978 6232212350 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023 07 23 Diakses tanggal 2022 02 12 Rudanto Anton Galih 28 December 2019 KPST dan Kaidah Peluluhan Fonem Kompas id Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023 04 04 Diakses tanggal 15 2 2022 Periksa nilai tanggal di access date bantuan Asmah Haji Omar 2008 Ensiklopedia Bahasa Melayu Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka hlm 97 Yunus Maris M 1980 The Malay Sound System Kuala Lumpur Penerbit Fajar Bakti Sdn Bhd hlm 2 Asmah Haji Omar 1977 The phonological diversity of the Malay dialects Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia PDF Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 2020 06 05 Diakses tanggal 2022 02 15 Clynes Adrian 1997 On the Proto Austronesian Diphthongs Oceanic Linguistics 36 2 347 362 doi 10 2307 3622989 JSTOR 3622989 a b Zuraidah Mohd Don Knowles G amp Yong J 2008 How words can be misleading A study of syllable timing and stress in Malay The Linguistics Journal 3 2 lihat disini Diarsipkan 2022 02 16 di Wayback Machine Gil David A Typology of Stress And Where Malay Indonesian Fits In abstract only PDF Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2012 02 25 Diakses tanggal 16 2 2021 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Periksa nilai tanggal di access date bantuan Roach P 1982 On the distinction between stress timed and syllable timed languages In D Crystal Ed Linguistic Controversies hlm 73 79 London Edward Arnold Deterding D 2011 Measurements of the rhythm of Malay In Proceedings of the 17th International Congress of Phonetic Sciences Hong Kong 17 21 August 2011 hlm 576 579 Versi online Diarsipkan 2023 06 02 di Wayback Machine Adelaar K A 1992 Proto Malayic The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology PDF Canberra Pacific Linguistics The Australian National University doi 10 15144 pl c119 Diarsipkan PDF dari versi asli tanggal 2023 02 10 Diakses tanggal 2022 02 16 Daftar pustaka SuntingIndirawati Haji Zahid Mardian Shah Omar 2006 Fonetik dan fonologi PTS Professional ISBN 983 3585 63 9 Diakses tanggal 16 Febuari 2022 Periksa nilai tanggal di access date bantuan Abdullah bin Hassan 2007 6 Linguistik am PTS Professional ISBN 978 983 3376 18 6 Diakses tanggal 14 Febuari 2022 Periksa nilai tanggal di access date bantuan Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Fonologi bahasa Melayu amp oldid 24450886