Artikel atau bagian mungkin perlu ditulis ulang agar sesuai dengan standar kualitas Wikipedia. |
Ampu Jatmaka (Atau Empu Jatmika) bergelar Maharaja di Candi, merupakan keturunan saudagar kaya raya dari negeri Keling, Kediri, yang melakukan ekspedisi ke Kalimantan dan membentuk Negara Dipa dan membangun Candi Agung.
Maharaja di Candi/ Ampu Jatmaka /Empu Jatmika | ||||
---|---|---|---|---|
Maharaja di Candi Empu Jatmika | ||||
Raja ke-1 di Negara Dipa | ||||
Pendahulu | Saudagar Mangkubumi Jantam | |||
Penerus | Lambung Mangkurat | |||
Informasi pribadi | ||||
Kelahiran | Ampu Jatmaka | |||
| ||||
Ayah | Mangkubumi Saudagar Jantam | |||
Ibu | Sita Rara | |||
Permaisuri Sira Manguntu | ||||
Anak | 1.Lambung Jaya Wanagiri / Ampu Mandastana/Empu Mandastani | |||
Agama | Siwa-Buddha Kaharingan |
Ampu Jatmika memiliki dua orang anak bernama Ampu Mandastana (atau Empu Mandastani) dan Lambung Mangkurat (atau Lembu Mangkurat yang dipercaya merupakan tokoh Dayak Ma'anyan bernama Dambung Mangkurap). Berdasarkan sejarah lisan, sebelum Ampu Jatmika meninggal, dia memerintahkan kedua anaknya untuk membuang patung gangsa (simbol raja) ke laut tidak menjabat sebagai raja karena mereka keturunan waisya atau mereka akan mengalami malapetaka, dan bertapa untuk mencari raja sesungguhnya
Ampu Jatmaka atau Empu Jatmika merupakan saudagar kaya asal Keling, yang menurut Veerbek 1889:10 dan Munoz 2009:401-435, Keling merupakan negara bawahan Majapahit di barat daya Kediri. Ia merupakan anak seorang saudagar bernama Mangkubumi atau disebut Saudagar Jantam. Berdasarkan saran ayahnya, Ampu Jatmaka melakukan perjalanan untuk mencari mencari negeri yang tanahnya suam dan berbau wangi. Disebutkan Keling berjarak dua bulan perjalanan laut menuju pulau Hujung Tanah (Kalimantan).
Beberapa sejarawan berpendapat Ampu Jatmaka juga merupakan pengungsi dari Kediri akibat kondisi yang tidak mengenakan di Kediri pasca Pertempuran Genter abad ke-13 (1222 M). Ada sejarawan yang meyakini pula perjalanan ekspedisinya ke Kalimantan merupakan kebijakan ekspansionis Hayam Wuruk yang pada tahun 1355 (ekspedisi ketiga) menyerang kerajaan Dayak Ma'anyan Nan Sarunai yang bercorak kaharingan, beberapa peninggalan pertempuran bisa ditemukan seperti pertempuran pertama terjadi tahun April 1358, pertempuran kedua terjadi Desember 1362. Serangan-serangan ini yang diingat dengan nama Nansarunai Usak Jawa oleh suku Dayak Ma'anyan mengakibatkan runtuhnya kerajaan Nan Sarunai.
Ampu Jatmika kemudian mendirikan kerajaan Negara Dipa bercorak Hindu tahun 1387 dengan mendirikan negeri Candi Laras yang terletak pada sebuah anak sungai Bahan (di sebelah hilir). Ia menjadi bawahan raja kerajaan Kuripan, kerajaan lokal yang sudah lebih dahulu berdiri. Kemudian Empu Jatmika memerintahkan bentara kanan Tumenggung Tatahjiwa memperluas wilayah dengan menaklukan daerah batang Tabalong, batang Balangan, batang Pitap dan daerah perbukitannya sekitarnya (yang dihuni suku Dayak Meratus). Ia juga memerintahkan bentara kiri Arya Megatsari menaklukan daerah batang Alai, batang Labuan Amas, batang Amandit dan daerah perbukitan sekitar daerah-daerah tersebut. Setelah itu ia memindahkan ibu kota dari negeri Candi Laras ke negeri Candi Agung (candi kuno di hulu sungai Bahan) yang terletak di sebalik negeri Kuripan.
Leluhur Raja Raja Silsilah sunting
Silsilah menurut naskah Cerita Turunan Raja-raja Banjar dan Kotawaringin yang disebut Hikayat Banjar resensi 1.
Saudagar Jantan
Saudagar Mangkubumi x Sita Rara
Raja Negara Dipa I: Ampu Jatmaka (anak angkat Raja Kuripan) x Sari Manguntu
Raja Negara Dipa II: Lambu Mangkurat (saudara angkat Puteri Junjung Buih) x Dayang Diparaja binti Aria Malingkun dari Tangga Ulin
Puteri Huripan x Raja Negara Dipa V: Maharaja Suryaganggawangsa bin Raja Negara Dipa IV: Pangeran Suryanata (suami dari Raja Negara Dipa III: Puteri Junjung Buih)
Puteri Kalarang (cucu Puteri Junjung Buih) x Pangeran Suryawangsa (adik Maharaja Suryaganggawangsa )
Raja Negara Dipa VI: Maharaja Carang Lalean (cucu Puteri Junjung Buih) x Raja Negara Dipa VII: Putri Kalungsu (adik Puteri Kalarang)
Raja Negara Daha I: Raden Sekar Sungsang /Ki Mas Lelana/ /Raden Sari Kaburungan/ Maharaja Sari Kaburungan/ Panji Agung Rama Nata
Raja Negara Daha II: Maharaja Sukarama (Pangeran Sukarama)
- Raja Negara Daha III: Maharaja Mangkubumi (Raden Paksa)
- Raja Negara Daha IV: Pangeran Tumenggung (Raden Panjang)
- Pangeran Bagalung (Raden Bali), penguasa Berangas.
- Pangeran Jaya Dewa (Raden Mambang)
- Ratu Intan Sari /Ratu Galuh Baranakan, ibu Sultan Suryanullah alias Suriansyah dari Banjar.
Didahului oleh: Saudagar Mangkubumi (Jantam) | Raja Negara Dipa I 1387–1450 | Diteruskan oleh: Lambung Mangkurat |
Referensi sunting
- Munoz, P.M.; Tim Media Abadi (2009). Kerajaan-kerajaan awal kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia: perkembangan sejarah dan budaya Asia Tenggara (Jaman pra sejarah - abad xvi). Mitra abadi. Diakses tanggal 2022-02-20.
- Sadono, Didit; Endriawan (2021-10-29). "Jejak Akulturasi Budaya Jawa dan Kalimantan di Taman Purbakala Candi Agung di Amuntai, Kalimantan Selatan". Naditira Widya. 15 (2): 87–98. Archived from the original on 2022-07-04. Diakses tanggal 2023-02-20.
- Susanto, A. Budi (2007). Masihkah Indonesia. Kanisius. hlm. 216. ISBN 978-9792116571. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-01. Diakses tanggal 2011-09-06. ISBN 978-979-21-1657-1
- Pikriadi, Nor (2014-10-10). "Perjalanan Kesultanan Banjar dari Legitimasi Politik hingga Indentitas Kultural". Naditira Widya. 8 (2). Archived from the original on 2019-04-29. Diakses tanggal 2022-10-28.
- Munoz, P.M.; Tim Media Abadi (2009). Kerajaan-kerajaan awal kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia: perkembangan sejarah dan budaya Asia Tenggara (Jaman pra sejarah - abad xvi). Mitra abadi. Diakses tanggal 2022-02-20.
- Candi Agung, Negara Dipa dalam Perspektif Dokumen Tanah Jawa (2)". jejakrekam.com. 2018-11-02. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-28. Diakses tanggal 2022-10-28.
- (Prancis)von Siebold, Philipp Franz (1847). Le moniteur des Indes orientales et occidentales: recueil de mémoires et de notices scientifiques et industriels... concernant les possessions néerlandaises d'Asie et d'Amérique. Belinfante frères. hlm. 164.