www.wikidata.id-id.nina.az
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi bacaan terkait atau pranala luar tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat Mohon tingkatkan kualitas artikel ini dengan memasukkan rujukan yang lebih mendetail bila perlu Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini Raden Ngabehi Rangga Warsita Jawa ꦫ ꦒꦮ ꦰ ꦠ translit Ronggawarsita a 14 Maret 1802 24 Desember 1873 adalah pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta Ia dianggap sebagai pujangga besar terakhir tanah Jawa Raden Ngabehi Rangga WarsitaNama asalꦫꦢ ꦤ ꦔꦧ ꦲ ꦫ ꦒꦮ ꦰ ꦠPelafalan radɛn ŋabɛhi rɔŋgɔ warsitɔ LahirBagoes Boerhan 1802 03 14 14 Maret 1802Kasunanan Surakarta Hadiningrat Hindia BelandaMeninggal24 Desember 1873 1873 12 24 umur 71 Kasunanan Surakarta Hadiningrat Hindia BelandaSebab meninggalMisteriusMakamPalar Trucuk Klaten7 42 27 S 110 40 47 E 7 707535 S 110 6797339 E 7 707535 110 6797339Tempat tinggalSurakartaPekerjaanPujanggaTahun aktif1845 1873 Daftar isi 1 Asal Usul 2 Masa muda 3 Karier sebagai pujangga 4 Kehidupan pribadi 4 1 Hubungan dengan Belanda 5 Kematian 6 Karya sastra 7 Ramalan tentang kemerdekaan Indonesia 8 Lihat pula 9 Catatan kaki 10 Daftar pustakaAsal Usul SuntingNama aslinya adalah Bagus Burhan Ia adalah putra dari Mas Pajangswara juga disebut Mas Ngabehi Ranggawarsita Ayahnya adalah cucu dari Yasadipura II pujangga utama Kasunanan Surakarta Ayah Bagus Burhan merupakan keturunan Kesultanan Pajang sedangkan ibunya adalah keturunan dari Kesultanan Demak Bagus Burhan diasuh oleh Ki Tanujaya abdi dari ayahnya Masa muda SuntingSewaktu muda Burhan terkenal nakal dan gemar judi Ia dikirim kakeknya untuk berguru agama Islam pada Kyai Imam Besari pemimpin Pesantren Gebang Tinatar di desa Tegalsari Ponorogo Pada mulanya ia tetap saja bandel bahkan sampai kabur ke Madiun Setelah kembali ke Ponorogo konon ia mendapat pencerahan di Sungai Kedungwatu sehingga berubah menjadi pemuda alim yang pandai mengaji Ketika pulang ke Surakarta Burhan diambil sebagai cucu angkat Panembahan Buminoto adik Pakubuwana IV Ia kemudian diangkat sebagai Carik Kadipaten Anom bergelar Mas Pajanganom tanggal 28 Oktober 1819 Pada masa pemerintahan Pakubuwana V 1820 1823 karier Burhan tersendat sendat karena raja baru ini kurang suka dengan Panembahan Buminoto yang selalu mendesaknya agar pangkat Burhan dinaikkan Pada tanggal 9 November 1821 Burhan menikah dengan Raden Ayu Gombak dan ikut mertuanya yaitu Adipati Cakradiningrat di Kediri Di sana ia merasa jenuh dan memutuskan berkelana ditemani Ki Tanujoyo Konon Burhan berkelana sampai ke Pulau Bali untuk mempelajari naskah naskah sastra Hindu koleksi Ki Ajar Sidalaku Karier sebagai pujangga SuntingBagus Burhan diangkat sebagai Panewu Carik Kadipaten Anom bergelar Raden Ngabei Ronggowarsito menggantikan ayahnya yang meninggal di penjara Belanda tahun 1830 Lalu setelah kematian Yasadipura II Ranggawarsita diangkat sebagai pujangga Kasunanan Surakarta oleh Pakubuwana VII pada tanggal 14 September 1845 Pada masa inilah Ranggawarsita melahirkan banyak karya sastra Hubungannya dengan Pakubuwana VII juga sangat harmonis Ia juga dikenal sebagai peramal ulung dengan berbagai macam ilmu kesaktian Naskah naskah babad cenderung bersifat simbolis dalam menggambarkan keistimewaan Ranggawarsita Misalnya ia dikisahkan mengerti bahasa binatang Ini merupakan simbol bahwa Ranggawarsita peka terhadap keluh kesah rakyat kecil Kehidupan pribadi SuntingHubungan dengan Belanda Sunting nbsp Patung Rangga Warsita di depan museum Radya Pustaka SurakartaPakubuwana IX naik takhta sejak tahun 1861 Ia adalah putra Pakubuwana VI yang dibuang ke Ambon tahun 1830 karena mendukung Pangeran Diponegoro Konon sebelum menangkap Pakubuwana VI pihak Belanda lebih dulu menangkap juru tulis keraton yaitu Mas Pajangswara untuk dimintai kesaksian Meskipun disiksa sampai tewas Pajangswara tetap diam tidak mau membocorkan hubungan Pakubuwana VI dengan Pangeran Dipanegara Meskipun demikian Belanda tetap saja membuang Pakubuwana VI dengan alasan bahwa Pajangswara telah membocorkan semuanya Fitnah inilah yang menyebabkan Pakubuwana IX kurang menyukai Ranggawarsita yang tidak lain adalah putra Pajangswara Hubungan Ranggawarsita dengan Belanda juga kurang baik Meskipun ia memiliki sahabat dan murid seorang Indo bernama C F Winter Sr tetap saja gerak geriknya diawasi Belanda Ranggawarsita dianggap sebagai jurnalis berbahaya yang tulisan tulisannya dapat membangkitkan semangat juang kaum pribumi Karena suasana kerja yang semakin tegang akibatnya Ranggawarsita pun keluar dari jabatan redaksi surat kabar Bramartani tahun 1870 Kematian SuntingRanggawarsita meninggal dunia secara misterius tanggal 24 Desember 1873 Anehnya tanggal kematian tersebut justru terdapat dalam karya terakhirnya yaitu Serat Sabdajati yang ia tulis sendiri Hal ini menimbulkan dugaan kalau Ranggawarsita meninggal karena dihukum mati sehingga ia bisa mengetahui dengan persis kapan hari kematiannya Penulis yang berpendapat demikian adalah Suripan Sadi Hutomo 1979 dan Andjar Any 1979 Pendapat tersebut mendapat bantahan dari pihak elit keraton Kasunanan Surakarta yang berpendapat kalau Ranggawarsita adalah peramal ulung sehingga tidak aneh kalau ia dapat meramal hari kematiannya sendiri Ranggawarsita dimakamkan di Desa Palar Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten Makamnya pernah dikunjungi dua presiden Indonesia yaitu Soekarno dan Gus Dur pada masa mereka menjabat amenangi zaman edan ewuhaya ing pambudi melu ngedan nora tahan yen tan melu anglakoni boya keduman melik kaliren wekasanipun ndilalah kersa Allah begja begjaning kang lali luwih begja kang eling klawan waspada yang terjemahannya sebagai berikut menyaksikan zaman gila serba susah dalam bertindak ikut gila tidak akan tahan tapi kalau tidak mengikuti gila tidak akan mendapat bagian kelaparan pada akhirnya namun telah menjadi kehendak Allah sebahagia bahagianya orang yang lalai akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada Karya sastra Sunting nbsp Makam Rangga Warsita di KlatenKarya sastra tulisan Ranggawarsita antara lain Bambang Dwihastha cariyos Ringgit Purwa Bausastra Kawi atau Kamus Kawi Jawa beserta C F Winter sr Sajarah Pandhawa lan Korawa miturut Mahabharata beserta C F Winter sr Sapta dharma Serat Aji Pamasa Serat Candrarini Serat Cemporet Serat Jaka Lodang Serat Jayengbaya Serat Kalatidha Serat Panitisastra Serat Pandji Jayeng Tilam Serat Paramasastra Serat Paramayoga Serat Pawarsakan Serat Pustaka Raja Suluk Saloka Jiwa Serat Wedaraga Serat Witaradya Sri Kresna Barata Wirid Hidayat Jati Wirid Ma lumat Jati Serat Sabda JatiRamalan tentang kemerdekaan Indonesia SuntingRanggawarsita hidup pada masa penjajahan Belanda Ia menyaksikan sendiri bagaimana penderitaan rakyat Jawa terutama ketika program Tanam Paksa dijalankan pasca Perang Diponegoro Dalam suasana serba memprihatinkan itu Ranggawarsita meramalkan datangnya kemerdekaan yaitu kelak pada tahun Wiku Sapta Ngesthi Janma Kalimat yang terdiri atas empat kata tersebut terdapat dalam Serat Jaka Lodang dan merupakan kalimat Suryasengkala yang jika ditafsirkan akan diperoleh angka 7 7 8 1 Pembacaan Suryasengkala adalah dibalik dari belakang ke depan yaitu 1877 Saka yang bertepatan dengan 1945 Masehi yaitu tahun kemerdekan Republik Indonesia Pengalaman pribadi Presiden Soekarno pada masa penjajahan adalah ketika berjumpa dengan para petani miskin yang tetap bersemangat di dalam penderitaan karena mereka yakin pada kebenaran ramalan Ranggawarsita tentang datangnya kemerdekaan di kemudian hari Lihat pula SuntingCatatan kaki Sunting Karya karya sastra milik Raden Ngabehi Ranggawarsita lebih banyak ditulis dengan nama Ronggawarsita bukan Ranggawarsita Daftar pustaka SuntingAndjar Any 1980 Raden Ngabehi Ronggowarsito Apa yang Terjadi Semarang Aneka Ilmu Andjar Any 1979 Rahasia Ramalan Jayabaya Ranggawarsita amp Sabdopalon Semarang Aneka Ilmu M C Ricklefs 1991 Sejarah Indonesia Modern terj Yogyakarta Gadjah Mada University Press Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Ranggawarsita amp oldid 23304653