www.wikidata.id-id.nina.az
Noeralamsyah Nasjah Djamin nama lahir Noeralamsyah 24 September 1924 4 September 1997 1 adalah seorang pengarang pelukis penulis naskah drama dan ilustrator buku Indonesia Selain untuk berbagai buku fiksinya Nasjah juga dikenal untuk berbagai lukisannya yang dikoleksi pula oleh Presiden Soekarno 2 Ia juga merupakan salah satu pemrakarsa kelompok lukis Angkatan Seni Rupa Indonesia ASRI di Medan dan Gabungan Pelukis Indonesia di Jakarta 1 Noeralamsyah Nasjah DjaminLahirNoeralamsyah 1924 09 24 24 September 1924Perbaungan Sumatera UtaraMeninggal4 September 1997 1997 09 04 umur 72 YogyakartaKebangsaanIndonesiaPekerjaanPengarang pelukis penulis naskah drama ilustrator bukuKarya terkenalGairah untuk Hidup dan untuk Mati 1968 Daftar isi 1 Kehidupan pribadi 2 Pendidikan dan karier 2 1 Pendidikan awal 2 2 Pelukis 2 3 Pengarang 3 Penerimaan dan kritik 3 1 Penghargaan 3 2 Kritik 4 Referensi 5 Lihat juga 6 Pranala luarKehidupan pribadi suntingBagian ini memerlukan pengembangan Anda dapat membantu dengan mengembangkannya Nasjah adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Haji Djamin dan Siti Sini Ayahnya bekerja sebagai mantri candu dan garam di Deli Haji Djamin terus menetap di tanah Deli itu sehingga anak anaknya disebut anak Deli yang dianggap sudah terlepas dari susunan adat dan kehidupan Minangkabau Nasjah Djamin dan orang tuanya tinggal di daerah perkebunan di daerah Deli Orang tuanya tidak memiliki darah seni begitu juga saudara saudaranya Nasjah Djamin satu satunya di antara saudara saudaranya yang mempunyai bakat seni Dia menyenangi kehidupan yang bebas dalam arti tidak ada tekanan dari lingkungan setempat Setelah menikah pada tahun 1967 Nasjah Djamin bertempat tinggal di Yogyakarta bersama istrinya Umi Naftiah dan anak anaknya Mega Purnama Ayu Pusparini Laila Tifah dan Yeni Mainita Dia meninggal dunia pada tanggal 4 September 1997 tepatnya pada hari Kamis pukul 12 30 pada usia 73 tahun Dia dimakamkan di Girisapto Imogiri Yogyakarta Pendidikan dan karier suntingPendidikan awal sunting Nasjah mengenyam pendidikan hingga tingkat MULO Meer Uitgebreid Lager Onderwijs sekolah Hindia Belanda yang setara Sekolah Menengah Pertama Pendidikannya terhenti setelah pendudukan Jepang yang mengubah level MULO menjadi Shoto Chu Gakko Menurut Daoed Joesoef yang merupakan teman kelas Nasjah ia berhenti bersekolah karena sistem pendidikan Shoto Chu Gakko dan kewajiban siswanya untuk mengikuti kerja bakti Daoed meneruskan bahwa meskipun berhenti bersekolah Nasjah tidak pernah berhenti belajar Ia melanjutkan sendiri pendidikannya dengan mengunjungi sebuah perpustakaan di Medan dengan koleksi buku mayoritas berbahasa Belanda 3 Pelukis sunting Bakat seninya yang pertama kali tumbuh adalah melukis Hal ini terlihat mulai ketika Nasjah duduk di MULO Sebagai inspirasi ia mengambil contoh seorang pelukis jalanan yang sering dilihatnya Buyet Ketek Gaya hidup Buyet yang santai tidak terikat waktu tidak dipaksa tetapi tetap mendapat uang membuatnya menjadi tertarik melukis 3 Nasjah kemudian mengikuti sayembara poster propaganda Asia untuk Asia dan menang Kemenangan ini memberikannya sebuah posisi di Sendenbu badan propaganda imperialis Jepang sebagai tukang gambar serta pelukis poster dan kami sibai gambar bercerita atau komik 2 Pada tahun 1945 dalam umurnya 21 tahun Nasjah turut mendirikan Angkatan Seni Rupa Indonesia ASRI di Medan bersama M Saleh M Kameil M Hussein Daoed Joseoef Ismail Daulay dan Tino Sidin Kelompok ini kemudian mengadakan pameran lukis pertama mereka di Medan pada bulan September 1945 3 Tahun berikutnya muncul keinginan untuk pergi merantau ke Jawa dan belajar melukis 4 Keinginan ini terkabul setelah ia bersama Daoed Joesoef dan Sam Suharto berangkat ke Yogyakarta untuk belajar di bawah naungan sanggar Seniman Indonesia Muda SIM yang dipimpin oleh Affandi dan S Sudjojono Di SIM ia belajar bersama dengan pelukis ternama lain seperti Nashar dan Trubus Soedarsono Pada tahun 1947 di bawah patronase Affandi Nasjah dibawa ke rumah Soedarso pelukis dari sanggar Seniman Masyarakat sebuah sanggar yang juga dipimpin Affandi Di rumah itu ia lebih banyak tinggal dan juga belajar melukis 3 Setelah 1947 ia pergi ke Jakarta setelah mengikuti long march ke Jawa Barat Nasjah kemudian turut mendirikan Gabungan Pelukis Indonesia Ia juga sempat bekerja sebagai ilustrator buku di Balai Pustaka selama 1949 1950 dan di sana Nasjah Djamin bertemu dengan sastrawan Chairil Anwar 3 Pertemuannya dengan Chairil Anwar yang kemudian menarik dirinya untuk ikut terjun ke dalam dunia tulis Menurut jurnalis independen Silvia Galikano lukisan Nasjah merepresentasikan seni rupa modern pada zamannya 2 Kurator Suwarno Wisetrotomo yang memimpin pameran Retrospeksi Nasjah Djamin di Galeri Nasional tahun 2017 mengatakan bahwa ciri utama karya Nasjah adalah sunyi dan secara sederhana tema lukisan Nasjah dapat dibagi menjadi dua tema utama Kedua tema tersebut adalah tema potret dan tema lanskap landscape Lukisan potret Nasjah sebagian besar merekam subjek tunggal meskipun ada pula potret kerumunan Salah satu lukisan potret Nasjah yang dikenal baik adalah Lestari Fardani 1958 yang dikoleksi Presiden Soekarno dengan catatan dikoleksi Presiden Sukarno pada 1960 seharga R p6 000 5 Lebih lanjut menurut Suwarno lukisan Nasjah yang bertema lanskap juga memiliki perbedaan dengan lukisan pelukis lain tema sama yang sezaman Perbedaan tersebut terletak pada metode dan pendekatan Pelukis lain cenderung hanya memotret sepotong pemandangan untuk dipindahkan ke kanvas atau kertas Di sisi lain Nasjah hampir selalu memasukkan sosok perempuan dalam citra gerak dalam suasana bekerja Para perempuan digambarkan sedang memanen padi menambang pasir atau batu atau berarakan ke pasar Mereka selalu bertumpuk gendongan 5 Pengarang sunting Karier kepengarangan Nasjah bermula ketika ia bekerja di Balai Pustaka 1949 1950 dengan puisinya yang berjudul Pengungsi Puisi ini terbit dalam buku berjudul Gema Tanah Air sebuah kumpulan prosa dan puisi yang diterbitkan oleh H B Jassin 3 Pada tahun 1952 terbitlah dua buku bergambar baru karangannya berjudul Si Pai Tunggal dan Hang Tuah keduanya diterbitkan Balai Pustaka 1 Selepas dari kariernya di Balai Pustaka di Jakarta Nasjah kemudian bekerja di Kantor Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta Selain bekerja di Departemen P amp K Nasjah juga menjadi anggota redaktur di majalah Budaya yang pada itu merupakan majalah kebudayaan umum satu satunya di Yogyakarta selain Basis Sebagian besar karya awalnya dimuat di majalah Minggu Pagi 1 Selain buku Nasjah juga menerbitkan naskah drama Antara lain ia mengeluarkan naskah drama berjudul Titik titik Hitam Sekelumit Nyanyian Sunda serta Jembatan Gondolayu Naskah Sekelumit Nyanyian Sunda memenangkan juara II sebuah sayembara naskah drama yang dikeluarkan Departemen P amp K 6 Ia sempat tinggal di Tokyo Jepang dari 1961 hingga 1963 untuk belajar tentang seni latar belakang teater televisi dan film Kariernya di Tokyo ini terbukti penting karena pada tahun 1968 ia menulis Gairah untuk Hidup dan untuk Mati sebuah melodrama tragis yang pada awalnya terbit bersambung di Minggu Pagi Buku runtutnya yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya mendapatkan anugerah seni dari pemerintah Republik Indonesia dua tahun kemudian Ajip Rosidi menggolongkannya sebagai sastrawan periode 1953 1961 7 Penerimaan dan kritik suntingPenghargaan sunting nbsp Nasjah Djamin paling kanan bersama Ajip Rosidi tengah depan dan Nugroho Notosusanto tengah dalam penerimaan hadiah BMKN Sepanjang kariernya Nasjah banyak memenangkan anugerah dan sayembara 1 Titik titik Hitam 1956 naskah drama Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957 1958 Sekelumit Nyanyian Sunda 1958 naskah drama Hadiah Ketiga Sayembara Penulisan Drama Bagian Kesenian Departemen P dan K 1958 Gairah untuk Hidup dan untuk Mati 1968 novel Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia 1970 Ombak Parangtritis 1983 novel Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P dan K 1983 Bukit Harapan 1984 novel Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1980 Kritik sunting Abdul Hadi WM menilai bahwa Gairah adalah karya Nasjah yang paling menarik karena menggunakan pola cerita berbingkai dan pertentangan karakter yang tumbuh di negara maju dan negara berkembang mirip dengan Atheis karya Achdiat K Miharja Motinggo Busye dalam sebuah tulisan yang terbit di majalah Aneka pada tahun 1960 menilai bahwa naskah naskah karangan Nasjah menghadirkan tokoh tokoh dengan karakter riil yang menggambarkan ketajaman riset dan pengamatan Nasjah akan manusia WS Rendra menilai bahwa Sekelumit Nyanyian Sunda penuh dengan percakapan bertele tele dan permasalahan yang dicari cari Ia menilai bahwa dialog Nasjah tidak ditulis dengan inspirasi dan tak mengandung mutu kesusastraan HB Jassin menilai bahwa Titik titik Hitam adalah karya yang antiagama dan antimoral Meski demikian ia tetap menganggap bahwa karya lain Nasjah tetap berpotensi 6 Senada dengan Jassin Wiratmo Sukito menilai lakon itu dan menganggap penulisnya kehilangan kepercayaan terhadap moral 8 Kelompok Lekra seperti Bakri Siregar menilai karya karya Nasjah bersifat anti revolusi 8 Referensi sunting a b c d e Artikel Nasjah Djamin Ensiklopedia Sastra Indonesia ensiklopedia kemdikbud go id 1983 Diakses tanggal 2020 02 24 a b c Galikano Silvia 2017 10 26 Isyarat Spiritualitas Karya Nasjah Djamin Sarasvati Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 02 24 Diakses tanggal 2020 02 24 a b c d e f Administrator Dewimerdeka Moyang Kasih Maharani Shinta 2017 12 10 Jalan Seni Nasjah Djamin Tempo co Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 02 24 Diakses tanggal 2020 02 24 Novianto Anes Wahyu 2017 11 06 Mengenang Perjalanan Seorang Nasjah Sindo Weekly Diakses tanggal 2020 02 25 pranala nonaktif permanen a b Wisetrotomo Suwarno 2017 10 24 Lanskap Jiwa Nasjah Djamin Sarasvati Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 02 24 Diakses tanggal 2020 02 24 a b Dewimerdeka Moyang Kasih Pelukis yang Menulis Radio Boekoe Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 02 24 Diakses tanggal 2020 02 25 Usman Z 1964 Kesusasteraan Baru Indonesia Jakarta Gunung Agung a b Rizal J J 2006 10 14 Menguak Aib Sejarah Sastra Indonesia Farida Soemargono Sastrawan Malioboro 1945 1960 Dunia Jawa dalam Kesusasteraan Indonesia Mataram NTB Lengge 2006 xvii 358 halaman Wacana dalam bahasa Inggris 8 2 221 226 doi 10 17510 24076899 00802007 ISSN 1411 2272 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020 02 24 Diakses tanggal 2020 02 24 Lihat juga suntingDi Bawah Kaki Pak DirmanPranala luar suntingArsip karya Nasjah Djamin di IVAA Arsip karya Nasjah Djamin di IndoArtNow Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Nasjah Djamin amp oldid 24353491