www.wikidata.id-id.nina.az
Macapat Jawa ꦩꦕꦥꦠ adalah tembang atau puisi tradisional Jawa Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata guru wilangan tertentu dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu 1 Macapat dengan nama lain juga bisa ditemukan dalam kebudayaan Bali 2 Sasak 3 Madura 4 5 dan Sunda Selain itu macapat juga pernah ditemukan di Palembang 6 dan Banjarmasin 7 Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat papat membaca empat empat yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata 8 Namun ini bukan satu satunya arti penafsiran lainnya ada pula 8 Macapat diperkirakan muncul pada akhir Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga tetapi hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah 9 Sebab di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam 9 Karya karya kesusastraan klasik Jawa dari masa Mataram Baru pada umumnya ditulis menggunakan metrum macapat 10 Sebuah tulisan dalam bentuk prosa atau gancaran pada umumnya tidak dianggap sebagai hasil karya sastra namun hanya semacam daftar isi saja 10 Beberapa contoh karya sastra Jawa yang ditulis dalam tembang macapat termasuk Serat Wedhatama 11 Serat Wulangreh 12 dan Serat Kalatidha 13 Anak anak dari Pasinaon Omah Kendheng membawakan macapat pada Festival Cipta Media Ekspresi di Taman Budaya Yogyakarta Puisi tradisional Jawa atau tembang biasanya dibagi menjadi tiga kategori tembang cilik tembang tengahan dan tembang gedhe 14 Macapat digolongkan kepada kategori tembang cilik dan juga tembang tengahan sementara tembang gedhe berdasarkan kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuno tetapi dalam penggunaannya pada masa Mataram Baru tidak diterapkan perbedaan antara suku kata panjang ataupun pendek 14 Di sisi lain tembang tengahan juga bisa merujuk kepada kidung puisi tradisional dalam bahasa Jawa Pertengahan 15 Kalau dibandingkan dengan kakawin aturan aturan dalam macapat berbeda dan lebih mudah diterapkan menggunakan bahasa Jawa karena berbeda dengan kakawin yang didasarkan pada bahasa Sanskerta dalam macapat perbedaan antara suku kata panjang dan pendek diabaikan 14 Daftar isi 1 Etimologi 2 Sejarah macapat 3 Struktur macapat 4 Jenis metrum macapat 5 Tabel macapat 6 Contoh penggunaan metrum macapat 6 1 Dhandhanggula 6 2 Maskumambang 6 3 Sinom 6 4 Asmaradana 6 5 Kinanthi 6 6 Gambuh 6 7 Pangkur 6 8 Durma 6 9 Mijil 6 10 Megatruh 6 11 Pucung 6 12 Jurudemung 6 13 Wirangrong 6 14 Balabak 6 15 Girisa 7 Catatan kaki 8 Sumber pustakaEtimologi SuntingPada umumnya macapat diartikan sebagai maca papat papat membaca empat empat yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata 8 Namun ini bukan satu satunya arti penafsiran lainnya ada pula 8 Seorang pakar Sastra Jawa Arps menguraikan beberapa arti arti lainnya di dalam bukunya Tembang in two traditions 8 Selain yang telah disebut di atas ini arti lainnya ialah bahwa pat merujuk kepada jumlah tanda diakritis sandhangan dalam aksara Jawa yang relevan dalam penembangan macapat 8 Kemudian menurut Serat Mardawalagu yang dikarang oleh Ranggawarsita macapat merupakan singkatan dari frasa maca pat lagu yang artinya ialah melagukan nada keempat 8 Selain maca pat lagu masih ada lagi maca sa lagu maca ro lagu dan maca tri lagu 8 Konon maca sa termasuk kategori tertua dan diciptakan oleh para Dewa dan diturunkan kepada pandita Walmiki dan diperbanyak oleh sang pujangga istana Yogiswara dari Kediri 8 Ternyata ini termasuk kategori yang sekarang disebut dengan nama tembang gedhe 8 Maca ro termasuk tipe tembang gedhe di mana jumlah bait per pupuh bisa kurang dari empat sementara jumlah sukukata dalam setiap bait tidak selalu sama dan diciptakan oleh Yogiswara 8 Maca tri atau kategori yang ketiga adalah tembang tengahan yang konon diciptakan oleh Resi Wiratmaka pandita istana Janggala dan disempurnakan oleh Pangeran Panji Inokartapati dan saudaranya 8 Dan akhirnya macapat atau tembang cilik diciptakan oleh Sunan Bonang dan diturunkan kepada semua wali 8 Sejarah macapat SuntingSecara umum diperkirakan bahwa macapat muncul pada akhir masa Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga tetapi hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah 9 Sebab di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam 9 Sebagai contoh ada sebuah teks dari Bali atau Jawa Timur yang dikenal dengan judul Kidung Ranggalawe dikatakan telah selesai ditulis pada tahun 1334 Masehi 14 Namun di sisi lain tarikh ini disangsikan karena karya ini hanya dikenal versinya yang lebih mutakhir dan semua naskah yang memuat teks ini berasal dari Bali 16 Sementara itu mengenai usia macapat terutama hubungannya dengan kakawin mana yang lebih tua terdapat dua pendapat yang berbeda Prijohoetomo berpendapat bahwa macapat merupakan turunan kakawin dengan tembang gedhe sebagai perantara 17 Pendapat ini disangkal oleh Poerbatjaraka dan Zoetmulder Menurut kedua pakar ini macapat sebagai metrum puisi asli Jawa lebih tua usianya daripada kakawin Maka macapat baru muncul setelah pengaruh India semakin pudar Struktur macapat SuntingSebuah karya sastra macapat biasanya dibagi menjadi beberapa pupuh sementara setiap pupuh dibagi menjadi beberapa pada 10 Setiap pupuh menggunakan metrum yang sama Metrum ini biasanya tergantung kepada watak isi teks yang diceritakan 10 Jumlah pada per pupuh berbeda beda tergantung terhadap jumlah teks yang digunakan 10 Sementara setiap pada dibagi lagi menjadi larik atau gatra 10 Sementara setiap larik atau gatra ini dibagi lagi menjadi suku kata atau wanda 10 Setiap gatra jadi memiliki jumlah suku kata yang tetap dan berakhir dengan sebuah vokal yang sama pula 10 Aturan mengenai penggunaan jumlah suku kata ini diberi nama guru wilangan 10 Sementara aturan pemakaian vokal akhir setiap larik atau gatra diberi nama guru lagu 10 Jenis metrum macapat SuntingJumlah metrum baku macapat ada limabelas buah Lalu metrum metrum ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu tembang cilik tembang tengahan dan tembang gedhe Kategori tembang cilik memuat sembilan metrum tembang tengahan enam metrum dan tembang gedhe satu metrum Ada beberapa jenis tembang macapat masing masing jenis tembang tersebut memiliki aturan berupa guru lagu dan guru wilangan masing masing yang berbeda beda Yang paling dikenal umum ada 11 jenis tembang macapat Yaitu Pucung Megatruh Pangkur Dangdanggula dll Lebih lengkap nya sebagai berikut Pangkur biasa dipakai di nama kepunggawaan dalam kalangan kependetaan jawa islam dan beberapa kebudayaan hindu seperti tercantum dalam piagam piagam berbahasa jawa kuno Dalam Serat Purwaukara Pangkur berarti buntut atau ekor Pangkur juga erat kaitannya dengan kata mungkur yang bermakna membelakangi karena dalam filosofi jawa adakalanya manusia itu harus membelakangi segala hiruk pikuk dunia atau amalan yang cenderung tidak disukai Tuhan Yang Maha Kuasa Ciri khas dari tembang jawa klasik Pangkur ini terkadang cenderung diberi sasmita atau isyarat yang di letakan di awal atau di tengah atau di akhir lagu yang ditembangkan Contoh dari beberapa Sasmita tersebut adalah tut pungkur mengekor tut wuntat mengikuti mingkar mingkur bolak balik mingkar mungkur berbalik dan membelakangi sekuat tenaga dan lain sebagainya yang masih terdapat kata yang cenderung sama bunyi atau sama istilah artinya homofun amp homonim dengan kata Pangkur Maskumambang berasal dari dua kata yakni Mas Emas Bahasa Jawa dan Kumambang dari kata Kambang Mengambang Bahasa Jawa Sementara itu dalam ritus kebudayaan hindu Mas dimaknai dari kata Premas yaitu punggawa dalam upacara Shaministis Kumambang dari kata Kambang dengan sisipan um Kambang dari kata Ka dan Ambang Kambang selain berarti terapung juga berarti Kamwang atau kembang Ambang ada kaitannya dengan Ambangse yang berarti menembang atau mengidung Dengan demikian Maskumambang dapat diberi arti punggawa yang melaksanakan upacara Shamanistis mengucap mantra atau lafal dengan menembang disertai sajian bunga Dalam Serat Purwaukara Maskumambang diberi arti Ulam Toya yang berarti ikan air tawar sehingga kadang kadang di isyaratkan dengan lukisan atau ikan berenang Sementara itu dalam filosofi hidup orang jawa Maskumambang identik dengan kemunculan jabang bayi yang berharga yang bersemayam dalam perut ibunya Hal tersebut disinyalir saking berharganya kehidupan yang akan muncul hingga ditafsirkan sebagai permata berharga yakni emas mas Dan kumambang ditafsirkan mengambang bersemayam dalam suatu tempat yakni rahim ibu yang sedang mengandung embrio bayi tersebut Sinom ada hubungannya dengan kata Sinoman yaitu perkumpulan para pemuda untuk membantu orang yang berpunya pesta hajatan Pendapat lain menyatakan bahwa Sinom ada kaitannya dengan upacara upacara keagamaan bagi anak anak muda zaman dahulu Pun demukian arti dan pemaknaan Sinom yang dewasa ini dikenal dalam kebudayaan jawa adalah berasal dari kata Si Sang dan Nom Muda Dan bilamana keduanya digabung maka berkonotasi makna Dia Sang Pemuda atau Dia yang masih muda Oleh karenanya dalam filosofi kebudayaan jawa Sinom digambarkan sebagai watak dari pemuda yang ingin banyak tahu akan perkara dunia tak kenal takut dan selalu ceria Dalam Serat Purwaukara Sinom diberi arti sekaring rikma yang berarti anak rambut Selain itu Sinom juga diartikan daun muda sehingga kadang kadang diberi isyarat dengan pelukisan daun muda Asmaradana Asmaradhahana berasal dari kata Asmara Gejalak Asmara Gelora Cinta Baasa Jawa dan Dhana Dhahana Api Bahasa Jawa Dalam mitologi dan kebudayaan hindu Asmara atau Hyang Asmara adalah nama dewa percintaan pewayangan jawa bali Dhana berasal dari kata Dahana yang berarti api Nama Asmaradana berkaitan denga peristiwa hangusnya dewa Asmara oleh sorot mata ketiga dewa Siwa seperti disebutkan dalam kakawin Smaradhana karya Mpu Darmaja Dalam Serat Purwaukara Smarandana diberi arti remen ing paweweh berarti suka memberi Dan dalam falsafah hidup orang jawa Asmaradana adalah suatu tembang yang menggambarkan gejolak cinta seorang pemuda yang kian membara berapi api Oleh karnanya di sepanjang pulau jawa tembang jawa kuno Asmaradana tidak mungkin membawakan kisah kematian atau kesedihan karena bergesekan dengan pakem rasa orang jawa atau sudah menjadi selera paten orang jawa Dandhanggula diambil dari nama kata raja Kediri Prabu Dandhanggendis atau Rakai Prabu Dandhanggula yang terkenal sesudah prabu Jayabaya Dalam Serat Purwaukara Dandhanggula berarti ngajeng ajeng kasaean menanti nanti kebaikan Sementara itu dalam falsafah jawa dandhanggula bermakna panci dandhang yang berisi gula yang tentu akan mengundang semut Merupakan suatu penggambaran apabila seseorang yang baik dalam rupa zhahir bathin serta tingkah lakunya tentu akan dikerubungi diminati banyak orang Durma dari kata jawa klasik yang berarti harimau Sesuai dengan arti itu tembang Durma berwatak atau biasa diguanakan dalam suasana seram Pun demikian itu adalah beberapa versi yang kurang valid dan perlu dibuktikan kevalidannya Kata Durma sangat identik dengan kata Derma Memberi Bahasa Jawa Melayu Dan dari penelusuran makna homofun tersebut adalah yang kian menguatkan alasan mengapa subtansi dari tembang Durma cenderung selalu petuah nasehat kabar menakutkan supaya taat agama dsb Durma ibarat hanya memberi tak harap kembali atau pemaknaan yang lebih mengena adalah anut sukur ora anut nyong ora rugi Dalam falsafah jawa pun tembang Durma ini identik ditembangkan oleh orang yang berumur kepada para pemuda supaya menjalani kehidupan dengan lebih baik dan benar serta tidak menyalahi larangan Tuhan Yang Maha Esa Mijil dari kata Wijil Biji Bahasa Jawa Mijil berarti biji yang keluar Dalam metafora kebudayaan jawa adalah suatu pengibaratan bayi yang keluar dari gerbang rahim ibunya menuju dunia luar nan luas Biji yang keluar adalah cikal bakal kehidupan yang berharga Dari tidak ada kemudian diadakan hingga dilahirkan adalah suatu anugrah Tuhan yang amat besar Oleh karena filosofi jawa islam yang amat kental nan luhur tersebut Wijil Biji bijian juga diartikan sebagai pintu gerbang tercatanya pahala dan lain sebagainya yang perlu dipupuk dan disemai air secukupnya hingga ia kanak kanak dan beranjak dewasa dan siap menghadapi kehidupan Kinanthi berarti menimang bergandengan berteman mesra Dalam metafora jawa digambarkan sebagai kedua orang tua yang speechless namun bahagia sembari melihati buah hatinya setelah kelahirannya hingga sesaat sebelum ia mengalami keremajaan ditandakan dengan aqil baligh dan munculnya romansa cinta Yang tentunya dalam tatapan mereka berdua banyak harapan tertuang padanya supaya menjadi anak yang membanggakan amp berbhakti kepada kedua orang tuanya sukunya bangsanya dan tak luput juga negara dan agamanya Sesuai dari semua arti itu tembang Kinanthi berwatak suasana mesra dan senang penuh harap Gambuh berarti Jumbuh Tepat sesuai selera hati Bahasa Jawa Adalah metafora dari anak berumuran SD yang cenderung lugu polos dan punya banyak hobi serta tak suka dibantah keinginannya Berkenaan dengan hal itu tembang Gambuh memang berwatak suasana tidak ragu ragu atau ingin melakukan apa saja yang kamu inginkan sesuai katahatimu Pucung Pocung adalah nama biji kepayang Pucung adalah tetembangan yang digunakan untuk mengingat pada kematian karena dekat dengan kata pocong yaitu pembungkusan mayat saat akan dikubur Selain itu pucung juga berarti woh wohan buah buahan yang memberikan kesegara Dalam Serat Purwaukara Pucung berarti kudhuping gegodhongan kuncup dedaunan yang biasanya tampak segar Pun demikian kata Cung dalam Pucung cenderung mengacu pada hal hal yang bersifat lucu yang menimbulkan kesegaran suasana Misalnya kucung dan kacung Sehingga tembang Pucung berwatak dasar flekibel sah sah saja dibawa kemanapun santai dan serta penuh keingintahuan Dan itu sangat tepat dan presisi dalam beberapa syair tembang Pucung cenderung berisi tebak tebakan yang sebelumnya sudah diberi klu petunjuk Permainan tebak tebakan jawa kuno cenderung menggunakan lagu Pucung sebagai pengantar petunjuknya untuk kemudian ditebak Contohnya saja kamu disuruh menebak Gajah Kereta Gedung Nama dsb Dan ketika dijadikan tebak tebakan cenderung selalu ada kata Bapak Pocung Bapak Pucung untuk mengawali lagu tebak tebakkan tersebut Megatruh berasal dari awalan am pegat dan ruh Pegat berarti putus tamat pisah cerai Dan ruh berarti roh Dalam Serat Purwaukara Megatruh diberi arti mbucalken sarwa ala membuang semua yang serba jelek Pegat ada hubungannya dengan peget yang berarti istana tempat tinggal Pameget atau pamegat yang berarti jabatan Samgat atau samget berarti jabatan ahli guru agama Dengan demikian Megatruh berarti petugas yang ahli dalam kerohanian yang selalu menghindari perbuatan jahat Versi Kebudayaan Hindu Bali Sementara itu dalam sudut pandang falsafah Jawa Islam Megatruh adaalah penggambaran lepasnya roh dari raga yang kemudian akan disiapkan untuk kehidupan selanjutnya akhir perjalanan dunia awal perjalanan akhirat Yakni apakah si roh akan memasuki Alam barzah alam untuk orang beramalan biasa atau memasuki Alam Mulkiyyah alam untuk orang sholeh yang berbhakti kepada Allah Swt amp Rosulnya ataukah Alam Nur alam untuk para Nabi amp Rosul Allah Swt yang notabene mereka bertinggal di sana hingga sebelum kiamat berlangsung Dalam substansinya tembang ini berisi kabar gembia nan menyenangkan adapula versi lainnya yang semua itu cenderung lekat dengan penggambaran orang meninggal apakah husnul khothimah berakhir bahagia atau yang lainnya Dan dalam paket kebudayaan kebudayaan Jawa Islam lah yang kian lekat dan pantas memiliki tembang 11 macapat ini Karena mereka menerapkan dan menjadikannya sebagai pedoman hidup melegitimasi dengan kepercayaan yang mereka anut menggambarkan memetaforakan dengan sangat complicated dan detail serta targeting mereka lebih mengena di hati dan akal manusia ada umumnya Pun demikian mereka tidak berhenti sampai disitu mereka terus berkreasi dengan pakem yang ada dan menyesuaikan dengan konten kehidupan manusia dari awal eksistensinya sebagai jabang bayi hingga berpisahnya roh dengan raga Kesemuaan unsur sedari historis hingga falsafah Jawa Islam itu sudah susah lepas dalam ingatan siapa pemilik 11 tembang macapat sebenarnya Pun demikian itu masih belum selesai 11 lagu macapat ini ters mengalami peremajaan dan penyegaran setelah dimasukkan kedalam kurrikulum mata pelajaran Bahasa Jawa untuk SD Perguruan Tinggi di Jawa Tengah Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta Sementara itu di lingkungan keraton seperti Keraton Ngayogyakarta Yogyakarta sebagai contohnya saja mobilitasnya lebih masif lagi dengan mengadakan event event yang kental akan budaya Ada pula yang memasukkan tembang gede dan tembang tengahan ke dalam macapat Tembang tembang tersebut antara lain Wirangrong berarti trenyuh sedih nelangsa penuh derita kapirangu ragu ragu Namun dalam teks sastra Wirangrong justru digunakan dalam suasana berwibawa Jurudemung berasal dari kata juru yang berarti tukang dan demung yang berarti nama sebuah perlengkapan gamelan Dengan demikian Jurudemung dapat berarti penabuh gamelan Dalam Serat Purwaukara Jurudemung diberi arti lelinggir kang landep atau pisau yang tajam Girisa berasal dari kata Giris Ngeri Bahasa Jawa Dalam versi kebudayaan hindu Bali Girisa berasal dari bahasa Sansekerta Girica c syadilag dibaca s adalah nama lain Dewa Siwa yang bertahta di gunung atau Dewa Gunung sehingga disebut Hyang Girinata Dalam Serat Purwaukara Girisa diberi arti Boten sarwa wegah tidak serba enggan Bahasa Jawa sehingga mempunyai watak selalu ingat Balabak dalam Serat Purwaukara diberi arti kasilap atau terbenam Apabila dihubungkan dengan kata bala dan baka Balabak dapat berarti pasukan atau kelompok burung Bangau Apabila terbang pasukan burung Bangau tampak santai Oleh karena itu tembang Balabak berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai Tabel macapat SuntingSupaya lebih mudah membedakan antara guru gatra guru wilangan lan guru lagu dari tembang tembang tadi maka setiap metrum ditata di dalam sebuah tabel seperti di bawah ini 18 Metrum Gatra I II III IV V VI VII VIII IX XTembang cilik Sekar alitDhandhanggula 10 10i 10a 8e 7u 9i 7a 6u 8a 12i 7aMaskumambang 4 12i 6a 8i 8aSinom 9 8a 8i 8a 8i 7i 8u 7a 8i 12aKinanthi 6 8u 8i 8a 8i 8a 8iAsmarandana 7 8i 8i 8e 8a 7a 8u 8aDurma 7 12a 7i 6a 7a 8i 5a 7iPangkur 7 8a 11i 8u 7a 12u 8a 8iMijil 6 10i 6o 10e 10i 6i 6uPocung 4 12u 6a 8i 12aTembang tengahan Sekar madyaJurudhemung 7 8a 8u 8u 8a 8u 8a 8uWirangrong 6 8i 8o 10u 6i 7a 8aBalabak 6 12a 3e 12a 3e 12u 3eGambuh 5 7u 10u 12i 8u 8oMegatruh 5 12u 8i 8u 8i 8oTembang gedhe Sekar agengGirisa 8 8a 8a 8a 8a 8a 8a 8a 8aContoh penggunaan metrum macapat SuntingDi bawah ini disajikan contoh contoh penggunaan setiap metrum macapat dalam bahasa Jawa beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia Dijelaskan pula tokoh penciptanya menurut legenda dan watak setiap metrum Dhandhanggula Sunting Dhandhanggula adalah sebuah metrum yang memiliki watak luwes Metrum ini diatribusikan kepada Sunan Kalijaga Contoh Serat Jayalengkara Bahasa Jawa Bahasa IndonesiaPrajeng Medhang Kamulan winarni Diceritakan mengenai kerajaan Medhang Kamulan narendradi Sri Jayalengkara ketika sang raja agung Sri Jayalengkarakang jumeneng nerpatine yang bertahta sebagai rajaambek santa budi alus memiliki pikiran tenang dan berbudi halusnata dibya putus ing niti raja utama pandai dalam ilmu politikasih ing wadya tantra mengasihi para bala tentaraparamarteng wadu sayang terhadap para wanitawidagdeng mring kasudiran teguh terhadap jiwa kepahlawanansida sedya putus ing agal lan alit berhasil dalam berkarya secara lahiriah maupun batiniahtan kenger ing aksara tidak terpengaruh sihir Maskumambang Sunting Gereng gereng Gathotkaca sru anangis Sambate mlas arsa Luhnya marawayan mili Gung tinameng astanira Sinom Sunting Pangeran Panggung saksana Anyangking daluwang mangsi Denira manjing dahana Alungguh sajroning geni Eca sarwi nenulis Ing jero pawaka murub Asmaradana Sunting Aja turu sore kaki Ana Dewa nganglang jagad Nyangking bokor kencanane Isine donga tetulak Sandhang kelawan pangan Yaiku bageyanipun Wong melek sabar narima Kinanthi Sunting Metrum Kinanthi ini memiliki watak gandrung dan piwulang Metrum ini konon diciptakan oleh Sultan Adi Erucakra Contoh Serat Rama gubahan Yasadipura Anoman malumpat sampun Prapteng witing nagasari Mulat mangandhap katingal Wanodyayu kuru aking Gelung rusak awor kisma Ingkang iga iga keksi Gambuh Sunting Sekar gambuh ping catur Kang cinatur polah kang kalantur Tanpa tutur katula tula katali Kadaluwarsa katutuh Kapatuh pan dadi awon Pangkur Sunting Lumuh tukua pawarta Tan saranta nuruti hardengati Satata tansah tinemu Kataman martotama Kadarmaning narendra sudibya sadu Wus mangkana kalih samya Sareng manguswa pada ji Haji Pamasa Ranggawarsita Mingkar mingkuring angkara Akarana karenan mardi siwi Mangka nadyan tuwa pikun Yen tan mekani rasa Yekti sepi sepa lir asepa samun Samangsane pakumpulan Gonyak ganyuk nglelingsemi Durma Sunting Damarwulan aja ngucireng ngayuda Baliya sun anteni Mangsa sun mundura Lah Bisma den prayitna Katiban pusaka mami Mara tibakna Curiganira nuli Langendriyan Mijil Sunting Jalak uren mawurahan sami Samadya andon woh Amuwuhi malad wiyadine Ana manuk mamatuk sasari Angsoka sulastri Ruru karya gandrung Haji Pamasa Ranggawarsita Megatruh Sunting Sigra milir kang gethek sinangga bajul Kawan dasa kang njageni Ing ngarsa miwah ing pungkur Tanapi ing kanan kering Kang gethek lampahnya alon Babad Tanah Jawi Yasadipura Pucung Sunting Ngelmu iku kalakone kanthi lakuLekase lawan kasTegese kas nyantosaniSetya budya pengekesing dur angkaraContoh lain dalam versi tebak tebakan jawa klasik Bapak Pocung dudu watu dudu gunung Ayo tebak dia bukan batu bukan pula gunung Sabane ing sendhang Dia suka tinggal di sungai Ngon ingone sang Bupati Dipelihara orang kaya seperti Si Bupati Yen lumaku si Pocung lembehan grono Kalau berjalan Si Dia suka melambaikan hidung Dan jawaban dari tebak tebakan tembang pucung tersebut adalah Gajah Inilah sebabnya tembang pucung amat populer dikalangan anak anak Karena menarik untuk dijadikan lagu permainan tebak tebakkan Pun demikian syarat pakem dari guru lagu dan guru wilangan harus tetap terpenuhi Jurudemung Sunting Ni ajeng mring gandhok wetan Wus panggih lan Rara Mendut Alon wijile kang wuwus Heh Mendut pamintanira Adhedhasar adol bungkus Wus katur sarta kalilan Dening jeng kyai Tumenggung Serat Pranacitra Cirining serat iberan Kebo bang sungunya tanggung Saben kepi mirah ingsun Katon pupur lalamatan Kunir pita kasut kayu Wulucumbu Madukara Paran margane ketemu Serat Sekar sekaran Mangkunegara IV Wirangrong Sunting Den samya marsudeng budi Wiweka dipunwaspaos Aja dumeh dumeh bisa muwus Yen tan pantes ugi Sanadyan mung sakecap Yen tan pantes prenahira Serat Wulang Reh Pakubuwana IV Balabak Sunting Byar rahina Ken Rara wus maring sendhang mamet we Turut marga nyambi reramban janganan antuke Prapteng wisma wusing nyapu atetebah jogane Serat Jaka Lodhang Ranggawarsita Kabalabak jroning jagad gedhe ana yektine Jagad cilik sinorotan surya kembar pandhane Soring surya ana gunung gung saguja blegere Ki Padmosukoco Girisa Sunting Metrum ini memiliki watak megah mrebawani Metrum ini diambil dari metrum kakawin dengan nama yang sama Dene utamaning nata 8 a Berbudi bawa leksana 8 a Lire berbudi mangkana 8 a Lila legawa ing driya 8 a Agung dennya paring dana 8 a Anggeganjar saben dina 8 a Lire kang bawa leksana 8 a Anetepi pangandika 8 aCatatan kaki Sunting Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan Hinzler 1994 v vi Van der Meij 2002 hlm 170 Sudjarwadi et al 1980 Effendy Moh Hafid 2021 01 30 Nilai Religius pada Kearifan Lokal Tembang Macapat Madura Khazanah Theologia 3 1 1 12 doi 10 15575 kt v3i1 10959 ISSN 2715 9701 Drewes 1977 198 217 Koroh et al 1977 27 29 dikutip dari Arps 1992 7 a b c d e f g h i j k l m Arps 1992 hlm 62 63 a b c d Pigeaud 1967 hlm 20 a b c d e f g h i j Ras 1982 hlm 309 Ras 1982 313 Ras 1982 314 Ranggawarsita serat Kalatidha Een duistere tijd Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010 04 26 Diakses tanggal 2010 05 2 Periksa nilai tanggal di accessdate bantuan a b c d Arps 1992 hlm 14 15 Arps 1996 51 Menurut Robson 1979 306 dan Damais 1958 55 57 yang dikutip oleh Arps 1992 14 Prijohoetomo 1934 hlm Sesuai tabel yang diberikan oleh Ras 1982 310 Sumber pustaka Sunting Inggris Bernard Arps 1992 Tembang in two traditions performance and interpretation of Javanese literature London SOAS Inggris Hedi I R Hinzler 1994 Gita Yuddha Mengwi or Kidung Nderet A facsimile edition of manuscript Cod Or 23 059 in the Library of Leiden University Leiden ILDEP Legatum Warnerianum Indonesia Karsono H Saputra 1992 Pengantar Sekar Macapat Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia ISBN 979 8184 02 5 Inggris Th C van der Meij 2002 Puspakrema A Javanese Romance from Lombok Leiden CNWS ISBN 90 5789 071 2 Inggris Th Pigeaud 1967 Literature of Java Catalogue Raisonne of Javanese Manuscripts in the Library of the University of Leiden and other public collections in the Netherlands Volume I Synopsis of Javanese Literature 900 1900 A D The Hague Martinus Nyhoff Jawa Poerbatjaraka 1952 Kapustakan Djawi Djakarta Djambatan Belanda Prijohoetomo 1934 Nawaruci inleiding Middel Javaansche prozatekst vertaling vergeleken met de Bimasoetji in oud Javaansch metrum Groningen Wolters Belanda J J Ras 1982 Inleiding tot het modern Javaans Leiden KITLV uitgeverij ISBN 90 6718 073 4 Indonesia I C Sudjarwadi et al 1980 Seni macapat Madura laporan penelitian Oleh Team Penelitian Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember Jember Universitas Negeri Jember Effendy Moh Hafid 2021 01 30 Nilai Religius pada Kearifan Lokal Tembang Macapat Madura Khazanah Theologia 3 1 1 12 doi 10 15575 kt v3i1 10959 ISSN 2715 9701 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Macapat amp oldid 23701662