www.wikidata.id-id.nina.az
La Maddukelleng sekitar 1700 1765 merupakan seorang petualang Bugis yang menjabat sebagai pemimpin tertinggi Wajo pada perempat kedua abad ke 18 Ia kini dianggap sebagai Pahlawan Nasional Indonesia Daftar isi 1 Kehidupan awal 1 1 Latar belakang 1 2 Petualangan di perantauan 1 3 Kembali ke Wajo 2 Masa kepemimpinan di Wajo 2 1 Pembebasan Wajo 3 Penilaian dan peninggalan sejarah 4 Keterangan 5 Rujukan 5 1 Sitiran 5 2 Daftar pustakaKehidupan awal SuntingLatar belakang Sunting Pada akhir abad ke 17 Wajo sedang dalam kondisi terpuruk akibat kekalahannya sebagai sekutu Gowa Tallo pada aliansi Bone dan VOC dalam Perang Makassar Penindasan yang dilakukan oleh penguasa penguasa Bone memaksa orang orang Wajo untuk meninggalkan negerinya dan pergi merantau ke Makassar Kalimantan Nusa Tenggara kawasan Selat Melaka serta bagian Nusantara lainnya Namun sejak awal abad ke 18 Wajo mulai bangkit secara perlahan dengan memanfaatkan jaringan komunitas rantaunya yang saat itu sudah tersebar ke seluruh Nusantara 1 La Maddukelleng sendiri lahir di Tippulue Belawa sekitar tahun 1700 dari kalangan bangsawan Wajo 2 Menurut sumber lontaraʼ yang ditelusuri oleh Andi Zainal Abidin ahli hukum dan sejarawan Sulsel ayah La Maddukelleng yang bernama La Mataesso atau La Raunglangiʼ merupakan Arung penguasa Peneki sementara ibunya yang bernama We Tenriampaʼ atau We Tenriangka merupakan Arung Singkang yang juga merangkap jabatan sebagai Patola putera puteri calon pengganti raja Kerajaan Wajo 3 Sedikit sekali detail mengenai kehidupan awal La Maddukelleng yang tercatat dalam sumber sumber Wajo 4 5 Sebuah riwayat dari Lontaraʼ Sukkuʼna Wajoʼ Sejarah Lengkap Wajo menyebutkan bahwa ia pernah menjadi pembawa puan tempat sirih bagi Arung Matoa pemimpin tertinggi Wajo La Salewangeng To Tenrirua saat menghadiri upacara pelubangan telinga putri Arumpone penguasa Bone La Patauʼ di Cenrana Bone a Ketika itu La Maddukelleng kemungkinan masih remaja usia 13 14 menurut perkiraan Abidin sebab ia baru saja selesai dikhitan 7 Dalam acara tersebut juga diadakan perburuan rusa dan pesta sabung ayam 7 Saat pertandingan sabung ayam sedang berlangsung seorang dari Bone melemparkan kepala ayam yang sudah mati hingga mengenai kepala Arung Matoa Wajo La Maddukelleng yang merasa sangat tersinggung dengan kejadian ini sontak menikam pelaku pelemparan dan memicu perkelahian yang menewaskan 19 orang Bone dan 15 orang Wajo Akibat kejadian ini rombongan Wajo pun bergegas meninggalkan Cenrana dan berlayar menyusuri sungai kembali ke Wajo 4 Sesampainya di Tosora ibu kota Wajo datanglah utusan dari Bone yang meminta agar Wajo menyerahkan pelaku penikaman orang orang Bone di Cenrana untuk diadili tetapi sang arung matoa melindungi La Maddukelleng dengan berkilah bahwa sang pelaku sudah tidak ada di Wajo 4 Meski begitu La Maddukelleng tetap khawatir Bone akan menyerang Wajo hanya demi mencari dirinya sehingga ia pun memutuskan untuk meninggalkan Wajo 4 Petualangan di perantauan Sunting Lontaraʼ Sukkuʼna Wajoʼ mengisahkan bahwa sebelum La Maddukelleng berangkat merantau sang arung matoa menanyakan padanya apa saja bekal yang ia bawa La Maddukelleng menjawab bahwa bekalnya ialah kelemahlembutan lidahnya ketajaman pedangnya dan ujung kemaluannya 8 9 Ketiga hal ini lazim disebut sebagai tellu cappaʼ tiga ujung dalam falsafah Bugis Secara harafiah tiga cappa ujung itu disebutkan Cappa lila ujung lidah Cappa Kawali ujung badik dan Cappa Katawang Ujung kelelakian Secara kiasan masing masing berarti kecakapan dalam diplomasi keberanian dan kekesatriaan serta jalinan pernikahan Tiga tiganya itulah yang dianggap sebagai kekuatan utama seorang perantau Bugis Passompe Sepanjang kariernya di perantauan ketiga tiganya dimanfaatkan oleh La Maddukelleng dengan sangat efektif untuk memenuhi misi dan ambisi politiknya 10 Pada masa pemerintahan Arung Matoa La Salewangeng menjabat 1715 1736 perdagangan Wajo berkembang pesat dengan dukungan dari komunitas rantaunya di seluruh Nusantara 11 Ketika La Maddukelleng meninggalkan Wajo ia mengunjungi komunitas komunitas rantau sampai ke Johor Di sana saudara tuanya Daeng Matekko terlibat dalam perang Johor antara Sultan Sulaiman Raja Johor yang dibantu Opu Lima Bersaudara dengan Raja Kecil dari Siak Kakaknya dan perantau perantau Wajo memihak Raja Kecil Perang dimenangkan oleh Sultan Sulaiman bersama Daeng Parani bersaudara Tapi ia sampai di Johor di saat perang telah usai Meski demikian bersama pasukannya ia membuat keonaran di sekitar Selat Malaka sebagai pelampiasan kemarahannya atas tewasnya kakaknya dalam perang tersebut Ia digelari Gora e penyamun Laut Namun ia tidak lama di sana Ia kembali ke Selat Makassar dan menjadi penguasa tidak resmi beberapa pulau kecil dan pesisir Ia kerap terlibat bentrok dengan Belanda VOC yang sangat dibencinya Ia membuat Selat Makassar sebagai tempat tidak aman bagi kapal kapal yang melintas terutama kapal dagang VOC Belanda kemudian memberinya gelar sebagai Raja Bajak Laut dan terus memburunya Melalui kapal kapal rampasan dan upeti upeti ia membangun armada besar yang dibelinya dari orang orang Inggris sebelum akhirnya menetap di Muara Kandilo Paser Kalimantan Timur Di sana ia membangun diplomasi yang baik dengan Sultan Pasir dan tidak butuh waktu lama untuk menjadi salah satu orang paling berpengaruh dalam perniagaan dan politik setempat Ia kemudian mampu menikahi putri dari penguasa Paser Saat Sang Sultan wafat ia menunjuk puterinya sebagai calon pengganti sultan Namun terjadi perselisihan dengan beberapa bangsawan dan perwira Pasir soal pewarisan tahta Terjadi banyak penolakan La Maddukelleng mengartikannya sebagai pembangkangan titah sultan Ia bersama pasukannya dan orang orang Pasir pendukung Andin Anjang istrinya terlibat perang pada pertengahan 1720 an Ia memenangkan perang secara mutlak Secara de jure istrinya menjadi Ratu Pasir namun secara de facto La Maddukelleng lebih banyak yang disebut sebagai Sultan Paser 12 Pasukan La Maddukelleng kemudian dikirim untuk menyerang Kutai karena penguasanya menolak menyerahkan orang orang Paser yang melarikan diri ke sana Tapi mengingat persahabatan yang telah terjalin sebelumnya ia mengampuni para pelarian ke Kutai Para pemberontak banyak yang ketakutan melarikan diri ke gunung sementara yang tersisa di kota ditawan La Maddukkelleng bersama istrinya memimpin Paser sampai 1738 13 14 Selain membuat persekutuan berdasarkan pernikahan dengan penguasa setempat La Maddukelleng juga bergiat menyokong komunitas komunitas rantau Wajo di Kalimantan Timur La Maddukelleng menjalin komunikasi yang baik dengan Sultan Kutai yang telah memberi pemukiman kepada perantau perantau Wajo di Samarinda Jauh sebelum La Maddukkelleng merantau telah ada pemukim orang orang Bugis yang mendirikan perkampungan baru di Samarinda di bawah legitimasi kesultanan Mereka dipimpin seorang panglima Wajo yang merantau usai kekalahan di Perang Makassar bernama La Mohang Daeng Mangkona Ia merupakan pendiri kampung Bugis Samarinda di tepi wilayah muara Sungai Mahakam yang strategis Dari Sultan Kutai ia memperoleh hak monopoli atas barang barang ekspor dari pedalaman seperti emas kapur barus damar rotan hingga lilin lebah dan hasil laut seperti cangkang penyu agar agar dan teripang Komunitas Bugis Samarinda juga memperoleh hak monopoli atas impor beras garam rempah kopi tembakau opium tekstil besi senjata api hingga budak 15 Masyarakat Wajo di Kutai bahkan diperbolehkan memiliki pemerintahan sendiri dengan seorang pemimpin yang digelari pua ado Bugis Puang Ade Pemangku Adat 16 serta sebuah dewan perwakilan yang beranggotakan para nakhoda dan pedagang kaya raya 17 La Maddukelleng saat di Johor mendapat kabar bahwa kakaknya Daeng Matekko yang awalnya menetap di Matan Kalimantan Barat sebelum turut serta dalam konflik kekuasaan antara orang orang Melayu komunitas Bugis Riau serta Raja Kecik dari Minangkabau Pada perang yang dimenangkan Sultan Sulaiman itu membuat kakaknya Daeng Matekko ditewaskan oleh To Passarai paman Arumpone Batari Toja di Selangor Sepanjang hidup La MAddukkelleng mengejar To Passarai dan berhasil merampas harta benda yang dirampasnya dari kakaknya Sebagian catatan lontara menyebutkan bahwa La Maddukelleng membunuh To Passarai tetapi ada pula yang menyebut bahwa ia hanya menyergap dan merampas harta To Passarai 18 Sejarawan Kahtryn Anderson Wellen berpendapat bahwa kolaborasi kedua kakak beradik ini tidak hanya menunjukkan rekatnya persaudaraan mereka tetapi juga sentimen permusuhan mereka terhadap Bone yang tetap bertahan bahkan dalam perantauan sekalipun 19 Dalam pertempuran pertempurannya La Maddukelleng dibantu oleh seorang kapitan laut bernama To Assa Dia ini adalah panglima paling diandalkannya selain Cambang Balolo Puanna Dekke Puanna Pabbola dan lainnya La Banna adalah tulang punggung La Maddukkelleng ia pula yang memimpin pasukan La Maddukelleng dalam penyerangan ke Paser Ia juga sempat menyerang Banjarmasin pada tahun 1730 walaupun armadanya berhasil dipukul mundur 20 Meski sempat berpisah dengannya namun pada awal 1735 La Maddukelleng dan La Banna To Assa bergabung kembali untuk panggilan perang dari Wajo untuk membebaskan Wajo dari Bone dan Belanda Kehadiran armada La Maddukelleng di pesisir Sulawesi meresahkan Belanda sehingga mereka mencoba menghadangnya di laut tetapi La Maddukelleng berhasil lolos 21 Bahkan ia banyak memenangkan perang dengan Belanda Kembali ke Wajo Sunting Melemahnya hegemoni Bone di Sulawesi Selatan pada awal abad ke 18 membuat Wajo mampu memperluas jaringan perdagangannya tanpa halangan yang berarti 22 Hubungan antara komunitas rantau Wajo dan tanah airnya pun tumbuh semakin erat dan mencapai puncaknya sewaktu La Maddukelleng pulang kembali ke Wajo pada tahun 1730 an 23 Lontaraʼ Sukkuʼna Wajoʼ secara khusus menyebut bahwa Arung Matoa La Salewangeng mengirimkan utusan ke Paser pada 1735 untuk meminta La Maddukelleng pulang karena Wajo sudah siap baik secara finansial maupun militer bila mesti menghadapi Bone 24 25 Walaupun begitu beberapa riwayat menyebut bahwa La Maddukelleng pulang atas keinginan sendiri 26 La Maddukelleng berangkat menuju Sulawesi beserta sejumlah besar pasukan dari Paser 27 Pada Desember 1735 ia tiba di perairan Majene disertai armada 40 kapal dan terlibat konflik dengan Arung Lipukasiʼ dari Tanete serta Maraʼdia Balanipa Beberapa riwayat menyebutkan bahwa pasukan La Maddukelleng pimpinan To Assa berhasil dipukul mundur Ia kemudian merampas perahu milik seorang dari Mangngarancang Tanete dan berlayar menuju Binuang tetapi pada Februari 1736 ia disergap dan 12 pengikutnya terbunuh sehingga ia mundur lagi ke selatan menuju Puteanging 28 29 Riwayat lain menyebut bahwa La Maddukelleng memenangkan pertempuran di Mandar setelah pengepungan selama 75 hari 30 Sebagai pembalasan atas penyerangan terhadap To Assa La Maddukelleng pun merampas harta orang orang Binuang serta menyerang pemukiman pemukiman di sana 31 Setelah itu La Maddukelleng menuju Sabutung dan menyerang dua pulau di sekitar Makassar pada bulan Maret Kemudian ia meneruskan perjalanan hingga tiba di Bone 32 33 Pada awalnya ia hendak menuju pusat Wajo melalui muara Sungai Cenrana yang dikuasai oleh Bone tetapi karena armadanya tidak diperbolehkan masuk ia melanjutkan perjalanan ke utara menuju Doping di pesisir timur Wajo Di sana ia menunggu selama 40 hari sebelum diperbolehkan turun dari kapal bersama ratusan orang pasukannya pada Mei 1736 32 34 La Maddukelleng kemudian berangkat menuju Sengkang dan mendapatkan banyak pengikut baru dalam perjalanannya sehingga jumlah pasukannya mencapai lebih 1000 orang ketika sampai di Sengkang 32 Persekutuan Tellumpoccoe kemudian mengadakan sidang di Tosora untuk membahas tuduhan tuduhan kejahatan yang diajukan oleh Bone terhadap La Maddukelleng tetapi ia kemudian dibebaskan dari segala tuduhan setelah menyampaikan pembelaannya 35 36 37 Menurut Wellen terbebasnya La Maddukelleng dari tuduhan kemungkinan juga dipengaruhi oleh kekuatan yang ia miliki saat itu 35 Masa kepemimpinan di Wajo SuntingPembebasan Wajo Sunting Atas permintaan Arung Matoa La Salewangeng La Maddukelleng berangkat meninggalkan Sengkang 38 Ia pun menuju Peneki dan dilantik sebagai arung di sana 35 39 Ia kemudian meminta agar orang orang Bone meninggalkan wilayahnya sehingga memicu konflik terbuka Pasukan Bone pun mengepung Peneki untuk menangkap La Maddukelleng 40 Berita pengepungan ini sampai di Gowa pada tanggal 5 Juli 1736 41 Konflik semakin meluas ketika Bone tidak hanya menyerang wilayah Peneki saja tetapi juga membakar pemukiman di wilayah Wajo yang lain Aksi ini menyulut kemarahan orang orang Wajo sehingga banyak di antara mereka yang turut membantu La Maddukelleng melawan pasukan Bone 35 40 Pada saat yang sama Belanda yang merupakan sekutu utama Bone mesti menghadapi pemberontakan di wilayah Marusu yang dipimpin oleh Karaeng Bontolangkasa sekutu dekat La Maddukelleng dan Arung Kaju 40 42 Perhatian Belanda pun terpecah meski mereka tetap membantu Bone dengan mengirimkan persenjataan serta sekelompok kecil pasukan di bawah pimpinan Kapten Steinmetz 43 Penilaian dan peninggalan sejarah SuntingSebagai penghargaan atas perlawanan La Maddukelleng terhadap Belanda pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional baginya pada tahun 1998 Meski begitu menurut Wellen gambaran La Maddukelleng sebagai tokoh purwa nasionalis yang berjuang melawan Belanda tanpa kenal lelah dan pamrih tidak sepenuhnya didukung oleh sumber sumber sejarah semasa Naskah Bugis tentang pertemuan demi membahas kejahatan kejahatan La Maddukelleng misalnya menggambarkan dirinya sebagai penghasut perang yang tidak mengindahkan persatuan Tellumpocco Bahkan ia mungkin saja telah membunuh lebih banyak orang sedaerahnya ketimbang orang Belanda Tapi fakta lain menyebutkan La Maddukkelleng telah diberi gelar oleh kerajaan Wajo sebagai Petta Pammaradekaingngi Wajo cukup gambaran betapa ia telah berhasil mengalahkan Bone dan Belanda yang saat itu menguasai Sulawesi Selatan 44 Terlepas dari itu kenyataan bahwa kisah La Maddukelleng dapat ditemukan dalam sejumlah besar catatan sejarah Bugis menunjukkan bahwa ia merupakan seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam imaji orang orang dari daerahnya 45 Bagi orang orang Wajo La Maddukelleng berjasa dalam memerdekakan negeri mereka dari kekangan Bone dan Belanda 46 Tradisi Wajo amat menjunjung tinggi nilai kemerdekaan termasuk di antaranya kemerdekaan berpendapat kemerdekaan bepergian dan kemerdekaan dari hukuman yang tidak adil hak hak yang tidak dapat terpenuhi dengan sempurna setelah kekalahan Wajo dalam Perang Makassar Karena itu orang orang Wajo memandang pembebasan tanah air mereka dari dominasi Bone yang diprakarsai oleh La Maddukelleng sebagai penegakan kembali atas hak hak kemerdekaan ini 47 Namun begitu pula sebaliknya ketika La Maddukelleng mulai bersikap arogan dengan tidak mengindahkan pendapat rakyatnya ia dianggap sebagai ancaman bagi kemerdekaan orang orang Wajo 48 Di Kalimantan Timur tradisi sejarah setempat menekankan persekutuan melalui ikatan kekerabatan antara La Maddukelleng dan bangsawan Paser alih alih mengingat konflik yang melibatkan kedua pihak Ikatan perkawinan sebagaimana bekal falsafah tiga ujung yang dipegang oleh La Maddukkelleng ternhyata efektif merekatkan sejarah tiga kerajaan Wajo Kutai dan Paser Dari pernikahannya dengan Andin Anjang Ratu Paser ia memiliki puteri yang kemudian dinikahkan dengan Sultan Kutai Aji Muhammad Idris Tradisi lokal dari pernikahan pernikahan ini menempatkan La Maddukelleng sebagai leluhur bagi para sultan Kutai sejak Aji Muhammad Muslihuddin Aji Imbut menjadi Sultan Kutai Ia adalah cucu La Maddukkelleng putera Sultan Aji Muhammad Idris dan dibesarkan di Wajo Walaupun sebagian detail dari tradisi tradisi ini tidak bersesuaian dengan beberapa Belanda namun fakta fakta bahwa menantunya Aji Muhammad Idris Sultan Kutai yang ikut berperang membantu mertuanya dan kemudian gugur di medan laga dan kemudian dikuburkan di Wajo memberi penegas hubungan yang sangat kental antara Wajo dan Kutai waktu itu Tradisi tradisi lain juga menggambarkan besarnya pengaruh perantau Wajo seperti La Maddukelleng pada masyarakat di kawasan tersebut 49 Keterangan Sunting Menurut sejarawan Kathryn Anderson Wellen bagian kisah ini sedikit janggal karena masa pemerintahan La Patauʼ dan La Salewangeng sebetulnya tidak beririsan La Patauʼ mangkat pada tahun 1714 sementara La Salewangeng baru menjabat sebagai arung matoa pada tahun 1715 4 Namun Abidin berpendapat bahwa La Salewangeng memerintah dari tahun 1712 6 Rujukan SuntingSitiran Sunting Wellen 2009 hlm 81 82 Noorduyn 1972 hlm 61 Abidin 2017 hlm 281 283 301 a b c d e Wellen 2014 hlm 138 Noorduyn 1955 hlm 127a La Maʼdukelleng Arung van Singkang stamde blijkbaar uit het vorstenhuis van deze Wadjorese vazalplaats maar over zijn afkomst en het begin van zijn levensloop zijn geen details te vinden Abidin 2017 hlm 279 a b Abidin 2017 hlm 281 Wellen 2014 hlm 88 Abidin 2017 hlm 283 284 Wellen 2014 hlm 88 95 Wellen 2009 hlm 82 83 Wellen 2014 hlm 95 139 Abidin 2017 hlm 286 287 Wellen 2014 hlm 139 Pelras 1996 hlm 321 322 Wellen 2014 hlm 52 Pelras 1996 hlm 322 Noorduyn 1972 hlm 63 Wellen 2014 hlm 101 102 Wellen 2014 hlm 139 140 Wellen 2014 hlm 141 Wellen 2014 hlm 30 69 Wellen 2014 hlm 137 Wellen 2014 hlm 140 197 Abidin 2017 hlm 289 Wellen 2018 hlm 55 Wellen 2014 hlm 140 Noorduyn 1955 hlm 127 128 Eind 1735 Donderdag 12 December PP kwam ook Arung Singkang in Mandar in Madjenneʼ met veertig schepen Toevallig was daar ook La Pasonriʼ Arung van Lipukasiʼ een plaats in Tanete die mensen van Mangindanao kwam manen Een Makasaar Kare Patasaʼ die door Arung Singkang gemaand werd vluchtte naar Arung Lipukasiʼ Deze bracht hem naar de Maraʼdia van Balannipa en de beide vorsten bevochten nu Arung Singkang en toAssa Arung Lipukasiʼ in Batu in Madjenneʼ en toAssa op zee De laatste werd op de vlucht gejaagd en ging naar Ululabuang en maakte er een schip van mensen uit Mangngarantjang in Tanete buit Daarna ging hij naar Binnuang Maar daar werden zijn mensen verrast toen zij naar de markt gingen en twaalf van hen werden gedood het was op de eerste Sjawwal d i 14 Februari 1736 Vervolgens voeren ze door naar Puteanging een eiland voor de kust Abidin 2017 hlm 292 293 Noorduyn 1955 hlm 128a In tegenstelling tot het voorgaande vermeldt PP een overwinning van Arung Singkang op de Mandarezen nadat hij 75 dagen in Mandar geweest was Abidin 2017 hlm 293 a b c Wellen 2014 hlm 142 Noorduyn 1955 hlm 128b Arung Singkangs vloot voer vervolgens langs de kust Zuidwaarts aanleggende bij Udjung Lero voor Parepare en op het eiland Sabutung Hij werd tweemaal tevergeefs door Nederlandse schepen beschoten nadat hij de voor Makasar gelegen eilandjes Berrang en Kodingareng Balanglompo en Balang tjaʼdi volgens QQ geplunderd had eenmaal op 18 Maart dagboek van Goa en de tweede maal bij Batubatu Hij verliet Batubatu op Zaterdag 1 April 19 Dzuʼl ḳaʼdah Zeven dagen later kwam hij bij Pallette voor de kust van Bone aan Noorduyn 1955 hlm 128 129 De toegang werd hem daar geweigerd H en hij voer door naar de monding van Doping aan de kust van Wadjoʼ veertig dagen en geen zeven maanden zoals de Kr wil voor Doping lag te wachten totdat er eindelijk een Bonees gezant de Gellarreng Bontoalaʼ I Djakkoloʼ kwam die hem de vergunning overbracht aan land te gaan Op Donderdag 14 Muḥarram 24 Mei ging hij aan land a b c d Wellen 2014 hlm 143 Abidin 2017 hlm 299 300 Noorduyn 1972 hlm 63 64 Abidin 2017 hlm 300 Patunru 1983 hlm 62 a b c Noorduyn 1955 hlm 129b Arung Singkang liet zich in Peneki tot Arung benoemen De daar geplaatste Boneers ruimden het veld Deze in bezit neming van Peneki was dus op zichzelf al reden tot oorlog voor Bone dat er alles aan gelegen was niet minder dan de Nederlanders om hem in handen te krijgen Peneki werd belegerd door de Boneers waarvan op 5 Juli het bericht in Makasar kwam dagboek van Goa Toen zij echter ook andere Wadjorese plaatsen in de buurt plat brandden was het geduld der Wadjorezen ten einde en zij keerden zich tegen de Boneers op Maandag 15 Rabiʼ al awwal 23 Juli 1736 Twee dagen later vertrokken de Goarese en Bonese rebellen Karaeng Bontolangkasaʼ en Arung Kadju uit Goa naar Maros dagboek van Goa en begonnen daar een opstand tegen de Nederlanders Zo was er terzelfder tijd op twee verschillende punten een strijd tegen de gevestigde toestanden ontbrand De Nederlanders besteedden het eerst aandacht aan hun eigen gebied Maros en lieten Wadjoʼ nog bijna geheel ongemoeid Cummings 2010 hlm 280 Abidin 2017 hlm 301 Wellen 2014 hlm 144 Wellen 2018 hlm 48 68 Noorduyn 1953 hlm 144 Het tamelijk grote aantal historische aantekeningen dat over deze vorst in Boeginese handschriften te vinden is getuigt reeds voor de bijzondere mate waarin hij tot de verbeelding van zijn volk heeft weten te spreken Noorduyn 1972 hlm 61 63 Reid 1998 hlm 147 148 Wellen 2014 hlm 158 Wellen 2014 hlm 96 97 132 134 Daftar pustaka Sunting Abidin Andi Zainal 2017 Capita Selecta Sejarah Sulawesi Selatan Makassar Social Politic Genius ISBN 9786026183323 Cummings William P ed 2010 The Makassar Annals Bibliotheca Indonesia 35 Diterjemahkan oleh William Cummings Leiden KITLV Press ISBN 9789067183666 Noorduyn Jacobus 1953 Een Boeginees geschriftje over Arung Singkang Bijdragen tot de Taal Land en Volkenkunde 109 2 144 152 1955 Een Achttiende Eeuwse Kroniek van Wadjo Buginese Historiografie s Gravenhage H L Smits 1972 Arung Singkang 1700 1765 How the victory of Wadjo began PDF Indonesia 13 13 61 68 doi 10 2307 3350682 JSTOR 3350682 Patunru Abdurrazak Daeng 1983 1964 Sejarah Wajo Ujung Pandang Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan OCLC 215821862 Pelras Christian 1996 The Bugis Oxford Blackwell Publishers ISBN 9780631172314 Reid Anthony 1998 Merdeka The Concept of Freedom in Indonesia Dalam David Kelly Anthony Reid Asian Freedoms The Idea of Freedom in East and Southeast Asia Cambridge Cambridge University Press hlm 141 160 ISBN 9780521637572 Wellen Kathryn Anderson 2009 Credit among the Early Modern To Wajoq Dalam David Henley Peter Boomgaard Credit and Debit in Indonesia From Peonage to Pawnshop from Kongsi to Cooperative Leiden KITLV Press hlm 102 123 ISBN 9789067183505 2014 The Open Door Early Modern Wajorese Statecraft and Diaspora DeKalb Northern Illinois University Press ISBN 9780875807126 2018 La Maddukelleng and Civil War in South Sulawesi Dalam Michael Charney Kathryn Wellen Warring Societies of Pre Colonial Southeast Asia Local Cultures of Conflict Within a Regional Context Studies on Asian Topics 62 Kopenhagen NIAS Press hlm 47 71 ISBN 9788776942281 Didahului oleh Sultan Aji Muhammad Alamsyah Raja Paser1726 1736 Diteruskan oleh Sultan Sepuh I AlamsyahDidahului oleh La Salewangeng To Tenriruwa Arung Matoa Wajo1736 1754 Diteruskan oleh La Maddanaca Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title La Maddukelleng amp oldid 24319880