www.wikidata.id-id.nina.az
Kesultanan Pelalawan atau Kerajaan Pelalawan 1725 M 1946 M yang sekarang terletak di Kabupaten Pelalawan adalah salah satu dari beberapa kerajaan yang pernah berdiri di Sumatra dan turut serta berpengaruh dalam mewarisi budaya Melayu dan Islam di Riau sedangkan gelar atau sebutan bagi Raja Pelalawan adalah Tengku Besar Tengkoe Besar Negeri Kesultanan Pelalawanكسولتانن ڤلالاون1725 1946Bendera LambangIbu kotaPangkalan KerinciBahasa yang umum digunakanMelayuAgamaIslamPemerintahanMonarkiSultan Sejarah Didirikan1725 Penyerahan Kekuasaan kepada Pemerintah Indonesia1946Didahului oleh Digantikan olehKesultanan Siak Indonesia Penguasa Negeri PelalawanDibawah Kekuasaan JohorMaharaja Dinda II 1725 1750Maharaja Lela Bungsu 1750 1775Maharaja Lela II 1775 1798Kesultanan PelalawanSultan Syarif Abdurrahman 1810 1822Sultan Syarif Hasyim I 1822 1828Sultan Syarif Ismail 1828 1844Sultan Syarif Hamid 1844 1866Sultan Syarif Jaafar 1866 1872Sultan Syarif Abubakar 1872 1886Sultan Syarif Ali 1886 1892Sultan Syarif Hasyim II 1892 1930Regent Tengku Pangeran 1931 1940Sultan Syarif Harun 1940 1946Setelah Kemerdekaan IndonesiaSultan Syarif Kamaruddin 2008 kiniDaftar isi 1 Kronologi Sejarah 1 1 Asal Usul Kerajaan Pelalawan 1 2 Pertikaian Siak Sri Indrapura dan Pelalawan 1 3 Serangan Siak Sri Indrapura ke Pelalawan 1 4 Perebutan Kekuasaan Pelalawan 1 5 Akhir Kekuasaan 2 Peninggalan Sejarah 2 1 Istana Sayap 2 2 Masjid Hibbah 2 3 Meriam Perang 2 4 Komplek Pemakaman Raja 2 5 Peninggalan sejarah lainnya 3 Referensi 4 Pranala luarKronologi Sejarah SuntingAsal Usul Kerajaan Pelalawan Sunting Berasal dari kata dasar Lalau yang berarti Cadang disebutlah daerah Pe lalau an atau daerah Pen cadang an tempat yang pernah dicadangkan Kerajaan ini merupakan sebuah Negeri yang sebelumnya bernama Kerajaan Tanjung Negeri di bawah pimpinan Maharaja Dinda II sebagai Rajanya 1720 1750 M dan berdiri di bawah kekuasaan Sultan Johor sebagai Yang Dipertuan Tinggi Diawali sekitar tahun 1725 M Maharaja Dinda II memindahkan Pusat Kerajaan Tanjung Negeri dari Sungai Nilo ke Hulu Sungai Rasau Hal ini terjadi dikarenakan wabah penyakit yang menyerang rakyat Tanjung Negeri sejak masa kekuasaan leluhurnya Maharaja Wangsa Jaya 1686 1691 M Seiring perpindahan tersebutlah Maharaja Dinda II mengubah nama Kerajaan Tanjung Negeri menjadi Kerajaan Pelalawan Pertikaian Siak Sri Indrapura dan Pelalawan Sunting Pada Masa Pemerintahan Maharaja Lela II 1775 M 1798 M banyak kemelut yang terjadi di Kesultanan Johor yaitu sisa sisa pertikaian takhta antara Raja Kecil dan Bendahara Padang Saujana Tun Abdul Jalil Sultan Abdul Jalil IV pada tahun 1722 Bendahara Padang Saujana dan anaknya Tengku Sulaiman Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah berpakat dengan Bugis 5 bersaudara Daeng Parani Daeng Merewah Daeng Menambun Daeng Kemasi dan Daeng Chelak untuk mengusir Raja Kecil dari takhta Johor Raja Kecil dikalahkan dan lari ke Siak menubuhkan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang kekuasaannya mengambil tanah bekas jajahan Johor di pulau Sumatra Karena tidak bersedia tunduk dan mengakui kekuasaan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah akan takhta Johor yang direbutnya karena masalah itulah Maharaja Lela II memisahkan diri dari Kekuasaan Johor Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa penguasa Kesultanan Johor bukan lagi dari keturunan leluhurnya Sultan Alauddin Riayat Syah II Malaka tetapi dari wangsa Bendahara yang merampas takhta Sehubungan dengan hal itu Sultan Syarif Ali Raja Siak Sri Indrapura 1784 1811 menuntut agar Kerajaan Pelalawan mengakui Kesultanan Siak sebagai Yang Dipertuannya mengingat dia adalah pewaris sah Raja Kecil putra Sultan Mahmud Shah II Sultan Johor terdahulu Namun Maharaja Lela II menolaknya sehingga memicu pertikaian antara Siak Sri Indrapura dan Pelalawan Serangan Siak Sri Indrapura ke Pelalawan Sunting Dalam catatan sejarah terdapat dua kali serangan Pasukan Besar Siak Sri Indrapura ke Pelalawan melalui air dan darat Peristiwa ini terjadi antara tahun 1797 1810 M Pada perang inilah beberapa Tokoh terkenal muncul seperti Said Osman Syahabuddin Datuk Maharaja Sinda Panglima Kudin dan gurunya Panglima Katan Panglima Hitam Hulubalang Engkok Cik Jeboh Panglima Garang dan sebagainya Pada masa itu Kerajaan Siak Sri Indrapura melalui penasihat istana mereka yang bernama Said Osman Syahabuddin Ayah dari Sultan Syarif Ali penguasa Siak kala itu berencana melakukan penyerangan ke Pelalawan melalui jalur air Sungai Kampar hal itu dilakukan mengingat benteng pertahanan Pelalawan yang terletak di kuala Sungai Mempusun Demi mempersiapkan penyerangannya Said Osman Syahabuddin beserta pengikutnya menyiapkan sebuah kapal perang yang bernama Kapal Baheram kapal besar Siak dengan rancangan militer yang kukuh Diperkirakan pada awal tahun 1797 M Said Osman Syahabuddin beserta pasukannya melancarkan serangan ke Pelalawan menggunakan Kapal Baheram Setibanya mereka di kuala mempusun terjadilah peperangan antara pasukan Said Osman Syahabuddin yang disambut oleh Pasukan Pelalawan di bawah pimpinan Hulubalang Engkok perang sengitpun terjadi Pada pekan pertama Kapal Baheram Said Osman Syahabuddin terkena hantaman Meriam dari pasukan Hulubalang Engkok Kapal Baheram mengalami kerusakan dan memaksa Said Osman Syahabuddin memundurkan sementara pasukannya Setelah berhasil mundur Said Osman Syahabuddin beserta awak kapalnya mendiami suatu teluk yang sekarang dinamakan Teluk Mundur di sebelah hilir Kuala Mempusun Di Teluk Mundur ia kembali mengatur serangan lalu dengan segera melakukan serangan ke duanya ke Benteng Mempusun Setelah perang terjadi beberapa hari Kapal Baheram mendapat kerusakan yang semakin parah dan tidak dapat melanjutkan peperangan lagi Lalu pada sorenya Said Osman Syahabuddin memutuskan mundur dan kembali ke Siak Sri Indrapura menggunakan Kapal Baheram yang dalam keadaan rusak parah Sesampainya mereka di seberang kampung Ransang Kapal Baherampun tenggelam Dan sejak saat itu wilayah tersebut dinamakan Rasau Baheram tetapi Said Osman Syahabuddin dan pasukannya berhasil kembali ke Siak Sri Indrapura dengan selamat melalui jalan darat Setelah Pasukan Said Osman Syahabuddin mundur keluar satu pantun terkenal di masyarakat Pelalawan saat itu yang berbunyi sebagai berikut Empak empak diujung Galah Anak Toman disambar Elang Pelalawan dirompak haram tak kalah Baheram Osman berlayar pulang Perebutan Kekuasaan Pelalawan Sunting Sekembalinya pasukan Sayyed Osman Syahabuddin ke Siak Sri Indrapura kebencian Pelalawan semakin dalam meskipun tidak ada konflik langsung yang terjadi antara Siak Sri Indrapura dan Pelalawan dalam beberapa tahun Pada masa itu Datuk Maharaja Sinda dan Pembesar Kerajaan Pelalawan mengambil sikap menentang Siak Sikap penentangan ini dibuktikan dengan seluruh rumpun pisang yang berjantung ke arah Siak dipancung dan ayam yang berkokok menghadap ke Siak dibunuh Bukti penentangan terhadap Siakpun masih ada hingga saat ini yaitu batu nisan Datuk Maharaja Sinda yang makamnya terletak di Desa Kuala Tolam Kecamatan Pelalawan tetap condong ke Selatan tidak ke Barat ke arah Siak Sampai pada tahun 1798 M Pasukan Siak Sri Indrapura yang dipimpin oleh Panglima Besar Syarif Abdurrahman adik Sultan Syarif Ali Siak kembali melakukan penyerangan terhadap Pelalawan Serangan kedua tersebut dilakukan melalui dua arah yaitu pasukan angkatan darat menyerang melalui hulu Sungai Rasau dan pasukan angkatan laut menyerang melalui muara Sungai Kampar Pada pertempuran itu Panglima Besar Kerajaan Pelalawan satu persatu gugur termasuk Panglima Kudin dan tunangannya Zubaidah yang gugur di benteng pertahanan Tanjung Pembunuhan Kali ini Pelalawan takhluk di bawah tangan Syarif Abdurrahman Lalu Syarif Abdurrahman berdiri sebagai Raja Pelalawan yang diakui oleh Kakaknya Sultan Syarif Ali dari Kerajaan Siak Sri Indrapura dan Pemerintah Hindia Belanda dengan gelar Sultan Assyaidis Syarif Abdurrahman Fakhruddin Setelah Sultan Syarif Abdurrahman mangkat Takhta Kerajaan Pelalawan diwariskan secara turun temurun kepada anak cucu dari Sultan Syarif Abdurrahman sendiri Pada beberapa sumber menyebutkan sebab kekalahan Pelalawan ialah dikarenakan adanya mata mata dari Siak Sri Indrapura yang bernama Kasim menyirami seluruh mesiu di Benteng Pertahanan Mempusun dengan air sehingga tidak dapat digunakan lagi Akhir Kekuasaan Sunting Pada masa Pemerintahan Sultan Syarif Harun 1940 1946 adalah masa pemerintahan yang paling sulit di Kerajaan Pelalawan pada masa itu Indonesia sengsara di bawah penjajahan Jepang rakyat menderita lahir batin Penderitaan itu dirasakan pula oleh rakyat Pelalawan Padi rakyat dicabut untuk kepentingan Jepang orang orang diburu untuk dijadikan romusha di mana mana terjadi kesewenang wenangan Demi menjaga kemakmuran rakyat Pelalawan pada tahun 1946 Sultan Syarif Harun mendarma baktikan Pelalawan kepada Pemerintah Indonesia Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan Sultan Syarif Harun bersama Orang orang Besar bersepakat menyatakan diri dan seluruh Rakyat Pelalawan ikut ke dalam Pemerintahan Republik Indonesia dan siap sedia membantu perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia Pada tanggal 7 Agustus 2008 Lembaga Kerapatan Adat Melayu Kabupaten Pelalawan mengangkat Tengku Kamaruddin Haroen bin Sultan Syarif Harun sebagai Sultan Pelalawan ke 10 dengan Gelar Sultan Assyaidis Syarif Kamaruddin Haroen Peninggalan Sejarah SuntingIstana Sayap Sunting Istana Sayap merupakan sebutan bagi Istana Kesultanan Pelalawan Istana ini awalnya dibangun oleh Sultan ke 7 Pelalawan Baru yang bernama Tengkoe Besaar Sontol Said Ali 1886 1892 M namun dia wafat di saat bangunan Istana belum selesai Selanjutnya pembangunan Istana ini diselesaikan oleh penerusnya Tengkoe Besaar Syarif Hasyim II 1892 1930 M Istana ini sebelumnya dinamakan ISTANA UJUNG PANTAI Namun ketika Sultan Syarif Hasyim II melanjutkan pembangunan istana ia membangun dua sayap disamping kanan dan kiri istana yang dijadikan Balai Maka istana inipun dinamakan ISTANA SAYAP Bangunan di sebelah kanan istana sebelah hulu disebut Balai Sayap Hulu yang berfungsi menjadi kantor Sultan dan bangunan di sebelah kiri Istana sebelah hilir dinamanakan Balai Hilir yang berfungsi sebagai Balai Penghadapan bagi seluruh rakyat Pelalawan Banyak sekali filosofi yang terkandung pada bangunan Istana ini tetapi sangat disayangkan bangunan Istana bersejarah ini sudah tidak dapat dilihat lagi yang terisa saat ini hanyalah bangunan Istana Kanan atau Istana Sayap Kanan karena dua bangunan yang merupakan Istana Tengah dan Istana Kiri sudah habis terbakar pada 19 Februari 2012 Masjid Hibbah Sunting Masjid Hibbah Pelalawan dibangun tahun 1936 semasa pemerintahan Regent Tengkoe Pangeran Said Osman 1930 1941 Lokasi Masjid di tetapkan di pinggir sungai Naga Belingkar mengingat tempat tersebut tak jauh dari bangunan Istana Pelalawan dan Rumah kediaman Sultan Lokasi masjid ini berada di tengah tengah dan mudah ditempuh dari segala permukiman baik dengan berjalan kaki maupun dengan menggunakan perahu Kata Hibbah untuk nama masjid tersebut diambil dari makna pemberian sumbangan Karena Masjid ini dibangun dari keikhlasan masyarakat pelalawan waktu itu yang bergotong royong tanpa terkecuali tua dan muda laki laki dan perempuan dan pekerjaan tersebut dilaksanakan siang malam tanpa paksaan Bahkan pada kegiatan tersebut Sultan dan para pembesar kerajaanpun ikut bekerja bersama rakyatnya Sebahagian besar bahan bangunannya terbuat dari teras laut kayu pilihan yang sengaja dipesan sebagian lagi diramu oleh pemuda pemuda di kawasan hutan Sedangkan semen untuk tiang kaca pintu atap dan timah campuran bahan qubahnya merupakan sumbangan Sultan Masjid Hibbah bagaikan mahkota yang amat terpelihara bahkan menurut penduduk setempat bangunan ini berharga melebihi bangunan Istana Sayap Karena Masjid tersebut merupakan wujud dari persaudaraan yang pernah mereka bangun dengan susah payah secara bersama sama Meriam Perang Sunting Tidak jauh dari Istana Sayap tepatnya di bagian hulu dapat dijumpai tempat di mana sebagian Meriam Peninggalan Kerajaan Pelalawan diletakkan Sebagian meriam berwarna kuning dan sebagian lagi berwarna hitam dahulunya meriam ini merupakan fasilitas pertahanan utama yang digunakan Kerajaan Pelalawan saat berperang melawan musuh Komplek Pemakaman Raja Sunting Komplek pemakaman ini terdiri dari tiga bagian yang masing masing terpisah beberapa puluh meter dan memiliki bangunan pelindung sendiri sendiri Yakni makam Raja makam Dekat dan makam Jauh Pemakaman utama disebut makam raja terletak sekitar 50 meter dari Istana Sayap tepatnya di belakang Masjid yang bernama Masjid Hibbah di sini bersemayan 3 tiga Raja Pelalawan di antaranya Sultan Syarif Hasyim 1894 1930 Regent Tengkoe Pangeran Said Osman 1931 1940 dan Sultan Syarif Haroen 1940 1946 Selain Komplek pemakaman Raja terdapat lagi dua pemakaman Raja yang bernama makam Jauh dan makam Dekat Makam jauh dan makam dekat berisi Raja raja para para alim ulama pembesar kerajaan orang orang yang berjasa serta kalangan keluarga dekat Kerajaan Peninggalan sejarah lainnya Sunting Masih banyak lagi peninggalan peninggalan sejarah Kerajaan Pelalawan yang berada di Komplek Kerajaan di desa Pelalawan di antaranya seperti bangunan Pesenggerahan Panglima Kudin Rumah kediaman Sultan Syarif Haroen 1940 1946 Rumah kediaman Regent Tengkoe Pangeran Said Osman 1931 1940 benda benda kecil seperti stempel kerajaan baju kebesaran Raja tempat tidur Raja alat tenun Tuan Putri alat musik Istana keris tombak perhiasan perhiasan gong piring dan benda benda pusaka lainnya Referensi SuntingH T S Umar Muhammad Tenas Effendi T Razak Jaafar Silsilah Siak dan Pelalawan 1987 Tenas Effendi H jamaludin TA Mitos Marhum Kampar dan cerita rakyat Pelalawan Tengkoe Nazir Sari Sejarah Pelalawan 1984Pranala luar Sunting Indonesia Kesultanan Pelalawan di situs Melayu Online Diarsipkan 2014 03 30 di Wayback Machine Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Kesultanan Pelalawan amp oldid 21970380