www.wikidata.id-id.nina.az
Halaman ini berisi artikel tentang agama Jawanik yang bersifat monoteistik Untuk agama Jawanik yang bersifat non monoteistik lihat Kejawen Kapitayan dari Jawa ꦏꦥ ꦠꦪꦤ adalah salah satu agama kuno masyarakat pulau Jawa yaitu terutama bagi mereka yang beretnis Jawa sejak era paleolitik mesolitik neolitik dan megalit 2 Kapitayan merupakan salah satu bentuk monoteisme asli Jawa yang dianut dan dijalankan oleh masyarakat Jawa secara turun temurun sejak zaman dahulu 3 Orang Jawa setempat kerap juga mengidentifikasikannya sebagai agama kuno Jawa agama monoteis Jawa agama monoteis leluhur agama asli Jawa yang mana berbeda dari Kejawen agama Jawanik lainnya yang bersifat non monoteistik 4 Kapitayanꦏꦥ ꦠꦪꦤ JenisAgama asli Nusantara Suku Jawa TeologiMonoteismeBadanpemerintahanMajelis Nasional Agama JawaWilayahJawa Tengah amp Jawa TimurBahasaBahasa Jawa Kuno biasa digunakan pada ritual keagamaan Bahasa Jawa terutama Bahasa Bagongan Kantor pusatJawa TengahPengakuanDiakui sejak 2017 sebagai Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 1 UmatSuku Jawa Daftar isi 1 Etimologi dan terminologi 2 Prinsip keagamaan 2 1 Tuhan 2 2 Teologi 2 3 Praktik ibadah 3 Sejarah 4 Rujukan 5 Baca lebih lanjutEtimologi dan terminologi SuntingSecara etimologi kata Kapitayan merupakan istilah yang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang memiliki kata dasar Taya Caraka Kuno nbsp nbsp yang berarti tak terbayangkan tak terlihat atau mutlak secara harfiah 5 dalam bahasa Sunda juga terdapat kata taya yang memiliki arti tidak ada atau tiada 6 dengan demikian itu berarti bahwa Taya tidak dapat dipikirkan atau dibayangkan atau tidak dapat digapai oleh panca indra duniawi manusia 7 Kapitayan dapat digambarkan sebagai ajaran yang memuja atau menyembah Taya ꦠꦪ atau Sang Hyang Taya ꦱ ꦲ ꦠꦪ yang merujuk kepada entitas yang tak terbayangkan dan tak terlihat yang terkadang juga disebut sebagai Suwung ꦱ ꦮ Awang ꦲꦮ or Uwung ꦲ ꦮ Kata Awang uwung ꦲꦮ ꦲ ꦮ mengacu pada keberadaan nyata tetapi tidak terjangkau sehingga dapat diketahui dan disembah oleh makhluk duniawi termasuk manusia dan Sang Hyang Taya digambarkan sebagai entitas bersifat ketuhanan dan supranatural yang berkategori Tu ꦠ ataupun To ꦠ 7 Prinsip keagamaan SuntingTuhan Sunting Tuhan dalam agama kapitayan disebut Sang Hyang Taya Taya berarti suwung kosong Tuhan Kapitayan bersifat abstrak tidak bisa digambarkan Sang Hyang Taya diartikan sebagai tan keno kinaya ngapa tidak dapat dilihat dipikirkan atau dibayangkan alias tidak bisa diapa apakan keberadaan Nya Untuk itu supaya bisa disembah Sanghyang Taya mempribadi dalam nama dan sifat yang disebut Tu atau To yang bermakna daya gaib yang bersifat adikodrati Tu atau To adalah tunggal dalam Dzat Satu Pribadi Tu lazim disebut dengan nama Sanghyang Tunggal Dia memiliki dua sifat yaitu Kebaikan dan Kejahatan Tu yang bersifat Kebaikan disebut Tu han disebut dengan nama Sanghyang Wenang Tu yang bersifat Kejahatan disebut dengan nama Sang Manikmaya Demikianlah Sanghyang Wenang dan Sang Manikmaya pada hakikatnya adalah sifat saja dari Sanghyang Tunggal Karena itu baik Sanghyang Tunggal Sanghyang Wenang dan Sang Manikmaya bersifat gaib tidak dapat didekati dengan pancaindera dan akal pikiran Hanya diketahui sifat Nya saja 8 17Kekuatan Sang Hyang Taya yang kemudian mewakili di berbagai tempat seperti di batu monumen pohon dan di banyak tempat lain 9 Oleh karena itu mereka memberikan persembahan atas tempat itu bukan karena mereka menyembah batu pohon monumen atau apa pun tetapi mereka melakukannya sebagai pengabdian mereka kepada Sang Hyang Taya yang kekuatannya diwakili di semua tempat itu 10 Agama kapitayan tidak mengenal dewa dewa seperti dalam agama Hindu 11 Teologi Sunting Agama kapitayan ini adalah agama kuno yang dipelajari dalam kajian arkeologi yang tinggalan dan peninggalan arkeologisnya dalam terminologi Barat dikenal dengan dolmen menhir sarkofagus dan lain lain yang mengindikasikan adanya agama kuno disekitar tempat itu Dan oleh sejarawan Belanda agama ini secara salah disebut sebagai animisme dan dinamisme karena memuja pohon batu dan makhluk halus Menurut sudut pandang Ma Huan praktek penyembahan benda benda seperti itu disebut orang yang tidak beriman 10 Kapitayan ini lebih menyerupai ketauhidan daripada animisme dinamisme seperti yang kebanyakan peneliti anggap Penyebutan sebagai animisme dinamisme sendiri muncul oleh karena secara tampilan fisik ritual yang dilakukan oleh para penganutnya tampak sebagai penyembahan terhadap benda benda Secara sederhana penyembahan benda benda itu dipahami sebagai pemujaan terhadap kekuatan benda itu sendiri animisme dinamisme Sebenarnya pada awalnya ajaran Kapitayan justru tidak menyembah benda itu sebagai kekuatan mutlak namun lebih pada penyembahan Sang Hyang kekuatan tertinggi Benda benda yang terdapat dalam ritual keagamaan seperti pohon batu dan mata air adalah beberapa perwujudan saja dari kekuatan yang maha tinggi Sang Hyang tersebut 12 25Oleh karena Sanghyang Tunggal dengan dua sifat itu bersifat gaib maka untuk memuja Nya dibutuhkan sarana sarana yang bisa didekati pancaindera dan alam pikiran manusia Itu sebabnya di dalam ajaran Kapitayan dikenal keyakinan yang menyatakan bahwa kekuatan gaib dari Pribadi Tunggal Sanghyang Taya yang disebut Tu atau To itu tersembunyi di dalam segala sesuatu yang memiliki nama Tu atau To Para pengikut ajaran Kapitayan meyakini adanya kekuatan gaib pada wa tu tu gu tu tuk tu nda tu lang tu nggul tu ak tu k tu ban tu mbak tunggak tu lup tu ngkub tu rumbukan un tu pin tu tu tud to peng to san to pong to parem to wok to ya Sisa sisa sarana pemujaan inilah yang dalam arkeologi dikenal sebagai Menhir Dolmen Punden Berundak Nekara Sarkofagus dan lain lain Dalam melakukan bhakti memuja Sanghyang Taya melalui sarana sarana inilah orang menyediakan sesaji berupa tumpeng tu mbal tu mbu tu kung tu d kepada Sanghyang Taya melalui sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan gaib 8 17Seorang hamba pemuja Sanghyang Taya yang dianggap saleh akan dikaruniai kekuatan gaib yang bersifat positif tu ah dan yang bersifat negatif tu lah Mereka yang sudah dikaruniai tu ah dan tu lah itulah yang dianggap berhak untuk menjadi pemimpin masyarakat Mereka itulah yang disebut ra tu atau dha tu Mereka yang sudah dikaruniai tu ah dan tu lah gerak gerik Kehidupannya akan ditandai oleh PI yakni kekuatan rahasia Ilahi Sanghyang Taya yang tersembunyi Itu sebabnya ra tu atau dha tu menyebut diri dengan kata ganti diri PI nakahulun Jika berbicara disebut PI dato Jika mendengar disebut PI harsa Jika mengajar pengetahuan disebut PI wulang Jika memberi petuah disebut PI tutur Jika memberi petunjuk disebut PI tuduh Jika menghukum disebut PI dana Jika memberi keteguhan disebut PIandel Jika menyediakan sesaji untuk arwah leluhur disebut PItapuja lazimnya berupa PI nda kue tepung PI nang PI tik PIndodakakriya nasi dan air PI sang Jika memancarkan kekuatan disebut PI deksa Jika mereka meninggal dunia disebut PI tara Seorang ratu atau dha tu adalah pengejawantahan kekuatan gaib Sanghyang Taya Seorang ratu adalah citra Pribadi Sanghyang Tunggal 8 17 18Dengan prasyarat prasyarat sebagaimana terurai di muka kedudukan ra tu dan dha tu tidak bersifat kepewarisan mutlak Sebab seorang ra tu yang dituntut keharusan fundamental memiliki tu ah dan tu lah tidak bisa diwariskan secara otomatis pada anak keturunannya Seorang ra tu harus berjuangkeras menunjukkan keunggulan tu ah dan tu lah dengan mula mula menjadi penguasa wilayah kecil yang disebut wisaya Penguasa wisaya diberi sebutan Raka Seorang raka yang mampu menundukkan kekuasaan raka raka yang lain maka ia akan menduduki jabatan ra tu Dengan demikian ra tu adalah manusia yang benar benar telah teruji kemampuannya baik kemampuan memimpin dan mengatur strategi maupun kemampuan tu ah dan tulah yang dimilikinya 8 18Nilai nilai keagamaan Kapitayan inilah yang kemudian diadopsi oleh para Walisongo dalam menyebarkan agama Islam ke daerah daerah Karena konsep tauhid dalam Kapitayan pada dasarnya sama dengan konsep tauhid dalam Islam istilah Tan keno kinaya ngapa dalam Kapitayan tidak dapat dilihat tidak dapat dipikirkan tidak dapat dibayangkan Ia berada di luar segalanya memiliki arti yang sama dengan laisa kamitslihi syai un dalam Islam Tidak ada yang seperti Dia Qur an Surah Ash Syura bab 42 ayat 11 10 Walisongo juga menggunakan istilah Sembahyang menyembah Sang Hyang Taya di Kapitayan dalam memperkenalkan istilah Shalat dalam Islam Dalam hal tempat pemujaan atau persembahyangan Walisongo juga menggunakan istilah Sanggar di Kapitayan yang merupakan bangunan empat persegi dengan lubang kosong di dindingnya sebagai simbol Sang Hyang Taya di Kapitayan bukan arca seperti dalam agama Hindu Istilah tempat untuk berdoa atau beribadah di Kapitayan ini juga digunakan oleh Walisongo dengan nama Langgar mewakili istilah Masjid dalam Islam 13 10 Ada juga ritual tidak makan dari pagi hingga malam di Kapitayan yang disebut dengan Upawasa Puasa atau Poso Kebetulan ritual puasa dalam agama Hindu disebut juga dengan Upawasa atau Upavasa 14 Alih alih menggunakan istilah puasa atau Siyam dalam Islam Walisongo menggunakan istilah Puasa atau Upawasa dari Kapitayan dalam menggambarkan ritual tersebut Sebutan Poso Dino Pitu dalam Kapitayan yang artinya puasa pada hari kedua dan kelima yang sama dengan puasa tujuh hari sangat mirip dengan bentuk puasa Senin dan Kamis dalam Islam Tradisi Tumpengan Kapitayan juga dilestarikan oleh para Walisongo dalam perspektif Islam yang dikenal sebagai Sedekah Inilah makna istilah yang disebut sebut oleh Gus Dur presiden keempat Indonesia sebagai mempribumikan Islam 10 Praktik ibadah Sunting Dalam rangka melakukan puja bakti kepada Sanghyang Tunggal penganut Kapitayan menyediakan sajen berupa tu mpeng tu mpi kue dari tepung tumbu keranjang persegi dari anyaman bambu untuk tempat bunga tu ak arak tu kung sejenis ayam untuk dipersembahkan kepada Sanghyang Tu nggal yang daya gaib Nya tersembunyi pada segala sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan gaib seperti tu ngkub tu nda wa tu tu gu tu nggak tu k tu ban tu rumbukan tu tuk Para penganut Kapitayan yang punya maksud melakukan tu ju tenung atau keperluan lain yang mendesak akan memuja Sanghyang tu nggal dengan persembahan khusus yang disebut tu mbal 15 Berbeda dengan pemujaan terhadap Sanghyang Tunggal yang dilakukan masyarakat awam dengan persembahan sajen sajen di tempat tempat keramat untuk beribadah menyembah Sanghyang Taya langsung amaliah yang lazim dijalankan para ruhaniwan Kapitayan berlangsung di suatu tempat bernama sanggar yaitu bangunan persegi empat beratap tumpang dengan tutu k lubang ceruk di dinding sebagai lambang kehampaan Sanghyang Taya 15 Dalam bersembahyang menyembah Sanghyang Taya di sanggar itu para ruhaniwan Kapitayan mengikuti aturan tertentu mula mula sang ruhaniwan yang sembahyang melakukan tu lajeg berdiri tegak menghadap tutu k lubang ceruk dengan kedua tangan diangkat ke atas menghadirkan Sanghyang Taya di dalam tutu d hati Setelah merasa Sanghyang Taya bersemayam di hati kedua tangan diturunkan dan didekapkan di dada tepat pada hati Posisi ini disebut swa dikep memegang ke aku an diri pribadi Proses tu lajeg ini dilakukan dalam tempo relatif lama Setelah tu lajeg selesai sembahyang dilanjutkan dengan posisi Tu ngkul membungkuk memandang ke bawah yang juga dilakukan dalam tempo relatif lama Lalu dilanjutkan lagi dengan posisi tu lumpak bersimpuh dengan kedua tumit diduduki Yang terakhir dilakukan posisi To ndhem bersujud seperti bayi dalam perut ibunya Selama melakukan tu lajeg tu ngkul tu lumpak dan To ndhem dalam waktu satu jam lebih itu ruhaniwan Kapitayan dengan segenap perasaan berusaha menjaga keberlangsungan Keberadaan Sanghyang Taya Yang Hampa yang sudah disemayamkan di dalam tutu d hati 15 Sejarah SuntingDalam konteks agama angin muson agama kuno yang disebut Kapitayan merupakan agama yang dianut penghuni Nusantara yang menurut cerita kuno adalah agama purbakala yang dianut oleh penghuni lama Pulau Jawa berkulit hitam Dalam keyakinan penganut Kapitayan di Jawa leluhur yang awal sekali dikenal sebagai penganjur Kapitayan adalah tokoh mitologis Danghyang Semar putera Sanghyang Wungkuham keturunan Sanghyang Ismaya Menurut cerita negeri asal Danghyang Semar adalah Swetadwipa benua yang tenggelam akibat banjir besar yang menyebabkan Danghyang Semar dan kaumnya mengungsi ke Pulau Jawa Sanghyang Semar memiliki saudara bernama Sang Hantaga Togog yang tinggal di negeri seberang luar Jawa yang juga mengajarkan Kapitayan tapi sedikit berbeda dengan yang diajarkan Danghyang Semar Saudara Danghyang Semar yang lain lagi bernama Sang Manikmaya menjadi penguasa di alam gaib kediaman para leluhur yang disebut Ka hyang an 7 Tokoh tokoh idola dalam ajaran Kapitayan seperti Danghyang Semar Kyai Petruk Nala Gareng dan Bagong dimunculkan sebagai punakawan yang memiliki kekuatan adikodrati yang mampu mengalahkan dewa dewa Hindu 16 Rujukan Sunting Penghayat Kepercayaan Setelah Putusan MK dan Kolom KTP voaindonesia com 10 April 2018 Diakses tanggal 25 Juli 2023 Dharmapala Rangga Wisesa 2014 02 22 Sejarah Agama dan Kepercayaan Kapitayan Keajaiban Dunia Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 06 05 Diakses tanggal 2021 06 05 Sunyoto 2017 p 13 Firdaus Akhol 2019 09 26 Melacak Keberadaan Agama Asli Jawa Institute for Javanese Islam Research Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 06 05 Diakses tanggal 2021 06 05 Zoetmulder P J 1982 Old Javanese English Dictionary Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde Satjadibrata R 1944 Kamus Sunda Indonesia Bandung Dunia Pustaka Jaya hlm 342 ISBN 978 623 7295 22 8 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan a b c Sunyoto 2017 p 14 a b c d Sunyoto Agus 2017 NU dan Faham Keislaman Nusantara Mozaic Islam Nusantara 3 1 15 30 Galbinst 2019 h 13 a b c d e Galbinst 2019 h 14 Samantho Ahmad Yanuana Oktober 2016 Kapitayan Agama Pertama di Nusantara Bukti bahwa Para Nabi Pernah diutus di Nusantara Dalam Agama Pertama di Tanah Jawa Kapitayan Agama Universal Halaman 4 Ridho Ali 2019 Tradisi Megengan dalam Menyambut Ramadhan Living Qur an Sebagai Kearifan Lokal Menyemai Islam di Jawa Jurnal Literasiologi 1 2 24 50 Sunyoto 2017 h 17 Upavasa Banglapedia en banglapedia org Diakses tanggal 2019 11 20 a b c Sunyoto 2017 h 16 17 Sunyoto 2017 h 178 Baca lebih lanjut SuntingGalbinst Yuri 2019 Islam Dari Indonesia ke Dinasti Safawi Cambridge Cambridge Stanford Books Sunyoto Agus 2017 Atlas Walisongo Buku Pertama yang Mengungkap Walisongo Sebagai Fakta Sejarah Tangerang Selatan Pustaka Iman Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Kapitayan amp oldid 23899843